Home / Romansa / RENATA DAN SAMUDERA BIRU / 55. Lepaskan Posisimu

Share

55. Lepaskan Posisimu

last update Last Updated: 2022-04-13 01:15:25

Ratu Dyane? Kening Renata berkerut. Untuk apa dia menemuinya? Bukankah tadi mereka sudah bertemu dan wanita itu tak mengatakan apa-apa. Sekarang ia berdiri di balik pintu, jelas bukan untuk sekedar beramah-tamah.

Renata bangkit, bergegas membuka pintu. Tak ingin membuat sang ratu terlalu lama menunggu. Itu tak baik terutama untuk ketenangan dan keselamatannya di negeri yang bisa dibilang antah berantah ini.

“Yang Mulia,” ucap Renata saat melihat Ratu Dyane bersama belasan pelayan.

“Boleh aku masuk?”

“Tentu, Yang Mulia.”

Renata bergeser, mempersilakan. Beberapa pelayan membawa nampan berisi aneka makanan, sepatu, perhiasan serta sebuah baju dengan bahan yang terlihat sangat mewah.

Ratu Dyane duduk di kursi dengan anggun sementara para pelayan menaruh nampan ke atas meja.

“Duduklah,” Ratu Dyane menunjuk kursi kosong di sebelahnya.

Renata menurut, duduk dengan canggung. Masih dengan

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nisya Diajeng Kharem
kapan Lanjutannya... penasaran
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   56. Ngengat Pesta

    Samudera Biru menatap jauh ke dalam mata Renata yang berkilat. Ia menemukan keseriusan di sana dan itu membuatnya gusar.“Untuk sekarang aku tidak bisa memenuhi syaratmu. Tapi, aku akan membuktikan jika ucapanku bukan omong kosong,” ucapnya sembari menarik jemari dari rahang sang gadis.Renata tersenyum samar. Kecewa terasa memerah hati sedemikan rupa. Salahnya karena meminta hal yang sejak awal tak akan bisa terpenuhi. Bagaimana mungkin Samudera Biru mau melepas takhta untuknya? Ia berkhayal terlalu tinggi.Renata mendorong Samudera Biru, melepaskan diri dari kungkungan. Berbalik menatap cermin, memoles ulang pewarna bibir yang pudar kemudian mendahului beranjak meninggalkan kamar.Samudera Biru hanya bisa menghela napas, mengikuti langkah-langkah lebarnya tanpa bicara.Di luar, Renata bertemu Kenzio, Lintang Timoer dan Shiny yang sudah terlihat rapi dan tengah berjalan menuju kamarnya.“Wow! Kau terlihat luar biasa, K

    Last Updated : 2022-04-26
  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   58. Membuat Frustasi

    Gazebo di atas kolam teratai begitu indah. Kelambu putih tipis yang diikat longgar pada setiap sudut tiang tampak berayun lembut disentuh angin.Lampu kristal bercahaya temaram berjejer sepanjang jembatan kecil hingga ke sekeliling gazebo.Suara-suara binatang malam terdengar lapat-lapat, berpadu dengan desir dedaunan yang tersirami cahaya bulan bundar sempurna.Renata membungkuk pada lelaki yang duduk nyaman di atas bantal. “Yang Mulia.” “Duduklah.” Dengan canggung Renata menempati bantal di seberang meja rendah, di depan lelaki yang ternyata Raja Sion. Seorang pelayan wanita menuangkan teh beraroma unik, perpaduan chamomile, krisan dan entah apalagi. Setelah itu ia menjauh, berdiri dengan kepala menunduk dalam.“Kau tidak menyukai pestanya?” tanya Raja Sion sambil menyesap teh.“Hanya sedikit tidak terbiasa, Yang Mulia.”“Aku juga tidak terlalu menyukai pesta. Namun posisiku sebagai raja mengharuskanku bertoleransi.”Renata tersenyum kemudian ikut menyesap teh. Rasanya benar-be

    Last Updated : 2022-04-30
  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   58. Mari Kita Berbaikan

    Udara begitu dingin saat satu sosok melayang di atap ruang kerja Raja Sion. Gerakannya sangat cepat, ringan nyaris serupa angin.Dengan mudah sosok itu melewati para penjaga kemudian menerobos pagar pelindung yang dibangun leluhur bangsa peri beradab-abad lalu tanpa kesulitan sama sekali.“Kenapa kau mengendap-endap seperti pencuri, Pangeran Samudera Biru?” Langkah sosok yang ternyata memang Samudera Biru berhenti di tengah ruangan. Ia menyeringai sinis lantas melempar plakat dan permata kuning milik pertapa ular ke atas meja, di mana Raja Sion tengah fokus membaca kitab.Tak ada salam hormat atau bungkukkan badan seperti layaknya seorang pangeran kepada rajanya atau seorang anak kepada ayahnya. Ekspresi Samudera Biru benar-benar kaku, dingin dan asing.Raja Sion melirik benda yang dilempar ke atas meja, meminta penjelasan tanpa kata-kata.“Lihat baik-baik,” ucap Samudera Biru.Raja Sion menyentuh satu per satu benda tersebut dan ketenangannya seketika memudar. “Menurutmu apa yang h

    Last Updated : 2022-05-09
  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   59. Pertemuan

    “Jangan gigit lagi, sakit.” “Tapi aku suka.”“Dasar peri mesum,” Renata mendorong wajah Samudera Biru namun lelaki itu bergeming. Kali ini ia menahan kepala Renata, mengecup dengan kelembutan yang membuat iri para penenun sutra.Dalam sekejap dua rasa bertaut, saling meraup dan bertukar rindu serta gelora dalam dada.“Tidurlah, masih ada beberapa jam lagi sebelum sidang,” ucap Samudera Biru setelah menyudahi tautannya. Ia merapikan lengan baju Renata yang turun dan memeluk lebih erat hingga mereka kini bisa mendengar detak jantung masing-masing.Renata hanya mengangguk patuh, memejamkan mata dengan tenang.“Biru.”“Hemm.”“Setelah ayahku bebas aku akan menikahimu.”Alis Samudera Biru bertaut. Entah harus senang atau geli mendengar ucapan Renata yang begitu santai.“Ada apa denganmu, sayang? Kenapa kau penuh inisiatif seperti ini? Kau tidak sedang balas dendam kan?”“Tidak. Kenapa memangnya? Salah? Kau tidak mau menikah denganku?” cecar Renata dengan mata seketika terbuka kembali.Sam

    Last Updated : 2022-05-13
  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   60. Mempecundangi

    Seluruh peri yang hadir di aula agung tercekat. Menatap tanpa kesip pada Renata yang terbalut cahaya terang dan berkilauan.Rambut sang gadis berkibar dengan mata bersinar laksana bintang paling terang di seluruh galaksi.Energi yang keluar dari tubuhnya membuat aula agung bergetar hebat. Tiang-tiang berderak, lampu-lampu gantung terjun bebas, kertas dan perkamen berterbangan sementara dinding-dinding retak di beberapa bagian.“Kak Renata,” desis Kenzio cemas. Ia berdiri, akan melayang ke tengah aula namun urung karena Samudera Biru sudah lebih dulu melesat.Peri itu meraih pinggang Renata lantas berbisik lembut, berusaha mencapai titik di mana kesadarannya tertelan.“Renata, kuasai dirimu sayang.”Renata menoleh dengan ganas. Seperti dewi kehancuran dalam cerita pewayangan. Ia menghempaskan lengan Samudera Biru, membuatnya hampir terlempar seandainya tak menahan dengan hampir separuh kekuatannya.“Sayang, tenanglah,” Samudera Biru kembali berbisik sambil memeluk erat, menelusupkan se

    Last Updated : 2022-05-21
  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   61. Kolam Suci Lotus

    Kolam Suci LotusSetelah berkemas rombongan Samudera Biru meninggalkan istana kerajaan peri samudera. Mereka dilepas oleh Raja Sion, Ratu Dyane dan Orion Sion. Bocah kecil itu tampak terus terisak-isak, tak rela ditinggal oleh kedua kakak kesayangannya.“Nona Shiny, tunggulah aku! Jangan melihat lelaki lain! Setelah dewasa aku pasti akan menikahimu!” seru Orion Sion pada rombongan yang mulai menjauh.“Baiklah! Sekarang kau belajar pipis yang lurus dengan baik dan benar dulu, Pangeran!!” jawab Shiny sambil melambaikan tangan.Renata hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat Shiny yang tak ragu mengusili Pangeran Orion Sion, tak peduli di sana ada Raja Sion dan Ratu Dyane.Diam-diam Renata melirik Samudera Biru, khawatir peri itu kesal karena adiknya dijahili. Tapi aman, wajah Samudera Biru lurus bin lempeng, fokus melangkah menuju gerbang di mana para unicorn tengah menunggu.Melihat binatang itu wajah Renata dan Shiny seketika semringah seperti para gadis pemalas yang menang lotre.

    Last Updated : 2022-05-25
  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   62. Lelaki Yang Pandai Menyimpan Luka

    Mata Renata melebar. Tak percaya dengan penglihatannya sendiri.“Bi ... Bibi Galuh,” desisnya tercekat. Ia mengerjap, memastikan tidak sedang terjebak dalam ilusi.Sosok Ratu Galuh Triwardhani tersenyum. Berjalan anggun ke arahnya.“Kau sudah besar, Nak,” ucap wanita itu lantas memeluk erat.Sekejapan Renata membeku, sibuk mencerna apa yang tengah terjadi.Ratu Galuh melepas pelukan kemudian tersenyum lembut. Sungguh, tak ada yang berubah darinya. Ia tetap secantik bidadari seperti dalam ingatan lawasnya.Tapi otak Renata segera kembali ke fungsi normal. Menghimpun berbagai tanya dengan cekatan. Bukankah Bibi Galuh sudah meninggal? Apa ini arwahnya? Atau ia sedang bermimpi? Tapi kenapa terasa begitu nyata?“Ini bukan mimpi, sayang,” ucap Ratu Galuh seperti bisa membaca isi kepala sang gadis.“Lantas apa?” tanya Renata masih dengan kebingungan yang kental.Ratu Galuh tersenyum lembut.“Bibi tahu hari ini akan tiba. Karena itu Bibi sengaja menyegel sebagian energi Bibi dan menyimpanny

    Last Updated : 2022-05-29
  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   63. Lepasnya Segel Naskala Loka

    Dua sosok berjubah di atas batu melayang turun. Berdiri tegak di depan rombongan Samudera Biru yang sudah turun dari unicorn masing-masing.“Ck, kau selalu terlambat, adik kecil,” decak salah satu sosok yang sudah membuka penutup wajahnya.“Aku bukan adikmu, sialan,” balas Samudera Biru sambil membawa Renata turun dari atas unicorn.Sosok yang ternyata Pangeran Hyang Sagara dan Cyrila itu menurunkan tudung jubah.Cyrila segera membungkuk penuh hormat pada Samudera Biru kemudian memeluk Renata erat.“Kau baik-baik saja Nona Renata?”“Sangat baik,” sahut Renata sambil tersenyum senang bertemu dengan wanita cantik yang keibuan tersebut.“Kak Sagara!” Sierra Sion tiba-tiba berlari memeluk Hyang Sagara. Gadis itu dengan santai mengecup pipinya kanan dan kiri.“Hais, bocah ini tidak pernah berubah,” gerutu Hyang Sagara sambil menoyor kepala Sierra Sion hingga sang gadis memberengut. Kenzio dan Shiny sontak tertawa puas. Sementara Cyrila mengerutkan dahi, menatap wanita yang asal mencium le

    Last Updated : 2022-06-01

Latest chapter

  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   111. Manis

    Dalam beberapa hari, Renata yang masih merasa seperti sedang bermimpi jika Samudera Biru telah kembali ke sisinya dibuat kaget setengah mati.Samudera Biru benar-benar mewujudkan ucapannya.Rombongan istana Kerajaan Peri Samudera datang melamar dengan megah!Ratusan kotak hadiah mewah yang mereka bawa bertumpuk di halaman seperti bukit. Sangat menyita perhatian!Beruntung rumah baru Renata berada kaki gunung kecil yang relatif sepi sehingga tidak menimbulkan kehebohan yang tidak perlu.Kedua keluarga mencapai kesepakatan dengan sangat mudah dan cepat.Pernikahan akan digelar dalam tiga hari! Karena Samudera Biru sekarang hanya manusia biasa, dia kehilangan hak untuk mengadakan upacara pernikahan di aula suci Kerajaan Peri Samudera.Sebagai gantinya resepsi akan diadakan di tiga lokasi berbeda di dunia manusia. Di hotel internasional kelas atas, di pulau pribadi dan di atas kapal pesiar selama tiga bulan penuh.Segala hal akan ditanggung oleh pihak keluarga pengantin lelaki. Keluarga

  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   110. Berharap Bahagia Setiap Hari

    Renata tercekat. Wajah rupawan itu sama persis dengan wajah rupawan yang terpatri di ingatannya.“Kau ....”“Samudera Biru, kekasihmu.”Renata terdiam. Mendengarkan suaranya yang juga sama persis dengan suara yang sangat dikenalnya.Tapi lantas apa? Dia hanya manusia biasa!Renata mengangkat pedang giok perak. Menghunus lurus ke arah sosok putih dengan mata dingin.“Tidak! Kekasihku sudah mati!”Sosok putih mengernyit melihat penolakan Renata yang keras. Namun segera tersadar setelah menatap tubuhnya sendiri. Ia tersenyum tak berdaya. “Ah, maafkan aku. Aku lupa memberitahumu kalau sekarang tubuh ini hanya tubuh manusia biasa. Aku bukan peri lagi.”Renata mengepalkan lengan, menahan gemetar yang melanda dengan hebat. Hatinya menjerit untuk menerima penjelasan itu tapi pikirannya menolak keras.Perang batin itu membuat Renata sedikit kesulitan untuk bernapas. Membuat air matanya berjatuhan seperti gerimis. Mata sosok putih meredup. Ia menghela napas kemudian melayang mendekat. Menurun

  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   109. Dia Kembali

    Tiga tahun kemudian.“Tring!! Tring!! Tring!!” Lonceng angin berdenting nyaring.“Selamat datang!” Pemuda tampan di balik counter berteriak tanpa menoleh. Suaranya yang magnetis membuat segerombol gadis kecil tersipu dan berbisik-bisik.“Halo, Kak Kenzio!!” sapa mereka manis.Kenzio mendongak, tersenyum irit.“Halo semuanya.” Gadis-gadis kecil itu kembali tersipu dan saling mencubit. Seorang gadis paling cantik maju memimpin, menyerahkan sekotak cokelat dengan kartu hati merah jambu.“Kakak, cokelat ini untuk Kakak. Mohon diterima,” ucapnya dengan malu-malu.Kenzio melirik hadiah dengan sedikit jijik. Namun mata kucing si gadis membuatnya tak tega untuk menolak.Melihat penerimaan Kenzio, gadis-gadis yang lain segera tak mau kalah. Satu-per satu memberikan hadiah hingga lengan Kenzio penuh.Kenzio tersenyum kaku. “Terima kasih, lain kali tidak perlu repot memberi Kakak hadiah lagi.” “Tidak, sama sekali tidak repot,” gadis-gadis itu serempak menolak membuat Kenzio menyeringai tanpa

  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   108. Termakan Duka

    Hari terus bergulir.Renata telah termakan duka. Tubuhnya menyusut, kuyu dan kehilangan kesegaran. Ia menolak untuk makan, minum atau sekedar menutup mata.Renata laksana mayat hidup yang mengisolasi diri. Menjaga peti mati Samudera Biru siang dan malam. Tak ada seorang pun yang mampu membujuk atau memaksanya. Gadis itu sangat keras kepala, terlalu keras kepala hingga membuat orang tak tahu harus berbuat apa.Di malam ketujuh. Saat Renata nyaris sekarat, Raja Sion datang mengunjungi kastil putih mausoleum.Raja bangsa peri itu menghela napas berat ketika melihat Renata yang meringkuk di sisi peti mati dengan napas tersendat.Raja Sion mengangkat tangan. Satu aliran hangat membungkus tubuh Renata. Mengusir dingin yang menembus hingga ke dalam tulang-tulangnya, sekaligus mengembalikan sebagian vitalitas dan kesadarannya. Mata Renata pelan-pelan terbuka. Menyadari kehadiran seseorang ia bergerak bangun. Ketika menyadari sosok yang berdiri di depannya adalah Raja Sion, Renata buru-buru

  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   107. Dia Telah Mati

    Renata berguling, menghindari tikaman belati. Penyerang itu tak membiarkan begitu saja. Ia memburu, menyabetkan belati dengan sangat cepat dan terukur.Renata mendengus, nasibnya benar-benar baik. Baru memulai budidaya, musuh sudah datang entah dari mana. Sambil menahan rasa jengkel Renata mengumpulkan kekuatan internal di kedua lengan, lantas memblokir belati yang mengincar jantungnya dan menyisipkan telapak tangan kirinya yang terbuka ke arah dada lawan.“Dess!!”Si penyerang terjajar mundur.Renata melirik ke arah pintu.“Penjaga!!!” Penyerang itu tertawa terbahak-bahak. “Percuma saja! Mereka sudah kukirim ke alam baka.”Renata tertegun. Menatap sosok bertudung kasa hitam. Ingatannya baik, ia mengenali suara itu. “Ellaria,” Renata menabak tanpa ragu.“Ups, kau mengenali suaraku ya. Sayang sekali. Tapi tak apa. Aku juga muak dengan benda ini.”Ellaria merenggut tudung di kepala. Membuangnya dengan dramatis.Untuk kedua kalinya Renata tertegun. Wajah wanita di depannya nyaris se

  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   106. Kenapa Dia Tidak Datang?

    Renata sedikit mengernyit, merasakan kecanggungan yang aneh. Meski begitu Renata tetap menjawab dengan sopan.“Hamba akan melakukannya.”Raja Sion mengangguk kecil kemudian menanyakan beberapa pertanyaan yang dijawab Renata dengan lugas. Setelah memberi instruksi gadis tabib untuk menjaga Renata dengan baik, Raja Sion kembali. Sierra Sion mengikuti ayahnya tanpa banyak bicara. Suasana perlahan mengendur. Shiny bahkan menghembuskan napas lega dengan kuat.“Raja Sion sangat menakutkan. Sepertinya ia masih belum bisa menerima kalau ....”“Nona Renata, kami akan pergi dulu. Anda mengobrolah dengan Tuan Singgih, kalian pasti memiliki banyak hal untuk dibicarakan,” Cyrila memotong dengan cepat. Senyum melengkung di wajahnya yang cantik.Shiny mengerjap dan buru-buru mengangguk-angguk seperti burung pipit. “Ah, benar. Aku bodoh sekali, hehe ... Kak Renata, Kakak mengobrolah dengan Paman Singgih, aku pergi dulu.” Shiny melepaskan lengannya yang membelit lengan Renata kemudian turun dan men

  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   105. Sepasang Kekasih Dalam Lingkaran Darah

    Cahaya emas telah berhenti. Petikan kecapi dan aksara peri kuno telah memudar dan menghilang seluruhnya di bawah angin Padang Bulan Nirwana yang sejuk.Dua tubuh tergeletak.Proses ketiadaan Renata telah berhenti, menyisakan tubuh hangat yang sedikit kemerahan. Di sampingnya, Samudera Biru terbujur dengan kepala menghadap ke arah Renata sementara matanya terpejam rapat. Kulitnya pucat pasi tak bersari.Kerumunan segera terbentuk. Tertegun melihat sepasang kekasih yang saling menggenggam. Mereka terlihat sangat damai, cantik tetapi juga mengharukan. Tangisan timbul satu persatu. Mereka meratap tanpa kata-kata. Cahaya keemasan muncul di langit muram. Turun ke tanah seperti gugusan bintang jatuh.Sepasukan Kerajaan Peri Samudera berpakaian emas berbaris rapi.Raja Sion yang agung telah tiba!Semua makhluk yang tengah diliputi kesedihan berlutut. Menatap ke tanah dengan khidmat. Hati mereka bergetar. Mengantisipasi kemurkaan sang raja atas nasib putranya.“Berdiri!” Perintah itu datang

  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   Proses Ketiadaan

    Seruan tertahan memenuhi Padang Bulan Nirwana.Samudera Biru dengan kecepatan tak terlihat menangkap tubuh Renata yang hampir membentur tanah. “Renata, sayang.” Samudera Biru memeriksa dengan cemas. Matanya melebar saat melihat tubuh Renata sedikit demi sedikit menjadi transparan seolah akan menghilang kapan saja.Jantung Samudera Biru berdebar, hatinya diliputi oleh kegelisahan.Singgih Wirayudha yang sebelumnya kalah cepat segera merebut Renata dan langsung dibuat tercekat oleh fenomena aneh di tubuhnya.“Ii ... ini? Apa yang terjadi?” Singgih Wirayudha menatap Samudera Biru yang membisu dengan raut gelap dan dalam. Jantung pria paruh baya itu berdebar, pikirannya membuat tebakan samar yang tak berani ia utarakan. Bibir Samudera Biru bergerak ragu. Terlihat sama takutnya dengan Singgih Wirayudh, kata-katanya tersangkut di tenggorokan.Cyrila menghela napas lantas maju selangkah, mengambil alih keraguan dua lelaki tersebut. Mata Cyrila memeriksa Renata dengan cermat. Wajah cantikny

  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   103. Binasanya Sang Raja Iblis

    “Halo, iblis.”Ramangga Kala tertegun. Menatap takjub ke dalam mata indah di hadapannya yang seakan menjadi pusat seluruh galaksi.Dalam satu sentuhan kecil tubuh Ramangga Kala terdorong ke belakang seperti daun kering tersapu angin. Wajah tampannya memucat namun matanya dipenuhi oleh binar ketertarikan.Angin berhembus. Mengibarkan rambut dan gaun putih panjang polos Renata dengan ringan. Wajah yang memikat dengan tanda lotus kecil di antara kedua alis itu terlihat begitu teduh dan suci. Memberikan kesan jauh, agung dan tak tersentuh.Renata seperti kepompong yang telah bermetamorfosis menjadi kupu-kupu.Luar biasa menawan!“Gadis, kau kembali,” Ramangga Kala berucap sembari menahan rasa sakit di bagian dada yang disentuh jari Renata.Renata melengkungkan bibir, membentuk seulas senyum dingin. Saat ini ia dipenuhi oleh energi jiwa lotus yang lebih murni, lebih kaya, lebih tak terhingga dari energi jiwa lotus yang terbentuk secara alami di dalam tubuhnya.Yang tak kalah menakjubkan

DMCA.com Protection Status