Petugas keamanan menunjuk siapa bos mereka yakni mengarah kepada kami. Dia kaget dan merasa tak terima diperlakukan seperti ini oleh kami. Padahal dia yang salah duluan menyinggung bos tapi dia merasa tak terima disakiti."Beliau bos kami." menunjuk Nungki yang sedang duduk."Apa katamu! Jadi restoran ini miliknya?" tegas Ratna.Ratna merah wajahnya tapi bukan malu melainkan mengumpulkan amarah memnalaa padaku. Padahal itu semua bukan kesalahanku."Betul nona, tuan Nungki adalah bos besar kami apa kamu tak tahu kalau cabang perusahaan kita ada banyak?" tanya petugas keamanan."Ta-tapi tidak begini caranya memperlakukan tamu yang datang," jawab Ratna terbata.Ia mengatakan kalau restoran kami tak layak beroperasi karena memperlakukan tamu secara tak manusiawi."Semuanya dengarkan pemilik restoran ini tak memiliki bakat mengelola restoran. Hanya karena hasutan istri mengusir tamu!" seru Ratna sengaja agar semua orang mendengarnya."Dara kalau kamu nggak terima dikritik dan asal membujuk
Ratna menatapku tajam seolah ingin mengumpat dengan leluasa. Tapi bu Endang menahannya agar tidak marah. Sepertinya bu Endang memikirkan citra anaknya agar tetap baik."Apa kamu cenayang bisa tahu kalau pembantu yang dikirim padaku untuk belanja hari ini adalah mata-mata untuk mengujiku layak masuk keluarga kaya atau tidak," jawab Ratna sambil menunjuk wajahku."Ratna sudahlah jangan ladeni Dara lagi karena kita harus belanja persiapan puasa juga," bujuk bu Endang.Nyonya Leni mengatakan kalau mau puasa seharusnya saling memaafkan agar ibadah puasa lancar. Tidak ada yang mengganjal lagi, ini malah memaki orang yang diem saja ketika dimaki-maki. "Mau puasa itu biasanya maaf-maafkan apalagi sama tetangga yang sering disakiti hatinya. Bukannya mencari keributan," ucap nyonya Leni."Kami juga tahu kok ini semua salah cucu menantu kesayanganmu itu. Dia menyebalkan!" jawab Ratna pada nyonya Leni.Bu endang mengajak Ratna segera pergi dari hadapan kami semua. Mereka memilih keluar dari rest
Sejak kapan suamiku ini bisa bertingkah seperti abg yang buta cinta seperti ini. Aku mengangguk saja kalau nggak cinta namanya nggak suami istri. "Iya lah kan udah suami resmi jadi harus cinta masa iya cinta sama suami orang," jawabku sedikit malu."Coba saja kalau berani!" balas Nungki dengan raut wajah yang tidak seperti biasa.Kami sudah sampai kediaman utama keluarga Hendarso. Suasana rumah sudah ramai karena nanti malam akan ada membaca surat yasin untuk menyambut hari ramadhan yang suci."Capek sekali rasanya banyak banget yang di olah," ucapku sambil merenggangkan kedua tangan."Gitu aja sudah ngeluh. Jangan jadi pemalas bukannya sebelum masuk keluarga ini kamu sudah biasa ngangkat seember ikan buat jualan ya, jangan sok manja!" seru nyonya Lala.Aku tak menggubrisnya karena malas saja soh rasanya. Benar kata Nungki kenapa dia seperti tak punya malu dan bermuka tembok masih berani datang ke rumah ini sedangkan sudah diberikan peringatan dan juga tak dianggap keluarga lagi.Ku
Aku lihat ekspresi nyonya Lala berubah menjadi berwajah merah padam. Soalnya disetiap kesempatan selalu merasa menjadi nyonya dan tampil di depan memerintah mengatur semuanya layaknya tuan rumah."Maksud saya itu sudah saya anggap sebagai anak saya sendiri gitu loh jeng, ya namanya dulu yang momong saya," jawab Nyonya Lala."Masa telinga saya bisa salah dengar sih jeng. Kamu itu berkata kalau kamu adalah nyonya tua pemilik rumah ini dan menantu kesayanganmu adalah Irma," jawab jeng Nanik.Jeng Nanik kesal sekali dengan jawaban nyonya Lala yang ternyata berkelit. Menurut penuturan Jeng Nanik nyonya Lala selalu membawa nama keluarga Hendarso kalau berhutang atau sedang menindas orang di luaran sana."Jangan sembarangan bicara jeng, fitnah itu dosa loh!" seru nyonya Lala."Sudah-sudah ribut apa sih, ayo solah magrib dulu kak, baru baca surat yasin bersama," ajak Lucki sembari jalan ke tempat yang sudah di siapkan."Lucki kamu nanti kalau cari istri yang sepadan jangan dari keluarga miski
Banyak tamu yang mencela Irma. Mereka mengatakan kalau Rania adalah wanita yang berasal dari keluarga berada. Untuk menghindari kalau Roni selingkuh dia melakukan pisah harta dari hasil jerih payahnya.Aku akan menjadikan pelajaran kasus seperti ini supaya dikemudian hari bisa melakukan sesuatu jika terjadi hal seperti ini."Ibu kok merendahkan saya. Kalau mantan istri suami saya mampu ya nggak usah minta nafkah anak lagi," ucap Irma."Dasar nggak nyambung kamu saya tanya pemisahan harta bukannya mampu atau enggak. Yang namanya bapak ya harus tanggung jawab sama anak. Lucu kamu ya ingin jadi nyonya kaya yang menguasai semuanya," cela jeng Nanik.Irma kesal dengan apa yang dikatakan bu Nanik dan membuat keributan malam nifsu sya'ban ini. Keluarga suamiku menjadi malu akibat apa yang dilakukan oleh Irma di depan banyak orang tidak bisa mengontrol emosi."Cukup! Roni lebih baik kamu bawa istri kamu pergi dari sini. Atau nggak usah lagi ke sini lagi selamanya hanya malu-maluin keluarga sa
Nyonya Lala mengatakan kalau Maulana berbicara omong kosong tanpa bukti dia akan menuntut balas atas pencemaran nama baik."Buktinya ada banyak selama dua tahun ini transferan dan barang yang kamu ambil paksa dari rumah ini maaih tersimpan berupa video cctv maupun rekening koran di bank," jawab maulana."Kamu sama saudara peritungan sekali. Lalu wanita mana yang kamu maksud aku perintah untuk menghancurkan rumah tangga adikmu?" tanya nyonya Lala.Mertuaku menegaskan Irma adalah seorang perempuan yang dihadirkan untuk Roni atas ulah nyonya Lala. Mereka bersekongkol melakukan perjanjian kalau bisa membuat rumah tangga Roni hancur harta yang di dapat Irma akan dibagi dua. Tapi ternyata mereka salah prediksi semua harta yang dimiliki Roni adalah milik istri dan mereka melakukan pisah harta. "Bibi bukti yang aku simpan jangan sampai aku keluarkan di sini. Nanti bibu malu sendiri," ucap Mertuaku."Kalian semua keterlaluan. Aku akan membalas penghinaan ini," ucap nyonya Lala lalu pergi kare
Mondi menjawab tentu saja itu adalah hasil keringat dan uang yang dikumpulkan oleh Maulana sepupunya sendiri. Mondi juga menuduh Rina sebagai perempuan benalu yang hanya bisa menghambur-hamburkan uang saja. Buktinya rumah tidak nambah-nambah dan mobil juga maish butut saja. "Heh Rina kamu mau membual kalau itu adalah modal yang kamu keluarkan. Aku mana percaya kamu hanya bisa bersolek dan menghabiskan uang suami saja. Kalau kamu hemat mungkin rumah sudah di renovasi menjadi lebih bagus dan mobil juga ganti yang model terbaru bukan mobil butut seperti itu," jawab Mondi."Memang modal perusahaan yang kami dirikan ini adalah dari orang tuaku. Kalau tidak percaya kamu bisa melihat buktinya di penagcara keluarga ini," balas mertuaku.Lalu dia menertawakan Mondi. Yang dia lihat hanya rumah utama saja mertuaku menuturkan tidak mungkin ia mempunyai banyak aset tapi sesumbar seperti orang kaya baru. Nanti ada orang yang tak tahu malu memintanya sambil nangis dan memakai modal aturan dari kelu
Nungki menegaskan kalau yang namanya istri harus nurut sama suami. Seorang anak gadis yang sudah menikah harus tinggal bersama suaminya bukannya hiduo terpisah laki dimana bini dimana."Kami besok harus bekerja jadi tinggal di tempat yang dekat. Kemana-mana harus bersama bukannya terpisah karena kami bukan abdi negara yang memiliki tugas terpisah," ucap Nungki."Mari semuanya saya pulang dulunya. Malam ini malam penuh ampunan semoga dosa kita semua diampuni oleh gusti Allah," ucapku.Kami permisi pamit karena sudah malam. Kami sudah sampai rumah mandi dan melakukan hubungan suami istri kemuadian terlelap sampai pagi hari.***Ramadhan sudah tiba aku sebagai istri menyiapkan makan sahur untuk suami walaupun di rumah ada pelayan. Ini adalah tahun pertama aku menjadi istri dari seorang lelaki yang mencintaiku sepenuh hati, menerima kekuranganku juga kelebihan yang ada pada diri ini."Dara istriku ini bulan puasa pertama kita ya," ucap Nungki sambil melahap makan sahurnya."Iya benar semo
Para ibu-ibu masih saja sibuk menggosipkan bu Endang yang pergi begitu saja karena kesal. Lucu sekali dia itu. Kenapa bisa mau menggosipkan orang. Tapi tak mau di gosipkan."Sudahlah biarkan saja dia mau bicara apa bu. Itu hukuman buat ibu yang selalu menggosipkan orang!" seru pak Nurdin."Bapak kok membela tetangga daripada ibu sih?" bentak bu Endang.Pak Nurdin tak menyahut lalu pergi begitu saja karena mungkin sudah malas dengan istrinya itu. Bu Endang sudah terlalu banyak ikut campur urusan orang makanya mungkin si suami juga sudah lelah mengurus istrinya."Pak, kok malah pergi ibu ajak bicara! Benar-benar deh bapak ini," ucap bu Endang."Bapak mau istirahat bapak pusing," balas pak Nurdin.Sedang asyik membaca chating dari bu Sri yang memberitahu aku kejadian di kampung. Tiba-tiba perutku mual lalu semakin mual dan badanku lemas dan setelahnya aku tak tahu apa yang terjadi lagi. Saat sudah sadar aku berada di ranjang dan ada Nungki yang menemaniku."Syukurlah kamu sudah sadar Dara
Bu Sri menertawakan pertanyaan yang dilontarakan oleh bu Endang. Yang menanyakan memangkan ibuku itu kaya atau tidak. Yah aku sih cukup menyadari kalau keluarga kami memang susah sejak dulu. Berjualan juga untuk kebutuhan sehari-hari dan anak sekolah. Tapi apakah kita akan bertahan dengan nasib ini dan tidak akan berusaha mengubah nasib. Bu Endang salah ke dua orang tuaku begitu gigih mencari uang untuk kami anak-anaknya di beri ilmu dan diberikan pendidikan untuk maju. Tidak pernah neko-neko lalu menabung untuk mengembangkan usaha. "Loh katanya tadi orang miskin tadi bu. Berhutang memangnya nggak pakai jaminan. Berhutang di bank juga pakai jaminan kaya bu Endang gitu gadein sertifikat pak nurdin untuk biaya nikahan Ratna," ucap bu Mutia. "Kalian itu memang bisa banget menjatuhkan aku. Memangnya kenapa kalau aku berhutang untuk nikahan anakku. Toh yang membayar aku juga bukan kalian," balas bu Endang. "Makanya toh bu Endang kalau tidak mau dijatuhkan sama tetangga ya jangan menja
"Ya jelas lah kamu iri sama bu Siti. Soalnya bu Siti sekarang usahanya sukses. Diem-diem beli mobil. Diem-diem beli tanah. Nggak banyak omong kaya bu Endang. Prestasi Ratna mulu di banggain ternyata tagihan kartu kreditnya banyak!" seru bu Sri."Kalau aku jadi bu Endang mah malu. Sesumbar mulu Prestasi sama pekerjaan yang mentereng. Tenda aja belum dibayar. Tamunya juga nggak kelihatan ada pas hajatan," ucap bu Arum.Para tetangga di kampung sukma jaya memprotes tindakan bu Endang yang gemar bergosip itu. Mereka tidak takut lagi akan berantem dengan bu Endang. Karena sudah biasa dan juga bu Endang semakin keterlaluan dalam bertindak. Andai saja bu endang tak pernah usil pada keluargaku. Andai saja bu Endang tak pernah menyakiti tetangga yang ada di kampung sukma jaya ini. Pasti tidak akan terjadi hal seperti ini 'kan."Itu karena kalian tidak tahu dalamnya keluarga bu Siti. Kalau seandainya kalian tahu kalau hutangnya banyak juga nggak akan menghinaku seperti ini," balas bu endang."
Bu Endang mengatakan. Akhir-akhir ini memang para warga desa sukma jaya selalu membicarakan sosok bu Siti dan keluargaku yang lainnya. Padahal yang mereka bicarakan mungkin bukan perbuatan ayah atau ibuku saat ini.Singkat cerita ayahku memang sering bergaul dengan warga yang lainnya. Saat kami masih susah dulu. Bapakku sering menolong siapapun yang membutuhkan."Ya karena kalian semua selalu membanggakan bu Siti yang gemar nraktir. Halah orang kayak kalian ini nanti saat bu Siti dan keluarganya jatuh pasti akan meninggalkannya. Dasar manusia berwajah ular," ucap bu Endang."Jadi bu Endang ini panas ya. Karena para warga selalu membicarakan keluarga bu Siti tentang kebaikannya. Sedangkan membicarakan bu Endang tentang keburukan saja. Sudah deh ngaku saja," ledek bu Arum.Bu Endang menegaskan tidak ada yang dia iri dengan bu Siti maupun keluargaku yang lainnya. Dia sudah mapan. Suami pns, anak kerja di rumah sakit lulusan fisika terbaik di unoversitas terkemuka. Mantu perawat pns. "D
Bu Endang tak terima keluarganya dijadikan bahan gosip oleh ibu-ibu di tukang sayur. Biasanya dia yang bergosip. Sekarang dijadikan baham gosip tidak terima."Memangnya kenapa kalau kami menggosipkan bu endang? Nggak terima? Ya posisi bu Endang saat ini seperti yang kami rasakan kalau bu Endang menggosipkan kita!" seru bu Arum."Kalian jangan seenaknya ya mentang-mentang aku menggelar acara tidak semewah bu Siti. Lalu kalian seperti punya hak untuk menyakiti hatiku," ucap bu Endang.keributan terjadi di tempat sayur antara bu Endang dan ibu-ibu yang lain. Dia sangat tidak suka di jadikan bahan gosip. Ramai sekali sampai menimbulkan kebisingan."Bu Endang udah deh nggak usah drama. Kita semua tahu kalau bu Endang itu sudah banyak menyakiti hati orang. Makanya jangan kebanyakan membuat ulah. Biar hati juga adem. Dan tidak banyak musuh," ucap bu Lastri."Bilang saja kalian pro sama bu Siti yang lagi kondisi keuangannya naik. Sedangkan aku terlihat hina dimata kalian. Nanti kalau aku seda
Ibu-ibu sudah pulang ke rumah puas setelah mengomentari acara hajatan di rumah bu Endang. Tentu saja bu Endang menyimpan dendam untuk tetangganya."Awas saja akan aku balas mereka semua," gumam bu Endang."Sudah to bu. Mungkin ini karma karena ibu juga suka mengomentati semua tetangga yang ada di kampung ini," ucap pak Nurdin.Ternyata sakit hati juga di omongin langsung di depan mata seperti ini. Bu Endang sakit hati pada mereka semua. Ini berita yang aku dengar tentang keluhan bu Endang pada suaminya yang tersebar di kampung.Beberapa hari setelah selesai hajatan. Tampak seorang pemilik tenda datang mencari rumah bu Endang."Mencari siapa dek?" tanya bu Sri."Rumah bu Endang bu. Sebelah mana ya," jawab seorang pemuda."Sebelah sana tuh pager biru, ada apa emangnya?" tanya bu sri.Pemuda itu mengatakan kalau bu Endang belum membayar tenda sebesar tiga juga rupiah. Sudah seminggu berlalu makanya pihak penyewa tenda akan menagihnya. Kenapa ada peristiwa seperti ini juga ya."Ohh itu di
Bu Endang kesal karena banyak ibu-ibu tetangganya yang mengomentari hajatan yang ia gelar. Dari segala sisi banyak banget mendapatkan komentar. Tidak ada yang sempurnya semuanya diomongin sana-sini sampai membuatnya gerah sendiri."Eh bu Mutia asal kamu tahu saja. Jaman serba canggih banyak banget yang amplopnya di transferin. Emang pada lihat hah. Ih ndeso kalian semua," balas bu Endang."Paling juga satu dua orang itu juga cuma gocap. Gitu aja dibanggain dih najis," balas bu Mutia.Mnedengar berita seperti ini membuatku geli. Ada-ada saja tingkah para ibu-ibu di desaku yang gemar bergosip itu. Perkara hajatan saja sampai bertengkar sama tetangga apa nggak malu sama tamu yang hadir."Sudah jangan ribut lagi bu. Kita ini kan lagi hajatan malu sama tamu. Ayo kita sapa para tamu," ajak pak Nurdin."Mereka membuat ibu kesal pak," balas bu Endang.Pak Nurdin menarin tangan bu Endang dan menasehatinya agar tidak banyak omong lagi. Ada beberapa tamu yang harus mereka sapa. Tidak baik membua
Ibu-ibu itu dengan semangat mengatakan sudah siap untuk bergosip. Mereka sudah rapi dan berkumpul di rumah bu Arum. Mendengar kabar seperti ini membuatku ingin tertawa dengan kelucuan mereka ada tetangga yang menggelar hajatan tapi mereka yang sibuk berkomentar."Aku sih sudah siap bu," ucap bu Sri."Sama dong aku sudah siap sedari tadi. Mengomentari hajatan bu Endang yang suka julit pada warga yang menggelar hajatan. Sekaranf gantian dong," balas bu Arum."Ho'oh bu. Kalau ada yang hajatan tidak luput dari komentarnya. Sekarang giliran kita memberikan komentar pada bu Endang," balas bu Mutia.Masih terngiang di ingatan bu Mutia saat bu Endang mengomentari anaknya yang mau nikahan. Sudah punya anak dua dari pria yang berbeda dapat bujangan yang belum punya anak. Lalu mereka menggelar pesta sederhana di rumah mulut bu Endang sangat pedas dan menyakiti hatinya."Alah bu Mutia. Emangnya bu mutia saja. Waktu saya nikahin dara mulutnya bu Endang juga begitu kok. Lebih ganas," ucap ibuku."I
Bu Lastri menunjuk siapa yang datang. beberapa orang ada yang masih pakai baju dinas. Ada juga yang sudah memakai baju biasa.."Kirain banyak yang dateng. Para perawat dan petugas medis lainnya," balas bu Arum.Iya kok cuman dikit. Apa nitip kali ya," balas bu Sri.Bisik-bisik tetangga saling terdengar di acara pernikahan itu. Sungguh memalukan sekali sudah mengumbar omong besar tapi yang datang hanya segelintir saja. "Tendanya sangat besar sih sama sperti yang dikatakan. Tapi tamunya dikit doang," balas bu Mutia. "Habis magrib kali bu tamunya pada dateng," ucap bu lastri.Mereka masih menunggu habis magrib. Baru asar tamu mereka sepi sekali kayak kuburan.Ibu-ibu banyak bergunjing lagi. Soal tamu saja jadi omongan apalagi yang lain-lain. duh dasar mulut tetangga."Sudah magrib nih ayo kita magriban dulu. Habis ini kita kumpul lagi. Kita lihat tamu yang di undang seribu itu wujudnya seperti apa," ucap bu Mutia."Oke ayo kita magriban dulu. Nanti kumpul lagi di tempat ini saja.," bal