Lebih dari satu jam Stefan dan Brian menunggu Arlan. Membuat pria paruh baya itu kembali menoleh kearah Abigail yang tengah sibuk menyelesaikan pekerjaannya.Lagi-lagi Stefan bertanya dengan nada ketus kepada Abigail, yang sejak tadi tak mengacuhkan kedatangan mereka, "Harus berapa lama lagi aku menunggu Tuan mu, anak muda? Apakah Tuan mu tidak mengetahui, bahwa pekerjaan yang sangat membosankan itu adalah menunggu?"Abigail menunduk hormat, kembali ia menuju meja kerjanya untuk menghubungi Arlan melalui intercom.Terdengar suara jawaban Arlan dari dalam kamar, "Apakah mereka ada temu janji dengan ku? Aku rasa aku tidak ingin bertemu siapa-siapa hari ini. Karena aku masih sibuk dengan istriku!"Stefan yang mendengar pernyataan seperti itu dari Arlan, langsung berdiri dan mendekatkan wajahnya di intercom, sambil menjawab ucapan Arlan, "Hei anak muda. Jangan biarkan orang tua seperti ku menunggu mu berbulan madu. Ada hal yang ingin aku bicarakan padamu. Keluarlah sekar
Cukup lama mereka berbincang tentang kejadian semalam. Tentu saja Arlan menutup semua perlakuannya dengan satu kebohongan ketika mendengar penuturan dari Stefan, bahwa ia telah menikahi Raline tiga hari yang lalu menjadi istri keempat.Jujur pernyataan Stefan, membuat lamunan Arlan buyar seketika, "What? Istri keempat? Apakah Anda masih kuat untuk melayani istri-istri mu yang masih terbilang muda, Tuan?"Mendengar pertanyaan Arlan, kedua pria yang ada di ruang kerja pria mapan itu turut tertawa.Membuat Stefan mendengus dingin, sambil berkata dengan santainya, "Jangan menyepelekan tenagaku! Usiaku boleh tua, tentang tenaga aku masih mampu memberikan yang terbaik untuk mereka. Lagian aku menikah dengan Raline, karena dia wanita yang sangat cerdas. Bahkan aku sangat mencintai dia. Dan aku sudah mendengar semua cerita tentang hubungan keluarga kalian yang tidak harmonis. Aku juga sedang melakukan perawatan pada Nyonya Liberti, karena dia mengalami stroke ketika berada
Setelah menghabiskan waktu di toko perhiasan, Shinta menarik tangan suaminya menuju toko roti kesukaan Sandy. Ia memesan beberapa macam jenis roti yang berisikan cheese sesuai kesukaan putra kesayangannya yang masih berusia lima tahun."Bibi mau yang mana, yang ini?" tunjuk Shinta pada roti berisikan beef dan abon ikan salmon, yang diangguki setuju oleh Arlan.Arlan menempelkan dagunya dibahu Shinta, hanya untuk mencium aroma wangi yang menguar dari tubuh ramping itu membuat tangannya kembali aktif.Shinta mendengus, "Bibi ... masih di mall. Bisa nunggu kita di rumah, enggak!"Perlahan Arlan hanya menggelengkan kepalanya, kemudian menghirup dalam cerug leher yang sangat mulus itu, "Cepat sayang. Kalau sudah di rumah, pasti Sandy akan berhambur memeluk ku dan mengajak ku bermain. Kita tidak ada waktu untuk berdua. Aku masih merindukan mu, sayang!" rengeknya meracau bak seorang anak kecil.Shinta menoleh kearah Arlan, hanya bisa menghela nafas berat karena tidak me
Di keheningan malam, Shinta masih tertawa manja dalam dekapan Arlan yang menyuapkan istrinya dengan makanan-makanan setengah matang. Perasaan bahagia sangat jelas terlihat dari iris mata berbinar-binar menatap Arlan, sambil sesekali mengecup lembut bibir pria mapan yang duduk di sisinya."Sayang kamu mau mencoba minum arak? Ini arak Jepang yang sangat enak, dan baik jika kita menikmatinya lebih dari satu loki."Shinta mengangguk setuju. Ia menerima pemberian Arlan, kemudian menyesapnya dengan satu tegukan, membuat dirinya tersenyum lebar dihadapan suami tercinta.Perlahan Arlan menyematkan anak rambut ditelinga Shinta, yang tampak sangat menyenangkan jika melihat wajahnya. "Kamu cantik, tapi sayang keras kepala dan ngangenin."Shinta tampak tersipu-sipu, mendengar kejujuran Arlan yang sangat tulus. Dengan wajah sendu ia kembali membenamkan kepalanya didada bidang sang suami hanya untuk bermanja-manja.Tangan kedua-nya saling menggenggam, jemari itu saling bermain
Cinta yang semakin bersemayam dihati Arlan untuk Shinta, terlihat nyata ketika ia benar-benar enggan melepaskan genggaman tangannya dari pinggang sang istri saat mereka memasuki tempat yang sudah dipersiapkan oleh secretarisnya. Mereka menghabiskan waktu di sebuah villa yang telah dipersiapkan oleh Abigail, sejak satu hari sebelum keberangkatan, karena memang sudah memasuki masa ramai kunjungan wisata.Benar saja, Arlan membawa Shinta mengisi masa liburan disebuah desa di Italia yang menawarkan suasana romantis di sana. Desa tersebut bernama Santo Stefano, sebuah desa yang berada di ketinggian dan selama ini terkenal dengan hotel-hotel yang kamarnya dihiasi suasana sangat glamor.Kawasan pedesaan di sana masih masuk wilayah Taman Nasional Gran Sasso e Monti della Laga dengan pemandangan yang indah. Di desa itu hanya ada sekitar 115 penduduk. Sedangkan, kurang dari dua puluh orang di sana berusia di bawah 13 tahun.Oleh karena itu, dewan kota mengambil tindakan denga
Setelah mendapatkan kebahagiaan yang tidak terkira dari Shinta, Arlan terjaga lebih pagi, karena merasakan tubuhnya semakin sehat setelah mendapatkan perlakuan yang sangat menyenangkan dalam hidupnya.Arlan bersiul-siul, ketika menatap wajah tampan itu didepan cermin, sambil mengumurkan aroma mint kedalam mulutnya, agar Shinta tak pernah berhenti untuk menciumnya."Agh, Shinta. Kenapa tidak dari dulu kita dipertemukan? Kenapa baru sekarang kamu bisa menunjukkan bahwa dirimu sangat mencintai aku. Aku rasa, seperti mendapatkan wanita yang sempurna. Dulu aku pikir Yasmin lah segalanya dalam hidup ku. Ternyata aku salah, semenjak kamu hadir mengisi hati dan hari-hari ku. Kamu wanita paling sempurna, Shinta. Aku pastikan kita akan selalu bersama hingga tua, dan kamu mau merawat ku jika terjadi sesuatu ..."Kembali Arlan mengunakan cream diwajahnya, agar tidak terlihat tua seperti kata Shinta. Istrinya itu berjanji akan mengencangkan seluruh kulit Arlan yang mengendur.
Hati istri mana yang tidak mendidih jika mendengar suaminya menjanjikan satu pernikahan dengan wanita lain, bahkan sangat jelas ada kata 'mengandung'. Apalagi wanita itu terus mencari cara untuk memisahkan pasangan suami-istri yang tengah berbahagia tersebut. Wanita bernama Raline itulah biang sesungguhnya, yang dengan berani melakukan apapun untuk merebut Arlan dari Shinta.Kedua bola mata Shinta masih menatap nyalang kearah Raline, darahnya benar-benar menggelegak panas karena mendengar ucapan 'menikah juga mengandung' dari bibir wanita jallang yang sudah tampak membaik.Shinta sengaja menggenggam botol minuman yang ia bawa dari restoran ketika akan menuju toko permen seperti yang diucapkan Lala padanya. Ketika menceritakan Arlan dihadang oleh seorang wanita berwajah barbie. Seketika otaknya teringat akan Raline yang benar-benar terlihat semakin cantik.Kali ini Shinta tak menghiraukan dimana dia akan menghabisi Raline, langkah kakinya seketika bergerak begitu saj
Suasana indah yang diharapkan kedua pasangan suami-istri itu seketika berubah menjadi keheningan ruangan yang sepi tanpa suara. Shinta masih sulit untuk ditaklukkan oleh Arlan karena dipaksa jujur.Kejujuran yang akan menimbulkan petaka, bahkan sangat bahaya jika Shinta mendengarkan semua itu dari orang-orang kepercayaannya. Beberapa kali wanita itu menampar wajah Arlan karena tidak terima dibohongi oleh suaminya sendiri.Pengkhianatan, hanya itu yang ada dalam benak Shinta saat ini untuk Arlan. Kembali wanita oriental itu menangis tersedu diranjang peraduan mereka yang sejak tadi malam hanya terdengar suara dessahan juga errangan, kini berubah menjadi tangis yang sungguh memilukan.Arlan terdiam, wajah tampannya tampak memerah. Bahkan semakin kesal karena merasa bahwa dirinya tidak bersalah sepenuhnya. Berkali-kali ia berusaha untuk meyakinkan Shinta bahwa semua itu hanya kekhilafahan.Kedua tangan Arlan meremas kuat rambutnya, karena merasa frustasi menghadapi