Home / Urban / RITUAL GUNUNG KEMUKUS / BU SOBIR PINGSAN

Share

BU SOBIR PINGSAN

Author: Citra Rahayu Bening
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
“Mas susul ke sana," ucap Parman dari ujung telepon.

“Baik. Mas ke sini aja,"balas Saimah yang langsung menyetujui ucapan suaminya.

Telepon terputus dan Kesi jadi bengong mendengar percakapan pasangan suami istri barusan.

“Kok, disuruh ke sini? Tuh Paman Gembul pasti ngikut. Im ... Im! Susah payah sembunyi, malah dikasih tau,” protes Kesi dengan raut wajah sewot.

“Demi alibi. Biar mereka tak curiga dan kepo mulu," sahut Saimah berusaha menjelaskan kepada soulmatenya.

“Bener juga, sih.”

Tak lama kemudian terdengar suara motor dua tak milik Pak Sobir berhenti di tepat depan warung. Kedua wanita menoleh menatap ke arah depan. Benar saja, detik berikutnya, masuk dua orang pria yang mereka tunggu.

“Mas, sini!”teriak Saimah ke arah sang suami yang berjalan paling depan.

Tampak Pak Sobir mendekati pelayan untuk memesan sesuatu. Parman berjalan mendekat lalu duduk disusul oleh Pak Sobir. Pria bertubuh subur ini tersenyum senang melihat ke arah Kesi.

Wanita yang sedari siang telah dicarinya. Na
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    NASIB BU SOBIR YANG TRAGIS

    Mereka sampai bersamaan dengan kedatangan Bu Sobir dan rombongan. Wanita bertubuh subur ini masih dalam keadaan tak sadarkan diri. Pak Sobir mengikuti brankar yang membawa tubuh sang istri masuk ke UGD.“Kasian Bu Sobir,” ucap Kesi sambil sesekali melirik ke arah dalam.“Kata istri saya, barusan minum kopi di teras dan tiba-tiba kejang lalu pingsan,” sahut Pak RT yang kebetulan membawa Bu Sobir dengan mobilnya. “Oh, iya. Selama ini Bu Sobir memang tak pernah minum kopi. Dia punya darah tinggi,” ucap Saimah sembari melihat Pak Sobir yang melambai ke arahnya.“Permisi dulu. Pak Sobir kayaknya butuh bantuan,” kata Saimah sembari melangkah masuk ruang UGD.Saimah segera melangkahkan kaki ke dalam. Wanita berkulit kuning langsat ini berdiri tak jauh dari tirai tertutup tempat Bu Sobir diperiksa. Kemudian, Pak Sobir buru-buru menghampiri Saimah.“Im, kamu punya persediaan uang?” tanya Pak Sobir begitu Saimah sudah di dekat Saimah.“Bukannya kemarin udah 5 juta. Buat apa lagi?”“Kayaknya ada

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    KEJADIAN ANEH TERKAIT BU SOBIR

    “Enggaklah! Buat apa? Udah dibilang jaga rahasia. Gak bisa. Kejadian, dah,” ucap Saimah dengan ekspresi jengkel.“Udah! Gak usah diungkit, Sayang.”“Gak usah main-main, Mas.”Sarto yang mendengar ucapan Saimah seketika tertawa. Pria ini memang punya hati dengan sang wanita, tetapi sayangnya, Saimah tak menginginkannya.“Tawaranku masih berlaku seumur hidup,” ujar Sarto yang masih berusaha menaklukkan hati Saimah.Tanpa disadari mereka, ada sosok hitam berbau gosong telah duduk di bangku belakang dengan cucuran darah menetes dari kedua pelupuk mata, hidung dan sepasang telinganya.Tiba-tiba mobil Sarto macet saat akan sampai ke pasar.“Mas, cium bau sangit?” tanya Saimah sembari mengendus-endus.“Iya, ya. Baunya deket banget.”Saimah menoleh ke sumber aroma menyengat tersebut. Begitu ia melihat sosok di jok belakang.“M-maaas! I-ituuuu ....”Wanita ini pun segera membuka pintu dan turun dari mobil.“Jangan ganggu kami! Pergilah!” hardik Sarto ke sosok tersebut dengan mengumpulkan nyali.

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    KEJADIAN-KEJADIAN ANEH

    “Mas, ngerasa ada yang aneh, gak?” tanya Saimah sembari mengedarkan pandangan.“Iya, sih.Tumben, rumah sakit ini sepi. Dari tadi gak ada petugas jaga.” Sarto pun ikut mengamati ruangan demi ruangan yang mereka lewati.Keduanya melangkahkan kaki menyusuri koridor sembari mengamati ruang perawatan kanan dan kiri yang sepi tak berpenghuni satu pun.Sampai akhirnya, langkah mereka terhenti depan kamar mayat dan tak melihat keberadaan Pak Sobir maupun Parman.“Ke mana mereka, Mas? Kita di mana?” tanya Saimah kebingungan.“Entah!” jawab Sarto sambil menggelengkan kepala. Pria ini celingukan melihat sekeliling dan berharap ada pengunjung atau tenaga kesehatan yang lewat. Namun sebuah harapan yang sia-sia.Mereka seperti berada di dunia lain tak berpenghuni. Sepi, terasing dan bingung. Tiba-tiba kesadaran keduanya menghilang. Tak ada cahaya, gerakan dan semakin sunyi. Kepala mereka berputar membuat pening. Beberapa saat kemudian, seberkas cahaya datang.“Le, Nduk! Akhirnya bangun juga.”“Mbah?

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    KUNCEN MARAH BESAR

    "Sebaiknya Bapak-bapak petugas bisa segera kembali ke rumah sakit. Kami yang akan menangani pemakaman,” ucap kuncen kepada ketiga petugas.Ketiga petugas lalu berpamitan kepada semua. Mereka beranjak menuju anak tangga diantar oleh Pak Sobir dan Parman. Sedangkan Saimah dan Sarto diajak berbincang dengan kuncen.“Kalian sudah tau, di mana mayat Bu Sobir, kan?” tanya kuncen sembari menatap ke arah punden.Saimah dan Sarto mengangguk. Namun, keduanya tak ingin mengatakan apa pun sampai tahu arah pembicaraan kuncen.“Nanti peti langsung ditimbun tanah saja. Gak usah dibuka tutupnya.”“Tapi, Mbah ... gimana ngomongnya?” tanya Saimah sembari menoleh karena terdengar langkah mendekat.Rupanya Pak Sobir dan Parman telah kembali. Mereka ikut bergabung dalam pembicaraan ketiganya. Saimah tak tahu meski menjelaskan gimana kepada Pak Sobir. Wanita ini hanya tersenyum ke arah kedua orang yang barusan datang.“Udah bisa dimakamkan sekarang, Mbah?” tanya Pak Sobir seraya melihat ke arah liang lahat

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    KESI BERPERILAKU BU SOBIR

    “Tolong, berhenti berdebat! Kita harus sampe rumah dulu. Tak bagus membahas ini di tengah jalan.”Sarto yang mendengar perkataan Saimah tersadar. Pria ini segera beranjak ke mobil dan menghidupkan mesin.Sesaat kemudian, Saimah mengajak sang suami dan Pak Sobir untuk segera masuk mobil. Semua menahan diri untuk berbicara agar tak terjadi keanehan lagi. Mereka tak ingin tertimpa kejadian seperti yang dialami keluarga Sobir.Mobil berjalan perlahan menuju arah perumahan dan tepat di gerbang masuk, kendaraan terhalang iring-iringan pembawa keranda. Sarto terpaksa bersabar hati karena harus mengurangi laju mobil dan tampaknya, tujuan mereka searah.“Ada jalan lain, gak?” tanya Sarto sembari melihat spion. Ia melihat di belakang mobil tak ada kendaraan dan bisa mundur untuk putar haluan.“Kayaknya bisa sih, kita putar di gang sebelah. Entar tembus depan situ,”jawab Saimah seraya menunjuk.Namun, telunjuk wanita ini segera diturunkan saat ia melihat para pengusung keranda berbalik arah dan m

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    WANITA MIRIP KESI MENCARI MANGSA

    Saimah mengamati tingkah laku Kesi dan hampir mengenalinya sebagai almarhumah Bu Sobir. Wanita berkulit bersih berniat mengetes firasatnya benar apa tidak, tentang perilaku tak biasa ini.“Kes, besok pagi antar aku ambil petai ke teman,” kata Saimah sembari mengamati raut wajah Kesi.“Boleh, kebetulan sekali. Aku suka petai dibuat lalapan.”Jawaban Kesi membuat mata Saimah terbelalak.Sejak kapan Kesi suka petai? tanya Saimah dalam hati.Wanita berambut hitam legam ini semakin mantap dengan firasatnya. Sang sahabat telah hadir dengan jiwa Bu Sobir terselip di dalamnya. Saimah kini menjadi bimbang, bagaimana bersikap terhadap dua jiwa tersebut. Ia tak tahu pasti, kapan saat jiwa muncul sebagai Kesi maupun Bu Sobir.“Im, kamu barusan ngomong apa? Kepalaku kok mendadak pusing,” ujar Kesi yang tiba-tiba telah berganti karakter.Saimah pun seketika tersadar, yang barusan ngomong adalah Kesi yang sebenarnya.“Beneran kamu mau petai? Tumben! Gak biasanya,” ucap Saimah sengaja memancing reaksi

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    ADA YANG PINJAM TUBUH KESI

    “Kita naik bentor aja, Mas,” ajak penjaga makam kepada Badrun yang terlihat masih linglung. Kemudian, pria bujangan berumur 30 tahunan ini hanya menurut tanpa banyak omong, selain dari bibirnya terucap kata yang selalu diulang.“Manis, ke mana?”Pria tua penjaga makam semakin bingung saat ia menanyakan hal tersebut dengan pandangan mengiba.“Mas, semalam ke mana? Sama siapa?” tanya pria tua ini masih berusaha menyadarkan Badrun.Pria tua ini pun sempat mencari keberadaan motor yang biasa dipakai oleh pria muda yang duduk menggigil di sebelahnya. Namun, kendaraan roda dua tersebut tak ada di areal pekuburan.Mereka sampai di depan kontrakan Badrun. Kedatangan mereka menarik perhatian para warga karena melihat Badrun yang hanya berbalut sarung.“Kenapa Mas Badrun, Pak?” tanya salah satu warga.“Semalam tersesat di makam,” sahut sang pria tua.“Gak pake baju?”Pria tua itu pun mengiyakan lalu membantu Badrun untuk turun dari bentor. Penjaga makam terpaksa melapor ke Pak RT terlebih dulu

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    MISTERI MOTOR BADRUN

    “Wah, orang-orang nyangka gak, kalo dia semalam sama aku?” tanya Kesi merasa khawatir.“Aku barusan tau karena ditanya soal kamu oleh teman kerja Mas Badrun.”“Nanya gimana?”“Dia tanya, tau kamu gak. Berarti semalam ada yang melihat kamu pergi dengan Mas Badrun.”“Kira-kira ada berapa yang tau? Aku ngeri juga kalo gini,” ucap Kesi sembari berjalan masuk kamar lalu keluar lagi dengan barang-barang Badrun.Ia gegas melipat kedua barang lalu dimasukkan ke dalam kresek berikut dompet dan ponsel. Saiman melihat sahabatnya penuh pandangan menyelidik. Kesi yang merasa diperhatikan menjadi salah tingkah“Aku gak tau menahu soal semalam. Buat apa bohong?” tanya Kesi sewot.“Gak. Aku cuma heran. Siapa yang pake tubuh kamu? Pikirin! siapa kira-kira?”“Pasti roh penasaran. Siapa lagi. Menurutmu, siapa, Im?”“Aku mikir kok arwah Bu Sobir,” jawab Saimah.Wanita berbadan bagus ini kembali mengingat yang telah ia lakukan kepada sahabatnya dengan abu Bu Sobir. Ia tak mungkin jujur pada Kesi.“Kok, bis

Latest chapter

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    SAAT SEMUA BERAKHIR

    "Dapat foto dari mana?"tanya Kesi yang mengambil alih ponsel. Kini kedua matanya menatap foto dalam ponsel lalu mengangguk-anggukkan kepala. Ia yakin akan yang dipikirkannya."Mas Parman dapat cincin dari mayat di belakang toko Pak Trenggono.""Serius, Im?"tanya Kesi dengan mata membulat."Serius. Aku dan Mas Parman sempat liat Pak Trenggono datang bareng Kuncen,"ungkap Saimah yang semakin membuat kedua mata Kesi semakin terbelalak."Pak Trenggono pelaku ritual juga?"tanya Kesi dengan bola mata menatap lekat foto cincin di ponsel yang dipegangnya.Wanita berkulit hitam manis ini tampak mengerutkan dahi. Beberapa saat kemudian, Kesi meneteskan air mata. Ia ingat sesuatu. Saimah yang melihat hal tersebut langsung bertanya,"Punya siapa?"Kesi mendongak lalu mengusap buliran bening dengan ujung jari. Wanita hitam manis ini menarik napas panjang lalu mengembuskan pelan-pelan. Tampak sekali, ada beban berat yang sedang ingin ia lepaskan. Kesi menatap Saimah dengan kedua bola mata masih berk

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    ADA CINCIN LISA

    "Bisa terbuka, Dek!"seru Parman dengan raut wajah lega."Syukurlah, Mas. Kita bisa keluar lagi," balas Saimah dengan kedua mata berbinar-binar.Parman kembali mundur lalu memukul permukaan pohon dengan keras. Seketika terdengar.'Braaakk!'Pasangan suami istri tersebut saling berpandangan dengan raut wajah senang. Keduanya segera balik badan lalu beranjak semakin masuk. Mereka berada dalam sebuah lorong panjang dengan cahaya terang di ujung. Mereka melangkah hati-hati sembari mata awas mengamati sekeliling. Mereka khawatir bahwa lorong yang dilewati terpasang jebakan.Setelah mereka melewati lorong sepanjang dua puluh meter, akhirnya sampai di ujung lorong. Saat pasangan suami istri ini menginjakkan kaki di tanah selepas lorong, betapa terkejut keduanya. Ternyata, mereka berada di area halaman belakang toko Pak Trenggono. Dari kejauhan mereka bisa melihat gundukan tanah yang diduga sebagai kuburan.Ujung bawah gamis Saimah tersangkut sesuatu. Wanita ini langsung menghentikan langkah l

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    TEKA-TEKI POHON

    "Mobilnya ada di mana?"tanya polisi lagi."Sudah pergi, Pak," ucap Kesi.Badrun yang tahu kondisi labil yang sedang dialami oleh Kesi dengan segera memeluk istrinya. Dengan nada lirih, pria tersebut mengungkap,"Maaf, Pak. Istri saya melihat penampakan seperti bayangan.""Begitu rupanya,"balas polisi yang lalu menutup wadah berisi kedua benda. "Sebaiknya Bapak dan Ibu membuat laporan ke kantor polisi. Ini bisa sebagai barang bukti.""Baik, Pak," ucap Kesi yang langsung direspons anggukan kepala oleh Badrun.Tak berapa lama empat orang polisi datang dari arah tempat pemulasaran jenazah dengan membawa kontainer box berisi barang-barang bukti. Akhirnya para polisi tersebut berpamitan kepada Kiai Ahmad untuk kembali ke kantor. Saimah dan Kesi bersama pasangan mereka ikut serta berpamitan. Keempatnya akan membuat laporan ke polisi.Empat orang tersebut menumpangi taksi menuju ke kantor polisi. Saat di tengah perjalanan, tiba-tiba Saimah meminta berhenti. Ia dan Parman ada suatu keperluan. A

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    KAIN BERLUMURAN DARAH

    "Lisa, kamu harus bisa bertahan. Bulek akan mengeluarkan kamu!" teriak Kesi histeris.Teriakan wanita berkulit hitam manis tersebut tak urung menarik perhatian semua orang yang ada di dalam toko. Badrun yang pertama kali menghampiri Kesi lalu memeluknya."Dek, sabar. Pak Trenggono sedang menelepon karyawannya," ucap Badrun yang berusaha menenangkan istrinya.Sesaat kemudian, Saimah dan Parman menyusul keluar. Kedua orang tersebut mendekat dengan ekspresi heran. Pak Trenggono pun ikut keluar masih dengan keadaan menelepon. Pria pemilik toko seketika kaget melihat perilaku Kesi yang sedang mengintip dalam mobil. Ia segera mengakhiri hubungan telepon lalu mendekat ke arah mobil."Ada apa ini?"tanya Pak Trenggono sambil memandang ke arah Kesi dengan tatapan tak wajar."Maaf, Pak. Barusan istri saya liat keponakannya ada dalam mobil," jawab Badrun sambil merangkul Kesi untuk menjauh dari kaca."Keponakan? Siapa?"tanya Pak Trenggono sambil mengusap sisi kaca yang barusan diintip oleh Kesi.

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    MISTERI GUNDUKAN BARU

    "Kes, ada apa?"tanya Saimah saat sudah berdiri dekat Kesi."Aku lihat bayangan Lisa menghilang di sini, Im. Kamu dengar, dia berteriak kesakitan. Di bawah sini," jawab Kesi sambil menepuk-nepuk gundukan tanah tersebut.Saimah ikut berjongkok lalu mengamati tanah basah yang dipenuhi taburan berbagai macam bunga yang telah layu. Wanita ini tak mendengar suara apa pun. Namun, dirinya tak menyangkal bahwa bagi mereka yang terbiasa berhubungan dengan hal-hal gaib akan bisa merasakan sebuah kejanggalan dengan kasus ini.Ia yakin Lisa telah meninggal dunia dan jasadnya masih tersembunyi. Saimah menoleh ke arah Kesi lalu bertanya,"Kes, kamu dengar apa?""Lisa kesakitan, Im. Dia ada di sini," jawab Kesi sambil menepuk-nepuk tanah di depannya. Ia menangis terisak-isak lalu mengais tanah tersebut.Saimah yang melihat hal tersebut segera memegang kedua tangan Kesi. "Kes, ini tanah orang. Kita harus minta izin ke pemiliknya dulu," ucap Saimah sambil membersihkan kedua tangan Kesi yang belepotan d

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    LISA TERTUKAR

    "Ke mana Lisa? Baru saja aku suruh duduk situ. Bantu aku mencarinya, Im. Kasian dia!"Saimah yang mendengar ucapan Kesi, tak bisa menahan rasa haru. Ia memeluk erat tubuh Kesi. "Kamu yang tabah! Ada aku, Mas Parman, suamimu dan para penghuni pondok yang sayang kamu.""Aneh, kamu, Im! Yang perlu disemangati itu Lisa. Bukan aku. Tolong, bantu cari Lisa!" pinta Kesi dengan nada jengkel.Tampak Badrun berlari menghampiri kedua wanita. Pria tersebut segera memeluk tubuh Kesi erat lalu mengecup kening istrinya."Dek, ayo buruan ke pemulasaran jenazah. Ditunggu ustazah dan santriwati," ucap Badrun.Kesi yang tak mengerti masalahnya, semakin bingung dengan perilaku suaminya. Ia memandang wajah Badrun dan ada raut kesedihan di kedua mata."Tadi Saimah. Sekarang Mas. Pada kenapa kalian? Ada kejadian apa?" tanya Kesi sambil memandang kedua orang bergantian."Mas, temani Kesi ke sana. Aku mau bersiap dengan yang lain," ucap Saimah seraya menepuk bahu Kesi pelan."Ya, Mbak. Kami segera menyusul," b

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    KESI YANG LINGLUNG

    "Ya, Allah! Saya kenapa di sini?"tanya Badrun dengan ekspresi bingung."Assalammu'alaikum," ucap salam oleh santri yang langsung dibalas Badrun dengan buliran bening menyembul dari dua sudut mata."Alhamdulillah! Sampeyan masih dilindungi oleh Allah, Mas," ucap santri sambil tersenyum.Parman langsung memeluk tubuh Badrun yang berguncang hebat karena terharu sekaligus rasa syukur. Ketiga pria berjalan menuju masjid. Santri tersebut membantu membersihkan tubuh Badrun dari gangguan setan dengan rukiah.Sementara itu tubuh pasangan mesum yang berada di atas brankar segera dibawa ke tempat tertutup di belakang aula. Para santri dengan dipimpin oleh Ustaz Hamid membacakan doa untuk memulihkan keadaan pasangan tersebut. Di saat yang sama, Kiai Ahmad mengikat tubuh Kuncen dengan doa khusus lalu membawanya ke arah asrama putra."Aku senang Mas Badrun cepat tertolong. Kita ini adalah target dari Ratu,"ucap Kesi sambil fokus memandang satu arah.Ia melihat beberapa para santri yang berjalan dar

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    PASANGAN GENCET

    "Maaf, Kiai dan Ustaz. Kami barusan melihat ...."Akhirnya meluncur cerita Parman tentang aktivitas Aldi dan Lisa dalam ruang persemayaman jenazah."Astaghfirullahaladzim!" seru kedua pria bersamaan."Bagaimana mungkin mereka bisa di sana?" tanya Kiai Ahmad sambil memilin biji-biji tasbih."Saya pikir Lisa terkena hipnotis, Kiai. Jika dalam keadaan sadar, tak mungkin dia mau melakukan hal tersebut. Apalagi Aldi adalah pelaku ritual pesugihan. Ini salah satu ritual penutup baginya. Kenapa Lisa yang jadi target? Kasian dia," urai Saimah dengan ekspresi yang tampak kesal. Dia harus segera kasih tahu hal ini kepada Kesi."Maaf, saya harus ke Kesi dulu. Assalammu'alaikum," ucap Saimah yang segera berlalu tanpa mendengarkan jawab salam ketiga pria.Saimah berlari sekencang mungkin. Insiden yang terjadi terhadap Lisa adalah benar-benar darurat. Pada saat wanita berparas ayu khas Jawa ini sampai, terlihat Kesi sedang bersiap akan keluar ruangan. "Kebetulan kamu datang, Im. Ayo, ikut aku!"aja

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    KECOLONGAN YANG MEMALUKAN

    "Assalammu'alaikum!""Wa'alaikumussalam!" jawab kedua wanita dengan suara kencang.Saimah yang mendengarkan suara familer tersebut bergegas bangkit lalu berjalan ke arah pintu. Ia segera membuka gerendel pintu. Begitu terbuka, Parman tersenyum ke arah istrinya.Saimah buru-buru bertanya, "Gimana, berhasil?""Alhamdulillah. Berhasil bawa pergi Dokter Anita dan ponakan Mbak Kesi," balas Parman sambil mengulurkan sebuah botol kecil berisi cairan hitam ke Saimah."Dapat dari mana, Mas?"tanya Saimah dengan ekspresi terkejut. Ia segera menyimpan botol dalam saku."Dapat dari santri depan aula. Katanya dari Kiai buat penjagaan diri," balas Parman dengan wajah datar."Cuma Mas yang dikasi, kan?""Enggak. Mas Badrun juga dapat. Bilangnya, diusapkan ubun-ubun dan telapak kaki."Saimah segera menoleh ke arah Kesi lalu berucap,"Kesi, kamu sendirian, gak apa?""Mau ke mana, Im?""Mas Parman dan suamimu dapat cairan setan lagi. Aku mau lapor ke Kiai.""Tolong, buruan kasih tahu Mas Badrun, Im!"Sai

DMCA.com Protection Status