Hari-hari berlalu dengan cepat, Nick telah kembali dari pengasingannya. Dia telah mulai aktif di Kantor Cabang PT Antampura di Australia. Tubuhnya sudah pulih seratus persen tapi tidak dengan hatinya. Kadang-kadang Nick berpikir dia sedang membunuh dirinya sendiri, dia yang memutuskan untuk menjauh, dia yang mutuskan untuk menghilang tapi dia juga yang sangat menderita!Nick bekerja bagai kuda, tak pernah bersantai, istirahat hanya jika sudah terlalu lelah, bisnis berkembang dengan luar biasa pesat tapi kondisi Nick begitu menyedihkan. Nick menutup diri dari pergaulan sosial, menolak perhatian dari para sosialita, aktris, model dan semua wanita muda yang ingin dekat dengannya. Nick makin menarik perhatian kaum hawa karena sikapnya yang dingin dan karena kekayaannya yang berlipat ganda. Rutinitas Nick dimulai dengan lari pagi, ke kantor, makan siang seadanya, malam fitnes atau dinner dengan klien hingga malam pulang sudah dalam keadaan lelah agar bisa langsung tertidur.Akan t
Pierce tidak tahu bahwa Nick sedang terpekur membaca pesan yang baru saja masuk dari Kania. {Aku tidak tahu apa yang Bella katakan, abaikan. Goodbye.}Nick berusaha menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyerang dadanya, hatinya. Kania mengirim pesan tanpa salam dan tanpa menyebut namanya sama sekali lalu diakhiri dengan 'goodbye'. Nick tahu pasti Kania kecewa, tersinggung, marah bahkan mungkin kini mulai membencinya, itu yang diinginkannya bukan? Itu yang direncanakannya dari awal dia pergi dari rumah sakit tanpa pesan? Tapi kenapa rasanya SAKIT SEKALI?!Ingin Nick berteriak sekencang-kencangnya untuk melepaskan rasa sakit di hatinya. Dia terlanjur memilih jalan ini, tapi ternyata dia tidak pernah mengira begitu berat menanggung rasa sakit ini...Bagaimana dia akan menjalani hari-hari nya ke depan, membayangkan kesepian yang panjang tanpa ada Kania di dalamnya saja sudah membuatnya hancurrr. "Nick?" Suara kakaknya terdengar di seberang. "Sorry PS, bye." Nick menutup teleponnya l
Tengah hari saat sedang berada di tengah-tengah pertemuan memasuki saat genting pengambilan keputusan dan penandatanganan Perjanjian Kerjasama, pesan abangnya masuk. (PT Nikelindo dahulu milik ayah Kania, tiba-tiba jadi milik Bramantyo dan Emmy, ibu tiri Kania yang sekarang jadi Ibu mertua Bram, kini Kania menuntut balik haknya){Kasusnya sampai mana?}(Minggu depan sidang kedua){Sidang pertama?}(Tertutup){Cari salinanya}(Sudah, mempertaruhkan leherku, jadi jaga baik-baik){Thank you, kirim segera}Nick memberi tanda agar wakilnya mengambil alih perundingan. Kini Nick sedang mengamati jalannya sidang pertama. Nick menguatkan diri untuk melihat wanita pujaannya, ternyata setelah sekian lama menahan rindu tak jua berkurang rasa cintanya. Melihat Kania memasuki ruang sidang darah Nick berdesir kencang. Kania lebih kurus, dan wajahnya yang lembut lebih tirus, ada kesedihan yang dalam menghiasi wajah tanpa senyum itu, wajah le
Nick tidak mendengar suara Kania, hanya helaan nafas lalu sambungan terputus. Nick terpekur menatap lantai. Lalu denting perlahan menandakan ada pesan masuk. Kania!(Jangan hubungi aku lagi)Nick memandang pesan Kania, kenapa Kania tidak memakinya langsung? Kenapa Kania tidak mendampratnya habis habisan di telepon? Kenapa harus menegurnya lewat pesan? Hanya ada satu jawaban dari dua kemungkinan.Kania sangat membencinya atau ...Kania menangis. Nick kembali menekan nomor Kania. "Nia, kau baik baik saja?" Kembali sambungan terputus. Pola berulang.Lalu pesan Kania masuk. (Aku serius Nick! Jangan hubungi aku lagi)'Akhirnya dia menyebut namaku!' Batin Nick. Kembali Nick menelepon. "Bram, mengancammu? Melukaimu? Menyakitimu?"Nick menunggu telepon terputus, ternyata perkiraannya meleset. "Aku serius! Jangan pernah meneleponku , aku mampu menjaga diri, dulu pun kami sendiri!" "Nia.." "Aku berterima kasih kau menyelamatkanku, suatu hari aku akan membayarnya, sampai saat itu ti
"Kalau kami bersama mungkin awalnya dia akan bahagia, tapi bagaimana jika dia mulai merindukan rumah yang ramai dengan celoteh anak-anak?" "Biarkan Kania sendiri yang memutuskan!""Dia sangat murah hati, pasti dia akan langsung mengasihani aku, bisa bayangkan pria yang hidup dalam belas kasihan? Pria itu bukan lagi pria! Aku tidak bisa hidup bersamanya hanya karena dia kasihan padaku, PS!""Cinta memang memiliki kekuatan yang luar biasa, orang pintar bisa jadi bodoh, orang bernalar sehat bisa jadi sakit! Coba pikir jika Kania tahu apa yang telah kau coba lakukan? Kau pikir dia akan berterima kasih padamu? Dia wanita dewasa, dia BERHAK ATAS HIDUPNYA, dia berhak memutuskan JALAN MANA yang dia PILIH, bukan orang lain!"Pierce menyelesaikan ceramahnya lalu menghela nafas panjang. "Aku tunggu, kabari jam berapa mendarat."Nick memikirkan apa yang abangnya katakan. Dia seolah-olah sedang berada di persimpangan, tidak ada yang bisa dia lakukan. **Kania tidak menyangka ternyata Bram m
"Tiba-tiba aku membayangkan..kenapa harus susah payah jika ayah Nicho adalah seorang Miliarder, tinggal mengaku..ceritakan masa lalu, lalu berdamai, pasti mereka semua mundur begitu tahu siapa yang ada di belakangmu." "Kayaknya salah kalau kita ngobrol saat ini, udah waktunya tidur sepertinya, jadinya ngelanturrrr." "Sorry ya kalau jam segini gue tidur, lagian mana bagian ngelanturnya, emang bener kok apa yang gue bilang." "Saran terselubung." "Mau terselubung kek, terbungkus, tertutup, terserah..yang penting tulus aku tuh nyaranin agar temen aku tercinta kembali ke jalan yang benar."Kali ini Kania terdiam. "Sudah terlanjur jauh, Bel." "Better late than never, Nia. Ayolah." "Oke akan aku pikirkan. Doain sidangku berikutnya ya." "Sidang berikutnya kapan Nia?" "Minggu depan." "Hari?"Terdengar suara Bella seperti mencicit. "Nggak apa apa Bel, kalau ada urusan lain, doain aja dari jauh." "Hari apa Nia?" "Rabu, Bell." Terdengar Bella mengumpat-umpat. "Bell, nggak apa apa,
Kania sedang berada di kantor ketika pintu kantor terbanting dengan keras. "Hai jalang, keluar kamu!" Bentakan keras suara seorang wanita membuat seisi kantor kaget. Ibu tirinya! Kania berusaha menenangkan emosinya. Berani sekali ibu tirinya datang melabraknya ke kantor. Kania keluar dan berdiri tenang menghadapi wanita setengah abad yang sedang kalap. Penampilan ibu tirinya beda dari biasa, mungkin karena dia begitu cemas dan takut kehilangan harta yang selama ini dibangga-banggakannya.Harta yang didapatkannya dari ayah Kania, yang Kania yakin di dapat dengan cara kotor bukan cara normal."Hei Kania, kurang ajar sekali kamu ya, kamu pikir kamu siapa? Berani sekali menggugat kami? Kamu akan menangis mengais-ngais tanah seperti binatang setelah semua ini berakhir." Bentak Emy, si ibu tiri keji nan tamak itu.Kembali pintu terbanting untuk kedua kali dan kini muncul dihadapannya Bram dan istrinya. "Kamu tuh ya nggak tobat-tobat, udah sendirian di dunia masih juga cari musuh,
Terlihat Bram ingin melawan ketika ibu tirinya menarik tangannya keluar dari kantor Kania. Sepeninggal mereka, perlahan Nick memutar tubuhnya, kini dia memandang Kania, memuaskan kerinduannya. "Nia.." Mata Kania berkaca-kaca. Nick bergerak maju akan tetapi langkahnya terhenti karena tangan Kania terangkat, melarangnya mendekat."Kania..." "Kau juga keluar, kembalilah ke tempatmu, aku tidak butuh bantuan mu." Bertolak belakang dengan ucapannya yang tajam, air mata Kania mengalir sangat deras. "Nia, aku tahu kamu marah...aku_""Aku jauh dari marah, pulanglah ke duniamu, Nick." Nick menggeleng, lalu kembali maju dan merengkuh Kania masuk dalam pelukannya. "Lepaskan aku, aku benciiii, kamu jahatt, lepaskan." Kania meronta dan menangis bersamaan. Nick tidak rela melepaskan Kania, hingga akhirnya Kania rebah dan menangis pilu di dadanya. Nick merasa hatinya tersayat-sayat melihat kesedihan Kania, betapa dalam dia melukai Kania sedalam kesedihannya. "Maafkan aku, maafkan aku Ni
Kania melihat wajah Tora, lalu menunduk menatap ponsel Tora, nampak dua orang anak manusia yang sedang bercinta. Keduanya asing bagi Kania! Akan tetapi masih sambil menunduk Kania menyusun rencana. "Mana ada tubuh sexy, tubuh over weight aja di bilang seksi!" gerutu Kania. Tora terkejut hingga lupa menutup mulutnya.."Kau tidak menangis?" Lucu sekali raut wajah Tora.Reaksi Kania hanyalah mengangkat keningnya lebih tinggi."Sudah kubilang bahwa suamiku adalah pria paling setia, dia memiliki semua kriteria yang diinginkan seorang wanita pada diri seorang pria."Kania sengaja membuat panas hingga Tora tak lagi bisa berpikir dengan otaknya."Sudah kaya, tampan, seksi, pintarrr lagi.""Diam," desis Tora."Seorang pria yang bisa menaklukkan dunia akan dengan mudah membuat ribuan wanita tunduk di kakinya, tanpa rayuan, tanpa ancaman." Kania meneruskan dengan sengaja."DIAM!" bentak Tora dengan raut wajah bengis. "Pria yang percaya diri adalah pria yang tahu kualitas dirinya, tidak men
Nick mengangkat tangannya dan siap menggedor pintu kamar ketika sesuatu menghentikannya. Tawa istrinya! Tawa! 'apakah perkiraannya salah? Mereka memang sedang berbisnis?' Kalimat berikutnya menjawab pertanyaan Nick. "Suamiku pria yang paling bisa dipercaya, kau tunjukkan foto dia sedang bercinta pun aku akan bilang itu rekayasa!"Segera Nick berbalik dengan wajah heran dan memberi isyarat kepada Tommy untuk melakukan sesuatu. Tommy mengacungkan jempolnya, Nick heran melihat ketenangan sahabatnya. Kembali Nick menghadap pintu dan menempelkan telinganya lebih dekat. **Kania melihat Tora mendekatinya. Kania beringsut akan tetapi Tora makin mendekati hingga parfumnya tercium oleh Kania. Parfum lembut yang aneh karena menguar setelah bercampur keringat seorang pria. Seaneh pemakainya. "Sejak awal kita bertemu kau sudah merendahkan ku dengan lagak bangsawanmu! Lalu makin hari kau makin membuatku marah karena kau membuat mereka semua mulai berani melawanku!""Tanda tanya besar ba
Nick sampai di kantor Kania. Bergegas Nick menuju ruang Kania hanya untuk mendapati ruangan itu kosong. Nick melihat sekeliling. 'fix! Nia keluar kantor karena tas dan semua barang-barang pribadinya tidak ada di sini.' Nick berkata dalam hati setelah melihat sekitar. Nick langsung mencari sekretaris Kania. "Kemana Ibu pergi?" "Ibu pergi dengan klien lama yang memang sudah janjian dari kemarin itu, Pak." Nick ingat cerita Kania bahwa beberapa hari terakhir dia sedang sibuk mempersiapkan penyambutan klien besar yang tadinya sudah tidak menjalin kerja sama dengan mereka karena perusahaannya vakum akan tetapi kini telah kembali. Nick masih ingat binar di mata istrinya, betapa Kania sangat bahagia karena dengan perjanjian baru ini mereka akan mendapatkan laba yang berlipatganda. Sebenarnya ini bukan melulu tentang uang, tapi Kania ingin mengembalikan kondisi perusahaan ayahnya kembali ke posisi semula, jadi perusahaan sehat yang bisa menopang hidup ratusan karyawan beserta keluar
Kania memandang Mrs Brenda sambil bertanya dalam hati. 'seharusnya basa basi nggak sampai sedalam ini kan? Pakai nanya nama anak segala!' "Namanya Nico, Mrs Brenda." "Kamu sayang sama Nico?" 'pertanyaan nggak penting!' Ingin rasanya Kania menghardik Mrs Brenda. "Kenapa Mrs Brenda?" Nampak Mrs Brenda mendongak akan tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. "Yah...hanya ingin tahu saja." Kania hanya mengangguk samar tanpa menjawab pertanyaan Mrs Brenda. Tanpa terasa mereka telah sampai di parkir bawah tanah. Mereka keluar dan berjalan dengan Mrs Brenda yang memimpin di depan. Lalu Kania sadar bahwa mereka sedang berada di hotel bukan kantor! Sedang mereka berjalan terjadi keributan. Ada seorang ibu yang sedang menggendong bayinya. Si ibu kerepotan dengan barang bawaannya dan juga sibuk menenangkan bayinya yang sedang menangis kencang. Kania mengamati dan sedang berpikir apa yang bisa dilakukan untuk menolong si ibu ketika dia merasa tangan M
"Selamat siang, mari silahkan masuk." Sambil mempersilahkan wanita itu masuk Kania berjalan menyongsong kliennya. Mereka berjabat tangan. Kania mencatat dalam hati bahwa wanita itu hanya sekilas memandang wajahnya lalu melihat ke sekeliling ruang kerja Kania. 'mungkin wanita ini mengukur kredibilitas perusahaan Kania melalui kondisi dan perabot kantor pemilik,' batin Kania. "Mari silahkan duduk Mrs Brenda, senang bisa bertemu dengan Anda hari ini." Merasa namanya di panggil Mrs Brenda memandang Kania lalu menganggukkan kepalanya. "Kemana orang-orangmu?" Kania sejenak berpikir bagaimana cara menjawab tanpa membuat wanita tua ini tersinggung. "Maaf, bukankah pesan yang sekretaris Anda kirim mengatakan agar sebaiknya kita hanya bertemu berdua saja?" Wanita tua itu tersenyum. Senyum formalitas, catat Kania dalam hati."Aku hanya ingin memastikan kau sudah melakukan apa yang aku inginkan," jawab Mrs Brenda.Kania mengangguk. "Baik, kalau ada yang ingin Anda tanyakan seputar pr
Nick meraih tengkuk istrinya lalu mulai memimpin mereka berdua. "Aku terus memikirkan ini sejak dokter bilang kau sudah boleh beraktivitas normal," bisik Nick dengan bibir basah yang merambah ke mana-mana. Nick membelai kulit istrinya yang sangat lembut dan membiarkan jemarinya meluncur turun ke leher, lalu ke tulang selangkanya. Nick mencium denyut nadi di leher Kania dan merasakan detak itu di lidahnya.Mereka setara dalam gairah."Aku ingin kau telanjang," gumam Nick yang tidak lagi ingin membuang waktu langsung menarik turun blouse Kania yang ternyata memang belum terkancing dengan sempurna."Aku terlalu merindukanmu.." gumam Nick.Mereka saling memandang."Me too. Jadi, apa yang kau tunggu, Hon? Pleaseee,"Nick tersenyum mendengar rengekkan Kania.."Kalau hanya untuk aku, sudah sedari tadi aku akan langsung masuk, berdiam di sana, menikmati kenikmatan luar biasa yang tak pernah gagal kau tawarkan." "Tapi?""Aku harus membayar hutangku dulu, betapa istriku yang murah hati su
"Satu minggu, Pak." Nick membiarkan pria itu mengerjakan tugasnya sampai selesai. "Catat di kertas, taruh di meja." Setelah melakukan persis yang Nick perintahkan, pemuda itu segera berlalu dari hadapan Nick. Nick langsung mengangkat telepon dan kembali memanggil Tommy."Siap Bos?" "Kenapa ada OB baru di sini?" "Memang vendor kita akan ganti orang baru kalau yang lama sudah menjelang habis masa kontrak, Nick." "Telepon mereka, suruh sediakan orang-orang yang sudah bekerja minimal 1 tahun, jangan pernah kirim orang baru apapun kondisinya atau kita akan cari vendor lain." Tommy mengangguk.'ini serius!' batin Tommy."Memangnya kenapa dengan OB yang kamu panggil tadi, Bos?" "Sebenarnya aku mau panggil teknisi tapi demi kepraktisan aku suruh OB aja, toh tidak membutuhkan keakuratan, hanya bayangan garis besarnya saja tapi ternyata orang yang datang asing, dengan kondisi kita saat ini, usahakan tidak ada orang baru, menutup kemungkinan mereka menyusup dengan mudahnya ke kantor ki
Akhirnya Nick kembali ke kantor dengan senyum lebar di bibirnya.Nick membuka ruang pertemuan dan mendapati ada Tommy yang sedang bersama dengan klien mereka."Mohon maaf pertemuan kita terganggu karena istri saya butuh bantuan." Itulah kalimat pertama yang Nick ucapkan. Nampak klien yang tua menatap Nick tajam lalu mulai menjawab."Tadinya saya kesal karena harus menunggu, padahal kami klien penting dan kami datang dari jauh, jadi tadi saya nyaris memutuskan bahwa saya akan mengakhiri hubungan bisnis di antara kita." Nick hanya diam, tidak menjawab sepatah kata pun karena dia tahu bahwa masih ada yang akan di ungkapkan oleh kliennya itu. "Akan tetapi di saat-saat terakhir setelah saya mendengar bahwa kau mengabaikan kami karena harus mengurus sesuatu yang berhubungan dengan istrimu akhirnya...saya putuskan untuk menunggumu." Nick mengangguk seakan ingin mengucapkan terima kasih melalui anggukkan kepalanya."Kau tidak ingin bertanya apa yang membuat saya memutuskan menunggumu
Nick berusaha melepaskan bibirnya untuk ciuman yang kesekian kali. "Udah pamit yang ketiga kali," gumam Kania setengah meledek suami sayang.Nick tersipu malu. "Berat ninggalin istri tercinta," jawab Nick sambil berjalan ke pintu. "Tumben rajin banget ngantor, ini udah jam berapa, Hon?" Nick berhenti lalu menatap lembut kekasih hatinya. "Kalau mereka belum terlanjur menunggu ya aku nggak bakalan ninggalin istriku...apalagi kalau mulai merajuk gini." Kania menggigit bibirnya lalu bertanya dengan raut wajah mulai serius."Menunggu? Jadi yang meeting penting hari ini..belum beres?" Nick kembali mendekat dan tanpa menyentuh Nick mengecup bahu Kania. "Aku melompat dan meninggalkan mereka begitu kau menutup teleponku! Ingat Sayang, hukuman untuk itu belum terbayar." "Maafkan Nia bikin kacau sampai pertemuan penting jadi terganggu, kalau nanti mereka marah dan batal gimana, Hon?" "Nggak mungkin batal, karena di awal aku sudah sempat menjamu mereka dengan baik, jadi mereka tahu ba