Sepulang bekerja, Sarah memutuskan untuk mendatangi kediaman Mike Baskoro. Dia belum pernah datang ke sana, dan ingin melihat seperti apa rumahnya. Sarah berpikir, apakah mungkin dia bisa menyelusup ke dalamnya.Namun, harapan itu seolah pupus. Mike bahkan menambah personel keamanan di rumahnya. Rumah mewah nan besar itu, dijaga hampir sepuluh orang pria berbadan besar. Mike merasa perlu menjaga keamanan rumahnya, karena terlalu takut ada yang datang untuk mengambil Vyona lagi. Bahkan, saat Vyona belum datang ke rumah itu."Sama aja ngantar nyawa kalau aku masuk ke sana," gumam Sarah.Sarah lalu melajukan mobilnya, pergi dari kediaman Mike. Melanjutkan jalannya menuju rumah Anna. Anna sudah mengatakan pada Sarah kalau tidak akan mudah untuk mendapatkan informasi tentang Mike."Lebih baik kita bayar jasa hacker, mata-mata," ucap Anna ketika Sarah telah tiba di hadapannya."Iya, tapi itu cuma bisa terjadi kalau paka
Pukul tiga dini hari, Kevin yang biasanya masih tertidur pulas, kini sudah siap menenteng sejadah di punggungnya. Bersiap untuk pergi ke Masjid yang tak jauh dari rumahnya. Seperti ada panggilan dalam dirinya, ketika sayup terdengar suara adzan subuh berkumandang.Kadang, seseorang akan mulai menyadari arti pentingnya Tuhan setelah merasakan kehilangan. Dan Kevin merasa bahwa dirinya saat ini sedang membutuhkan sekali dekat dengan Allah untuk menguatkan perasaannya yang terkadang goyah.Dengan meminjam sepeda motor Julia, Kevin pun pergi ke Masjid. Melakukan solat sunnah dua rakaat sebelum iqomah sesampainya di Masjid.Hal yang sama, pun dilakukan oleh Rion. Semalaman dia tidak bisa tidur, menunggui istrinya yang masih lemah tersambung selang infus. Rion terus terngiang-ngiang pada ucapan istrinya saat kesurupan. Di dalam mushola rumah sakit yang dingin, Rion bersimpuh dengan sungguh-sungguh. Memohon ampun atas apa yang telah
BAB 70. MENGGODA MANAJER DINGIN.Kunjungan kerja yang dilakukan kali ini, sedikit berbeda bagi Kevin. Dia ditemani oleh dua rekan kerja yang tak hanya laki-laki, ada seorang karyawati baru yang disarankan oleh direktur untuk mendapatkan pengalaman dari kunjungan ini.Karyawati berambut panjang dengan warna biru aestetik itu terlihat masih muda, dengan perawakan yang begitu menggoda. Walau menggunakan pakaian tertutup, penampilannya masih bisa memikat hati laki-laki yang tak sengaja meliriknya."Vita Rosalina, ini kamar kamu," ucap Kevin di depan sebuah pintu kamar hotel.Mereka baru tiba sejam yang lalu di Surabaya, dan Kevin langsung memilihkan hotel yang ada di pusat kota. Dengan dua kamar, hanya Vita yang terpisah."Oh, saya sendirian, Pak?" tanya Vita dengan wajah polos."Ya iya lah. Masa saya suruh kamu sekamar sama Bastian," jawab Kevin."Hehe. Iya, ya, Pak. Kalau begitu
Lelah setelah melalui perjalanan, Kevin merasa mengantuk dan ingin tidur cepat. Mendahului Vita dan Bastian, dia pun segera kembali ke kamar hotel setelah makan malam. Sedangkan Bastian memilih untuk nongkrong di angkringan yang tak jauh dari hotel.Vita merasa sulit tidur dengan tenang, di dalam kepalanya terus memikirkan Kevin. Belum genap dua bulan dia bekerja di perusahaan yang sama dengan Kevin, dan dia tidak terlalu sering bertemu dengan Kevin sebelumnya karena Kevin juga baru masuk kantor.Sambil berbaring di atas tempat tidur, Vita mengusap-usap layar ponselnya. Melihat-lihat lagi foto-foto yang dia ambil di restoran. Bibirnya terus menyungging senyum, membayangkan bahwa dirinya bisa benar-benar memiliki hubungan khusus dengan Kevin.Menjelang tengah malam, Vita tiba-tiba menelepon ponsel Kevin. Kevin yang peka terhadap suara pun dengan sigap menyambar ponselnya. Sementara Bastian tak terlihat ada di atas tempat tidur."Halo?" sapa Kevin dengan mata masih ingin terpejam."Halo
Hingga pukul sepuluh pagi, Vyolin masih menunggu pesan atau telepon dari Kevin. Tak seperti biasanya kalau Kevin bangun kesiangan saat dalam kunjungan ke luar kota. Bagai kesempatan bagi Bastian, karena dia juga bisa bangun siang.Vyolin duduk di kursi meja makan dengan perasaan tak nyaman. Lalu mulai sarapan dengan dua helai roti dan selai kacang. Julia sejak pagi buta sudah tak terlihat di rumah, katanya akan pergi olahraga sampai di alun-alun bersama teman-temannya.Melamun sambil makan roti, hampir saja Vyolin tak menyadari ada bunyi bel terdengar dari pintu depan. Dia pun beranjak ke teras, akan tetapi tak melihat siapa pun yang datang.Saat akan berjalan masuk, barulah Vyolin menyadari ada sebuah amplop putih yang tergeletak di depan pintu rumah. Tepat di atas keset. Dengan ragu, Vyolin mengambil amplop itu dan berhati-hati membukanya.Sebuah tulisan bercetak tinta hitam tertera pada selembar kertas dari da
Anna terlihat begitu bersemangat, setelah membaca pesan yang masuk ke emailnya pagi ini. Pesan itu dari mata-mata yang telah dia bayar untuk menyelidiki kasus anak Vyolin."Ada kabar baik, Sarah!" seru Anna di telepon. Dia langsung menghubungi Sarah untuk melanjutkan kabar."Kabar apa, Na? Aku lagi di jalan mau ke kantor," sahut Sarah sambil memperhatikan riasannya di dalam taksi."Ternyata, mata-mata yang kita bayar kemarin, bestian sama mata-mata yang disuruh Mike untuk menguntit Vyolin. Dia punya informasi penting yang kita butuhkan," ungkap Anna."Waw, bagus dong. Berarti kita sudah gak perlu nunggu lama," sahut Sarah."Yaa, masalahnya dia minta aku untuk tambah dua ratus juta lagi. Setelah itu kita akan dapatkan jawaban semuanya. Karena dia juga harus bayar bestienya itu," ujar Anna.Sarah melongo, menyadari uang dua ratus juta yang tak mungkin ada dalam rekeningnya saat ini. Kalau tidak mengandalkan Anna, dia tidak akan bisa membantu."Aku cuma punya dua puluh jutaan, Na," ucap
Anna menyeringai saja, ketika Mike menunjukkan wajah memerah karena amarahnya. Ancaman Mike cukup membuatnya gugup, akan tetapi Anna yakin bahwa pekerjaannya dengan Sarah akan berhasil. Membuat kebenaran dan segala kejahatan yang dilakukan Mike terungkap."Kamu sudah menyakiti Vyolin. Uang lima ratus juta ini gak ada apa-apanya, Mike," ucap Anna."Kami sudah tidak ada masalah, harusnya kamu juga tidak memanfaatkan ini. Vyolin sudah melupakan semuanya!" sahut Mike."Siapa bilang? Vyolin sudah trauma berat karena kamu. Dan penculikan anaknya, itu juga pasti ulah kamu. Iya kan?" Anna menatap tajam Mike.Mike terdiam, sejenak memikirkan apa yang harus dia lontarkan untuk mengelak. "Itu karena dosanya sendiri. Dia berbohong tentang keguguran. Dia berbohong sama saya kalau anak itu sudah keguguran. Dan ternyata dia malah kabur ke Singapura dan semua yang terjadi sama dia adalah pengabulan karena kebohongannya sendiri," ucap Mike."Kebenaran akan segera terungkap, Mike. Dan kamu akan dapat
Pesawat baru saja mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Kevin merasa lega karena akhirnya bisa pulang ke rumah. Bastian langsung menaiki taksi seorang diri, berpisah jalan dari Kevin dan Vita setelah berpamitan.Sedangkan Vita, masih mengekori langkah Kevin sembari memikirkan taktik baru untuk menggoda Kevin. Kevin pun mendiamkannya, bersikap dingin agar Vita merasa kesal dan pergi menjauhinya."Pak Kevin, Pak Kevin langsung pulang ke rumah?" tanya Vita ketika keduanya menunggu taksi."Iya," jawab Kevin setelah menoleh sebentar."Duh, gimana ya, Pak. Orang-orang di rumah saya lagi pergi, rumahnya dikunci, baru balik nanti malam," ucap Vita."Kamu bisa tunggu di tempat lain, kan," sahut Kevin."Saya gak punya teman, Pak. Boleh gak, emm … kalau saya main ke rumah Bapak sebentar, sampai sepupu saya jemput nanti malam," ucap Vita dengan tatapan mengiba.Kevin terdiam, merasa bahwa ini masih salah satu drama yang dibuat Vita. Kalau Vita sampai ikut ke rumah, maka yang ada hanya akan menambah