Sore itu, Andrew pulang buru-buru. Dia sudah sangat khawatir dengan kondisi Kiana, takut kalau terjadi sesuatu yang buruk lagi. Saking khawatirnya, Andrew mempekerjakan seorang pekerja paruh waktu untuk membereskan rumah selama tidak ada, sekalian mendampingi Kiana. Tak sampai sana, setelah kejadian mengerikan itu, Andrew langsung menegur manager dan meminta keamanan diperketat, bahkan CCTV dipasang di setiap sudut ruangan dan terhubung langsung dengan komputer miliknya yang ada di kantor perusahaan.
Ya, dia melakukan itu untuk mengawasi Kiana, lebih tepatnya mengawasi orang asing yang mencoba masuk ke dalam apartemennya. Heran sekaligus tidak percaya, bagaimana mungkin orang itu bisa memiliki kunci apartemen? Terlebih melarikan diri lewat balkon, sedang apartemennya berada di lantai yang cukup tinggi. Orang gila mana yang berani melakukan tindakan tersebut? Walaupun memang, ada satu apartemen di sebelahnya yang katanya kosong, tak berpenghuni. SedangKiana tertekan. Itulah yang dia rasakan, seperti dugaannya, Andrew kecewa. Laki-laki itu bahkan enggan melihatnya dan memilih langsung pergi ke kantor usai sarapan. Tidak ada kecupan manis di keningnya seperti yang biasa dilakukan. Bahkan pesan singkatnya pun tidak dibalas. Wajar saja jika Andrew sedih. Kiana tahu betapa laki-laki itu sangat mencintai dan mendambakan dirinya juga ingin memiliki anak bersamanya. Sayangnya, harapan itu harus pupus. Apakah sikap Andrew akan sepenuhnya berubah? Atau laki-laki itu masih tetap mencintainya seperti dulu? Tidak. Kiana tidak mau Andrew pergi darinya saat ini. Laki-laki itu adalah satu-satunya tempat dia bernaung. Masih dalam kondisi lemah, Kiana berjalan menuju kamar mandi. Mencuci wajah, lantas berjalan kembali keluar. Merapikan pakaian dan rambutnya di depan cermin. Tampilannya mirip seperti penampilan Maria. Gadis polos yang terlihat kampungan. Kiana jelas tidak mau me
Kiana pikir, dirinya sudah jauh lebih tangguh. Dia pikir, dirinya sudah tidak lagi memiliki rasa sakit karena masa lalu yang buruk. Namun ternyata, luka itu tetap ada dan kembali terbuka lebar saat dia bertemu dengan dua orang di masa lalu yang membuatnya menjadi wanita jahat. Iri? Ya, Kiana iri dengan kebahagiaan keduanya. Dia iri dengan Sashi yang bisa mendapatkan hati laki-laki yang dicintainya begitu mudah, keluarga yang menyayanginya dan semua orang menerimanya. Wanita itu lahir dengan kekayaan berlimpah, sedang dia hanya Kiana. Mungkin, seumur hidupnya, Kiana hanya akan dianggap sebagai sampah. Dia lahir tanpa dikehendaki, ayahnya tidak diketahui dan ibunya tidak pernah menyayanginya. Semua orang dan teman-temannya tidak ada yang mau mendekatinya. Ketika dia mencoba mengubah takdir, justru kemalangan lain yang menghampirinya. Gila, wanita tidak tahu diri, dan pembunuh. Semua luka dan rasa sakit i
Andrew terdiam saat matanya melihat pemandangan tak mengenakkan di hadapannya. Dia melihat Rafael dan Kiana bercinta di atas ranjang miliknya. Keduanya asyik beradu dalam kenikmatan duniawi, bahkan tidak menghiraukannya yang juga ada di ruangan itu. Matanya memanas. Tangan Andrew terkepal saat melihat seringai licik di wajah Rafael. Laki-laki itu seolah menunjukkan padanya bahwa dia berhasil memikat wanita yang dicintainya. Membuat Kiana lemah di atas kuasanya dan mendesah menerima setiap sentuhan kasarnya. Sakit hati. Andrew benar-benar sakit hati dan tidak sanggup melihatnya, hingga dia lantas mendekat dan menarik tubuh Rafael untuk menjauh dari sana. Gemuruh di dadanya terdengar keras saat dia memukuli laki-laki itu hingga membabi buta. Namun seakan tak cukup menggores perasaannya, Kiana justru menariknya menjauh dari Rafael. Menamparnya hingga Andrew benar-benar tersadar. "Aku tidak pernah mencintaimu, Andrew."
Hubungannya dengan Andrew mulai mendingin. Kiana meminta waktu agar mereka bisa berpikir dan menenangkan diri setelah beberapa masalah yang dihadapi. Namun bukan berarti Kiana akan menjauhi Andrew. Dia tidak bisa meninggalkan laki-laki itu begitu saja. Walaupun Andrew menyebalkan, posesif dan sangat pencemburu. Kiana segera bangkit dari ranjang dan mengikat rambutnya asal. Keluar tanpa mengganti pakaiannya sama sekali. Kakinya yang terkilir, sudah cukup membaik semalam. Tidak sesakit saat Rafael memijatnya. Hingga Kiana tidak perlu berjalan dengan langkah tertatih. Hanya saja, dia harus hati-hati karena rasa sakitnya masih terasa. Saat sudah di luar, Kiana melihat keadaan sekitar. Dia berpikir, kalau Andrew sudah berangkat kerja karena matahari telah terbit. Kiana sengaja keluar sedikit siang dan tidak menemani Andrew sarapan. Sayangnya, dugaan kalau Andrew sudah berangkat adalah salah. Nyatanya, laki-laki itu masih ad
Sebuah dering telepon mengalihkan perhatian Rafael yang sedang sibuk menatap lembaran kertas milik pasiennya. Dia berada di ruang kerjanya, tepatnya di rumah sakit jiwa. Satu jam lalu Rafael baru saja selesai memeriksa salah satu pasiennya. Panggilan yang berasal dari orang kepercayaan yang dia tugaskan mengawasi seseorang, memberitahukannya sesuatu. Sebuah berita tentang dua pasang kekasih bodoh yang akhirnya kembali berbaikan. Secepat itu? Padahal Rafael berharap, tindakan gilanya yang terakhir itu mampu membuat hubungan keduanya merenggang. Namun ternyata, hanya bertahan untuk sementara. Sekuat itukah cinta keduanya? Dia jadi tertantang untuk menghancurkan kepercayaan dan hubungan memuakkan itu. Rafael dengan cepat mengakhiri sambungan telepon dan meremas ponselnya kuat. Beranjak dari duduknya untuk kemudian pergi ke suatu tempat. Namun baru saja dia akan melangkah menuju pintu, pintu ruangannya tiba-tiba dibuka pak
Malam harinya, Kiana terbangun karena merasa haus. Tenggorokannya benar-benar kering. Di sebelahnya ada Andrew yang tertidur pulas setelah mereka melakukan kegiatan menguras tenaga. Tubuhnya yang telanjang dengan beberapa tanda kemerahan terlihat jelas. Hingga Kiana akhirnya beranjak menuju lemari untuk mengambil piyama tidurnya, membiarkan pakaian miliknya yang masih berserakan di lantai. Sebelum pergi keluar pintu, Kiana menyempatkan diri menatap Andrew yang tidak terusik. Setelah kemarin melamarnya, Andrew menjanjikan kalau beberapa minggu lagi mereka akan melangsungkan pernikahan. Mendadak? Mungkin, karena Andrew hanya mengatakan kalau pernikahan itu akan terjadi secara sederhana. Tidak menarik perhatian dan tertutup. Andrew juga bilang kalau dia tidak akan mengundang orang tuanya. Kiana hanya mengiyakan karena Andrew terus memaksa dan menyakinkan kalau semuanya akan baik-baik saja. Entahlah, Kiana sedikit ragu tentang perkataa
Rasa pusing di kepalanya membuat Kiana terusik. Dia melenguh seraya memegangi kepalanya, hingga perlahan matanya mulai terbuka. Manik matanya melihat sekeliling ruangan. Langit-langit kamar yang berbeda dan ranjang besar yang hanya ada dirinya saja. Matahari pun tampak sudah memancar dari luar jendela, namun karena ruangan itu masih tertutup gorden, sinarnya sama sekali tidak bisa menembus masuk. Untuk sesaat, Kiana terdiam dan memikirkan apa yang terjadi padanya saat ini. Kenapa dia bisa ada di kamar asing dan di mana keberadaan Andrew? Semua pertanyaan itu berkelebat dalam benaknya sampai sebuah ingatan tiba-tiba muncul dan membuat Kiana terdiam. Matanya melotot dengan wajah memutih. Rasa kantuknya mendadak hilang. Kiana mengingat kejadian semalam saat seseorang menarik dan membiusnya. Orang yang dia ketahui adalah orang yang sama saat dulu memasuki apartemennya. Setelahnya, Kiana tidak mengingat apa pun lagi. Dia lupa segalany
Jika ada orang yang paling berengsek di dunia ini, mungkin Rafael 'lah orangnya. Usai menahan Kiana, laki-laki itu bahkan sama sekali tidak memedulikannya lagi. Kiana harus terkurung, bahkan tanpa menyentuh makanannya sedikit pun. Dia takut kalau Rafael kembali meracuni atau mencampurkan sesuatu ke dalam makanannya. Laki-laki itu gila. Kiana bahkan tidak memiliki salah apa pun padanya, tapi harus mendapat perlakuan tak mengenakkan seperti ini. Walaupun demikian, Kiana sedikit bersyukur saat Rafael tidak membawanya ke rumah sakit jiwa. Sayangnya, dia belum tahu apa yang sedang Rafael rencanakan untuknya saat ini. Kiana harus menemukan cara untuk bisa bebas sebelum dirinya menjadi sasaran kebencian Rafael. Kenapa hidupnya hanya terus terkurung? Kiana seperti burung yang hanya berpindah sangkar saja. Dia tidak pernah bisa untuk terbang bebas dan menikmati kehidupannya sendiri. Dia seolah telah kehilangan hak untuk menentukan kehidupannya.