Rule number 9
“Alexa dilarang mengganggu Danish kalau Danish sedang tidak ingin diganggu”
Sellena baru melepaskan genggaman tangan Danish saat memastikan kalau Alexa benar-benar sudah pergi. Sellena tertawa puas seolah-olah telah berhasil memenangkan sandiwara hari ini. Danish melayangkan tatapan nanarnya kepada Sellena.
“Sellena, apa maksud loe melakukan semua ini?” tanya Danish.
“Aku engga punya maksud apa-apa! Aku cuma merasa kalau kamu engga pantas sama Alexa! Kenapa? Ada hubungan apa kamu sama Alexa sebenarnya?” tanya Sellena.
“Gue engga punya hu-“ Danish belum menyelesaikan kalimatnya.
Sellena menutup mulut Danish dengan tangannya. Danish semakin tidak mengerti dengan semua sikap Sellena.
“Kamu yakin engga punya h
Danish mulai merasa sikap Frey belakangan ini kerap membuatnya merasa tertekan. Frey selalu berfokus kepada ketenaran Danish, tanpa memedulikan perasaan Danish. Di dalam otaknya, Frey seperti mulai berpikir Danish adalah sebuah aset berharga untuk menghasilkan uang. Karena merasa sangat kesal kepada Frey, Danish sampai tega membuang muka saat berpapasan dengan Frey. Frey merasa heran dan langsung melayangkan tatapan menyelidik kepada Danish.“Lio, ada apa? Engga biasanya loe berani bersikap dingin sama gue,” kata Frey. Danish memilih untuk tidak menjawab dan pura-pura membenarkan posisi tas ranselnya. Frey yang belum mau menyerah memutuskan untuk bertanya sekali lagi kepada Danish.“Ada apa? Apa ucapan Sellena itu benar? Lio?” tanya Frey.“Ucapan Sellena? Jadi, loe lebih percaya sama uca
Danish tidak dapat memungkiri kemarahannya di Garden Café bukan serta-merta disebabkan oleh pertanyaan Garry dan perkataan Mike, tetapi disebabkan juga oleh rasa bersalahnya kepada Alexa. Rasa bersalah tersebut terus menghantui pikiran Danish. Danish tidak sepantasnya bersikap dingin dan kasar kepada Alexa. Awalnya, Danish memang berniat tidak akan pernah menunjukkan sikap manisnya kepada Alexa, tetapi sepertinya Danish telah berubah pikiran setelah mengenal Alexa lebih dalam. Sekarang, Danish mulai kembali memikirkan Alexa. Danish mampu membaca kesedihan yang terpancar di kedua bola mata Alexa saat terakhir bertemu dengannya. Namun, rasa gengsi yang terlalu tinggi membuat Danish enggan meminta maaf kepada Alexa. Danish berjalan masuk ke dalam mobilnya, lalu memutuskan untuk meraih ponselnya. Danish membuka mesin pencarian Google
Danish buru-buru masuk ke dalam mobilnya dan mengunci pintu mobilnya rapat-rapat sebelum Mika kembali menguntitnya. Danish kembali mengatur napasnya yang sudah sangat tidak beraturan karena panik dan ketakutan. Setelah merasa sedikit lebih tenang, Danish menyalakan mesin mobilnya dan menyetir dengan sangat hati hati. Sementara itu, kedua mata Mika masih terus mengamati Danish. Mika menggelengkan kepalanya dan kembali tersenyum tipis.“Danish Adelio! Sekarang aku pun sudah tahu nomor polisi dan jenis mobilmu. Jangan harap kamu bisa lolos!” Senyum Mika semakin merekah. Mika ikut menyalakan mesin mobilnya dan melajukan mobilnya untuk kembali menguntit mobil Danish. Mika benar-benar ingin tahu alamat tempat tinggal Danish. Jika Mika berhasil menemukannya, maka Mika tidak akan pernah melepaskan Danish lagi.--
Danish sedang mempelajari beberapa lembar naskah yang akan digunakannya untuk keperluan shooting hari ini sambil meminum cappuccino kesukaannya. Beberapa kali Danish tampak menguap dan berusaha menahan kantuk yang melandanya akibat kurang tidur semalam. Danish berharap cappuccino dapat meredakan kantuknya segera. Danish memang merasa sedang sendirian di sana, tetapi ada sepasang mata yang sejak tadi mengamati Danish tanpa henti dari kejauhan. Sepasang mata berwarna cokelat gelap itu bukan milik Sellena, melainkan milik Mika. Mika melipat kedua tangannya di depan dadanya sambil mengunyah sebutir permen karet dengan angkuhnya.“Danish Adelio, lihat saja! Rencanaku hari ini pasti tidak akan gagal!” seru Mika. Danish masih berusaha fokus, namun sepertinya rasa kantuk itu terlalu berat sehingga Da
Danish baru tiba di apartemennya menjelang tengah malam. Danish melirik jam tangannya, lalu masih berusaha untuk berjalan menyusuri koridor apartemennya dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya hari ini. Berkali-kali, Danish melayangkan pandangannya ke sekelilingnya untuk memastikan dirinya sendirian. Danish mengigit bibir bawahnya dan menyadari koridor apartemennya sedikit gelap hari ini. Bulu kuduk Danish meremang karena teringat pada cerita horor yang pernah didengarnya.“Kochenglanak?” tanya Danish pelan. Danish merasa dirinya tidak benar-benar sendirian sekarang. Ada sepasang mata yang sejak tadi mengamatinya. Sepasang mata tersebut tidak lain adalah Mika yang masih berambisi untuk mendapatkan Danish.Danish mempercepat langkahnya dan langsung memilih untuk masuk ke dalam unit apartemennya dengan ter
Danish menyesap segelas cappuccino yang ada di hadapannya. Wajahnya terlihat begitu kusut dan rambutnya sedikit berantakan. Danish seperti tidak tidur semalaman dan terus memikirkan semua kejadian buruk yang baru saja menimpanya. Danish sudah menghela napasnya berkali-kali, tetapi Frey hanya tertawa menanggapi cerita Danish.“Mana mungkin, Lio? Gue engga percaya sama cerita loe. Mungkin semua itu hanya terjadi di alam mimpi loe saja,” kata Frey.“Frey! Gue serius! Gue engga bercanda. Jadi, gue pikir dia itu penggemar paling berat yang pernah gue temui. Untung gue berhasil kabur,” kata Danish.“Mana mungkin, Lio? Gue yakin engga akan ada penggemar yang tahu lokasi apartemen loe,” kata Frey sambil terus tertawa. Frey masih saja tidak percaya akan cerita Danish. Kemarin merupakan salah satu kejadian paling buruk yang pernah dialami oleh Danish. Dan
Danish berjalan dengan gontai menyusuri koridor apartemennya. Rasa lelah menjalar begitu nyata di setiap jengkal tubuhnya. Danish tidak menyangka hidupnya akhir-akhir ini merasa begitu kacau. Semula, Danish berpikir menjadi terkenal dan menjadi pujaan semua wanita adalah mimpinya. Namun, Danish tidak pernah berpikir bahwa ada wanita-wanita yang sangat berambisi untuk memilikinya, hingga nekat melakukan apa pun. Pertemuannya dengan Cherry juga membuatnya begitu kaget. Cherry terlihat begitu berambisi dan ingin memiliki Danish, hingga rela masuk ke toilet pria. Sungguh, semuanya ini terkesan sangat melelahkan bagi Danish. Danish masuk ke dalam unit apartemennya dan langsung merebahkan dirinya di tempat tidurnya tanpa sempat berganti pakaian. Danish berusaha untuk mengatur napasnya yang memburu.“Mengapa hidup gue harus seperti
Danish menatap layar ponselnya dengan kecewa. Alexa tidak mengangkat panggilan teleponnya semalam. Dulu, Danish sering sengaja menolak panggilan telepon Alexa dan jarang membalas pesan Whatsapp Alexa. Kini, saat Danish benar-benar membutuhkan Alexa untuk menolongnya, Alexa seperti balas dendam dan sengaja mengacuhkannya. Danish memutuskan untuk mengirimkan sebuah pesan Whatsapp kepada Alexa.To : Alexandra AmoraAlexa, gue yakin loe sebenarnya cuma pura-pura sibuk dan engga angkat telepon gue! Dasar sombong! Danish masih saja berani mengirimkan pesan tersebut yang terkesan sangat angkuh dan sombong. Danish berharap Alexa segera membaca pesan Whatsapp darinya. Namun, Alexa tidak kunjung membalas maupun membaca pesan Whatsapp tersebut hingga membuat Danish mulai naik darah. Danish memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya, lalu segera menyalakan mesin mobilnya untuk p