Kamu kenapa, Sayang?" Kevin menangkap sikap Vyolin yang salah tingkah."Eng-enggak, Mas. Tadi aku cuma lagi ngerasain gerakan bayi di perut aku," sahut Vyolin sambil memegangi perutnya."Ohya? Makin sering geraknya?" Kevin lalu duduk di samping Vyolin dan meletakkan sebelah tangannya di perut Vyolin."Iya, Mas. Makin sering gerak," ucap Vyolin."Berarti bayinya sehat, besok kita ke rumah sakit ya. Mas hampir lupa kalau ada jadwal pemeriksaan kesehatan kamu, sekalian imunisasi," ujar Kevin."Harus banget, Mas?" tanya Vyolin tak bersemangat."Iya, dong. Untung tadi Mas diingatkan sama Julia," jawab Kevin.Vyolin merasa malas, saat mengetahui dirinya harus kembali ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Namun, dia tak ingin membuat Kevin khawatir."Mas gak mulai kerja?" tanya Vyolin lalu merebahkan diri."Semua sudah aku selesaikan semalam. Nanti sore baru aku cek lagi hasil kerja anak-anak di kantor," jawab Kevin."Mas masih jarang ngobrol sama karyawan lain?" tanya Vyolin iseng."Apa yang m
Kediaman Brandon masih satu komplek dengan kediaman Kevin dan Vyolin. Semesta begitu berpihak padanya untuk bisa membantu mendapatkan nomor ponsel Vyolin, dia hanya perlu pergi ke rumah Mbak Surti. Tetangganya yang merupakan istri ketua RT."Mbak, saya boleh pinjam laptop Pak RT sebentar?" tanya Brandon dengan wajah polos membawa sebuah flashdisk ke rumah Mbak Surti."Lah, kemarin pinjem juga. Belum diperbaiki laptop-mu?" Mbak Surti melirik kesal."Belum selesai perbaikannya, Mbak. Sekarang saya perlu banget buat lihat berkas kerjaan saya dan dipindahkan ke flashdisk ini. Tenang aja, Mbak. Ini saya bawa uang pinjemnya," ucap Brandon lalu mengeluarkan kertas merah lima lembar dari dompetnya.Mbak Surti yang mata duitan, langsung membulatkan mata melihat lembaran uang di tangan Brandon. Dia pun mengizinkan Brandon untuk masuk ke rumah dan meminjam laptop."Pak Asep ke mana, Mbak?" Brandon menanyakan Pak RT yang suda
Dengan buru-buru, Vyolin menyelesaikan rutinitas mandinya. Memakai pakaian sembarangan, lalu meringkuk di atas tempat tidur memegangi ponsel.Vyolin menyalakan layar ponselnya, memastikan nomor Mike tak akan bisa menghubunginya lagi. Bahkan, Vyolin dengan cepat menghapus semua media sosial yang dimilikinya. Rasa cemas membuat Vyolin gemetar sendirian."Sayang … kamu sudah siap-siap?" ucap Kevin yang tak Vyolin sadari sudah membuka pintu kamar."Si-siap? Ke mana, Mas?" tanya Vyolin."Loh, kan kita mau ke rumah sakit untuk imunisasi dan cek kehamilan," jawab Kevin sembari membuka lemari pakaian."Ooh, eh, tapi aku tiba-tiba pusing, Mas. Lain kali aja ya."Vyolin merebahkan tubuhnya dan menggelar selimut. Kevin pun merasa khawatir dan segera memeriksa suhu tubuh istrinya itu."Kamu gak panas, pusing aja?" tanya Kevin sambil meraba kening dan leher Vyolin."Iya, Mas. Tiba-tiba aja pusing," jawab Vyolin."Kalau gitu aku suruh dokter ke sini aja," ujar Kevin lalu beranjak ingin mengambil po
Udara malam menjadi lembab dan dingin, setelah hujan reda. Jarum jam kian bergerak menuju tengah malam, dan Vyolin telah tertidur di sofa. Kevin dengan berhati-hati menggendong tubuh istrinya itu untuk berpindah ke kamar.Kevin membalutkan selimut pada Vyolin, dan membiarkan perempuan yang dicintainya itu tertidur lelap. Kevin yang merasa telah mengantuk pun menyusul berbaring ke samping istrinya dan segera memejamkan mata.***Mike merasa kesal karena Vyolin yang telah memblokir nomornya. Namun, setelah beberapa saat dia memikirkan cara untuk menghubungi Vyolin lagi, akhirnya Mike memutuskan untuk menghubungi Rion.Temannya itu dulu pernah mengajarinya cara untuk menyembunyikan nomor ponsel agar tak terlihat oleh ponsel orang lain. Hal itu pernah dia lakukan saat mengejar perempuan yang sangat dia cintai di masa lalunya. Kini Mike melupakan perempuan itu, juga cara untuk menyembunyikan nomornya."Mau buat apa lagi sih, Bos? Bos besar kayak kamu ngapain masih urus beginian?" tanya Rio
Gubrak!Sebuah dorongan keras telah menjatuhkan tubuh Mike ke lantai, seketika dia terbangun dari tidurnya dengan sambutan rasa sakit. Rianti dengan wajah memerah, berdiri memegang pinggang menunggu reaksi Mike."Kamu yang bikin aku jatuh?" tanya Mike sembari bangkit dengan lunglai dari lantai."Siapa Vyolin? Siapa dia sampai ada dalam mimpi kamu!" bentak Rianti dengan nafas menggebu."Kamu ngomong apa sih?" gumam Mike memasang wajah polos.Rianti lalu mengambil ponsel Mike dan memperlihatkan foto Vyolin yang ada di ponselnya. Mike sontak saja terkejut, gelagapan harus memberi jawaban apa."Ini foto siapa, Mike?" tanya Rianti."Oh, itu. Itu foto dari grup WA kantor. Mungkin salah satu karyawan baru perusahaan. Aku gak tahu juga," jawab Mike sambil garuk-garuk kepala."Pembohong!" ucap Rianti keras."Terserah kamu percaya apa gak. Sejak kapan juga kamu peduli sama urusan aku? Hah?"Mike menyahuti Rianti dengan suara lebih keras, lalu merebut ponselnya dari tangan Rianti. Dengan langkah
Vyolin mematikan panggilan telepon dari Mike, lalu bergegas ke dapur untuk membuat susu. Julia yang selalu memperhatikan kebutuhan Vyolin, telah menunggu di dekat meja makan."Ayo, sarapan dulu," ucap Julia lalu menarik kursi mempersilahkan Vyolin duduk."Kakak sudah bikinkan susunya?" tanya Vyolin."Sudah dong. Makan yang banyak," jawab Julia lalu pergi ke area dapur basah untuk melanjutkan membilas pakaian.Vyolin menatap sejenak hidangan di meja, perutnya keroncongan akan tetapi rasa gelisah telah membuatnya malas untuk makan nasi. Diminumnya saja segelas susu bersama dengan dua potong roti yang diolesnya selai coklat.Drett.Ponsel yang diletakkannya di meja kembali bergetar, kali ini panggilan dari Anna. Vyolin hampir melupakan janji mereka untuk melakukan body care home service."Iya, Anna. Kamu sudah mau ke sini?" tanya Vyolin sambil mengunyah roti."Vyolin, aku mau
Setiap jam makan siang, Kevin lebih suka datang ke warteg sederhana yang berdiri di depan kantornya. Di sana menjual nasi dengan berbagai menu khas warteg yang menurutnya selalu enak dan tidak membosankan. Hanya perlu satu kali menyebrang jalan, untuk tiba di sana."Saya mau nasi putih, terong balado dan ayam goreng," ucap Kevin sambil menunjuk lemari kaca di etalase warteg."Baik, Mas," sahut empunya warteg.Di warteg, terlihat beberapa karyawan lainnya. Cukup ramai setiap jam makan siang, meski banyak restoran kecil lainnya di dekat kantor.Sambil bersiap untuk makan, Kevin menyalakan layar ponsel. Berniat untuk mengirim pesan pada Vyolin yang selalu hadir dalam pikirannya.[Sayang, sudah makan siang] ketik Kevin dalam pesannya.Kevin meletakkan ponsel di atas meja, tepat di samping piring. Hingga dirinya sudah mulai menikmati makanan, belum terlihat balasan pesan dari Vyolin.[J
Setelah pertemuan makan malam dengan klien pentingnya dari luar negeri, Mike memutuskan untuk pulang saja ke rumah. Di hunian megahnya itu, dia tak menemukan sosok Rianti. Alih-alih merasa cemas, Mike bersikap cuek saja dan merebahkan dirinya ke atas tempat tidur bersandar pada sandaran kasur.Jarum jam baru menunjukkan pukul sembilan, ketika Mike mulai membuka layar ponselnya lagi. Sejak tadi dia menahan diri untuk tak memikirkan Vyolin, akan tetapi dia tak bisa. Segera saja dia menuju aplikasi bertukar pesan dan mengirim pesan untuk Vyolin.[Sudah kamu pikirin?] ucap Mike dalam pesannya.Vyolin yang menyadari ada pesan masuk, buru-buru membukanya. Di lihatnya sekeliling kamar untuk memastikan Kevin masih berada di luar.[Aku gak mau ketemu atau berurusan apa pun dengan kamu.] balas Vyolin.[Vyolin, sikap keras kepala kamu itu yang membuat aku semakin penasaran. Kamu pasti cantik banget kalau lagi cemberut. Kamu lagi cemberut kan? Jangan dong, gak kuat aku kalau kamu cemberut.] kirim
Langit seketika mendung, saat Vyolin dan Kevin baru saja membawa Vyona memasuki mobil. Mereka berencana untuk makan malam di sebuah restoran mewah, bertepatan dengan hari jadi pernikahan mereka yang ke delapan tahun. Karena khawatir pada cuaca takut semakin buruk, Vyolin pun mengatakan pada Kevin untuk di menunda rencana mereka."Aku sudah booking mejanya, Sayang," ucap Kevin menyesal."Gak apa-apa, Mas. Mungkin bukan rejeki kita," sahut Vyolin."Jadi? Gimana?" tanya Kevin sambil menggendong Vyona masuk ke rumah."Kamu bawa Vyona ke kamar, aku akan siapkan makan malam," jawab Vyolin sambil lalu menuju dapur.Kevin membawa Vyona ke kamar, memberikan susu dan menggendong bayi kecilnya itu sampai akhirnya tertidur. Saat Vyona telah tertidur, Kevin pun langsung pergi ke dapur.Area makan tampak gelap, hanya ada penerangan dari tiga lilin yang menyala di meja makan. Asap masih mengepul dari dua piring berisi spagheti dengan saus tomat bertoping keju. Kevin tersenyum, melihat hasil kerja Vy
Pukul delapan pagi, tepat di pertengahan musim dingin. Masjid Jami Tokyo, tampak ramai menggelar acara pernikahan Tomo dan Donita. Keluarga inti Tomo datang, juga beberapa teman lamanya yang asli tinggal di Jepang. Donita hanya mengundang Hendrik dan Brandon, sedang pernikahannya akan diwakilkan wali hakim.Menggunakan gaun pengantin serba putih, Donita terlihat begitu cantik. Dengan kerudung warna senada berhiaskan renda-renda rajutan sederhana, Donita menjadi pusat perhatian semua yang datang. Tomo terus tersenyum melihat gadis cantik yang kini duduk di sampingnya, sosok yang akan mendampinginya menjalani sisa waktu seumur hidup."Nih, tissu," ucap Brandon menjulurkan sebungkus kecil tisu saku."Ish, kain serbet aja kalau ada," sahut Hendrik ketus."Hahaha. Gak nyangka, ya. Donita akan nikah ngeduluin kita," ujar Brandon sembari menikmati kue cemilan manis yang disediakan keluarga pengantin."Cewek kan memang gitu, selalu pengen ngeduluin," sahut Hendrik."Kita pulang dari sini, har
Sebulan setelah melalui perawatan intensif di rumah sakit, Ayah Mike telah sadarkan diri dan bisa kembali ke rumah. Shock berat membuatnya tak lagi bisa bergerak bebas seperti dulu. Air matanya tumpah lagi, saat mengetahui menantu dan calon cucunya telah tiada.Ibu Mike menyimpan nomor ponsel Vyolin, dan sering meminta Vyolin untuk datang berkunjung. Seperti hari ini, Vyolin membawa Vyona datang ke rumah keluarga besar Baskoro Group. Menghibur orang tua Mike yang masih merasa berduka."Kalian orang-orang yang baik," ucap Ayah Mike saat Vyolin mengupaskan buah jeruk untuknya."Anda juga, Pak," sahut Vyolin lalu tersenyum."Di mana suamimu?" tanya Ayah Mike. Sudah beberapa kali dia menanyakan Kevin. "Masih di kantor, Pah. Sudah dibilang dari tadi," sahut Ibu Mike dengan raut kesal karena Ayah Mike terus mengulang pertanyaan.Sesuatu terjadi pada saraf otak Ayah Mike, membuatnya sulit konsentrasi dan mudah lupa. "Ah, iya. Mau kah suamimu melanjutkan bisnis kami?" tanya Ayah Mike tiba-t
Kembali ke dalam sel, Mike disambut wajah duka teman-temannya. Hampir semua orang di sel juga sudah mengetahui perihal nasib malang yang dideritanya. Mike langsung membaringkan tubuhnya ke pojokan sel, menghadap dinding. Tidak ada yang berani mengajaknya bicara. Dalam tatapan kosongnya, Mike terus bertemu dengan bayang-bayang Rianti. Senyum istrinya, bahkan keributan-keributan yang dulu terjadi, Mike merindukan masa-masa itu."Apa kurangnya aku, Mike? Sampai kamu harus begitu ingin mendapatkan anak dari istri orang lain!" Mike kembali teringat pertengkaran mereka saat itu.Mike kembali menyalahkan dirinya sendiri, tentang mengapa semuanya terjadi. Dia langsung beranjak duduk, dan perlahan-lahan membenturkan kepalanya ke dinding. Semakin lama semakin keras."Bos, berhenti, Bos," ucap seorang teman Mike di sel yang langsung mencoba menghentikan Mike.Mike tak bergeming, terus mencoba membenturkan kepalanya dengan keras ke dinding. Semua orang akhirnya menahan tubuhnya, hingga menjauhi
Rianti masih berada di kamar jenajah, tepatnya di sebuah lemari pendingin khusus. Jasadnya telah dibersihkan dari peluru, hanya tertinggal bekas luka yang membuat merinding siapa saja yang melihatnya.Ibu Mike mengumpulkan keberanian dan kekuatan untuk pergi ke penjara, tempat Mike ditahan. Bersama dengan dua orang pengacara keluarga mereka. Sedangkan Ayah Mike masih dirawat karena koma, serangan jantungnya tak pernah sehebat ini sebelumnya.Mendengar kedatangan Ibunya, Mike merasa senang. Orang tuanya belum pernah datang sebelumnya, walau selalu menanyakan kabarnya pada Rianti. "Mamah, senangnya aku lihat Mamah mau datang," ucap Mike dengan senyum lebar."Ma-maaf, Mamah baru sempat datang," sahut Ibu Mike dengan suara yang begitu berat."Gak apa-apa, Mah. Mamah apa kabar?" tanya Mike.Ibu Mike langsung merasakan sesak di dadanya, mengingat kabar buruk yang saat ini menimpa keluarganya. Segera dia beranjak dari kursi, meninggalkan meja pertemuan dengan Mike dan menangis di luar ruang
Rianti begitu marah dengan sikap Andrew yang diterimanya pagi ini, tak menunggu waktu lama dia pun segera pergi ke kediaman Ayah mertuanya, CEO Samudera."Mungkin dia pikir, aku gak akan berani mengadu!" ucap Rianti saat melangkah keluar rumah.Sopir pribadi pun langsung melajukan mobil, mengantarkan Rianti ke rumah CEO Samudera. Dengan perasaan gugup,.Rianti mencoba menyusun kalimat yang akan disampaikannya nanti di hadapan Ayah mertuanya.Meski pun kinerja Andrew bagus untuk perusahaan, nyatanya Andrew punya attitude yang buruk. Andrew bahkan sudah berani merendahkan Mike di hadapan Rianti."Menantu, tumben datang ke sini," ucap CEO Samudera yang kebetulan sedang bersantai minum teh di taman depan rumah. Rianti langsung menuju ke sana setelah diberitahu pelayan."Ada apa, Rianti? Perut kamu sakit?" tanya Ibu Mike yang juga ada di sana."Bu-bukan, Mah. Bukan perut yang sakit, tapi hati," jawab Rianti dengan mata berkaca-kaca.Rianti langsung duduk di kursi kosong sebelah Ibu Mertuany
Berada di tempat baru dengan suasana baru, siapa pun harus menyesuaikan diri agar terbiasa. Donita tampaknya masih kesulitan untuk tidur, sampai akhirnya dia pun memutuskan untuk keluar kamar dan pergi ke ruang keluarga rumah Tomo. Menyalakan televisi dengan suara kecil, dan duduk menonton di sana sembari memeluk bantal."Belum tidur?" rupanya Ibu Tomo berada di dapur. "Ibu?" sahut Donita. Benar-benar memanggil Ibu Tomo dengan sebutan Ibu, seperti orang Indonesia."Kenapa belum tidur?" tanya Ibu Tomo dalam bahasa inggris."Susah tidur, gak tahu kenapa," jawab Donita terbata-bata karena sambil memikirkan kosa kata inggris yang tersimpan di kepalanya.Ibu Tomo lalu kembali ke dapur, rupanya membuatkan susu coklat hangat dan membawakan biskuit untuk cemilan Donita."Terima kasih, Bu," ucap Donita.Ibu Tomo hanya mengangguk, lalu pergi meninggalkan ruang keluarga. Tak lama, tiba-tiba Tomo datang. Dengan wajah mengantuk, Tomo langsung berbaring saja di sofa."Kamu kenapa belum tidur? Gak
Lewat dari pukul sembilan pagi, Vyolin menyambut kedatangan tiga sahabatnya. Anna, Sarah, dan Selena. Sudah cukup lama mereka tidak berkumpul, sejak terpecahnya kasus Vyolin dan Mike di penjara.Ada yang berubah di pertemuan kali ini, yaitu tertutupnya pakaian Anna dan Selena. Dua sahabat Vyolin yang sudah menikah ini, memutuskan untuk belajar hijrah. Mereka begitu terinspirasi dengan suka duka Vyolin, dan ingin semakin mempererat persahabatan mereka dengan saling mendukung perbaikan diri. Sedangkan Sarah, baru mengubah gaya berpakaiannya, belum sampai menutup rambutnya."Ini hari yang sangat indah," ucap Vyolin lalu menyuguhkan makanan dan minuman ke atas meja makan.Vyona tampak senang berada di pangkuan Sarah, mata bulat Vyona terus melihat Sarah sembari tersenyum. Tangan kecilnya juga sesekali memainkan rambut Sarah yang terurai bergelombang."Emm, menurut kalian … apa kita gak mau bikin agenda liburan bareng lagi setelah ini?" tanya Anna."Liburan? Hayuk, kemana?" sahut Selena ce
'Sesuatu yang buruk akan berakhir, ketika kebaikan meraja di setiap hati manusia.' tulis Rianti pada postingan media sosialnya setelah sekian lama tak aktif.Akun Rianti dengan ribuan pengikut itu pun kembali ramai, panen banyak komentar baik karena di sana terpampang foto kebersamaan Rianti, Ibu Mike dan Vyolin. Rianti memang sempat meminta Vyolin untuk foto bersama, akan tetapi Vyolin tak diberitahu bahwa itu akan diunggah ke media sosial."Mereka ke sini?" tanya Kevin sembari melepas kancing kemejanya sepulang kerja."Iya, Mas. Aku kaget banget mereka datang," jawab Vyolin yang masih membaca komentar-komentar di postingan Rianti."Syukurlah kalau niat mereka tulus ingin menjalin hubungan baik," ucap Kevin lagi."Tadi Sarah dan Anna bilang, mungkin Rianti cuma perlu buat konten. Untuk membangun lagi citra baik Baskoro Group," sahut Vyolin."Hemm, ya, selama itu tidak merubah hukuman Mike dan tidak merugikan keluarga kita. Its oke," ujar Kevin.Kevin gegas membawa handuk ke kamar man