Beranda / Lain / Racun Mulut Tetangga / Memikirkan Cara

Share

Memikirkan Cara

Penulis: Handira Rezza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Nyonya Lala seperti ketakutan dan menyender ke Irma tentang apa yang kukatakan barusan. Dia memang harus mempertanggungjawabkan pernyataaannya karena menyangkut nama baikku. Apalagi melakukan keributan di perusahaan besar.

"Bagaimana ini Irma apa yang harus kita lakukan?" tanya nyonya Lala.

"Tenang saja di sini tak ada yang mengenalnya jika kita sebarkan gosip tentang Dara yang jalang itu bagaimana masuk keluarga kaya dia akan banyak dimusuhi orang," jawab Irma.

Rumor tersebar begitu cepat saat aku berjalan kemanapun di perusahaan ini seperti orang menatapku tajam dan menggunjingkanku di belakang seperti aku orang yang hina.

"Kamu sudah dengar berita tentangnya. Katanya dia adalah seorang wanita murahan yang naik ranjang bos restauran sehingga menjadi istrinya sekarang dan menikmati kekayaan," bisik seorang karyawan.

"Katanya juga dia menghasut suaminya agar menyetop jatah bulanan neneknya loh. Kejam sekali," balas karyawan itu.

"Dasar jalang rakus mauny
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Racun Mulut Tetangga   Kebenaran

    Nungki kesal dengan apa yang dikatakan oleh Wati dan Erni. Ia membentak mereka karena sudah membuliku di tempat kerja hanya berdasarkan katanya."Kalian gila ya kenapa bisa kalian menganggap istriku perempuan jalang sedangkan kalian tak tahu apa cerita sebenarnya," ucap Nungki."Is-istri apakah yang bapak maksud adalah si anak baru itu?" tanya Wati gugup.Nungki mengangguk dia mengakui aku adalah istrinya di depan wati dan Erni. Nungki juga mengatakan kalau Irma adalah pelakor dan nyonya Lala adalah benalu di dalam keluarganya. "Aku yang memilih Dara sendiri sebagai istriku sudah lama aku mendambanya dia juga sempat menolakku asal kalian semua tahu," balas Nungki."Maafkan kami pak. Kami sungguh tak tahu," ucap wati.Aku masih bisa mendengar Nungki marah dengan Wati dan Erni. Dia mengatkan kalau tidak tahu kejadian sebenarnya jangan percaya dengan satu pernyataan orang lain. Ibarat kita dititipi uang sama orang uang itu bisa berkurang. Berbeda jika kita diti

  • Racun Mulut Tetangga   Kesal

    "Heh Dara kenapa kamu seperti orang nahan tawa begitu, kamu nanti kualat kalau menertawakan saya. Saya gibah juga berdasarkan data yang real kok," keluh bu Endang.Bu Sri mengatakan kalau gibah bu Endang kadang salah sasaran banyak nggak benernya. Bilang kalau berdasarkan fakta. Fakta dari mana coba emang dasarnya tukang gosip dari lahir kali jadi kalau nggak ngomongin orang sehari saja mulutnya nggak bisa diam."Alah fakta dari mana ntuh nikahan Ratna jadinya gimana. Jadi pesan sayuran nggak masak di rumah apa di gedung?" tanya bu Sri."Acara saja di gedung masak iya masak masak di rumah juga pemborosan!" jawab bu Endang tegas."Bilanga aja duitnya nggak ada katanya PNS, calon menantu juga perawat dah PNS masa bilang pemborosan," ucap bu Sri.Kata dari bu Sri ini membuat hatiku mak jleb. Kalah itu aku pasti sudah malu dan ingin segera pergi dari sini. Tapi nggak tahu deh kalau muka badak seperti bu Endang ini pasti punya banyak cara untuk tidak membuat membuat d

  • Racun Mulut Tetangga   Tak Kalah Cantik

    "Anak saya itu juga tak kalah cantik kok, waktu gadis saja sudah cantik punya suami pns semakin cantik lah orang duitnya banyak," balas bu Endang.Bu Sri menimpali kalau belum tentu punya suami pns istri selalu bahagia dan terlihat semakin cantik. Kalau suaminya pelit atau mungkin uang di setir sama mertua kasihan yang jadi istrinya."Semoga saja nanti Ratna semakin cantik seperti doa bu Endang saat ini," ucap bu Sri."Ya jelas dong masa anak saya cantik seperti itu incaran para pria yang punya jabatan bisa jadi jelek saat punya suami. Nggak mungkin," balas bu Endang sewot.Aku tak menyadari ada orang yang mengikutiku sampai rumah. Aku sibuk di dapur untuk mengolah makanan yang akan aku berikan pada suamiku. Seseorang mengagetkanku yang sedang sibuk di dapur."Eh Dara kamu sengaja ya ke tukang sayur dandan pakai make up tebel biar dipuji semakin cantik sama orang desa sini," ucap Bu Endang yang menghampiriku memasak."Astagfirllah bu, coba deh lihat saya

  • Racun Mulut Tetangga   Jawaban

    Bu Endang mengutak atik ponselnya setelah mendengar pertanyaanku. Tapi sepertinya tak ada jawaban dan bu endang ngeles soal guru spiritualnya itu."Belum ada jawaban tapi aku pastikan akan mendapatkan jawaban segera, ya jelas lah nanti aku kalau punya mantu mau datang ke rumah aku pastikan walau aku lapar akan menunggu sampai dia sampai rumah baru kami makan," jawab bu Endang sewot. "Ya sudah kalau begitu semoga nanti prakteknya juga seperti itu ya bu," balasku.Aku menawarkan makan malam di rumah tapi bu Endang menolaknya. Ya sudah aku lega sekali bu Endang sudah pulang jadi aku bisa santai sambil selonjoran kaki di ruang televisi."Dara, sepertinya itu adalah suara mobil suamimu," ucap ibuku."Oke coba aku lihat dulu dan ku siapkan makan malam untuk kita semua," balasku sambil berdiri dan melihat siapa yang datang.Benar ternyata yang datang adalah Nungki kami memang belum makan jadi aku sambut suami pulang dan menemaninya makan setelahnya kami pamit

  • Racun Mulut Tetangga   Tidak Mungkin

    Bu Endang sewot sendiri dengan pertanyaan ibuku bagaimana bisa anaknya disamakan dengan oranglain. Loh kok sewot ya dia saja usil ke anak orang biasa saja giliran anaknya yang disinggung kok marah."Eh bu Siti maksud bu Siti apaan saya kan cuma bilang penganten baru ya jelas lengket apa hubungannya dengan anak saya. Sudah jelas nanti mereka juga ngalamin hal yang sama," balaa bu Endang."Sudah bu Endang maafin ibu saya deh ya, sudah malam jangan berdebat saya pulang dulu ya doakan saja rumah tangga kami langgeng sampai kakek nenek," ucapku.Aku juga mengatakan kepada bu Endang kalau akan hadir di pernikahan Ratna nanti. Di gedung mana saja akan datang. Aku juga mendoakan supaya lancar sampao hari H pernikahan Ratna."Kalau orang kaya amplopan atau kadonya yang mahal dong ya. Ngasih kado ke Husna aja kemarin barang mahal," ucap bu Endang.Aku hanya mengangguk dan tak lagi menghiraukan bu Enadng yang terus mengganggu. Sebentar lagi adalah pernihakan Ratna ak

  • Racun Mulut Tetangga   Tamu

    Pelayan tak menyebutkan nama tamu yang datang sepertinya dia tampak kebingungan mau mengatakan siapa tamu itu. Kebiasaan Nungki dia akan marah dan mengomel kalau apa yan dikatakan bawahannya tidak jelas."Itu anu tuan orangnya tidak mau disebutkan siapa karena menurut tamu itu tuan tidak mau menemui mereka jika disebutkan," ucap pelayan itu."Sudah tahu aku tidak mau menemuinya masih berani datang. Pasti orang yang pernah melakukan kesalahan," balas Nungki.Aku meminta Nungki melihat dari cctv saja karena tidak perlu keluar sudah bisa melihat siapa mereka yang membuat sarapan Nungki terganggu. Nungki mengeluarkan ponsel dan melihat cctv.Kedua orang yang ada di balik pagar adalah orang yang kami kenal mereka adalah Roni dan Irma. Sepertinya ada lagi seseorang yang datang, wanita tua yang juga sepertinya bersekongkol dengan mereka."Jadi kamu mau menemui mereka atau tidak?" tanyaku."Kita nikmati saja makanan yang enak ini baru temui me

  • Racun Mulut Tetangga   Menyalahkan

    Nyonya Lala membuat drama pagi-pagi kejadian sampai dia dan Irma di somasi kalau seadandainya aku tidak mengacuhkan mereka dan membuat emosi nyonya Lala mana mungkin sampai terjadi keributan dan mengakibatkan dirinya di somasi. "Nungki lebih baik kamu tanyakan saja pada istri yang kamu cintai itu kalau dia tidak mengacuhkan kami mana mungkin aku emosi dan mengeluarkan kata-kata pedas untuknya sehingga manajemen perusahaannya mengira kami sengaja datang membuat keributan," teriak nyonya Lala. "Jadi kedatangan kalian ke sini untuk menyalahkan istriku, lebih baik segera pergi dari sini jangan sampai aku marah dan menuntut kalian karena telah mencemarkan nama baik istriku," ballas Nungki. Irma tercengang dia sudah pernah merasakan bagaimana kejamnya tinggal di penjara waktu itu. Raut wajahnya ku lihat sangat pucat sepertinya ia takut atau sedang merencanakan sesuatu agar bebas dari tuntutan Nungki dan tetap menyalahkan aku. "Nungki kami tidak bermaksud untuk men

  • Racun Mulut Tetangga   Muka Tembok

    Nungki hanya tertawa mereka pikir aku hanyalah orang bodoh yang tak mempersiapkan apa-apa. Ada rekaman full dari pena perekam yang aku sembunyikan."Ya silahkan saja kaliam drama di depan para wartawan biar di undang ke stasiun tv kan lumayan tuh dapat uang daripada jadi benalu," jawab Nungki."Kamu tidak takut usahamu gulung tikar?" tanya nyonya Lala.Nungki mengatakan kalau usahanya gulung tikar berarti nyonya Lala dan antek-anteknya tak dapat lagi merong-rong dan berusaha mendapatkan uang dengan segala cara dari keluarga Hendarso. Karena itu adalah ulahnya sendiri membuat bangkrut keluarga Hendarso."Aku justru senang karena pasti kalian tidak akan datang menemui nenek ataupun keluargaku yang lain untuk menumpang hidup 'kan," jawab Nungki."Kalian berada di atas tapi selalu menyepelekan kami. Ketika nanti anak-anakku bekerja dan mampu menghasilkan uang sendiri juga tidak akan meminta bantuan kalian," balas nyonya Lala.Benar-benar orang toxic itu ada sudah

Bab terbaru

  • Racun Mulut Tetangga   Hamil- Season satu tamat

    Para ibu-ibu masih saja sibuk menggosipkan bu Endang yang pergi begitu saja karena kesal. Lucu sekali dia itu. Kenapa bisa mau menggosipkan orang. Tapi tak mau di gosipkan."Sudahlah biarkan saja dia mau bicara apa bu. Itu hukuman buat ibu yang selalu menggosipkan orang!" seru pak Nurdin."Bapak kok membela tetangga daripada ibu sih?" bentak bu Endang.Pak Nurdin tak menyahut lalu pergi begitu saja karena mungkin sudah malas dengan istrinya itu. Bu Endang sudah terlalu banyak ikut campur urusan orang makanya mungkin si suami juga sudah lelah mengurus istrinya."Pak, kok malah pergi ibu ajak bicara! Benar-benar deh bapak ini," ucap bu Endang."Bapak mau istirahat bapak pusing," balas pak Nurdin.Sedang asyik membaca chating dari bu Sri yang memberitahu aku kejadian di kampung. Tiba-tiba perutku mual lalu semakin mual dan badanku lemas dan setelahnya aku tak tahu apa yang terjadi lagi. Saat sudah sadar aku berada di ranjang dan ada Nungki yang menemaniku."Syukurlah kamu sudah sadar Dara

  • Racun Mulut Tetangga   Nggak jadi belanja

    Bu Sri menertawakan pertanyaan yang dilontarakan oleh bu Endang. Yang menanyakan memangkan ibuku itu kaya atau tidak. Yah aku sih cukup menyadari kalau keluarga kami memang susah sejak dulu. Berjualan juga untuk kebutuhan sehari-hari dan anak sekolah. Tapi apakah kita akan bertahan dengan nasib ini dan tidak akan berusaha mengubah nasib. Bu Endang salah ke dua orang tuaku begitu gigih mencari uang untuk kami anak-anaknya di beri ilmu dan diberikan pendidikan untuk maju. Tidak pernah neko-neko lalu menabung untuk mengembangkan usaha. "Loh katanya tadi orang miskin tadi bu. Berhutang memangnya nggak pakai jaminan. Berhutang di bank juga pakai jaminan kaya bu Endang gitu gadein sertifikat pak nurdin untuk biaya nikahan Ratna," ucap bu Mutia. "Kalian itu memang bisa banget menjatuhkan aku. Memangnya kenapa kalau aku berhutang untuk nikahan anakku. Toh yang membayar aku juga bukan kalian," balas bu Endang. "Makanya toh bu Endang kalau tidak mau dijatuhkan sama tetangga ya jangan menja

  • Racun Mulut Tetangga   Sindiran bu Sri

    "Ya jelas lah kamu iri sama bu Siti. Soalnya bu Siti sekarang usahanya sukses. Diem-diem beli mobil. Diem-diem beli tanah. Nggak banyak omong kaya bu Endang. Prestasi Ratna mulu di banggain ternyata tagihan kartu kreditnya banyak!" seru bu Sri."Kalau aku jadi bu Endang mah malu. Sesumbar mulu Prestasi sama pekerjaan yang mentereng. Tenda aja belum dibayar. Tamunya juga nggak kelihatan ada pas hajatan," ucap bu Arum.Para tetangga di kampung sukma jaya memprotes tindakan bu Endang yang gemar bergosip itu. Mereka tidak takut lagi akan berantem dengan bu Endang. Karena sudah biasa dan juga bu Endang semakin keterlaluan dalam bertindak. Andai saja bu endang tak pernah usil pada keluargaku. Andai saja bu Endang tak pernah menyakiti tetangga yang ada di kampung sukma jaya ini. Pasti tidak akan terjadi hal seperti ini 'kan."Itu karena kalian tidak tahu dalamnya keluarga bu Siti. Kalau seandainya kalian tahu kalau hutangnya banyak juga nggak akan menghinaku seperti ini," balas bu endang."

  • Racun Mulut Tetangga   Saingan yang mencolok

    Bu Endang mengatakan. Akhir-akhir ini memang para warga desa sukma jaya selalu membicarakan sosok bu Siti dan keluargaku yang lainnya. Padahal yang mereka bicarakan mungkin bukan perbuatan ayah atau ibuku saat ini.Singkat cerita ayahku memang sering bergaul dengan warga yang lainnya. Saat kami masih susah dulu. Bapakku sering menolong siapapun yang membutuhkan."Ya karena kalian semua selalu membanggakan bu Siti yang gemar nraktir. Halah orang kayak kalian ini nanti saat bu Siti dan keluarganya jatuh pasti akan meninggalkannya. Dasar manusia berwajah ular," ucap bu Endang."Jadi bu Endang ini panas ya. Karena para warga selalu membicarakan keluarga bu Siti tentang kebaikannya. Sedangkan membicarakan bu Endang tentang keburukan saja. Sudah deh ngaku saja," ledek bu Arum.Bu Endang menegaskan tidak ada yang dia iri dengan bu Siti maupun keluargaku yang lainnya. Dia sudah mapan. Suami pns, anak kerja di rumah sakit lulusan fisika terbaik di unoversitas terkemuka. Mantu perawat pns. "D

  • Racun Mulut Tetangga   Pagi-pagi Gosip

    Bu Endang tak terima keluarganya dijadikan bahan gosip oleh ibu-ibu di tukang sayur. Biasanya dia yang bergosip. Sekarang dijadikan baham gosip tidak terima."Memangnya kenapa kalau kami menggosipkan bu endang? Nggak terima? Ya posisi bu Endang saat ini seperti yang kami rasakan kalau bu Endang menggosipkan kita!" seru bu Arum."Kalian jangan seenaknya ya mentang-mentang aku menggelar acara tidak semewah bu Siti. Lalu kalian seperti punya hak untuk menyakiti hatiku," ucap bu Endang.keributan terjadi di tempat sayur antara bu Endang dan ibu-ibu yang lain. Dia sangat tidak suka di jadikan bahan gosip. Ramai sekali sampai menimbulkan kebisingan."Bu Endang udah deh nggak usah drama. Kita semua tahu kalau bu Endang itu sudah banyak menyakiti hati orang. Makanya jangan kebanyakan membuat ulah. Biar hati juga adem. Dan tidak banyak musuh," ucap bu Lastri."Bilang saja kalian pro sama bu Siti yang lagi kondisi keuangannya naik. Sedangkan aku terlihat hina dimata kalian. Nanti kalau aku seda

  • Racun Mulut Tetangga   Selesai Hajatan

    Ibu-ibu sudah pulang ke rumah puas setelah mengomentari acara hajatan di rumah bu Endang. Tentu saja bu Endang menyimpan dendam untuk tetangganya."Awas saja akan aku balas mereka semua," gumam bu Endang."Sudah to bu. Mungkin ini karma karena ibu juga suka mengomentati semua tetangga yang ada di kampung ini," ucap pak Nurdin.Ternyata sakit hati juga di omongin langsung di depan mata seperti ini. Bu Endang sakit hati pada mereka semua. Ini berita yang aku dengar tentang keluhan bu Endang pada suaminya yang tersebar di kampung.Beberapa hari setelah selesai hajatan. Tampak seorang pemilik tenda datang mencari rumah bu Endang."Mencari siapa dek?" tanya bu Sri."Rumah bu Endang bu. Sebelah mana ya," jawab seorang pemuda."Sebelah sana tuh pager biru, ada apa emangnya?" tanya bu sri.Pemuda itu mengatakan kalau bu Endang belum membayar tenda sebesar tiga juga rupiah. Sudah seminggu berlalu makanya pihak penyewa tenda akan menagihnya. Kenapa ada peristiwa seperti ini juga ya."Ohh itu di

  • Racun Mulut Tetangga   Ribut

    Bu Endang kesal karena banyak ibu-ibu tetangganya yang mengomentari hajatan yang ia gelar. Dari segala sisi banyak banget mendapatkan komentar. Tidak ada yang sempurnya semuanya diomongin sana-sini sampai membuatnya gerah sendiri."Eh bu Mutia asal kamu tahu saja. Jaman serba canggih banyak banget yang amplopnya di transferin. Emang pada lihat hah. Ih ndeso kalian semua," balas bu Endang."Paling juga satu dua orang itu juga cuma gocap. Gitu aja dibanggain dih najis," balas bu Mutia.Mnedengar berita seperti ini membuatku geli. Ada-ada saja tingkah para ibu-ibu di desaku yang gemar bergosip itu. Perkara hajatan saja sampai bertengkar sama tetangga apa nggak malu sama tamu yang hadir."Sudah jangan ribut lagi bu. Kita ini kan lagi hajatan malu sama tamu. Ayo kita sapa para tamu," ajak pak Nurdin."Mereka membuat ibu kesal pak," balas bu Endang.Pak Nurdin menarin tangan bu Endang dan menasehatinya agar tidak banyak omong lagi. Ada beberapa tamu yang harus mereka sapa. Tidak baik membua

  • Racun Mulut Tetangga   Sudah Siap bergosip

    Ibu-ibu itu dengan semangat mengatakan sudah siap untuk bergosip. Mereka sudah rapi dan berkumpul di rumah bu Arum. Mendengar kabar seperti ini membuatku ingin tertawa dengan kelucuan mereka ada tetangga yang menggelar hajatan tapi mereka yang sibuk berkomentar."Aku sih sudah siap bu," ucap bu Sri."Sama dong aku sudah siap sedari tadi. Mengomentari hajatan bu Endang yang suka julit pada warga yang menggelar hajatan. Sekaranf gantian dong," balas bu Arum."Ho'oh bu. Kalau ada yang hajatan tidak luput dari komentarnya. Sekarang giliran kita memberikan komentar pada bu Endang," balas bu Mutia.Masih terngiang di ingatan bu Mutia saat bu Endang mengomentari anaknya yang mau nikahan. Sudah punya anak dua dari pria yang berbeda dapat bujangan yang belum punya anak. Lalu mereka menggelar pesta sederhana di rumah mulut bu Endang sangat pedas dan menyakiti hatinya."Alah bu Mutia. Emangnya bu mutia saja. Waktu saya nikahin dara mulutnya bu Endang juga begitu kok. Lebih ganas," ucap ibuku."I

  • Racun Mulut Tetangga   Teman Ratna

    Bu Lastri menunjuk siapa yang datang. beberapa orang ada yang masih pakai baju dinas. Ada juga yang sudah memakai baju biasa.."Kirain banyak yang dateng. Para perawat dan petugas medis lainnya," balas bu Arum.Iya kok cuman dikit. Apa nitip kali ya," balas bu Sri.Bisik-bisik tetangga saling terdengar di acara pernikahan itu. Sungguh memalukan sekali sudah mengumbar omong besar tapi yang datang hanya segelintir saja. "Tendanya sangat besar sih sama sperti yang dikatakan. Tapi tamunya dikit doang," balas bu Mutia. "Habis magrib kali bu tamunya pada dateng," ucap bu lastri.Mereka masih menunggu habis magrib. Baru asar tamu mereka sepi sekali kayak kuburan.Ibu-ibu banyak bergunjing lagi. Soal tamu saja jadi omongan apalagi yang lain-lain. duh dasar mulut tetangga."Sudah magrib nih ayo kita magriban dulu. Habis ini kita kumpul lagi. Kita lihat tamu yang di undang seribu itu wujudnya seperti apa," ucap bu Mutia."Oke ayo kita magriban dulu. Nanti kumpul lagi di tempat ini saja.," bal

DMCA.com Protection Status