Ken masuk ke dalam rumah milik Rafael dalam keadaan marah. Menggebrak pintu dengan kasar saat seorang pelayan baru saja membukakannya. Dia berjalan tergesa-gesa menuju kamar Rafael. Laki-laki itu sama sekali tidak kembali ke rumah sakit, padahal dia sudah menunggunya sampai waktu pulang. Tentu saja untuk menanyakan maksud obat yang diberi nama Kiana.
"RAFAEL! AKU INGIN BICARA SESUATU DENGANMU!" teriak Ken menggema di seluruh sudut ruangan. Menatap sekitar lalu beranjak menuju kamar milik Rafael. Dia tentu sudah sangat hapal rumah temannya yang selalu suram dan hening seperti kuburan, baik siang hari atau malam hari. Bahkan, beberapa bagian ruangan terlihat gelap meski ini masih siang hari. Rumah yang sebenarnya terlalu luas untuk ditinggali sendiri dan beberapa pelayan. Kenapa Rafael tidak tinggal bersama kakeknya? Kenapa laki-laki itu malah tetap berada di sini. Rumah peninggalan orang tuanya yang menyimpan banyak kenangan menyakitkan"Dokter Ken, apa yang Anda pikirkan?" tanya seorang perawat di sebelah Ken. Menatap sang dokter dengan penuh kebingungan. Saat sedang memeriksa pasien, Ken terlihat tidak fokus dan seperti gelisah. Terus-menerus memerlihatkan ekspresi kosong. "Ah, tidak apa-apa. Mungkin aku hanya lelah. Apa tidak ada pasien lagi?" "Tidak ada, Dok." "Baguslah, sepertinya aku harus istirahat," ucap Ken sembari berjalan menuju ruangannya. Meninggalkan sang perawat. Sesampainya di ruangan, Ken duduk di meja sembari menutup kedua wajahnya. Meletakan kepalanya di sana dan berusaha untuk fokus. Tidak memikirkan apa yang sempat terjadi kemarin antara dia dan Rafael. Meski Ken sama sekali tidak habis pikir, bagaimana bisa Rafael yang dia kenal benar-benar berbeda dari yang biasanya? Temannya benar-benar berubah sampai Ken merasa sulit mengenali. Berengsek! Apa yang harus dilakukannya pada
Tidak ada yang bisa Kiana lakukan selain berdiam diri dan merenungi apa yang terjadi dalam gelapnya malam. Terduduk tanpa bisa memejamkan matanya barang sejenak pun. Pikirannya benar-benar kacau setelah mengetahui fakta yang begitu mengejutkannya. Ketakutan, perasaan sedih dan terancam terasa melingkupinya. Emosinya benar-benar terguncang. Kiana yang setelah mendengar percakapan kedua orang itu hanya bisa ketakutan sendiri. Dia tidak mengerti kenapa Rafael melakukan semua ini. Apa salahnya? Apa tujuan laki-laki itu sebenarnya? Demi Tuhan! Kiana tidak pernah merasa ada masalah dengan Rafael sebelumnya. Bahkan laki-laki itu yang dari awal memantik emosinya. Ah, apa diagnosis yang menyebutkan dia gila, juga merupakan akal-akalan dari Rafael? Laki-laki itu sengaja merencanakan semua ini agar dia mendekam di rumah sakit jiwa hingga lama-kelamaan mengalami stress? Benarkah seperti itu? Tidak. Kiana harap dugaannya salah. Itu
Ken tidak memiliki alasan untuk membiarkan Kiana tinggal lebih lama lagi di rumah sakit jiwa ini. Setelah dia mengetahui niat busuk Rafael, Ken berencana membuat Kiana pergi. Bagaimana pun caranya. Meski itu artinya, dia mengkhianati Rafael sebagai teman. Mungkin saja, konsekuensi akan Ken terima saat Rafael tahu bisa menyengsarakannya. Namun, dia tidak memiliki pilihan lain. Entah keberuntungan atau apa, saat ini Rafael tengah terlibat masalah dengan keluarganya. Hingga laki-laki itu tidak masuk kerja. Ken mendengar kalau temannya itu dijodohkan dengan seorang wanita. Berita pertunangan mereka pun sudah menyebar. Namun Rafael yang keras kepala terus menolak. Apalagi saat Guzman berniat mewariskan hampir seluruh hartanya pada Rafael, termasuk perusahaan. Ken sedikitnya tahu kalau ada pertentangan di antara keluarga itu, saat paman Rafael melakukan protes. Menyebabkan keluarga besar yang dipimpin Guzman cukup berguncang. Mungkin itu jug
"Kakek sangat senang akhirnya kau mau bertunangan," ucap Guzman pada Rafael yang hanya diam tanpa ekspresi. Dia sama sekali tidak menanggapi perkataan kakek tua di depannya dan hanya menatap ke arah meja. Tidak peduli ada Mili yang duduk di sebelahnya dengan orang tua dari wanita itu duduk tepat di depannya. Pertunangan yang sama sekali tidak dia inginkan harus terjadi. Waktu telah ditetapkan. Membuat Rafael benar-benar marah sampai tidak bisa berkutik. Sialan! Kakek tua itu mengancam akan mencabut jabatannya sebagai penanggung jawab di rumah sakit jiwa, kalau Rafael menolak keinginannya untuk bertunangan dengan Mili. Hingga mau tak mau, Rafael menurutinya. Walaupun dia memberikan syarat, kalau Rafael tidak ingin media menyorot pertunangannya. Dia ingin hanya keluarga dekat saja yang datang. Permintaannya tentu tidak langsung disetujui. Menuai pro-kontra antara kakek dan keluarga tunangannya. Namun Rafael tidak peduli. Hingga mau tak m
Andrew sudah bangun lebih awal dari Kiana. Laki-laki juga yang menyiapkan sarapan saat wanitanya yang masih tertidur pulas karena kegiatan panas semalam. Meski hubungan mereka tidak lebih dari sekadar teman. Mungkin untuk sekarang seperti itu, tapi suatu saat Andrew berharap Kiana bisa menjadi miliknya dan mereka membangun sebuah keluarga kecil bahagia. Senyum manis tersungging di bibirnya. Andrew sangat berharap kalau Kiana hamil. Dia hanya ingin anaknya lahir dari rahim Kiana, bukan wanita lain. Setelah selesai menyiapkan makan dan bersiap-siap berangkat kerja, Andrew menyempatkan diri untuk membangunkan Kiana yang masih tertidur lelap dengan selimut hitam yang membungkus separuh tubuhnya. Kulit yang biasanya terlihat putih itu memerlihatkan bekas kecupan dan cumbuannya semalam. Andrew benar-benar tidak bisa menahan perasaannya untuk memiliki Kiana. Dia sangat amat mencintai wanita itu. "Kiana? Ah, maksudku Ana. Bang
Rutinitas yang sekarang biasa Kiana lakukan adalah merawat tanaman, membersihkan rumah dan menyiapkan makan untuk Andrew pulang. Dia berusaha melupakan semua masalahnya di masa lalu dan pelan-pelan bangkit dengan identitas baru. Kiana yang tinggal berdua bersama Andrew, tidak mau menjadi beban untuk laki-laki itu. Dia sadar kalau dia sudah cukup menjadi beban bagi Andrew. Tidak ada banyak hal yang bisa Kiana lakukan. Dia ingin ikut bekerja sebenarnya dan mengumpulkan uang bersama Andrew, namun Kiana takut pergi ke luar rumah. Apalagi ke pusat kota. Meski identitasnya sekarang bukan lagi Kiana, tapi jika dia terlibat masalah dengan polisi, maka tamatlah riwayatnya. Rumah yang ditinggalinya pun cukup kecil dan berada di tempat terpencil, tapi bukan berarti itu adalah hal buruk baginya. Dia cukup senang dan ternyata di balik semua itu, masih ada hal yang menyenangkan. Sebuah halaman yang begitu luas karena jarangnya rumah-rumah di sekitar
"Tadi, Kak Arkan telepon. Dia memintamu untuk datang malam ini," ucap Kiana pada Andrew yang tertidur dengan pahanya yang menjadi sandaran. Andrew yang lelah setelah bekerja, langsung mencari Kiana dan tidur di pangkuan wanita itu. Dia bahkan belum sempat makan atau ganti pakaian. Sementara Kiana sendiri membiarkannya. Dia dengan lembut mengusap kening Andrew yang berkeringat. Perasaan hatinya menjadi sedikit lebih tenang setelah Andrew datang. "Kamu mengangkatnya?" Mata Andrew yang tadinya terpejam, mulai terbuka dan menatap wajah cantik Kiana dengan bingung. Dia lupa, kalau dia memang meninggalkan ponselnya begitu saja di rumah. "I-iya, Kak Arkan terlihat khawatir. Katanya, Tante Nina dan Om Vino ingin bertemu denganmu, sekalian mereka akan mengadakan syukuran anak-anak Kak Arkan." Lidah Kiana terasa sulit untuk bicara. Dia sama sekali tidak nyaman mengatakan ini. Apalagi kenya
"Akhh, Andrewhh ...." Kiana mengerang dengan mata terpejam, menatap langit-langit kamar. Tubuhnya memanas saat merasakan tangan-tangan kekar Andrew menyentuh dan meremas dadanya. Mencumbu tengkuknya yang terbuka. Lidahnya yang lihai mampu membuat Kiana mabuk kepayang. Bercinta dengan Andrew adalah hal terbaik yang dia lakukan. Debaran dadanya terdengar keras saat tangan-tangan itu mulai menyentuh dan memukul bokong indahnya yang ada tepat di depan mata Andrew. Apalagi saat Andrew bergerak di dalam sana. Kiana merasa penuh. Tubuh terdalamnya begitu hangat. Membuatnya hanya bisa mengeluarkan erangan kenikmatan. Hingga saat Kiana tidak sanggup menahannya lagi, dia jatuh di atas ranjang. Andrew tertawa melihat kekalahan Kiana. Wanita yang dicintainya itu berhasil dibuat mabuk olehnya. Membuat Andrew dengan gemas menggigit cuping telinga Kiana hingga terdengar rengekan disusul oleh desahan keras saat Andrew menghujam titik