Sementara Arlan masih memberikan pengarahan kepada para pengawal serta pelayannya dikediaman mewah itu, hanya untuk sekedar memastikan, bahwa Leon tidak pernah kembali ke kediamannya lagi. "Aku tidak ingin anak itu menginjakkan kakinya di kediaman ku ini! Jadi kalian harus terus mengawasinya, dan jangan pernah mereka melakukan apapun tanpa izin ku. Kalian mengerti!?"Salah satu pelayan mansion mengangguk mengerti, kemudian mengajukan pertanyaan kembali, "Ba-ba-baik pak! Hmm bagaimana dengan bapak? Apakah bapak, benar-benar akan menjual rumah ini?"Arlan tertawa kecil, "Rumah ini merupakan rumah pertama ku! Aku tidak akan pernah melepaskan kediaman ku ini begitu saja, karena tidak ada yang berani membayar harga nya!""Jadi Pak?"Arlan menautkan kedua alisnya, "Jadi kalian tetap tenang, bekerjalah seperti biasa, dan katakan kepada mereka, bahwa rumah ini telah berganti kepemilikan. Aku permisi!"Bergegas Arlan meninggalkan mansion megah itu, hanya untuk meliha
Kedua netra itu saling berpandangan. Entah mengapa, setelah bertemu kembali dengan Arlan ada secercah harapan membahagiakan pada raut wajah Shinta untuk terus hidup bersama pria dewasa tersebut.Begitu juga sebaliknya, Arlan memikirkan hal yang sama untuk tetap hidup bersama Shinta dalam ikatan yang berbeda, yaitu pernikahan."Bi!" sapa Shinta dengan suara perlahan.Arlan langsung menuju sofa, kemudian mengecup lembut kepala wanita oriental tersebut dengan penuh perasaan cinta dan sayang.Arlan bertanya dengan nada lembut, "Hmm, kenapa belum tidur? Apakah kamu tidak ingin istirahat?" ia meletakkan mangkuk salad yang masih berada dipelukan Shinta diatas meja.Tanpa pikir panjang, setelah pria itu berbalik menatapnya, Shinta langsung mengalungkan tangannya keleher tegap Arlan untuk memberikan satu kebahagiaan yang terpendam selama ini. "Shinta kangen, Bi."Arlan yang mendengar penuturan sang pujaan hati, langsung menggendong tubuh ramping wanitanya untuk m
Pagi menyapa dengan hangatnya sinar matahari bersinar terang, menyinari kamar apartemen mereka dari balik tirai yang terbuka sedikit. Sandy telah di ambil alih oleh baby sitter sesuai perintah Arlan, sementara Shinta masih terlelap di balik selimut tebal yang menutupi tubuhnya.Perlahan Arlan beringsut mendekati Shinta, untuk kembali menggoda wanita cantik itu setelah melakukan ritualnya membersihkan diri, dari sisa pertempurannya bersama Shinta hingga pukul 03.00 dini hari.Shinta menggeliatkan tubuhnya, ia merasakan sesuatu bagian tubuhnya semakin lengket, kemudian perih dibagian intinya. "Bihh, kenapa badan Shinta sakit sekali?" rengeknya manja, langsung meringkuk di dekapan Arlan yang langsung memeluknya.Arlan tertawa kecil, mendengar rengekan manja wanitanya, "Bersihkan dirimu, sebentar lagi kita akan berangkat ke Singapura. Aku tidak ingin menghabiskan waktu ku terlalu lama berada di sini. Karena bisa saja, mereka datang untuk kembali berdebat dengan ku! Aku
Raline masih menekan lututnya di punggung tangan Arlan, sambil mellumat bibir duda beranak dua itu. Tubuhnya seakan bernafsu ketika mencium aroma wangi maskulin pria dewasa yang berada dalam kungkungan tubuh indahnya."Balas ciuman ku, Arlan. Aku sangat mencintaimu. Sejak dulu aku sangat menginginkan mu. Aku ingin kau menjadi milikku seutuhnya ..." ucapnya pelan ketika melepas ciuman panas mereka.Arlan menggeram, rahangnya semakin mengeras. Sejujurnya ia terpancing oleh sentuhan Raline, tapi ia tak mampu untuk membalas perlakuan wanita liar yang sengaja membangunkan naga yang berada di tubuhnya.Dengan nafas panjang, Arlan memejamkan matanya, hanya untuk mengendalikan emosi dan hasrat yang semakin membuncah dikepalanya sebagai seorang pria normal.Seketika Arlan teringat akan Shinta, gadis yang selalu ada untuknya dalam keadaan apapun.Arlan membuka matanya perlahan, menatap pias wanita dewasa yang masih berada di pangkuannya, sambil berkata geram, "Lepaska
Matahari bersinar semakin tinggi, Arlan telah berhasil mengusir wanita laknat itu dari apartemen miliknya. Wajah tampan itu terlihat memerah, karena masih menahan rasa sakit kepala yang semakin lama semakin terasa akan meledak. Ia menghempaskan tubuhnya di sofa, kemudian merentangkan kedua tangannya."Kenapa wanita gila itu seperti akan memakan ku! Ada apa dengannya? Kenapa dia sangat penasaran, bahkan merendahkan dirinya sendiri hanya untuk menjadi seorang Nyonya Arlan. Bukankah Raline tahu, bahwa aku tidak pernah tergoda olehnya ..." geramnya meremas kuat rambut sendiri.Seketika perasaan Arlan berkecamuk, ia tidak ingin melampiaskan amarahnya kepada siapapun saat ini, tapi lagi-lagi wanita paruh baya yang mengasuh Baby Sandy, keluar dari kamar dengan tergopoh-gopoh, mendekati Arlan."Pak Arlan, i-i-itu, hmm Nona Shinta mengamuk di kamar mandi. Dia membanting semua barang-barang yang ada di dalam kamar mandi, Pak ..." ucapnya terbata-bata.Arlan mengehela nafa
Siang semakin terik, Raline terlihat sangat frustasi. Kali ini ia hanya berdiri diatas rooftop gedung rumah sakit dengan linangan air mata. Hatinya seperti tersayat-sayat karena tidak pernah mendapatkan perlakuan yang sama, selayaknya Yasmin ataupun Shinta dari Arlan. "Kenapa kau tidak pernah bisa menerima aku, Arlan? Apa salah ku? Apa kurangnya aku, Arlan!" Pekiknya semakin melengking di udara.Seketika itu, terlintas dalam benak Raline, untuk meloncat dari atas gedung, menuju lantai bawah hanya untuk menyusul Yasmin, ataupun Utama sang papa yang telah meninggalkannya lebih dulu beberapa tahun lalu."Tuhan, kenapa tidak ada seorangpun sudi untuk serius dengan ku! Kenapa aku harus jatuh hati pada Arlan. Tapi aku tidak pernah diperlakukan baik olehnya. Jemput aku, Tuhan! Ambil saja nyawa ku, karena aku tidak ingin melihat Arlan hidup bahagia bersama wanita seperti Shinta. Wanita itu tidak pantas untuk Arlan, aku yang lebih pantas, Tuhan! Raline Utama, Raline Utama yang s
Seno yang melihat Raline sejak tadi, memperhatikan gerak-gerik wanita yang tengah bersimpuh dan menangis kencang tersebut, membuat ia menghampiri wanita yang pernah mengisi hari-harinya hingga saat ini.Perasaan Seno tak dapat dibohongi. Sejujurnya, ia masih mengharapkan gadis yang tengah meringkuk dilantai gedung rumah sakit, ditambah setelah perceraiannya dengan Lily.Seno bertanya dengan nada pelan, ketika mendekati gadis cantik itu, "Ra-li-ne, apa yang kamu lakukan di sini? A-a-a-ada apa dengan mu? Kenapa kamu berantakan sekali?"Raline yang mendengar suara Seno mendekatinya, mendelik tajam ketika bersitatap dengan pria pembohong seperti laki-laki yang berdiri dihadapannya kini.Dengan nafas yang masih terasa sangat berat, Raline menoleh dan mengalihkan pandangannya kearah lain. "Puas kau memberikan harapan palsu padaku, Sen! Aku serahkan seluruh hidup ku padamu, hanya untuk merebut hati Arlan, tapi apa? Apa yang kau lakukan padaku? Kau dengan tega, menyakit
Di dalam kamar yang luas itu, Arlan masih memeluk tubuh Shinta, hanya untuk sekedar menenangkan perasaan wanita yang telah memberikannya satu orang baby.Ya, kini dua insan itu berjanji tidak akan pernah terpisahkan, keduanya saling berpelukan tanpa mau membicarakan hal yang baru saja terjadi.Perlahan Arlan menangkup wajah cantik wanitanya, mengecup lembut bibir basah Shinta dengan penuh perasaan bersalah juga cinta, "Maafkan aku, sayang. Bersiaplah, kita akan berangkat ke Singapura."Dengan wajah penuh senyuman, Shinta mengangguk pelan, beranjak dari pangkuan Arlan yang sejak tadi tidak ingin melepasnya."Bi, bagaimana jika wanita itu datang lagi ke apartemen kita yang di Singapura? Aku takut, bi. Aku tidak ingin ada pengganggu lagi diantara kita. Aku mencintai bibi," ucapnya, kembali memeluk erat tubuh Arlan yang masih duduk di sofa kamar mereka.Sejujurnya ada kegetiran didalam hati Arlan untuk membawa Shinta saat ini. Perasaannya semakin tidak tenang, s
Sejuk angin berhembus perlahan, menyentuh kulit halus Alexa sambil menatap penuh cinta ke arah Brian. Tidak ada yang lebih indah, selain menjadi wanita dewasa di hadapan pria yang memperlakukannya dengan sangat baik. "Mr. Baby ..." terdengar suara serak Alexa menoleh ke arah Brian. "Hmm ..." Brian masih terus mengusap lembut punggung Alexa dengan sentuhan jemarinya yang sesekali mengecup lembut kepala gadis itu. Alexa tersenyum tipis, "Apakah yang kita lakukan ini salah, Mr. Baby? Kenapa aku merasa nyaman denganmu. Apakah, kamu akan mencampakkan aku jika mengalami sakit seperti Mama Cua?" Seketika Brian terdiam, rahangnya mengeras dan menghela nafas berat. Semua ini sangat berat baginya untuk menjelaskan bahwa ia juga terperangkap atas ketidakjujuran Cua--sang istri. "Aku tidak pernah ingin meninggalkan kamu, Baby. Bagiku, kamu wanita cerdas dan sangat patuh serta pantas untuk di pertahankan. Aku tidak akan menjanjikan apapun padamu, tapi aku akan memberikan yang terbaik untukmu
Wajah tampan bak artis Korea itu seketika berubah menjadi seorang pria yang memiliki rasa bersalah pada Arlan juga Shinta sang mantan istri. "Bukankah sejak dulu Shinta sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam hidupku, tapi kenapa aku justru menyakitinya dan akhirnya meninggalkan Cua begitu saja. Aku harus bertemu dengan Cua, aku tidak ingin melanjutkan perdebatan ini, karena hal ini tidak akan pernah usai ..." tuturnya dalam hati ketika mengemudikan kendaraan menuju kediaman Brian. Leon yang selama ini hanya mendengar cerita dari Duke melalui sambungan telepon tentang Cua, tapi tidak pernah bisa bertemu dengan sang mantan kekasih, justru merasa terjebak karena ulah pria itu yang memiliki dendam karena putri kesayangan mereka dihina oleh sikap Arlan beberapa waktu lalu. "Jika benar Cua melahirkan Alexa, berarti selama ini papi sudah mengetahui semua tentang aku, kenapa pak tua itu tampak segar dan jauh dari stroke sesuai apa yang dikatakan oleh Dokter Salim padaku ..." Kembal
Suasana apartemen milik Brian pribadi sangatlah berbeda dengan mansion mewah miliknya bersama Cua. Gadis muda nan cantik rupawan itu benar-benar tak berkutik dibuat pria bule tersebut, karena tidak menyangka bahwa yang tengah menikmati keindahan surga dunia bersamanya itu merupakan anak tiri darinya. "Tidurlah baby. Aku tahu, kamu pasti lelah setelah seharian melayani aku," titahnya mengusap lembut kepala Alexa kemudian mengecup bibir itu untuk kesekian kalinya. Alexa menggeliat, ia semakin terlihat jatuh hati kepada Brian. Pria beristri yang sangat baik dan bertanggung jawab tersebut. ***Sementara itu di kediaman Arlan, Shinta justru tampak kalut karena tidak menemukan keberadaan putra-putri kesayangannya. Bagaimana tidak, cukup lama mereka saling bercerita dengan cara yang berbeda, kini justru keluar dari kamar untuk mencari keberadaan Sandy ataupun Alexa. Shinta berteriak keras kepada para pengawalnya, "Cari Alexa dan Sandy saat ini juga! Bawa mereka pulang, karena ada hal yan
Suasana siang itu semakin terik. Entah mengapa mansion mewah milik Keluarga Arlan, tampak seperti neraka yang akan hancur dalam hitungan detik. Shinta melemparkan beberapa perkakas yang ada diatas meja riasnya, karena tidak menyangka bahwa Arlan memiliki anak dari perempuan lain, bahkan wanita itu merupakan Raline, musuh bebuyutannya selama ini. Arlan justru semakin mendekat kepada Shinta, walau langkah kakinya sangat sulit untuk digerakkan. "Dengar sayang, aku tidak pernah melakukan hal itu dengan Raline. Aku benar-benar lupa, aku bersumpah tidak pernah bertemu dengan dia setelah kejadian di Santo Stefano, Shinta. Please ... aku mohon, jangan pernah percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan pria itu, sayang. Kamu harus percaya padaku, karena aku suamimu!" Dengan cepat, Shinta menepis semua ucapan Arlan. Ia tidak menyangka bahwa selama ini sang suami tercinta telah tega mengkhianatinya selama pernikahan mereka yang hampir menginjak sembilan belas tahun. "Katakan jujur sama aku,
Dapat dibayangkan bagaimana perasaan Sandy sebagai putra mahkota satu-satunya yang akan mewarisi semua harta kekayaan Arlan Alendra. Kini ia benar-benar tidak dapat berpikir jernih, karena telah menghabiskan malam bersama wanita yang merupakan adik tirinya. "Apakah benar Janet merupakan anak dari Papa Arlan? Kenapa dunia ini begitu sempit? Apa maksud Tuan Laren memperkenalkan Janet pada keluarga ku, bahkan mereferensikan gadis itu untuk menjadi secretaris pribadi ku ..." umpatnya, meremas kuat rambut ikal itu dengan perasaan bersalah. Seketika telinganya menjadi lebih awas, karena mendengarkan suara sang mama, yang terus memanggil kedua buah hatinya, "Sandy, Alexa!" Kedua putra-putrinya seketika muncul dihadapan Shinta yang langsung berhambur memeluk tubuh ramping sang mama dengan penuh kerinduan. Alexa menciumi pipi Shinta, sesekali melirik tajam kearah Sandy yang berdiri di sisi kanan sang mama. Terdengar suara rengekan Alexa yang sangat manja ditelinga Shinta, membuat wanita o
Tepat pukul 04.00 waktu Singapura, mereka tiba dibandara Changi tanpa mau bicara sepanjang penerbangan. Brian yang tak kuasa menahan rasa keingintahuannya, berkali-kali mencoba untuk mencari informasi dari kerabat dekatnya, Dokter Albert yang selalu ada dalam masa sulitnya ketika berusia muda dulu. [Bisa katakan padaku, apakah kamu mengetahui tentang Laren] Terdengar helaan nafas Albert dari balik gawainya, membuat Brian kembali menanyakan hal yang sama. [Albert, jawab aku! Apakah kau mengetahui tentang status Laren] [Ogh, boy! Sorry, mataku masih mengantuk, karena aku baru saja terlelap. Aku pikir yang menghubungi aku pasien, ternyata kamu. Bagaimana jika kita bertemu nanti siang di hotel ku. Aku istirahat dulu, oke] Tidak ada pilihan, Brian menuruti semua permintaan Albert, karena sejak dulu mereka selalu saling mengerti profesi masing-masing. Dengan tatapan lelah, Brian menoleh kearah Alexa yang meringkuk di dekapannya sejak memasuki mobil SUV yang sudah menunggu kemudian me
Cukup lama Brian menghabiskan waktu bersama sang kekasih didalam kamar hotel, sehingga melupakan waktu pertemuan mereka yang tinggal satu lagi untuk pengiriman barang, kemudian kembali ke Singapura sesuai jadwal yang sudah ditentukan keluarga. Tampak kegelisahan dihati Sandy, karena belum mendapatkan kabar dari sang adik tiri seraya bergumam dalam hati, "Kemana Alex? Apakah dia baik-baik saja ...?" Gegas Sandy meninggalkan restoran hotel tempat mereka menginap, hanya untuk memastikan keadaan Alexa, serta mencari tahu keberadaan Brian yang juga tidak menampakkan puncak hidungnya sejak malam. Tanpa Sandy sadari, ia meninggalkan gawai miliknya diatas meja restoran dengan merekam semua pembicaraan mereka, yang akan ia serahkan kepada sang papa. Akan demikian, ketika Sandy akan keluar dari pintu lift ketika tiba dilantai tempat mereka menginap, ternyata ia melihat pemandangan yang tidak biasa, Alexa tengah tertawa bahagia bersama Brian dengan wajah cerah selayaknya dirinya yang telah
Suasana kamar milik Alexa yang awalnya terasa sangat sejuk, kini berubah menjadi panas ketika kedua insan itu masih mendesah nikmat dalam suasana yang dimabuk hasrat juga gairah. Brian yang sudah lama tidak merasakan kehangatan dari seorang wanita, seakan banyak menuntut, karena tidak dapat menghentikan sentuhannya. "Stophh baby ...!" Alexa mengehentikan tangan liar Brian yang akan memasuki jemarinya ke lembah surga yang sudah tidak terhalang benang. Pandangan Brian yang berkabut gairah, hanya terus menciumi leher jenjang Alexa yang sangat memabukkan seraya berbisik, "Please babyhh ... kita merupakan kekasih. Aku sangat menginginkan mu, baby." Sejujurnya saat ini Alexa juga merasakan hal yang sama seperti Brian. Tapi kali ini pikirannya sedikit terganggu karena kondisi sang papa yang tengah sakit membuat dirinya berpikir dua kali untuk melakukan hal itu. "Maaf sayang, kembalilah kekamar mu. Aku tidak ingin melakukannya dengan cara seperti ini. Papa sedang sakit, dan jujur perasaan
Suasana Kota Roma yang sangat sejuk. Alexa hanya terus menyibukkan diri tanpa mau berbasa-basi dengan Sandy, karena perasaan kesal juga kecewa pada abang angkatnya tersebut. Bagaimana tidak, ia harus melihat pria muda itu tidur satu kamar dengan Janet, tanpa memikirkan bagaimana perasaannya sebagai seorang wanita muda yang juga memiliki perasaan.Dengan wajah menekuk murung, Alexa hanya menghabiskan malamnya dikamar hotel tanpa mau bertemu dengan siapapun termasuk Brian yang memilih pergi menghabiskan malam disalah satu club' kasino yang terletak di Kota Roma.Tak ingin menjawab pertanyaan Brian ketika kesibukan mereka disela-sela padatnya jadwal pertemuan dengan beberapa rekan bisnis yang berada di sana.Entah mengapa, perasaan Alexa seakan hancur setelah menyaksikan kemesraan Sandy bersama Janet yang sangat mengejutkan, ketika melihat pria muda itu berada diatas tubuh secretarisnya sendiri. "Kenapa aku harus percaya padanya? Kenapa dia tidak pernah jujur padaku, bahwa Sandy memang m