Rule number 12:
“ Danish masih berhak untuk kencan dengan wanita mana pun di dunia”Alexa masih berusaha menahan air mata agar tidak jatuh dari kedua mata cokelat tua miliknya. Rasanya memang berlebihan memang untuk menangis histeris saat melihat tokoh idolanya berkencan dengan wanita lain. Namun, Danish Adelio bukanlah sekedar tokoh idola bagi Alexa. Alexa sangat mencintai Danish, walau hanya disebut sebagai pacar pura-pura Danish selama ini.
Alexa berusaha untuk mengatur napasnya. Alexa tidak menyesal sedikit pun telah menampar Danish tadi. Alexa kembali berteriak kencang untuk meluapkan seluruh emosinya.
“Kak Danish jahat! Kak Danish tega! Why did you do this to me? Aku tahu Kak Danish sebenarnya engga punya perasaan sama Sellena. Benar, kan? Jawab!” seru Alexa.
&
Alexa tidak menyangka hari-hari selanjutnya akan semakin buruk. Danish dan Sellena menjadi buah bibir di seluruh media sosial. Sellena seperti sengaja menunjukkan sikap mesranya yang berlebihan kepada Danish. Sementara itu, Alexa masih yakin bahwa Danish tidak benar-benar terlibat cinta lokasi dengan Sellena. Sejak kejadian tersebut, Alexa memilih untuk lebih banyak diam dan menghabiskan waktunya di kamar sendirian, terutama saat hari libur sekolah seperti hari ini. Alexa memilih untuk bermalas-malas di kamar, tetapi teriakan Mami Yuliani sudah terdengar.“Alexa, bantu Mami bersih-bersih rumah! Sekarang!” seru Mami Yuliani. Alexa menghela napasnya dan berjalan keluar kamar dengan ogah-ogahan. Setelah itu, Alexa mendapati Mami Yuliani sedang asyik menonton televisi di ruang keluarga. Alexa berjalan mendekat dan penasara
Sellena sibuk melambaikan tangannya kepada seluruh wartawan dan para penggemar yang hadir dalam acara fan meeting hari ini. Kini, Sellena selalu turut hadir dalam setiap fan meeting Danish. Sellena semakin hari semakin lengket seperti prangko dengan Danish. Ke mana pun Danish pergi, Sellena pasti ikut dan tidak pernah lupa untuk menggandeng mesra lengan Danish.“Thank you! Terima kasih untuk semua yang sudah hadir hari ini! Aku mau ajak Danish makan malam romantis dulu, ya!” seru Sellena. Sellena memamerkan senyum palsunya kepada seluruh penggemar dan wartawan yang hadir di sana. Seluruh penggemar tampak histeris dan mungkin menyimpan sedikit api cemburu karena Danish sudah memiliki pasangan sekarang. Namun, hal tersebut tidak membuat para penggemar berhenti jatuh cinta kepada Danish. Hal tersebut juga terjadi pada para penggemar Sellena yang turut hadir dalam acar
Ponsel Alexa masih terus berdering. Farren masih berusaha untuk menelepon Alexa. Apakah Farren sebenarnya merindukan Alexa? Alexa menatap layar ponselnya berkali-kali dan mengigit bibir bawahnya. Alexa memang tidak pernah sedikit pun jatuh cinta, maupun sekedar menaruh rasa sukanya terhadap Farren. Namun, Alexa berpikir bahwa Farren adalah manusia yang dapat membantunya keluar dari semua kerumitan yang melandanya sekarang.Tanpa berpikir panjang, Alexa langsung mengangkat telepon dari Farren. Setelah itu, terdengar suara Farren di seberang telepon sana.“Hai, Alexa! Kamu masih ingat aku ternyata,” kata Farren. Alexa memutar bola matanya. Mungkin selama ini, Farren berpikir bahwa Alexa telah melupakan dirinya. Alexa segera menjawab pertanyaan Farren dengan suara yang dibuat semanis mungkin.“Hai, Farren! Ya ampun, aku mana mungkin lupa sama kamu. Kamu yang sudah pernah men
Alexa berdeham dan memilih untuk pura-pura tidak menyadari kalau ponselnya berdering. Namun, sepertinya Alexa memang kurang pandai akting. Farren tetap menyadari gelagat aneh Alexa, hingga akhirnya meminta Alexa untuk tetap mengangkat panggilan telepon tersebut.“Ra, ponsel kamu bunyi, tuh! Telepon dari siapa?” tanya Farren.“Eh, aku baru sadar kalau ponselku bunyi,” kata Alexa.“Kamu angkat dulu saja teleponnya. Siapa tahu itu penting,” kata Farren. Alexa mengangguk sambil meminum es lemonnya. Alexa berharap Farren tidak menyadari kalau Danish menelepon Alexa. Alexa izin berpamitan kepada Farren untuk mengangkat panggilan telepon tersebut. Di seberang sana, terdengar suara Danish yang sebenernya sangat dirindukan oleh Alexa.“Alexa! Lama banget loe angkat telepon gue,” kata Danish.“Apa, sih? Bagus teleponnya masih aku an
Kemacetan parah melanda Kota Jakarta hari ini. Danish memang masih memiliki beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini, walau langit sudah gelap. Danish menyandarkan tubuh lelahnya di kursi penumpang mobil bagian belakang, sementara Sellena duduk di sampingnya dan Frey duduk di kursi penumpang depan di sebelah supir. Pikiran Danish sangat kacau. Danish masih terus terbayang percakapannya di telepon dengan Alexa kemarin malam. Danish seolah-olah berkata bahwa dirinya tidak cemburu kepada Alexa, walau kenyataanya sangat berlawanan. Danish harus mengakui jantungnya berdebar sangat kencang saat mengetahui Alexa sedang pergi dengan Farren. Danish ingin sekali rasanya meninju Farren hingga babak belur. Danish melayangkan pandangannya ke sekeliling. Danish melihat Sellena sedang asyik memainkan ponselnya, sepertinya sedang membalas kom
Rule number 13:“Semua ini hanya permainan dan dilarang menangis” Sellena sedang sibuk memainkan ponselnya sambil mengunyah sebatang cokelat. Sellena tertawa puas melihat beberapa foto mesranya bersama Danish, termasuk foto terbarunya saat menggenggam erat tangan Danish. Sellena tersenyum sinis dan sengaja mencari nama akun Instagram Alexa.“Kalau engga salah, pasti nama akun Instagramnya itu Alexandra Amora,” kata Sellena. Sellena tersenyum puas saat berhasil menemukan nama akun Instagram Alexa. Tanpa berpikir panjang, Sellena langsung mengirimkan beberapa foto mesranya dengan Danish kepada Alexa. Sellena yakin Alexa pasti akan langsung terbakar api cemburu melihat kedekatannya dengan Danish.--
Alexa sedang duduk sendirian di sebuah restoran. Sungguh, Alexa baru menyadari kebodohannya jatuh cinta pada Danish Adelio selama ini. Sungguh, Alexa baru menyadari kalau Danish tidak pernah mencintai dirinya. Danish hanya memanfaatkan Alexa dan selalu menyakiti Alexa. Alexa mengecek ponselnya berkali-kali dan berharap Danish akan menghubunginya. Namun, Alexa mulai putus asa dan merasa harapannya akan sia-sia. Alexa mulai frustasi hingga mulai mengacak-acak rambutnya dan menjitak kepalanya berkali-kali. Alexa masih ingin menangis rasanya, tetapi rasanya terlalu sulit untuk menangis sekarang.“Bodoh! Kenapa semuanya bisa sebodoh ini!” seru Alexa. Alexa ingin sekali bisa melupakan Danish sekarang juga, namun rasanya sangat sulit. Seluruh kenangan manis tentang Danish selalu terbayang dalam benak Alexa. Lagi-lagi, kenanga
Farren mengajak Alexa untuk makan ke sebuah restoran sushi. Alexa tidak mengerti isi pikiran Farren yang mengajaknya ke sana. Jelas-jelas, restoran sushi mengingatkan Alexa pada kencan pertamanya dengan Danish setelah gagal mengajak Danish kencan di Warung Pecel Lele Pak Sabar. Sesampainya di sana, Farren masih berusaha untuk mengulurkan tangannya kepada Alexa dengan maksud menggandeng Alexa, tetapi Alexa menolaknya. Alexa masih berharap Danish yang akan menggandeng tangannya sekarang.Alexa pun masih tidak berhenti mengecek ponselnya dan berharap akan muncul notifikasi dari Danish. Alexa terlalu memikirkan Danish hingga membuatnya melamun. Lamunan Alexa terhenti saat Farren memanggilnya.“Ra, kamu mau pesan apa?” tanya Farren.“Eh, terserah kamu. Lagi pula, aku rasa aku engga terlalu lapar sekarang,” kata Alexa.&nbs
Langit Kota Jakarta sudah benar-benar gelap sekarang. Alexa masih duduk sendirian di kamarnya. Sekali lagi, Alexa melirik gaun cantik yang telah dibelinya di butik untuk acara promnight esok hari. Alexa meliriknya berkali-kali, lalu kembali menghela napasnya. Alexa melirik jam dinding di kamarnya. Ternyata, waktu sudah menunjukkan pukul 00:00 dan Alexa masih mampu mendengar sayup-sayup suara rintik hujan di Kota Jakarta. Hujan sepertinya memang tidak berhenti. Alexa berusaha menyakinkan dirinya lagi dengan cara berjalan menuju jendela kamarnya. Dugaan Alexa benar. Suara rintik hujan terdengar semakin jelas. Alexa mulai tersenyum tipis. Alexa yakin dirinya akan menang taruhan sekarang. Walau demikian, Alexa belum ber
Danish tersenyum saat masih banyak wartawan yang mengambil fotonya dan masih banyak wartawan lainnya yang bertanya kepada Danish. Danish merasa senyumnya hari ini adalah senyum yang tulus, bukan senyum yang dipaksakan alias senyum palsu. Danish tidak peduli dengan banyaknya pertanyaan wartawan pada hari ini.“Mas Danish, apa berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Danish, apa betul Mas Danish tidak jadi bertunangan?” tanya wartawan lainnya. Danish masih saja tersenyum dan masih berusaha untuk merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab semua pertanyaan dari para wartawan. Sementara itu, para wartawan juga tidak segan untuk mulai bertanya kepada Frey.“Mas Frey, apa bisa bantu jawab pertanyaan kami? Apa semua berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Frey, apa betul Danish
Danish menatap Reina sambil tersenyum lebar. Danish berjabat tangan dengan Reina sambil terus memamerkan senyum tulusnya, hingga membuat Reina sedikit heran. Reina sangat jarang melihat Danish tersenyum seperti ini. “Gue benar-benar engga menyangka loe mau bantu gue,” kata Danish. Kedua mata Reina membulat karena kaget. Dengan penuh rasa canggung, akhirnya Reina membalas senyuman Danish.“Iya, sama-sama, Lio! Aku pikir bahwa sudah selayaknya aku melakukan semua ini,” kata Reina.“Loe dan gue engga pernah saling cinta. Buat apa dua hati yang engga saling cinta harus dipaksakan untuk bersatu?” tanya Danish. Reina masih berusaha untuk tersenyum di balik rasa canggungnya. Sementara itu, Reina kembali bertanya kepada Danish untuk menghilangkan rasa penasarannya.“Jad
Danish memasang ekspresi datar dan dinginnya di hadapan Reina. Reina sudah berbicara panjang lebar, tetapi Danish tampak tidak memedulikannya sama sekali. Reina masih berusaha untuk tidak ambil pusing dengan sikap Danish. Namun, Reina akhirnya merasa kesal lama-kelamaan melihat sikap Danish. Reina mulai berbicara dengan nada tingginya kepada Danish.“Jadi, gaun untuk pertunangan kita lebih bagus yang mana? Ini atau itu? Danish, kamu dengar aku bicara engga, sih?” tanya Reina kesal.“Reina, pilih saja gaun yang loe mau! Gue engga mau ikut campur. Gue engga mengerti masalah seperti ini,” kata Danish angkuh.“Danish! Sekali ini saja, tolong kamu dengarkan aku!” seru Reina. Danish masih saja bersikap tidak peduli dan malah menggelengkan kepalanya. Danish meraih ponselnya dan pura-pura sibuk memainkan ponselnya. Reina merasa semakin kesal dan memutuskan untuk
Ujian Akhir Sekolah telah berakhir. Alexa tidak menyangka bahwa hari-harinya yang paling berat selama duduk di bangku Sekolah Menengah Atas telah berhasil dilewatinya dengan baik. Alexa merasa jerih payahnya tidak sia-sia selama ini. Alexa tidak pernah menyesal karena selalu menghabiskan banyak waktunya untuk belajar, terutama menjelang Ujian Akhir Sekolah. Jerih payah dan kerja keras Alexa terasa semakin bermakna saat Alexa mengetahui bahwa dirinya berhasil meraih nilai yang sangat baik untuk Ujian Akhir Sekolah. Alexa merasa sangat senang. Alexa berpikir pasti kedua orang tuanya dan Bu Siti akan bangga terhadap prestasi yang telah diraihnya.Bukan hanya mereka, Alexa yakin Danish juga pasti bangga jika mengetahui prestasi Alexa. Alexa yakin Danish pasti akan berhenti menghinanya dan mungkin akan sedikit memberi pujian kepada Alexa.Setelah Ujian Akhir Sekolah selesai, Alexa masih harus datang k
Alexa melirik jam tangannya. Alexa baru menyadari bahwa Hari Valentine akan segera berlalu sebentar lagi. Alexa memang sebenarnya tidak rela jika Hari Kasih Sayang yang diperingati setiap satu tahun sekali ini segera berlalu. Walau Alexa seperti tidak mendapatkan cintanya pada tahun ini, Alexa memilih untuk tidak peduli. Alexa hanya ingin waktu bergulir lebih lama lagi di Hari Valentine. Alexa hanya ingin lebih lama lagi mengenang saat-saat indahnya bersama Danish pada waktu itu. Semua itu hanya ada dalam pikiran Alexa, tetapi Alexa tetap tidak peduli. Kini, Alexa sedang duduk sendirian di kamarnya sambil menatap langit. Alexa menghela napasnya sebentar, lalu tersenyum tipis.“Apa ini adalah cara terbaik supaya aku bisa melupakan seorang Danish Adelio?” tanya Alexa dalam hatinya.&n
Jantung Alexa berdebar semakin kencang. Alexa yakin ini bukanlah mimpi. Danish benar-benar berdiri di hadapannya. Alexa masih belum dapat berbicara kepada Danish. Lidahnya menjadi kaku dan dipenuhi oleh segenap rasa canggungnya terhadap Danish. Alexa hanya mampu menatap Danish dalam diam, hingga Danish memulai pembicaraan dengan suara pelan yang dingin seperti salju.“Kursi di depan loe kosong, kan?” tanya Danish. Alexa mengangguk. Alexa tidak tahu bisa memberikan anggukan secepat itu. Danish juga ikut mengangguk pelan dan langsung menarik kursi kosong di hadapan Alexa. Namun, Alexa kembali berbicara kepada Danish dengan tegas.“Kursi itu memang kosong, tapi Kak Danish lebih baik duduk di tempat lain,” kata Alexa.“Semua kursi di restoran ini penuh,” balas Danish pelan. Alexa mengh
Hari demi hari terus berlalu. Alexa masih mencoba untuk melupakan Danish, walau rasanya masih sangat sulit. Bulan Januari telah berganti menjadi bulan Februari. Bulan Februari yang kembali identik dengan bulan penuh cinta. Cinta mungkin dirasakan oleh sebagian orang yang memilikinya, berbeda dengan Alexa. Hingga saat ini, Alexa masih mengurusi urusan hatinya yang masih terasa runyam. Hari ini bertepatan dengan hari Valentine, yaitu tanggal 14 Februari. Alexa sedang banyak melamun hari ini, karena kembali teringat akan Danish. Alexa ingat bahwa tahun lalu Danish mengajaknya makan malam dan Danish memulai semua permainan bodohnya dengan Alexa. Tiba-tiba, ponsel Alexa berdering. Nama Frey muncul di layar ponsel Alexa. Alexa mengangkat panggilan telepon tersebut dengan ogah-ogahan.“Iya, Kak Frey! Ada yang bisa aku bant
Alexa baru saja selesai membereskan hadiah-hadiah ulang tahun yang diterimanya hari ini. Alexa sudah selesai menatanya dengan rapi di salah satu sudut kamarnya. Semuanya ini terasa melelahkan. Alexa berusaha untuk merenggangkan otot-otot lehernya yang mulai terasa kaku, lalu memutuskan untuk berjalan menuju meja belajarnya. Alexa mengambil selembar kertas dan pulpen. Alexa ingin sekali menuliskan sesuatu di atas kertas tersebut, tetapi rasanya sungguh sulit.“Resolusi tahun ini,” gumam Alexa pelan. Alexa mulai berusaha untuk merangkai kata-kata dalam otaknya, namun tidak kunjung dapat melakukannya. Alexa merasa heran dengan dirinya sendiri. Pada tahun lalu, Alexa memang sangat lancar dalam menuliskan banyak resolusi dan terlihat sangat semangat dan bera