Frey sedang sibuk berbicara dengan seseorang di telepon. Sementara itu, Danish masih memilih untuk berpura-pura cuek sambil sibuk bermain game di ponselnya. Danish memilih untuk berpura-pura cuek karena masih merasa sangat malas untuk berbicara dengan Frey. Akhir-akhir ini, Frey sangat sering menunjukkan sikap egoisnya yang terkesan ingin memang sendiri.
Frey berbicara di telepon dengan nada yang mulai sedikit tinggi hingga mencuri perhatian Danish. Danish mulai bermaksud mendengarkan isi percakapan Frey di telepon tersebut.
“Apa? Batal? Jadi semua jadwal yang sudah disepakati harus batal? Danish Adelio engga salah! Semua itu gara-gara ulah Sellena. Danish Adelio tetap aktor dan model terbaik. Coba tolong profesional sedikit, dong!” Frey berbicara panjang lebar.
Frey sempat beradu argumen hingga akhirnya memut
Frey benar-benar tidak menyangka bahwa perbuatannya akan membawa dampak sangat besar untuk karier Danish Adelio. Karier Danish Adelio yang semula begitu meningkat pesat, kini menurun secara drastis. Frey tidak bisa hanya menyalahkan perbuatan Sellena sana, tetapi semua ini adalah kesalahan dirinya juga. Jika Frey tidak merencanakan semua rencana aneh ini, mungkin Danish tidak akan seperti ini. Frey menatap layar ponselnya. Frey menyesal karena hampir semua klien membatalkan rencana kerja samanya dengan Danish Adelio. Penyesalan selalu datang terlambat. Frey ingin sekali rasanya memutar waktu dan memperbaiki kesalahannya, walau rasanya sangat tidak mungkin untuk dilakukannya. Frey juga ingin sekali rasanya meminta maaf kepada Danish. Namun, Frey tidak yakin Danish mau menerima permintaan maafnya. Frey mulai melamun dan memikirkan cara men
Alexa masih memilih untuk diam dan berpikir sejenak. Alexa tidak tahu cara berbicara yang baik dan benar kepada Pak Damar sekarang. Sementara itu, Pak Damar kembali menyapa Alexa dengan ramah.“Halo, apakah betul ini dengan Alexandra Amora?” tanya Pak Damar.“I-iya, betul! Saya Alexandra. Maaf, Pak Damar ada perlu apa, ya?” tanya Alexa.“Jadi, kamu masih ingat saya? Saya ingat waktu itu pernah memberikan kartu nama saya ke kamu waktu kita sempat bertemu di Rooftop Café waktu acara fan meeting Danish Adelio,” kata Pak Damar ramah. Alexa memutar kedua bola matanya. Alexa membuka memori dalam otaknya dan baru saja ingatannya sempurna. Alexa yakin Pak Damar yang meneleponnya sekarang adalah Pak Damar yang sempat ditemuinya di Rooftop Café waktu itu. Alexa segera berjalan menuju laci meja belajarnya dan baru menyadari kalau dirinya masi
Alexa sedang mematut dirinya di depan cermin sambil kembali mengoleskan lipstick di bibirnya. Alexa sudah berada di lokasi, sesuai dengan alamat yang dikirimkan Pak Damar semalam. Alexa benar-benar merasa tidak percaya diri. Alexa merasa tidak layak untuk menjadi seorang aktris, apalagi untuk bersanding dengan Danish Adelio. Alexa melirik jam tangannya.“Apa aku mundur saja, ya?” gumam Alexa pelan. Alexa benar-benar ragu sekarang hingga membuatnya mulai melamun. Lamunan Alexa terhenti saat Pak Damar meneleponnya. Dengan penuh keraguan, Alexa terpaksa mengangkat panggilan telepon tersebut.“Halo, Pak Damar! Saya sudah ada di lokasi, tapi-“ Alexa semakin merasa ragu.“Tapi apa, Alexa? Saya yakin dengan kemampuanmu,” kata Pak Damar memberi semangat.“Saya merasa saya engga berbakat, Pak! Saya engga pantas,” kata Alexa.&ld
Danish benar-benar tidak dapat menerima semua kenyataan ini. Bagaimana bisa seorang Alexandra menjadi orang kepercayaan Pak Damar untuk dapat menyelamatkan karier Danish dari kehancuran? Rasa gengsi dan ego Danish yang terlalu tinggi memang sangat sulit untuk diruntuhkan. Danish memilih untuk pergi menyendiri untuk menjernihkan pikirannya. Namun, Pak Damar tetap saja dapat menemukan Danish. Pak Damar memanggil nama Danish kencang.“Danish Adelio!” seru Pak Damar. Danish menghela napasnya dan membalikkan badannya. Rasanya sangat malas untuk menatap kedua mata Pak Damar.“Danish Adelio, saya mohon sekali ini saja kamu mau mengikuti permohonan saya. Saya yakin Alexandra adalah orang yang tepat,” kata Pak Damar.“Dari mana Bapak tahu? Dari mana juga Bapak kenal dia?” tanya Danish penas
Alexa tidak menyangka hidupnya akan berubah drastis setelah proses shooting sebuah videoklip lagu bersama Danish. Hidupnya benar-benar berbeda dari sebelumnya. Hari ini, Alexa menyadari hampir seluruh mata di sekolahnya memandangi Alexa saat Alexa berjalan di koridor sekolahnya.Para siswa banyak yang mulai menjadi pengagum rahasia Alexa, mengingat Alexa sebenarnya memiliki wajah yang sangat cantik. Para siswa banyak yang sudah mulai tertarik untuk meminta nomor ponsel Alexa atau hanya sekedar untuk bertukar nama akun Instagram dengan Alexa.Para siswi juga ikut kerap memandangi Alexa. Memang, Alexa berpikir bahwa kebanyakan dari para siswi merasa iri atas keberhasilannya dan kesempatan Alexa untuk dekat dengan Danish. Namun, Alexa tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang akan menghalangi langkah ke depannya untuk terus mengembangkan kariernya bersama Danish. Alexa juga berpikir bahwa masih ada sebagian siswi yang memandangi Alexa karena merasa kagum dengan ke
Rule number 14:“Alexa masih tetap hanya pacar pura-pura Danish dan dilarang jatuh cinta!” Danish masih terus mengamati Frey yang sedang sibuk berbicara di telepon dengan seseorang. Danish sudah tidak dapat menghitung jumlah orang yang menelepon Frey hari ini. Ponsel Frey seperti tidak berhenti berdering sejak tadi pagi. Danish yakin semuanya kini kembali berlomba-lomba untuk memberikan tawaran pekerjaan kepada Danish juga Alexa. Danish tidak habis pikir bahwa Alexa benar-benar seperti malaikat penyelamat hidupnya. Banyak yang langsung beranggapan bahwa Danish sangat cocok bersanding dengan Alexa untuk melakukan pemotretan untuk sejumlah brand ambassador ternama. Setelah kemunculan Alexa di sini, karier Danish kembali meningkat pesat. Danish mulai melamun memikirka
Alexa baru tiba di rumahnya saat langit sudah gelap. Alexa melirik jam tangannya, lalu menghela napasnya. Alexa baru sadar kalau Alexa lupa mengabari Mami Yuliani kalau dirinya akan pulang terlambat. Alexa sudah pasrah jika suasana hatinya akan semakin berantakan saat terkena omelan Mami Yuliani. Namun, reaksi Mami Yuliani hari ini sungguh kembali di luar dugaan Alexa. Mami Yuliani tersenyum dan menyambut kepulangan Alexa.“Eh, Alexa sudah pulang! Ayo, makan dulu! Bagaimana hari ini? Mami yakin kamu sudah bawa pulang banyak uang, kan?” tanya Mami Yuliani santai.“Uang? Uang apa?” tanya Alexa.“Ah, kamu ini! Kamu sekarang sudah menjadi artis terkenal. Mami yakin kamu selalu dapat uang banyak setiap hari. Jadi, uangnya bisa Mami pakai untuk tambahan arisan?” tanya Mami Yuliani. Kedua mata Alexa membulat karena kaget mendengar perkataan Mami Yuliani. Alexa
Berita tentang keterlibatan Danish Adelio dan Alexandra Amora dalam sebuah cinta lokasi tersebar semakin luas di media sosial. Semua orang kerap membicarakan Alexa dan Danish, serta banyak yang memuji bahwa Danish dan Alexa adalah pasangan yang sangat serasi. Bukan hanya itu, foto mesra Danish memeluk pinggang Alexa sambil tersenyum juga mulai tersebar luas di media sosial. Meski banyak orang yang mendukung dan merestui hubungan Danish dan Alexa, ada saja yang tidak setuju akibat berbagai alasan. Salah satu manusia yang dianggap paling tidak setuju dengan hubungan Danish dan Alexa adalah Mike Alvaro. Mike sedang menyaksikan rekaman ulang acara konferensi pers Danish dan Alexa melalui ponselnya. Mike mulai naik pitam melihat Danish yang tersenyum lebar dan terlihat begitu bahagia. Bukan hanya itu, kemarahan Mike semakin memuncak saat meng
Langit Kota Jakarta sudah benar-benar gelap sekarang. Alexa masih duduk sendirian di kamarnya. Sekali lagi, Alexa melirik gaun cantik yang telah dibelinya di butik untuk acara promnight esok hari. Alexa meliriknya berkali-kali, lalu kembali menghela napasnya. Alexa melirik jam dinding di kamarnya. Ternyata, waktu sudah menunjukkan pukul 00:00 dan Alexa masih mampu mendengar sayup-sayup suara rintik hujan di Kota Jakarta. Hujan sepertinya memang tidak berhenti. Alexa berusaha menyakinkan dirinya lagi dengan cara berjalan menuju jendela kamarnya. Dugaan Alexa benar. Suara rintik hujan terdengar semakin jelas. Alexa mulai tersenyum tipis. Alexa yakin dirinya akan menang taruhan sekarang. Walau demikian, Alexa belum ber
Danish tersenyum saat masih banyak wartawan yang mengambil fotonya dan masih banyak wartawan lainnya yang bertanya kepada Danish. Danish merasa senyumnya hari ini adalah senyum yang tulus, bukan senyum yang dipaksakan alias senyum palsu. Danish tidak peduli dengan banyaknya pertanyaan wartawan pada hari ini.“Mas Danish, apa berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Danish, apa betul Mas Danish tidak jadi bertunangan?” tanya wartawan lainnya. Danish masih saja tersenyum dan masih berusaha untuk merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab semua pertanyaan dari para wartawan. Sementara itu, para wartawan juga tidak segan untuk mulai bertanya kepada Frey.“Mas Frey, apa bisa bantu jawab pertanyaan kami? Apa semua berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Frey, apa betul Danish
Danish menatap Reina sambil tersenyum lebar. Danish berjabat tangan dengan Reina sambil terus memamerkan senyum tulusnya, hingga membuat Reina sedikit heran. Reina sangat jarang melihat Danish tersenyum seperti ini. “Gue benar-benar engga menyangka loe mau bantu gue,” kata Danish. Kedua mata Reina membulat karena kaget. Dengan penuh rasa canggung, akhirnya Reina membalas senyuman Danish.“Iya, sama-sama, Lio! Aku pikir bahwa sudah selayaknya aku melakukan semua ini,” kata Reina.“Loe dan gue engga pernah saling cinta. Buat apa dua hati yang engga saling cinta harus dipaksakan untuk bersatu?” tanya Danish. Reina masih berusaha untuk tersenyum di balik rasa canggungnya. Sementara itu, Reina kembali bertanya kepada Danish untuk menghilangkan rasa penasarannya.“Jad
Danish memasang ekspresi datar dan dinginnya di hadapan Reina. Reina sudah berbicara panjang lebar, tetapi Danish tampak tidak memedulikannya sama sekali. Reina masih berusaha untuk tidak ambil pusing dengan sikap Danish. Namun, Reina akhirnya merasa kesal lama-kelamaan melihat sikap Danish. Reina mulai berbicara dengan nada tingginya kepada Danish.“Jadi, gaun untuk pertunangan kita lebih bagus yang mana? Ini atau itu? Danish, kamu dengar aku bicara engga, sih?” tanya Reina kesal.“Reina, pilih saja gaun yang loe mau! Gue engga mau ikut campur. Gue engga mengerti masalah seperti ini,” kata Danish angkuh.“Danish! Sekali ini saja, tolong kamu dengarkan aku!” seru Reina. Danish masih saja bersikap tidak peduli dan malah menggelengkan kepalanya. Danish meraih ponselnya dan pura-pura sibuk memainkan ponselnya. Reina merasa semakin kesal dan memutuskan untuk
Ujian Akhir Sekolah telah berakhir. Alexa tidak menyangka bahwa hari-harinya yang paling berat selama duduk di bangku Sekolah Menengah Atas telah berhasil dilewatinya dengan baik. Alexa merasa jerih payahnya tidak sia-sia selama ini. Alexa tidak pernah menyesal karena selalu menghabiskan banyak waktunya untuk belajar, terutama menjelang Ujian Akhir Sekolah. Jerih payah dan kerja keras Alexa terasa semakin bermakna saat Alexa mengetahui bahwa dirinya berhasil meraih nilai yang sangat baik untuk Ujian Akhir Sekolah. Alexa merasa sangat senang. Alexa berpikir pasti kedua orang tuanya dan Bu Siti akan bangga terhadap prestasi yang telah diraihnya.Bukan hanya mereka, Alexa yakin Danish juga pasti bangga jika mengetahui prestasi Alexa. Alexa yakin Danish pasti akan berhenti menghinanya dan mungkin akan sedikit memberi pujian kepada Alexa.Setelah Ujian Akhir Sekolah selesai, Alexa masih harus datang k
Alexa melirik jam tangannya. Alexa baru menyadari bahwa Hari Valentine akan segera berlalu sebentar lagi. Alexa memang sebenarnya tidak rela jika Hari Kasih Sayang yang diperingati setiap satu tahun sekali ini segera berlalu. Walau Alexa seperti tidak mendapatkan cintanya pada tahun ini, Alexa memilih untuk tidak peduli. Alexa hanya ingin waktu bergulir lebih lama lagi di Hari Valentine. Alexa hanya ingin lebih lama lagi mengenang saat-saat indahnya bersama Danish pada waktu itu. Semua itu hanya ada dalam pikiran Alexa, tetapi Alexa tetap tidak peduli. Kini, Alexa sedang duduk sendirian di kamarnya sambil menatap langit. Alexa menghela napasnya sebentar, lalu tersenyum tipis.“Apa ini adalah cara terbaik supaya aku bisa melupakan seorang Danish Adelio?” tanya Alexa dalam hatinya.&n
Jantung Alexa berdebar semakin kencang. Alexa yakin ini bukanlah mimpi. Danish benar-benar berdiri di hadapannya. Alexa masih belum dapat berbicara kepada Danish. Lidahnya menjadi kaku dan dipenuhi oleh segenap rasa canggungnya terhadap Danish. Alexa hanya mampu menatap Danish dalam diam, hingga Danish memulai pembicaraan dengan suara pelan yang dingin seperti salju.“Kursi di depan loe kosong, kan?” tanya Danish. Alexa mengangguk. Alexa tidak tahu bisa memberikan anggukan secepat itu. Danish juga ikut mengangguk pelan dan langsung menarik kursi kosong di hadapan Alexa. Namun, Alexa kembali berbicara kepada Danish dengan tegas.“Kursi itu memang kosong, tapi Kak Danish lebih baik duduk di tempat lain,” kata Alexa.“Semua kursi di restoran ini penuh,” balas Danish pelan. Alexa mengh
Hari demi hari terus berlalu. Alexa masih mencoba untuk melupakan Danish, walau rasanya masih sangat sulit. Bulan Januari telah berganti menjadi bulan Februari. Bulan Februari yang kembali identik dengan bulan penuh cinta. Cinta mungkin dirasakan oleh sebagian orang yang memilikinya, berbeda dengan Alexa. Hingga saat ini, Alexa masih mengurusi urusan hatinya yang masih terasa runyam. Hari ini bertepatan dengan hari Valentine, yaitu tanggal 14 Februari. Alexa sedang banyak melamun hari ini, karena kembali teringat akan Danish. Alexa ingat bahwa tahun lalu Danish mengajaknya makan malam dan Danish memulai semua permainan bodohnya dengan Alexa. Tiba-tiba, ponsel Alexa berdering. Nama Frey muncul di layar ponsel Alexa. Alexa mengangkat panggilan telepon tersebut dengan ogah-ogahan.“Iya, Kak Frey! Ada yang bisa aku bant
Alexa baru saja selesai membereskan hadiah-hadiah ulang tahun yang diterimanya hari ini. Alexa sudah selesai menatanya dengan rapi di salah satu sudut kamarnya. Semuanya ini terasa melelahkan. Alexa berusaha untuk merenggangkan otot-otot lehernya yang mulai terasa kaku, lalu memutuskan untuk berjalan menuju meja belajarnya. Alexa mengambil selembar kertas dan pulpen. Alexa ingin sekali menuliskan sesuatu di atas kertas tersebut, tetapi rasanya sungguh sulit.“Resolusi tahun ini,” gumam Alexa pelan. Alexa mulai berusaha untuk merangkai kata-kata dalam otaknya, namun tidak kunjung dapat melakukannya. Alexa merasa heran dengan dirinya sendiri. Pada tahun lalu, Alexa memang sangat lancar dalam menuliskan banyak resolusi dan terlihat sangat semangat dan bera