Home / Urban / RITUAL GUNUNG KEMUKUS / SEBUAH RAHASIA TERKUAK

Share

SEBUAH RAHASIA TERKUAK

Author: Citra Rahayu Bening
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Kenapa kami, Mbah?” tanya Saimah dan Kesi hampir bersamaan.

“Nanti Mbah jelaskan. Sekarang minumlah air itu!”

Pria tua ini menunjuk sebuah kendil yang terletak di atas punden. Keduanya pun meminum cairan dari kendil secara bergantian. Cairan kental serupa darah dan berbau amis telah masuk ke kerongkongan mereka. Itu menyisakan rasa getir dan anyir di mulut serta lidah

“Kini kalian telah jadi pengikut utama. Tanpa ikut ritual, kekayaan kalian akan setara dengan pelaku ritual yang kalian dampingi dan bonus seperti Saimah.”

“Bonus seperti Saimah?” Kesi seketika menoleh ke arah sahabatnya dengan ekspresi ingin tahu.

Saimah hanya tersenyum dan mengangguk. Ia tahu kuncen akan memberi penjelasan karena dirinya pun tak pernah menyangka kejadian yang sempat membuat syok adalah bonus untuknya. Saimah segera mencubit kecil tangan sahabatnya.

Saimah agak mendekat ke telinga Kesi lalu berbisik, “Sst, dengerin kuncen!”

“Dengerkan dulu! Saya akan jelaskan semua.”

“Baik, Mbah.Maaf,” kata Saimah dan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    PAK SOBIR KENA TULAH GUNUNG KEMUKUS

    “Mereka dari mana minta antar ke mana, Pak?” tanya Kesi sambil melihat ke arah sopir yangmasih menyisakan rasa takut dengan bibir gemetar.“Arah dari atas dan naik ke tempat duduk penumpang tanpa membuka pintu. Mereka minta antar ke kampung. Setelah itu saya tak ingat apa-apa lagi, Bu. Ngeri!”“Cuma mimpi, Pak,” ucap Saimah berusaha menenangkan hati sopir, padahal ia tahu betul bahwa fenomena seperti itu sering kali terjadi di Gunung Kemukus.“Beneran, Bu. Saya masih melek. Setelah itu langsung pingsan.”“Emang ada, Im?” tanya Kesi sambil menatap sahabatnya.“Gak tau! Ayo kita pulang!”“Biar saya yang nyetir, Bu,” ucap pria tersebut sambil bangkit lalu membuka pintu.“Yaudah. Silakan!”Begitu sang sopir turun menuju tempat kemudi, Saimah pun segera naik ke kursi penumpang. Kini, kedua wanita bersahabat ini duduk berdampingan.“Im, beneran gak tau?”“Apaan, sih?”“Yang barusan.”“Entahlah. Aku juga gak pernah alami.”Saimah paling kesal kalau Kesi sudah muncul rasa penasaran seperti ini

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    PETAKA DIBIKIN SENDIRI

    “Bu, fokus sama Pak Sobir aja. Soal biaya dan lain-lain, biar aku yang urus dan jangan uangku dari mana? Yang penting Pak Sobir tertangani.”“Iya, ya. Maaf, Im. Mulut ini emang ...,” ucap Bu Sobir sambil menutup mulut dengan telapak tangan.Saimah hanya tersenyum melihat tingkah tukang gosip nomor wahid di perumahan mereka. Akhirnya mereka telah sampai di rumah sakit. Tubuh Pak Sobir dipindahkan ke brankar lalu dibawa ke UGD.Bau busuk yang menguar dari bagian tubuh Pak Sobir membuat seisi ruangan menutup hidung. Saimah berdiri menunggu di depan pintu UGD.Ia bersama Pak RT dan seorang warga menunggu kelanjutan proses pemeriksaan Pak Sobir. Wanita bercelana jeans ini mendekat ke arah mobil lalu berjalan ke arah sopir yang sedang duduk di dalam.“Bapak bisa pulang sekarang. Tunggu telepon dari saya.”“Ya, Bu. Terimakasih banyak.”“Saya yang terima kasih, Pak.”“Saya permisi pulang kalo gitu.”“Silakan!”Saimah agak menjauh lalu mobil mulai bergerak ke luar dari area rumah sakit. Wanita

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    KESI DITELEPON BU SOBIR

    “Kamu sih, sembrono sekali. Ngapain orang dekat sini? Udah tau istrinya jago gosip dan bertengkar. Rahasia kita bisa terbongkar. Kamu bilang ke Pak Sobir dan kuncen.Biar bisa diajak kerjasama.” Saimah sangat kesal dengan perilaku Kesi yang seenaknya sendiri.“Iya, ya. Kalo kuncen bisa ditelepon, tapi Pak Sobir harus ditemui langsung," sahut Kesi sambil menggerutu.“Lakuin segera! Entar aku yang bagian anter Pak Sobir ke punden," ucap Saimah masih terdengar kesal.“Aku ikut, gak?” tanya Kesi sambil menatap Saimah dengan perasaan tak enak hati.“Gak usah! Pengen kebongkar skandal kalian?”Akhirnya mereka mulai mengatur strategi buat mencari jalan keluar tanpa dicurigai warga lain, terutama Bu Sobir. Saimah memang sudah mengamati gerak-gerik Kesi dan Pak Sobir yang mencurigakan sebulan ini.“Kamu kapan besuk?” tanya Kesi memberanikan diri.“Besok sore bareng Mas Parman.”“Ikut, ya?”“Kami naik motor. Gimana, sih?”“Yodah. Aku naik taksi aja.”“Gitu dong, punya inisiatif. Beres, ya. Aku m

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    STRATEGI BERHASIL

    “Yaudah, hati-hati di jalan. Begitu urusan selesai, segera pulang, tidur. Kasihan badan kamu, perlu istirahat.”“Ya, Mas. Pamit dulu. Assalamualaikum.”Saimah segera mencium tangan Parman lalu dikecup keningnya oleh sang suami.“Wa'alaikumussalam.”Wanita berambut hitam legam dikepang satu ke belakang melangkah ke ruang tamu dan menarik tangan sang sahabat karena taksi pesanan sudah sampai pula di depan rumah.“Udah. Buruan berangkat! Entar serahkan semua padaku. Gak usah ikutan ngomong. Nurut apa kataku, mengerti?”“Ngerti, Im. Makasih, ya.”Kesi kemudian menghentikan langkah lalu membuka tirai ruang tengah dan berteriak,” Mas, Saimah aku pinjam dulu!”“Iya, silakan! Ingat, jangan sampe lecet!”Kedua wanita ini pun otomatis tertawa mendengar jawaban Parman. Sepanjang perjalanan Kesi terlihat kacau dan sesekali melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan. Saimah hanya diam memandang sang teman.Wanita berambut hitam sebahu ini tak ingin mengganggu pikiran Kesi. Ia sengaja m

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    PERJALANAN PELEPAS TULAH

    Pak Sobir memaksakan tersenyum ke arah Kesi. Di saat yang sama, Saimah bisa melihat dari tatapan mata Pak Sobir ke Kesi ada sesuatu. Oleh karena rasa ini pula yang membuat sang pria gelap mata. Pak Sobir tak mau jujur saat pelaksanaan ritual yang berakibat fatal.“Pak, berobat ke Gunung Kemukus biar bisa sembuh, ya. Ini kena tulah dan Bu Sobir telah setuju dengan rencana ini. Nanti kita carter mobil ke sana,” ucap Saimah pelan-pelan agar bisa dipahami oleh Pak Sobir. Pria tersebut segera mengangguk. Saimah pun tersenyum lega.Akhirnya mereka bersepakat akan membawa Pak Sobir ke Gunung Kemukus besok. Hari ini, Pak Sobir akan diperiksa dokter kembali dan sekalian menunggu perkembangan hasil pengobatan. Akhirnya, tujuan utama telah terlaksana, Saimah dan Kesi lalu berpamitan kepada pasutri ini.Dalam perjalanan sepanjang lorong menuju pintu keluar, Saimah tak henti-hentinya mewanti-wanti Kesi agar memutuskan hubungan dengan Pak Sobir.“Iya, ya. Aku gak lagi," ucap Kesi sungguh-sungguh.“S

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    ADA YANG ANEH

    “Wah, sampe juga,” ucap Parman dengan senyum lega sesaat setelah beramai-ramai menurunkan kursi roda berisi Pak Sobir ke tanah.“Rupanya kayak gini bentuk puncaknya,” sahut sopir taksi langganan Saimah.“Indah tapi seram,” ucap Bu Sobir masih dengan tangan yang sibuk mengipasi tubuh sang suami.Akhirnya, selepas Isya langkah mereka telah sampai ke puncak Gunung Kemukus. Persiapan ritual pengobatan segera dilakukan dipandu oleh kuncen.Sesajen dikeluarkan oleh anak buah kuncen dari dapur mereka. Pagi hari sepulang dari besuk, Kesi telah memesan sesajen lengkap untuk ritual agar tubuh Pak Sobir segera terbebas dari tuah.“Silakan yang sakit dibawa berendam sebentar di sendang. Yang penting bagian tubuh yang sakit bisa terendam air,” ucap kuncen kepada Bu Sobir.Begitu mendengar permintaan kuncen, para pria segera bergerak mengangkat tubuh Pak Sobir untuk dibawa masuk ke dalam sendang. Setelah dirasa pria bertubuh subur ini telah bisa duduk dengan baik, yang lain pun segera menepi.Setela

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    HARUS ADA YANG DIKORBANKAN

    “Dek, mereka masih bingung. Pesanin wedang jahe aja!” pinta Parman kepada sang istri.Sementara yang lain sudah memesan minum sendiri-sendiri.“Oh, ya. Aku antarkan minuman suplemen dulu ke Pak Sopir. Kasian,” ucap Kesi sambil berlalu membawa sebotol minuman penambah stamina ke arah mobil carteran.Bu Sobir dengan sorot mata bingung berkata ke arah suaminya. “Apa yang terjadi dengan kita, Pak?”“Enggak tau. Bapak taunya kita bangun, udah di dalam mobil.” Pasangan suami istri ini lalu sibuk memindai sekeliling. Mereka merasakan ada sesuatu yang mengikuti. Namun, saat dicari keberadaannya, tak ada.Saimah membawa wedang jahe ke tempat pasutri tersebut. Keduanya menatap dengan tatapan bingung.“Diminum dulu wedang jahenya, Pak, Bu. Nanti saya cerita,” ucap Saimah sembari duduk di dekat sang suami yang berseberangan dengan pasutri tersebut.Pak Sobir segera meminum wedang diikuti sang istri. Sedangkan Parman memegang tangan Saimah lalu berbisik lirih, ”Ajaib, bisa langsung sembuh. Mas semp

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    SELALU ADA KORBAN DI SETIAP RITUAL

    “Kita cepetan pulang. Kamu naik mobil carteran bersama Pak Sobir dan istri. Sampe ke rumah sopir taksi. Setelah itu, kalian pulang naik taksi.”“Emang kalo dia langsung pulang sendiri?”“Gak bisa! Pengen salah satu dari kalian gantiin jadi tumbal?”“Enggak, Im. Baik! Kita siap-siap pulang.”Akhirnya, Kesi menghampiri mobil dan memberitahu kedua pria yang ada di sana untuk bersiap pulang. Tak lupa Kesi mengajak Pak Sobir menjauh sebentar lalu memberitahu tentang risiko ritual yang harus ditanggung bersama.“Sopir taksi jadi korban?” tanya Pak Sobir yang langsung kaget dengan ucapan Kesi.“Aku yang kasih minuman ke dia. Padahal aku yang beli sesajen. Aku baru tau setelah Imah ngomong. Harus kita jalani, udah terlanjur," urai Kesi yang membuat bulu kuduk Pak Sobir bergidik seketika.“Istriku perlu dikasih tau?”“Gak usah! Bisa berabe.”“Baiklah, Sayang!”“Gak usah genit, Pak. Mau kena tulah lagi?”“Galak amat!”Kesi tersenyum lalu menghampiri mobil untuk bertanya kepada sang sopir, apakah

Latest chapter

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    SAAT SEMUA BERAKHIR

    "Dapat foto dari mana?"tanya Kesi yang mengambil alih ponsel. Kini kedua matanya menatap foto dalam ponsel lalu mengangguk-anggukkan kepala. Ia yakin akan yang dipikirkannya."Mas Parman dapat cincin dari mayat di belakang toko Pak Trenggono.""Serius, Im?"tanya Kesi dengan mata membulat."Serius. Aku dan Mas Parman sempat liat Pak Trenggono datang bareng Kuncen,"ungkap Saimah yang semakin membuat kedua mata Kesi semakin terbelalak."Pak Trenggono pelaku ritual juga?"tanya Kesi dengan bola mata menatap lekat foto cincin di ponsel yang dipegangnya.Wanita berkulit hitam manis ini tampak mengerutkan dahi. Beberapa saat kemudian, Kesi meneteskan air mata. Ia ingat sesuatu. Saimah yang melihat hal tersebut langsung bertanya,"Punya siapa?"Kesi mendongak lalu mengusap buliran bening dengan ujung jari. Wanita hitam manis ini menarik napas panjang lalu mengembuskan pelan-pelan. Tampak sekali, ada beban berat yang sedang ingin ia lepaskan. Kesi menatap Saimah dengan kedua bola mata masih berk

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    ADA CINCIN LISA

    "Bisa terbuka, Dek!"seru Parman dengan raut wajah lega."Syukurlah, Mas. Kita bisa keluar lagi," balas Saimah dengan kedua mata berbinar-binar.Parman kembali mundur lalu memukul permukaan pohon dengan keras. Seketika terdengar.'Braaakk!'Pasangan suami istri tersebut saling berpandangan dengan raut wajah senang. Keduanya segera balik badan lalu beranjak semakin masuk. Mereka berada dalam sebuah lorong panjang dengan cahaya terang di ujung. Mereka melangkah hati-hati sembari mata awas mengamati sekeliling. Mereka khawatir bahwa lorong yang dilewati terpasang jebakan.Setelah mereka melewati lorong sepanjang dua puluh meter, akhirnya sampai di ujung lorong. Saat pasangan suami istri ini menginjakkan kaki di tanah selepas lorong, betapa terkejut keduanya. Ternyata, mereka berada di area halaman belakang toko Pak Trenggono. Dari kejauhan mereka bisa melihat gundukan tanah yang diduga sebagai kuburan.Ujung bawah gamis Saimah tersangkut sesuatu. Wanita ini langsung menghentikan langkah l

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    TEKA-TEKI POHON

    "Mobilnya ada di mana?"tanya polisi lagi."Sudah pergi, Pak," ucap Kesi.Badrun yang tahu kondisi labil yang sedang dialami oleh Kesi dengan segera memeluk istrinya. Dengan nada lirih, pria tersebut mengungkap,"Maaf, Pak. Istri saya melihat penampakan seperti bayangan.""Begitu rupanya,"balas polisi yang lalu menutup wadah berisi kedua benda. "Sebaiknya Bapak dan Ibu membuat laporan ke kantor polisi. Ini bisa sebagai barang bukti.""Baik, Pak," ucap Kesi yang langsung direspons anggukan kepala oleh Badrun.Tak berapa lama empat orang polisi datang dari arah tempat pemulasaran jenazah dengan membawa kontainer box berisi barang-barang bukti. Akhirnya para polisi tersebut berpamitan kepada Kiai Ahmad untuk kembali ke kantor. Saimah dan Kesi bersama pasangan mereka ikut serta berpamitan. Keempatnya akan membuat laporan ke polisi.Empat orang tersebut menumpangi taksi menuju ke kantor polisi. Saat di tengah perjalanan, tiba-tiba Saimah meminta berhenti. Ia dan Parman ada suatu keperluan. A

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    KAIN BERLUMURAN DARAH

    "Lisa, kamu harus bisa bertahan. Bulek akan mengeluarkan kamu!" teriak Kesi histeris.Teriakan wanita berkulit hitam manis tersebut tak urung menarik perhatian semua orang yang ada di dalam toko. Badrun yang pertama kali menghampiri Kesi lalu memeluknya."Dek, sabar. Pak Trenggono sedang menelepon karyawannya," ucap Badrun yang berusaha menenangkan istrinya.Sesaat kemudian, Saimah dan Parman menyusul keluar. Kedua orang tersebut mendekat dengan ekspresi heran. Pak Trenggono pun ikut keluar masih dengan keadaan menelepon. Pria pemilik toko seketika kaget melihat perilaku Kesi yang sedang mengintip dalam mobil. Ia segera mengakhiri hubungan telepon lalu mendekat ke arah mobil."Ada apa ini?"tanya Pak Trenggono sambil memandang ke arah Kesi dengan tatapan tak wajar."Maaf, Pak. Barusan istri saya liat keponakannya ada dalam mobil," jawab Badrun sambil merangkul Kesi untuk menjauh dari kaca."Keponakan? Siapa?"tanya Pak Trenggono sambil mengusap sisi kaca yang barusan diintip oleh Kesi.

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    MISTERI GUNDUKAN BARU

    "Kes, ada apa?"tanya Saimah saat sudah berdiri dekat Kesi."Aku lihat bayangan Lisa menghilang di sini, Im. Kamu dengar, dia berteriak kesakitan. Di bawah sini," jawab Kesi sambil menepuk-nepuk gundukan tanah tersebut.Saimah ikut berjongkok lalu mengamati tanah basah yang dipenuhi taburan berbagai macam bunga yang telah layu. Wanita ini tak mendengar suara apa pun. Namun, dirinya tak menyangkal bahwa bagi mereka yang terbiasa berhubungan dengan hal-hal gaib akan bisa merasakan sebuah kejanggalan dengan kasus ini.Ia yakin Lisa telah meninggal dunia dan jasadnya masih tersembunyi. Saimah menoleh ke arah Kesi lalu bertanya,"Kes, kamu dengar apa?""Lisa kesakitan, Im. Dia ada di sini," jawab Kesi sambil menepuk-nepuk tanah di depannya. Ia menangis terisak-isak lalu mengais tanah tersebut.Saimah yang melihat hal tersebut segera memegang kedua tangan Kesi. "Kes, ini tanah orang. Kita harus minta izin ke pemiliknya dulu," ucap Saimah sambil membersihkan kedua tangan Kesi yang belepotan d

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    LISA TERTUKAR

    "Ke mana Lisa? Baru saja aku suruh duduk situ. Bantu aku mencarinya, Im. Kasian dia!"Saimah yang mendengar ucapan Kesi, tak bisa menahan rasa haru. Ia memeluk erat tubuh Kesi. "Kamu yang tabah! Ada aku, Mas Parman, suamimu dan para penghuni pondok yang sayang kamu.""Aneh, kamu, Im! Yang perlu disemangati itu Lisa. Bukan aku. Tolong, bantu cari Lisa!" pinta Kesi dengan nada jengkel.Tampak Badrun berlari menghampiri kedua wanita. Pria tersebut segera memeluk tubuh Kesi erat lalu mengecup kening istrinya."Dek, ayo buruan ke pemulasaran jenazah. Ditunggu ustazah dan santriwati," ucap Badrun.Kesi yang tak mengerti masalahnya, semakin bingung dengan perilaku suaminya. Ia memandang wajah Badrun dan ada raut kesedihan di kedua mata."Tadi Saimah. Sekarang Mas. Pada kenapa kalian? Ada kejadian apa?" tanya Kesi sambil memandang kedua orang bergantian."Mas, temani Kesi ke sana. Aku mau bersiap dengan yang lain," ucap Saimah seraya menepuk bahu Kesi pelan."Ya, Mbak. Kami segera menyusul," b

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    KESI YANG LINGLUNG

    "Ya, Allah! Saya kenapa di sini?"tanya Badrun dengan ekspresi bingung."Assalammu'alaikum," ucap salam oleh santri yang langsung dibalas Badrun dengan buliran bening menyembul dari dua sudut mata."Alhamdulillah! Sampeyan masih dilindungi oleh Allah, Mas," ucap santri sambil tersenyum.Parman langsung memeluk tubuh Badrun yang berguncang hebat karena terharu sekaligus rasa syukur. Ketiga pria berjalan menuju masjid. Santri tersebut membantu membersihkan tubuh Badrun dari gangguan setan dengan rukiah.Sementara itu tubuh pasangan mesum yang berada di atas brankar segera dibawa ke tempat tertutup di belakang aula. Para santri dengan dipimpin oleh Ustaz Hamid membacakan doa untuk memulihkan keadaan pasangan tersebut. Di saat yang sama, Kiai Ahmad mengikat tubuh Kuncen dengan doa khusus lalu membawanya ke arah asrama putra."Aku senang Mas Badrun cepat tertolong. Kita ini adalah target dari Ratu,"ucap Kesi sambil fokus memandang satu arah.Ia melihat beberapa para santri yang berjalan dar

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    PASANGAN GENCET

    "Maaf, Kiai dan Ustaz. Kami barusan melihat ...."Akhirnya meluncur cerita Parman tentang aktivitas Aldi dan Lisa dalam ruang persemayaman jenazah."Astaghfirullahaladzim!" seru kedua pria bersamaan."Bagaimana mungkin mereka bisa di sana?" tanya Kiai Ahmad sambil memilin biji-biji tasbih."Saya pikir Lisa terkena hipnotis, Kiai. Jika dalam keadaan sadar, tak mungkin dia mau melakukan hal tersebut. Apalagi Aldi adalah pelaku ritual pesugihan. Ini salah satu ritual penutup baginya. Kenapa Lisa yang jadi target? Kasian dia," urai Saimah dengan ekspresi yang tampak kesal. Dia harus segera kasih tahu hal ini kepada Kesi."Maaf, saya harus ke Kesi dulu. Assalammu'alaikum," ucap Saimah yang segera berlalu tanpa mendengarkan jawab salam ketiga pria.Saimah berlari sekencang mungkin. Insiden yang terjadi terhadap Lisa adalah benar-benar darurat. Pada saat wanita berparas ayu khas Jawa ini sampai, terlihat Kesi sedang bersiap akan keluar ruangan. "Kebetulan kamu datang, Im. Ayo, ikut aku!"aja

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    KECOLONGAN YANG MEMALUKAN

    "Assalammu'alaikum!""Wa'alaikumussalam!" jawab kedua wanita dengan suara kencang.Saimah yang mendengarkan suara familer tersebut bergegas bangkit lalu berjalan ke arah pintu. Ia segera membuka gerendel pintu. Begitu terbuka, Parman tersenyum ke arah istrinya.Saimah buru-buru bertanya, "Gimana, berhasil?""Alhamdulillah. Berhasil bawa pergi Dokter Anita dan ponakan Mbak Kesi," balas Parman sambil mengulurkan sebuah botol kecil berisi cairan hitam ke Saimah."Dapat dari mana, Mas?"tanya Saimah dengan ekspresi terkejut. Ia segera menyimpan botol dalam saku."Dapat dari santri depan aula. Katanya dari Kiai buat penjagaan diri," balas Parman dengan wajah datar."Cuma Mas yang dikasi, kan?""Enggak. Mas Badrun juga dapat. Bilangnya, diusapkan ubun-ubun dan telapak kaki."Saimah segera menoleh ke arah Kesi lalu berucap,"Kesi, kamu sendirian, gak apa?""Mau ke mana, Im?""Mas Parman dan suamimu dapat cairan setan lagi. Aku mau lapor ke Kiai.""Tolong, buruan kasih tahu Mas Badrun, Im!"Sai

DMCA.com Protection Status