Share

PENA YUSUF

last update Last Updated: 2021-06-22 19:26:00

PART 5. PENA YUSUF

"Bangsat ... lolos dari jerat hukum rupanya dia!"

Jemari Yusuf mencengkeram pulpen dan meremuknya. Senjata data-data yang telah didokumentasikan dan dilaporkan ke pihak kepolisian dianggap belum bisa membuktikan bahwa Sadam Bhisma lah yang menghilangkan jejak Alifia di muka bumi ini. Yusuf Anshori tak habis pikir. Mudah saja bagi negara menemukan jejak koruptor yang lari ke ujung dunia, tetapi untuk seorang Alifia, apakah sulit menemukan jejak kakaknya yang punya langkah lebih terukur?

"Kak, aku akan menemukan dan menyelamatkanmu. Kupertaruhkan karir wartawanku apabila tak bisa mengendus di mana si bangsat Sadam menyembunyikanmu!"

Yusuf kini berusia dua puluh tiga tahun, dengan karir cemerlang sabagai penulis dan wartawan media ternama. 

"Aku berhutang budi padamu, Kak Alifia." Yusuf terus menggumamkan nama Alifia.

Ya, jemari Alifia lah yang menuntun ia ke arah terang-benderang aksara. Tutur cerita demi cerita Alifia lah yang membuka cakrawalanya pada jendela dunia menakjubkan. Seolah ia mengendarai permadani menyusuri kisah-kisah tauldan dengan keajaiban yang menawan. Alifia bersabar membacakannya cerita diterangi satu pelita dan cahaya bulan, lalu menuntun Yusuf membaca kata demi kata dan membuatnya jatuh cinta pada dunia kepenulisan. Hingga akhirnya prestasi demi prestasi ia torehkan. Yusuf menjadi kebanggaaan keluarga berkat kasih sayang Alifia padanya. Sampai suatu hari tangan Sadam merenggut kakaknya dari ruang keluarga dengan sepetak bata.

Yusuf menuliskan opini tentang kisah hilangnya Alifia serta beberapa kejanggalan yang dilihatnya.  Baik dengan media digital maupun rubrik opini yang diasuhnya. Tapi rupanya tanggapan redaktur kurang baik.

"Hentikan menulis opini tentang kakakmu!"

Suara seseorang menggelegar menggebrak meja Yusuf.

"Lho ... aku berhak ...."

"Kamu tidak berhak. Aku ketua redaksi. No way! Silakan ambil cuti dan cari kakakmu. Tak perlu menuliskannnya lagi sebagai opini. Kamu tahu apa akibatnya? Koran kita dibredel oleh Sadam, perusahaan dan instansi banyak yang menghentikan status langganan."

Rendi, lelaki bertubuh tinggi sang pimpinan redaksi dengan garangnya mencengkeram leher baju Yusuf Anshori.

"Jadi kamu mau koran ini cuma menampilkan berita aman? Yang tak mengundang pro-kontra. Koran manis milik penjilat macam kamuuuu!"

Gemeretak Yusuf saat mengucapkan itu, disobek-sobeknya naskah opini di depan Rendi dan ia meninggalkan meja kerja sambil mengebraknya.

"Sialan!'  

Yusuf bergegas pulang. Ia tak peduli lagi apakah akan dipecat dari kantor media massa ternama tempat ia mengabdi selama tiga tahun ini. Ia benar-benar tak peduli lagi. Diraihnya ransel dan segera mengemudikan motor ninjanya untuk menjenguk ibunya meminta doa restu. Ia akan memulai perjalanan kembara mencari Alifia, Ratu keluarga bilik-bilik sunyi.

***

Alawiyah baru saja selesai sholat ketika putra bungsunya datang.

"Ibu, rindunya aku." Yusuf mengecup dahi perempuan yang telah banyak kerutan di dahinya itu.

"Ahhh tumben kau pulang lebih cepat."

"Aku meninggalkan pekerjaanku.Terserah kalau mereka mau pecat!"

Alawiiyah menurunkan lentera agar lebih dekat ke meja makan keluarga. Ia menyiapkan nasi goreng ikan asin kesukaan Yusuf. Mereka makan berdua saja. 

"Ada apa sebenarnya?"

"Aku akan mencari Kakak. Polisi tak becus mencari Alifia. Biar aku sendiri saja!"

Mata Alawiyah menelisik dalam-dalam ke bola mata Yusuf, anak bungsu penjaga keluarga.

"Kau tahu resikomya, Nak. Sadam itu ..." 

Alawiyah tak bisa melanjutkan kata-kata, ia hanya menangis sesunggukkan sambil menggenggam tangan putra bungsunya.

"Tenanglah Ibu. Sejak kapan Ibu bisa lebih takut pada Sadam dan menafikan kuasa Tuhan"

Yusuf merengkuh bahu Alawiiyah dan mengusap air mata dari sudut-sudut mata renta itu.

"Aku berjanji akan menemukannya dalam keadaaan selamat Ibu. Aku berjanji."

***

Deru motor Yusuf melaju membelah malam. Ke mana arah kembaranya tak ada seorang pun yang tahu, Ia hanya lelaki muda yang berusaha menarik kakaknya satu per satu.  Kini kakak sulungnya jatuh ke sumur yang paling dalam, ia harus mengendus di mana sumur itu disembunyikan dan dengan alat apa ia dapat menyelamatkan Alifia. Baru kini ia mengingat kembali pesan Alifia di masa kecilnya. 

Yusuf berhenti di sebuah cafe dan meminta segelas cappucino pada pelayan. Ia mencatat semua kebiasaan Alifia dan jejak pelayan yang bisa ditelusurinya.

Salah seorang pelayan cafe mendekati Yusuf dan menawarkan menu lain. Seorang wanita berbaju merah dengan lipstick berwarna senada. Rambutnya hitam kemilau bergelombang sebahu. Tingginya seratus enam puluh lima dan menyorongkan dada padatnya yang setengah terbuka sambil memberikan daftar menu 'selanjutnya'. Wanita itu menatap Yusuf dari ujung kepala hingga ujung pantofel-nya.

"Hmmm ... sendirian, Mas?" kerlingnya manja. "Aku bisa membuatkan menu lain untukmu semalam suntuk agar wajah rupawanmu tak lagi kusut."

Yusuf dalam pikiran kalutnya sedikit terpana dengan tawaran menggoda itu. Suatu ajakan refreshing di tengah kegamangan mungkin akan membuat pikirannya yang buntu menjadi seleluasa jalan tol. Yusuf menghirup sisa cappucino-nya dalam-dalam.

"Tawaran yang manis. Kamu boleh scan WA nanti kabari aku lagi ya .... Tapi bukan saat ini, Manis."

Yusuf menolak dengan halus sambil tersenyum tipis, kumis tipisnya ikut naik dan menampakkan lesung pipi yang membuat si manis semakin penasaran. Kacamatanya kembali dipasang untuk menekuni catatan.

"Ahh .. sayang sekali." wanita itu tersenyum penuh misteri dan menagih scan WA untuk menautkan kontak. Yusuf memberikannya.

Si manis berlalu sambil sesekali mengerling pada Yusuf seolah berharap Yusuf berubah pikiran. Namun Yuusf tampak serius kembali dengan catatannya. 

Sementara dalam hati Yusuf sesungguhnya menahan debar jantungnya agar tak terdengar seisi ruang cafe yang sudah mulai sepi. Bagaimanapun ia juga lelaki yang tak mungkin tak tergoda tawaran asmara. Namun ia memiliki rencana lain kini, juga terhadap si manis. Catatan lengkap. Yusuf bersiap-siap melanjutkan perjalanan dan menoleh sesaat kepada si manis yang masih menatapnya dari jauh sambil mempersiapkan pesanan pelanggan lain.

"Apa dia sudah biasa menawarkan 'menu yang lain' pada pelanggannya?" Yusuf mendesah dalam benak dan beranjak pergi.

***

Related chapters

  • RATU YANG HILANG   NIR CAHAYA

    PART 6. NIR CAHAYA Entah sudah berapa hari Alifia dan Raudah terkurung dalam kamar pengasingan, mereka berdua sudah tak sanggup lagi menghitung hari. Makanan yang disorongkan penjaga di depan pintu mulai tak disentuh oleh Alifia. tubuhnya makin kurus dan netranya tanpa cahaya. Sementara Raudah masih yakin akan bisa membunuh Sadam Bhisma, karena itu ia makan dan terus berceloteh agar Alifia melupa derita. "Makanlah, Kak. Kau harus kuat. Kita akan membalas dendam bersama-sama." bujuk Raudah. "Aku tak punya harapan lagi. Jika kita berhasil keluar pun si empunya kuasa Sadam akan membunuh kita." "Ohhh ... betapa cemen-nya kamu, Kak Alifia. Tidak percayakah bahwa kita masih punya kekuatan dan kesanggupan melawan? Bukankah hari lalu kau yang mengajariku? Bukankah kaubilang bertekad membunuh Sadam?" Suara Raudah meninggi. "Lalu kenapa sekarang takluk pada garis takdir yang ditetapkan Sadam. Kausamakan Sadam dengan

    Last Updated : 2021-06-23
  • RATU YANG HILANG   TRIK RAUDAH

    PART 7. TRIK RAUDAH Raudah sudah lebih tenang ketika ia mampu membujuk Alifia. Suapan demi suapan ke bibir kering perempuan yang dihormatinya itu disambut dengan lemah. Hanya tiga suap yang sanggup untuk ditelan Alifia. Air mineral satu botol kecil telah pula dibagi berdua. Lalu ia membiarkan Alifia terlelap sementara Raudah memutar otak agar bisa segera keluar dari kamar laknat itu. Raudah menemukan secarik kertas dan ia masih membawa eyeliner untuk bisa menulis surat. ["Penjaga, hai aku kesepian. Bisakah kau menemani sebentar? Nyonya ratu sedang tidur."] Secarik kertas itu diselipkannya di bawah pintu. Menit demi menit terlampaui, Raudah resah menanti balasan. Ia berharap Alifia tetap tidur agar tak mengkhawatirkan percobaannya kali ini, merayu penjaga kamar yang pasti sudah sangat bosan menunggu di depan pintu kamar. Tak perlu waktu lama bagi Raudah untuk menunggu balasan. Penjaga yang semenjak semingguan ini bertugas

    Last Updated : 2021-06-27
  • RATU YANG HILANG   BARANG TEMUAN

    PART 8. BARANG TEMUANSarah dan Hanifa sudah menikah, bukan dengan kalangan saudagar macam Tuan Sadam. Namun dengan lelaki sederhana yang mereka cintai, setelah tawaran pernikahan dengan lelaki kaya berhasil dicegah atas saran Yusuf. Karena Yusuf berhasil meyakinkan kedua kakak perempuannya perihal hukum alam bahwa cinta itu kaya dan kaya bukan berarti cinta. Hanifa memilih tetap tinggal di bilik sunyi bersama ibunya dan suaminya tak keberatan. Mereka sedikit demi sedikit membenahi rumah petak menjadi beberapa petak yang cukup luas untuk tambahan kamar suami-istri, ruang keluarga dan kamar anak-anak mereka. Sedangkan Alawiyah masih tetap menjahit dibantu oleh Hanifa. Setidaknya kini mereka memiliki outlet pakaian dan seragam sekolah. Perlahan tapi pasti taraf kehidupan mereka meningkat, bukan karena menantu kaya tetapi karena usaha dan percaya akan nasib baik yang akan mengubah suatu kaum ketika kaum itu mau berusaha. Alawiyah tenang di masa tuanya kala

    Last Updated : 2021-06-30
  • RATU YANG HILANG   SEDEKAP HUTAN PINUS

    PART 9. Dua perempuan bertelanjang kaki berlari secepat angin menembus hutan pinus. Alifia tampak terseret-seret oleh tarikan tangan Raudah yang berlari dengan lincah. Gadis itu terbiasa merambah medan yang lebih terjal di kampungnya yang berbukit-bukit. Sedangkan Alifia tidak terbiasa, apalagi penglihatannya masih belum pulih. "Sudah hehhhh ... berhenti. Aku kelelahan!" pinta Alifia sambil terengah-engah. "Ohhhh ya ... Ok. Duduklah di batu ini. Aku akan melihat-lihat mencari tempat yang aman." Raudah meraih pundak Alifia dan menuntunnya untuk duduk di sebuah batu hitam. "Ya ... kakiku sangat sakit dan perih!" Raudah lantas mengamati kaki Alifia yang ternyata penuh bilur-bilur bekas goresan batu dan ranting. Alifia mencoba menenangkannya. "Sabarlah, Kak. Aku akan mengobatinya. Tapi tolong jangan berisik. Aku masih khawatir kalau-kalau ada seseorang yang mengikuti kita." Alifia mengangguk terduduk dan menutup mulutnya. I

    Last Updated : 2021-07-03
  • RATU YANG HILANG   INTUISI

    BAB 10. INTUISI Dering handphone milik Yusuf membunyikan nada panggil keluarga bilik-bilik sunyi. Yusuf mengangkat handphone-nya terdengar suara Sarah di ujung sana. "Yusuf ... kau di mana? Mampir ke rumahku cepat, aku menemukan petunjuk yang berharga." "Sungguh? Oke aku putar balik." Yusuf memutar balik motornya menuju perumahan tempat Sarah tinggal bersama suami dan dua anaknya. *** "Ya Allah ... semoga ini benar milik Kak Alifia!" Yusuf meraih anting-anting yang hanya sebelah itu dan mengamatinya lekat-lekat. Anting itu meskipun sederhana tetapi memiliki bentuk unik yang tak banyak diproduksi lagi. Bandul bintang kecil pada bagian bawah anting-anting mengingatkan pada cahaya di masa kecilnya yang mulai dinyalakan Alifia dalam dada. Cahaya yang begitu indah melengkapi sinar purnama, saat di mana pesta pora para cendekia kecil berlomba-lomba membaca cerita atau pun dibacakan dengan suara keras

    Last Updated : 2021-07-04
  • RATU YANG HILANG   TRAGEDI DALAM RIMBA

    Part 11. TRAGEDI DALAM RIMBA Siapa yang bisa menebak apa yang akan terjadi di dalam hutan? Sebab rimba raya yang pekat membuat suasana macam labirin yang tak berbentuk. Belum lagi hawa dingin menusuk-nusuk dan tumpukan ranting serta dedaunan tajam, bayangan ular melata di bawahnya atau yang bergantungan di pohon serta binatang buas lain yang siap menerkam. Raudah dan Alifia saling bersedekap mengusir dingin dan rasa takut, sementara kegelapan semakin pekat. Mereka saling membisikkan penghiburan satu sama lain, sesekali bercanda dan berkali-kali menitikkan air mata. Sementara seseorang sedang menyalakan api unggu di tengah hutan dengan bekal korek api yang dimilikinya. Ia menyalakan puntung rokok yang masih terselip di saku celana. Asap api unggun itu membumbung dan membuat Alifia dan Raudah tersedak, karena ternyata mereka berada dalam jarak yang sangat dekat. "Siapa itu?" Ray menyadari ada suara manusia di dekatnya, kemudian meny

    Last Updated : 2021-07-06
  • RATU YANG HILANG   TERANG DAN GELAP ALIFIA

    "Tunggu, aku mencium batu gamping yang lebih banyak di sana." Alifia menggamit lengan Raudah agar berhenti berlari. "Hahhh ... maksudmu?" "Raudah kita harus mencari tempat persembunyian. Bukannya terus berlari dan berlari tak tentu arah." "Ehhh, kita ini dalam pengejaran." "Ya tapi ... ada masanya kita lelah berlari." "Kaulelah, Kak Alifia. Astaga ... kakimu berdarah." Alifia mengangguk dan terus berjalan ke arah sumber bau gamping yang diindu olehnya. Semenjak mengalami kebutaan, indera penciuman dan mata batin Aliia semakin tajam. Gelapnya netra dibayar tundai dengan terangnya mata batin dan indera. Dirabainya dahan-dahan kayu pinus dan pohon ek yang dilewatinya, sengaja berjalan di depan dan ganti memimpin langkah Raudah yang kebingungan dengan tingkah Alifia. Dengung serangga dan kunang-kunang didengarnya makin tajam menggema di daun telinga, merasai cahaya kunang-kunang itu sebagai tuntunan jalan hidup menuju t

    Last Updated : 2021-07-21
  • RATU YANG HILANG   SHADAM BHISMA DATANG

    Suara tembakan itu bergema di antara pepohonan pinus, membuat burung-burung berhamburan dari sarangnya. Shadam, pria berbadan tegap dengan rahang kokoh dan tatapan dingin, menyelipkan kembali pistolnya ke balik jas hitamnya. Wajahnya tanpa ekspresi menatap jasad Ray yang tergeletak di tanah bersimbah darah."Tak berguna!" desisnya, kemudian menoleh ke anak buahnya yang berdiri kaku di belakangnya. "Cari dua perempuan itu! Jangan sampai lolos!""Baik, Bos!" jawab anak buahnya serempak, lalu berpencar menyusuri hutan.Shadam mengusap dagunya, berpikir. Jejak Raudah dan Alifia masih segar. Mereka tak mungkin pergi terlalu jauh. Apalagi, salah satu dari mereka terluka. Pasti akan mudah menemukan mereka, pikir Shadam licik.***Sementara itu, di dalam gua yang gelap dan lembap, Raudah terbangun lebih dulu. Sinar matahari pagi yang menerobos celah-celah sempit gua menyilaukan matanya. Dia merasakan perih di lengan kanannya yang terluka akibat terjatuh saat melarikan diri dari Ray. Di sebelah

    Last Updated : 2024-12-26

Latest chapter

  • RATU YANG HILANG   Tawanan Baru

    Langkah Raudah dan Alifia semakin berat seiring teriknya matahari yang memanggang ubun-ubun. Jalan setapak yang ditunjukkan kakek misterius itu terasa semakin panjang dan tak berujung. Sesekali, Alifia meringis menahan sakit di kakinya yang terluka."Bertahanlah, Lifia. Sebentar lagi kita sampai," hibur Raudah, meskipun dia sendiri juga dilanda kelelahan dan keraguan."Aku... aku takut, Raudah," bisik Alifia, suaranya bergetar. "Bagaimana jika mereka menemukan kita? Aku tidak mau kembali ke sana. Aku tidak mau kembali pada Shadam."Raudah menggenggam tangan Alifia erat. "Tidak, Lifia. Kita tidak akan kembali ke sana. Aku janji. Kita akan cari bantuan dan keluar dari masalah ini bersama-sama."Tekad Raudah kembali menguat. Dia tidak akan membiarkan Alifia kembali jatuh ke tangan Shadam. Dia harus melindungi Alifia, meskipun nyawa taruhannya. Bagi Raudah, Alifia bukan hanya sekadar "majikan" yang harus dilindungi sesuai tugasnya sebagai pengawal. Lebih dari itu, Alifia adalah sahabat, sa

  • RATU YANG HILANG   SHADAM BHISMA DATANG

    Suara tembakan itu bergema di antara pepohonan pinus, membuat burung-burung berhamburan dari sarangnya. Shadam, pria berbadan tegap dengan rahang kokoh dan tatapan dingin, menyelipkan kembali pistolnya ke balik jas hitamnya. Wajahnya tanpa ekspresi menatap jasad Ray yang tergeletak di tanah bersimbah darah."Tak berguna!" desisnya, kemudian menoleh ke anak buahnya yang berdiri kaku di belakangnya. "Cari dua perempuan itu! Jangan sampai lolos!""Baik, Bos!" jawab anak buahnya serempak, lalu berpencar menyusuri hutan.Shadam mengusap dagunya, berpikir. Jejak Raudah dan Alifia masih segar. Mereka tak mungkin pergi terlalu jauh. Apalagi, salah satu dari mereka terluka. Pasti akan mudah menemukan mereka, pikir Shadam licik.***Sementara itu, di dalam gua yang gelap dan lembap, Raudah terbangun lebih dulu. Sinar matahari pagi yang menerobos celah-celah sempit gua menyilaukan matanya. Dia merasakan perih di lengan kanannya yang terluka akibat terjatuh saat melarikan diri dari Ray. Di sebelah

  • RATU YANG HILANG   TERANG DAN GELAP ALIFIA

    "Tunggu, aku mencium batu gamping yang lebih banyak di sana." Alifia menggamit lengan Raudah agar berhenti berlari. "Hahhh ... maksudmu?" "Raudah kita harus mencari tempat persembunyian. Bukannya terus berlari dan berlari tak tentu arah." "Ehhh, kita ini dalam pengejaran." "Ya tapi ... ada masanya kita lelah berlari." "Kaulelah, Kak Alifia. Astaga ... kakimu berdarah." Alifia mengangguk dan terus berjalan ke arah sumber bau gamping yang diindu olehnya. Semenjak mengalami kebutaan, indera penciuman dan mata batin Aliia semakin tajam. Gelapnya netra dibayar tundai dengan terangnya mata batin dan indera. Dirabainya dahan-dahan kayu pinus dan pohon ek yang dilewatinya, sengaja berjalan di depan dan ganti memimpin langkah Raudah yang kebingungan dengan tingkah Alifia. Dengung serangga dan kunang-kunang didengarnya makin tajam menggema di daun telinga, merasai cahaya kunang-kunang itu sebagai tuntunan jalan hidup menuju t

  • RATU YANG HILANG   TRAGEDI DALAM RIMBA

    Part 11. TRAGEDI DALAM RIMBA Siapa yang bisa menebak apa yang akan terjadi di dalam hutan? Sebab rimba raya yang pekat membuat suasana macam labirin yang tak berbentuk. Belum lagi hawa dingin menusuk-nusuk dan tumpukan ranting serta dedaunan tajam, bayangan ular melata di bawahnya atau yang bergantungan di pohon serta binatang buas lain yang siap menerkam. Raudah dan Alifia saling bersedekap mengusir dingin dan rasa takut, sementara kegelapan semakin pekat. Mereka saling membisikkan penghiburan satu sama lain, sesekali bercanda dan berkali-kali menitikkan air mata. Sementara seseorang sedang menyalakan api unggu di tengah hutan dengan bekal korek api yang dimilikinya. Ia menyalakan puntung rokok yang masih terselip di saku celana. Asap api unggun itu membumbung dan membuat Alifia dan Raudah tersedak, karena ternyata mereka berada dalam jarak yang sangat dekat. "Siapa itu?" Ray menyadari ada suara manusia di dekatnya, kemudian meny

  • RATU YANG HILANG   INTUISI

    BAB 10. INTUISI Dering handphone milik Yusuf membunyikan nada panggil keluarga bilik-bilik sunyi. Yusuf mengangkat handphone-nya terdengar suara Sarah di ujung sana. "Yusuf ... kau di mana? Mampir ke rumahku cepat, aku menemukan petunjuk yang berharga." "Sungguh? Oke aku putar balik." Yusuf memutar balik motornya menuju perumahan tempat Sarah tinggal bersama suami dan dua anaknya. *** "Ya Allah ... semoga ini benar milik Kak Alifia!" Yusuf meraih anting-anting yang hanya sebelah itu dan mengamatinya lekat-lekat. Anting itu meskipun sederhana tetapi memiliki bentuk unik yang tak banyak diproduksi lagi. Bandul bintang kecil pada bagian bawah anting-anting mengingatkan pada cahaya di masa kecilnya yang mulai dinyalakan Alifia dalam dada. Cahaya yang begitu indah melengkapi sinar purnama, saat di mana pesta pora para cendekia kecil berlomba-lomba membaca cerita atau pun dibacakan dengan suara keras

  • RATU YANG HILANG   SEDEKAP HUTAN PINUS

    PART 9. Dua perempuan bertelanjang kaki berlari secepat angin menembus hutan pinus. Alifia tampak terseret-seret oleh tarikan tangan Raudah yang berlari dengan lincah. Gadis itu terbiasa merambah medan yang lebih terjal di kampungnya yang berbukit-bukit. Sedangkan Alifia tidak terbiasa, apalagi penglihatannya masih belum pulih. "Sudah hehhhh ... berhenti. Aku kelelahan!" pinta Alifia sambil terengah-engah. "Ohhhh ya ... Ok. Duduklah di batu ini. Aku akan melihat-lihat mencari tempat yang aman." Raudah meraih pundak Alifia dan menuntunnya untuk duduk di sebuah batu hitam. "Ya ... kakiku sangat sakit dan perih!" Raudah lantas mengamati kaki Alifia yang ternyata penuh bilur-bilur bekas goresan batu dan ranting. Alifia mencoba menenangkannya. "Sabarlah, Kak. Aku akan mengobatinya. Tapi tolong jangan berisik. Aku masih khawatir kalau-kalau ada seseorang yang mengikuti kita." Alifia mengangguk terduduk dan menutup mulutnya. I

  • RATU YANG HILANG   BARANG TEMUAN

    PART 8. BARANG TEMUANSarah dan Hanifa sudah menikah, bukan dengan kalangan saudagar macam Tuan Sadam. Namun dengan lelaki sederhana yang mereka cintai, setelah tawaran pernikahan dengan lelaki kaya berhasil dicegah atas saran Yusuf. Karena Yusuf berhasil meyakinkan kedua kakak perempuannya perihal hukum alam bahwa cinta itu kaya dan kaya bukan berarti cinta. Hanifa memilih tetap tinggal di bilik sunyi bersama ibunya dan suaminya tak keberatan. Mereka sedikit demi sedikit membenahi rumah petak menjadi beberapa petak yang cukup luas untuk tambahan kamar suami-istri, ruang keluarga dan kamar anak-anak mereka. Sedangkan Alawiyah masih tetap menjahit dibantu oleh Hanifa. Setidaknya kini mereka memiliki outlet pakaian dan seragam sekolah. Perlahan tapi pasti taraf kehidupan mereka meningkat, bukan karena menantu kaya tetapi karena usaha dan percaya akan nasib baik yang akan mengubah suatu kaum ketika kaum itu mau berusaha. Alawiyah tenang di masa tuanya kala

  • RATU YANG HILANG   TRIK RAUDAH

    PART 7. TRIK RAUDAH Raudah sudah lebih tenang ketika ia mampu membujuk Alifia. Suapan demi suapan ke bibir kering perempuan yang dihormatinya itu disambut dengan lemah. Hanya tiga suap yang sanggup untuk ditelan Alifia. Air mineral satu botol kecil telah pula dibagi berdua. Lalu ia membiarkan Alifia terlelap sementara Raudah memutar otak agar bisa segera keluar dari kamar laknat itu. Raudah menemukan secarik kertas dan ia masih membawa eyeliner untuk bisa menulis surat. ["Penjaga, hai aku kesepian. Bisakah kau menemani sebentar? Nyonya ratu sedang tidur."] Secarik kertas itu diselipkannya di bawah pintu. Menit demi menit terlampaui, Raudah resah menanti balasan. Ia berharap Alifia tetap tidur agar tak mengkhawatirkan percobaannya kali ini, merayu penjaga kamar yang pasti sudah sangat bosan menunggu di depan pintu kamar. Tak perlu waktu lama bagi Raudah untuk menunggu balasan. Penjaga yang semenjak semingguan ini bertugas

  • RATU YANG HILANG   NIR CAHAYA

    PART 6. NIR CAHAYA Entah sudah berapa hari Alifia dan Raudah terkurung dalam kamar pengasingan, mereka berdua sudah tak sanggup lagi menghitung hari. Makanan yang disorongkan penjaga di depan pintu mulai tak disentuh oleh Alifia. tubuhnya makin kurus dan netranya tanpa cahaya. Sementara Raudah masih yakin akan bisa membunuh Sadam Bhisma, karena itu ia makan dan terus berceloteh agar Alifia melupa derita. "Makanlah, Kak. Kau harus kuat. Kita akan membalas dendam bersama-sama." bujuk Raudah. "Aku tak punya harapan lagi. Jika kita berhasil keluar pun si empunya kuasa Sadam akan membunuh kita." "Ohhh ... betapa cemen-nya kamu, Kak Alifia. Tidak percayakah bahwa kita masih punya kekuatan dan kesanggupan melawan? Bukankah hari lalu kau yang mengajariku? Bukankah kaubilang bertekad membunuh Sadam?" Suara Raudah meninggi. "Lalu kenapa sekarang takluk pada garis takdir yang ditetapkan Sadam. Kausamakan Sadam dengan

DMCA.com Protection Status