Shinta bersusah payah untuk menenangkan milik Arlan dengan mengompres benda keras itu menggunakan air hangat, tapi pria mapan itu masih terus mengeerang agar istrinya membantunya karena tidak mungkin akan keluar kamar dalam kondisi berdiri tegap seperti tengah menunggu seorang untuk pelampiasan.Bersusah payah Shinta menstabilkan kondisi emosinya, yang masih membayangkan Raline duduk menikmati milik Arlan, dan kini ia dihadapkan dengan benda yang enggan tertidur tersebut.Dengan demikian, Shinta harus memegang kendali agar Arlan tidak meringis ataupun merasa teraniaya karena mengharapkan sesuatu pelepasan ataupun kepuasan dengan cara yang lebih ekstrim.Shinta menoleh kearah dispenser, dan melihat kearah kopi ataupun susu, agar tidak menjadi bulan-bulanan Arlan yang akan menghajar tubuhnya hingga babak belur nantinya, bertanya dengan nada pelan, "Sayang ... bagaimana jika aku membuatkan kamu kopi, atau memberikan susu agar dia tertidur?"Arlan menggeleng, ia jus
Malam semakin larut, sudah lebih dari enam jam Arlan dan Shinta terbalut dalam hasrat yang tak kunjung usai, akhirnya kedua-nya berhasil meraih kebahagiaan hakiki untuk kepuasan seorang suami.Arlan ambruk dalam pelukan Shinta, setelah menghadapi berbagai cara agar cepat selesai menidurkan benda yang terus mengeras dan enggan untuk terlelap.Tubuh dua insan yang sedang perang dingin itu saling berpelukan dalam peluh, tapi menyiratkan satu kepuasan diujung bibir Shinta, walau harus menjadi jallang untuk suaminya sendiri malam itu..Pagi menjelang, matahari bersinar terang menyinari negara tempat tinggal mereka. Shinta masih enggan membuka mata, karena masih merasa tidak sanggup dengan kejadian satu hari kemaren.Deringan telepon milik Arlan sudah berbunyi sejak pukul delapan pagi, hingga kini telah menunjukkan pukul satu siang. Akan tetapi, dua insan itu masih tertidur pulas, tanpa memikirkan apa yang terjadi di kantor polisi tentang Raline yang seakan-akan
Tangan Shinta meremas erat rambut Arlan, yang telah berhasil meloloskan segala penghalang ditubuhnya. Kemudian mendudukkannya di marmer kaca, dan melebarkan paha sang istri untuk memberikan kesembuhan dibagian inti Shinta. Tak ada kata penolakan, Arlan seperti singa yang sedang lapar. Bahkan dia benar-benar tidak memberikan waktu untuk Shinta menutup kedua belah pahanya.Kembali terdengar errangan Shinta, yang tak mampu menahan gejolak bercampur aduk. Ada perih, sakit, namun essapan lidah Arlan mampu mengalahkan segalanya.Nafas Shinta memburu, hasratnya semakin bergelora terbakar gairah. Entahlah, kali ini ia tak tahu harus bicara apa. Bibirnya benar-benar ternganga lebar, karena dapat merasakan Arlan yang dulu. Pria yang benar-benar mengetahui dimana titik lemahnya Shinta."Ahh ..." Shinta memejamkan matanya, menikmati hebatnya deru nafas yang tak beraturan. Ia menatap wajah Arlan yang penuh pesona dengan nafas turun naik, "Bibi ... apa yang bibi lakukan. Ken
Lebih dari satu jam Stefan dan Brian menunggu Arlan. Membuat pria paruh baya itu kembali menoleh kearah Abigail yang tengah sibuk menyelesaikan pekerjaannya.Lagi-lagi Stefan bertanya dengan nada ketus kepada Abigail, yang sejak tadi tak mengacuhkan kedatangan mereka, "Harus berapa lama lagi aku menunggu Tuan mu, anak muda? Apakah Tuan mu tidak mengetahui, bahwa pekerjaan yang sangat membosankan itu adalah menunggu?"Abigail menunduk hormat, kembali ia menuju meja kerjanya untuk menghubungi Arlan melalui intercom.Terdengar suara jawaban Arlan dari dalam kamar, "Apakah mereka ada temu janji dengan ku? Aku rasa aku tidak ingin bertemu siapa-siapa hari ini. Karena aku masih sibuk dengan istriku!"Stefan yang mendengar pernyataan seperti itu dari Arlan, langsung berdiri dan mendekatkan wajahnya di intercom, sambil menjawab ucapan Arlan, "Hei anak muda. Jangan biarkan orang tua seperti ku menunggu mu berbulan madu. Ada hal yang ingin aku bicarakan padamu. Keluarlah sekar
Cukup lama mereka berbincang tentang kejadian semalam. Tentu saja Arlan menutup semua perlakuannya dengan satu kebohongan ketika mendengar penuturan dari Stefan, bahwa ia telah menikahi Raline tiga hari yang lalu menjadi istri keempat.Jujur pernyataan Stefan, membuat lamunan Arlan buyar seketika, "What? Istri keempat? Apakah Anda masih kuat untuk melayani istri-istri mu yang masih terbilang muda, Tuan?"Mendengar pertanyaan Arlan, kedua pria yang ada di ruang kerja pria mapan itu turut tertawa.Membuat Stefan mendengus dingin, sambil berkata dengan santainya, "Jangan menyepelekan tenagaku! Usiaku boleh tua, tentang tenaga aku masih mampu memberikan yang terbaik untuk mereka. Lagian aku menikah dengan Raline, karena dia wanita yang sangat cerdas. Bahkan aku sangat mencintai dia. Dan aku sudah mendengar semua cerita tentang hubungan keluarga kalian yang tidak harmonis. Aku juga sedang melakukan perawatan pada Nyonya Liberti, karena dia mengalami stroke ketika berada
Setelah menghabiskan waktu di toko perhiasan, Shinta menarik tangan suaminya menuju toko roti kesukaan Sandy. Ia memesan beberapa macam jenis roti yang berisikan cheese sesuai kesukaan putra kesayangannya yang masih berusia lima tahun."Bibi mau yang mana, yang ini?" tunjuk Shinta pada roti berisikan beef dan abon ikan salmon, yang diangguki setuju oleh Arlan.Arlan menempelkan dagunya dibahu Shinta, hanya untuk mencium aroma wangi yang menguar dari tubuh ramping itu membuat tangannya kembali aktif.Shinta mendengus, "Bibi ... masih di mall. Bisa nunggu kita di rumah, enggak!"Perlahan Arlan hanya menggelengkan kepalanya, kemudian menghirup dalam cerug leher yang sangat mulus itu, "Cepat sayang. Kalau sudah di rumah, pasti Sandy akan berhambur memeluk ku dan mengajak ku bermain. Kita tidak ada waktu untuk berdua. Aku masih merindukan mu, sayang!" rengeknya meracau bak seorang anak kecil.Shinta menoleh kearah Arlan, hanya bisa menghela nafas berat karena tidak me
Di keheningan malam, Shinta masih tertawa manja dalam dekapan Arlan yang menyuapkan istrinya dengan makanan-makanan setengah matang. Perasaan bahagia sangat jelas terlihat dari iris mata berbinar-binar menatap Arlan, sambil sesekali mengecup lembut bibir pria mapan yang duduk di sisinya."Sayang kamu mau mencoba minum arak? Ini arak Jepang yang sangat enak, dan baik jika kita menikmatinya lebih dari satu loki."Shinta mengangguk setuju. Ia menerima pemberian Arlan, kemudian menyesapnya dengan satu tegukan, membuat dirinya tersenyum lebar dihadapan suami tercinta.Perlahan Arlan menyematkan anak rambut ditelinga Shinta, yang tampak sangat menyenangkan jika melihat wajahnya. "Kamu cantik, tapi sayang keras kepala dan ngangenin."Shinta tampak tersipu-sipu, mendengar kejujuran Arlan yang sangat tulus. Dengan wajah sendu ia kembali membenamkan kepalanya didada bidang sang suami hanya untuk bermanja-manja.Tangan kedua-nya saling menggenggam, jemari itu saling bermain
Cinta yang semakin bersemayam dihati Arlan untuk Shinta, terlihat nyata ketika ia benar-benar enggan melepaskan genggaman tangannya dari pinggang sang istri saat mereka memasuki tempat yang sudah dipersiapkan oleh secretarisnya. Mereka menghabiskan waktu di sebuah villa yang telah dipersiapkan oleh Abigail, sejak satu hari sebelum keberangkatan, karena memang sudah memasuki masa ramai kunjungan wisata.Benar saja, Arlan membawa Shinta mengisi masa liburan disebuah desa di Italia yang menawarkan suasana romantis di sana. Desa tersebut bernama Santo Stefano, sebuah desa yang berada di ketinggian dan selama ini terkenal dengan hotel-hotel yang kamarnya dihiasi suasana sangat glamor.Kawasan pedesaan di sana masih masuk wilayah Taman Nasional Gran Sasso e Monti della Laga dengan pemandangan yang indah. Di desa itu hanya ada sekitar 115 penduduk. Sedangkan, kurang dari dua puluh orang di sana berusia di bawah 13 tahun.Oleh karena itu, dewan kota mengambil tindakan denga