Home / Lainnya / RATU YANG HILANG / RUSAKNYA MAHKOTA

Share

RUSAKNYA MAHKOTA

last update Last Updated: 2021-06-21 21:33:15

PART 4. RUSAKNYA MAHKOTA

Alifia terbangun oleh cahaya matahari yang mulai masuk merambati celah-celah lubang angin di kamar pengasingan. Raudah masih terlelap, kelelahan bercerita hingga hampir pagi menjelang. 

Tak ada air di sana. Wudhulah ia dengan tayamun pada dinding bata. Alifia sholat dengan pakaian seadanya.

Tak lama kemudian pintu dibuka paksa. Berdebar dada Alifia karena tiba-tiba saja sosok tubuh yang menghampiri, mengunci pintu dan mencengkeram leher Alifia.

"Kau .... kau rupanya lebih suka aku main kasar! Kamu kira kau bisa lolos dariku begitu saja?"

"T ... Tuan Sadam ..." Alifia terperanjat.

Rupanya lelaki itu lolos dari jerat hukum karena kurangnya bukti-bukti dan bisa pula karena hartanya sanggup menyumpal keadilan.

Direnggutnya gaun Alifia sehingga dadanya telanjang.  Buah dada ranum itu masih mendebarkan Sadam Bhisma untuk memuaskan nafsu birahinya. 

"Jangan ... jangan Tuan. Jangan lakukan itu pada Nyonya Alifia." Raudah yang baru saja bangun dari lelapnya mencoba mencegah.

"Diam kamu, pelayan busuk. Pengkhianat kamu. Cuihhh!" Tuan Sadam meludahi Raudah.

Sadam Bhisma tak peduli lagi, Alifia didorong ke atas satu-satunya kasur di ruang itu. Raudah hanya bisa menjerit ketakutan. Alifia tak dapat berkata lagi, lelaki bertubuh gempal itu menindih tubuhnya dengan kasar. Pinggul Alifia membeku tak merespon tubuh lelaki itu. Tapi Tuan Sadam tak peduli, dijilatinya seluruh tubuh Alifia yang diam membeku tanpa busana, lalu digigitnya puting payudara wanita itu. Sambil menjejalkan diri masuk ke tubuh Alifia yang akhirnya menyerah dalam kesakitan yang luar biasa. 

Diam-diam Raudah mencari cara menyudahi adegan perkosaan itu dengan mencari benda tajam. Ia hanya menemukan peniti bros, dan memakai peniti itu untuk menggoresi tubuh Sadam Bhisma sekaligus mencakari punggung yang sedang asyik masyuk tanpa malu itu.

Sadam yang sedang menjelajah tubuh Alifia mendadak meledak. Ia kini menyerang Raudah dan merobek gaun pelayannya itu. Rupamya nafsu Sadam tak terpuaskan dengan satu korban. Kini tubuh Raudahlah yang ditangkapnya. Maskipun wajah Raudah biasa saja, namun tubuh gadis perawan itu sintal dan padat.  Sadam kembali bergairah pada Raudah. Ditariknya gaun Raudah hingga perempuan itu masuk ke dalam pelukan eratnya.

"Oh Tuan, jangan lakukan itu padaku!"

Tapi Sadam Bhisma menyumpal mulut Raudah dengan kaos dalamnya yang bekeringat. Sementara Alifia jatuh pingsan. Jiwa dan raganya tak sanggup melihat kenyataan. 

Sadam Bhisma menjelajah tubuh perawan Raudah dan merenggut puting payudara wanita itu dengan kasar. Raudah cuma bisa mengaduh dan berurai air mata, ia tak menyangka akan menjadi korban selanjutnya. Kepada gadis itu ia mengeluarkan cemeti, entah kenapa lelaki itu suka sekali melihat perempuan yang berdarah-darah seolah gairahnya meningkat berkali-kali lipat demi melihat penderitaan lawan mainnya.

Raudah dicambuki berkali-kali hingga berdarah-darah. Lalu dengan rakusnya Sadam Bhisma menjilati leleran darah di tubuh Raudah dan meringseknya dengan paksa. Darah perawan mengalir. Bhisma memikmatiya sambil tertawa. Tubuh gempalnya berhasil merusak mahkota dua wanita sekaligus dalam satu tempo. Dua jam kemudian Raudah dan Alifia tak bekutik dan tak sadarkan diri.

Anak buahnya berjaga-jaga di depan kamar adegan jahanam itu. Mereka tahu apa yang dilakukan tuannya kepada dua perempuan malang itu. Kedua perempuan yang kini pingsan, tergeletak berdarah-darah dengan pakaian sobek di sana-sini. Tak ada yang mendengar jerit mereka. Tak ada yang peduli sakit hati mereka dan dendam yang membara kepada sang tuan yang tak tahu diri dan penuh angkara.

                                                       ***

"Ini pakaian baru dan makanan buat kalian, para wanita jalang!"

Anak buah Sadam melemparkan ke dalam ruang pengap itu pakaian dan makanan untuk Alifia dan Raudah.

"Baiknya kalian jika bisa berhias sedikit ya ... Tuan Sadam akan mengunjungi kalian lagi jika kalian menggairahkan."

Terdengar riuh tawa para lelaki itu yang kembali mengunci pintu kamar pangasingan Alifia dan Raudah. Dua wanita yang kini saling memeluk dan mencoba mengobati luka batin yang lebih parah daripada luka di sekujur tubuh mereka.

"Aku bersumpah, akan membunuh Sadam suatu saat nanti!" ujar Alifia sambil menggigit bibirnya. Bibir itu berdarah. Pakaian yang sudah sobek dijadikan lap bekas-bekas darah dan lendir milik Sadam yang menjijikkan.

"Aku akan membantumu, Kak." sahut Raudah dengan pasti.  Sebentuk seringai aneh menghiasi wajah Raudah, yang bercampur amarah, sedih dan dendam yang tak terperikan. Raudah tak habis pikir ada lelaki yang tak punya urat malu mempertontonkan nafsu di depan banyak orang. Kini ia merasa jijik pada dirinya sendiri karena tak sanggup melawan kekuasaan sang tuan.

                                                           ***

Shanti Agustiani

Sebentuk seringai aneh menghiasi wajah Raudah, yang bercampur amarah, sedih dan dendam yang tak terperikan. Raudah tak habis pikir ada lelaki yang tak punya urat malu mempertontonkan nafsu di depan banyak orang. Kini ia merasa jijik pada dirinya sendiri karena tak sanggup melawan kekuasaan sang tuan.

| Like

Related chapters

  • RATU YANG HILANG   PENA YUSUF

    PART 5. PENA YUSUF"Bangsat ... lolos dari jerat hukum rupanya dia!"Jemari Yusuf mencengkeram pulpen dan meremuknya. Senjata data-data yang telah didokumentasikan dan dilaporkan ke pihak kepolisian dianggap belum bisa membuktikan bahwa Sadam Bhisma lah yang menghilangkan jejak Alifia di muka bumi ini. Yusuf Anshori tak habis pikir. Mudah saja bagi negara menemukan jejak koruptor yang lari ke ujung dunia, tetapi untuk seorang Alifia, apakah sulit menemukan jejak kakaknya yang punya langkah lebih terukur?"Kak, aku akan menemukan dan menyelamatkanmu. Kupertaruhkan karir wartawanku apabila tak bisa mengendus di mana si bangsat Sadam menyembunyikanmu!"Yusuf kini berusia dua puluh tiga tahun, dengan karir cemerlang sabagai penulis dan wartawan media ternama."Aku berhutang budi padamu, Kak Alifia." Yusuf terus menggumamkan nama Alifia.Ya, jemari Alifia lah yang menuntun ia ke arah terang-benderang aksara. Tutur cerita demi

    Last Updated : 2021-06-22
  • RATU YANG HILANG   NIR CAHAYA

    PART 6. NIR CAHAYA Entah sudah berapa hari Alifia dan Raudah terkurung dalam kamar pengasingan, mereka berdua sudah tak sanggup lagi menghitung hari. Makanan yang disorongkan penjaga di depan pintu mulai tak disentuh oleh Alifia. tubuhnya makin kurus dan netranya tanpa cahaya. Sementara Raudah masih yakin akan bisa membunuh Sadam Bhisma, karena itu ia makan dan terus berceloteh agar Alifia melupa derita. "Makanlah, Kak. Kau harus kuat. Kita akan membalas dendam bersama-sama." bujuk Raudah. "Aku tak punya harapan lagi. Jika kita berhasil keluar pun si empunya kuasa Sadam akan membunuh kita." "Ohhh ... betapa cemen-nya kamu, Kak Alifia. Tidak percayakah bahwa kita masih punya kekuatan dan kesanggupan melawan? Bukankah hari lalu kau yang mengajariku? Bukankah kaubilang bertekad membunuh Sadam?" Suara Raudah meninggi. "Lalu kenapa sekarang takluk pada garis takdir yang ditetapkan Sadam. Kausamakan Sadam dengan

    Last Updated : 2021-06-23
  • RATU YANG HILANG   TRIK RAUDAH

    PART 7. TRIK RAUDAH Raudah sudah lebih tenang ketika ia mampu membujuk Alifia. Suapan demi suapan ke bibir kering perempuan yang dihormatinya itu disambut dengan lemah. Hanya tiga suap yang sanggup untuk ditelan Alifia. Air mineral satu botol kecil telah pula dibagi berdua. Lalu ia membiarkan Alifia terlelap sementara Raudah memutar otak agar bisa segera keluar dari kamar laknat itu. Raudah menemukan secarik kertas dan ia masih membawa eyeliner untuk bisa menulis surat. ["Penjaga, hai aku kesepian. Bisakah kau menemani sebentar? Nyonya ratu sedang tidur."] Secarik kertas itu diselipkannya di bawah pintu. Menit demi menit terlampaui, Raudah resah menanti balasan. Ia berharap Alifia tetap tidur agar tak mengkhawatirkan percobaannya kali ini, merayu penjaga kamar yang pasti sudah sangat bosan menunggu di depan pintu kamar. Tak perlu waktu lama bagi Raudah untuk menunggu balasan. Penjaga yang semenjak semingguan ini bertugas

    Last Updated : 2021-06-27
  • RATU YANG HILANG   BARANG TEMUAN

    PART 8. BARANG TEMUANSarah dan Hanifa sudah menikah, bukan dengan kalangan saudagar macam Tuan Sadam. Namun dengan lelaki sederhana yang mereka cintai, setelah tawaran pernikahan dengan lelaki kaya berhasil dicegah atas saran Yusuf. Karena Yusuf berhasil meyakinkan kedua kakak perempuannya perihal hukum alam bahwa cinta itu kaya dan kaya bukan berarti cinta. Hanifa memilih tetap tinggal di bilik sunyi bersama ibunya dan suaminya tak keberatan. Mereka sedikit demi sedikit membenahi rumah petak menjadi beberapa petak yang cukup luas untuk tambahan kamar suami-istri, ruang keluarga dan kamar anak-anak mereka. Sedangkan Alawiyah masih tetap menjahit dibantu oleh Hanifa. Setidaknya kini mereka memiliki outlet pakaian dan seragam sekolah. Perlahan tapi pasti taraf kehidupan mereka meningkat, bukan karena menantu kaya tetapi karena usaha dan percaya akan nasib baik yang akan mengubah suatu kaum ketika kaum itu mau berusaha. Alawiyah tenang di masa tuanya kala

    Last Updated : 2021-06-30
  • RATU YANG HILANG   SEDEKAP HUTAN PINUS

    PART 9. Dua perempuan bertelanjang kaki berlari secepat angin menembus hutan pinus. Alifia tampak terseret-seret oleh tarikan tangan Raudah yang berlari dengan lincah. Gadis itu terbiasa merambah medan yang lebih terjal di kampungnya yang berbukit-bukit. Sedangkan Alifia tidak terbiasa, apalagi penglihatannya masih belum pulih. "Sudah hehhhh ... berhenti. Aku kelelahan!" pinta Alifia sambil terengah-engah. "Ohhhh ya ... Ok. Duduklah di batu ini. Aku akan melihat-lihat mencari tempat yang aman." Raudah meraih pundak Alifia dan menuntunnya untuk duduk di sebuah batu hitam. "Ya ... kakiku sangat sakit dan perih!" Raudah lantas mengamati kaki Alifia yang ternyata penuh bilur-bilur bekas goresan batu dan ranting. Alifia mencoba menenangkannya. "Sabarlah, Kak. Aku akan mengobatinya. Tapi tolong jangan berisik. Aku masih khawatir kalau-kalau ada seseorang yang mengikuti kita." Alifia mengangguk terduduk dan menutup mulutnya. I

    Last Updated : 2021-07-03
  • RATU YANG HILANG   INTUISI

    BAB 10. INTUISI Dering handphone milik Yusuf membunyikan nada panggil keluarga bilik-bilik sunyi. Yusuf mengangkat handphone-nya terdengar suara Sarah di ujung sana. "Yusuf ... kau di mana? Mampir ke rumahku cepat, aku menemukan petunjuk yang berharga." "Sungguh? Oke aku putar balik." Yusuf memutar balik motornya menuju perumahan tempat Sarah tinggal bersama suami dan dua anaknya. *** "Ya Allah ... semoga ini benar milik Kak Alifia!" Yusuf meraih anting-anting yang hanya sebelah itu dan mengamatinya lekat-lekat. Anting itu meskipun sederhana tetapi memiliki bentuk unik yang tak banyak diproduksi lagi. Bandul bintang kecil pada bagian bawah anting-anting mengingatkan pada cahaya di masa kecilnya yang mulai dinyalakan Alifia dalam dada. Cahaya yang begitu indah melengkapi sinar purnama, saat di mana pesta pora para cendekia kecil berlomba-lomba membaca cerita atau pun dibacakan dengan suara keras

    Last Updated : 2021-07-04
  • RATU YANG HILANG   TRAGEDI DALAM RIMBA

    Part 11. TRAGEDI DALAM RIMBA Siapa yang bisa menebak apa yang akan terjadi di dalam hutan? Sebab rimba raya yang pekat membuat suasana macam labirin yang tak berbentuk. Belum lagi hawa dingin menusuk-nusuk dan tumpukan ranting serta dedaunan tajam, bayangan ular melata di bawahnya atau yang bergantungan di pohon serta binatang buas lain yang siap menerkam. Raudah dan Alifia saling bersedekap mengusir dingin dan rasa takut, sementara kegelapan semakin pekat. Mereka saling membisikkan penghiburan satu sama lain, sesekali bercanda dan berkali-kali menitikkan air mata. Sementara seseorang sedang menyalakan api unggu di tengah hutan dengan bekal korek api yang dimilikinya. Ia menyalakan puntung rokok yang masih terselip di saku celana. Asap api unggun itu membumbung dan membuat Alifia dan Raudah tersedak, karena ternyata mereka berada dalam jarak yang sangat dekat. "Siapa itu?" Ray menyadari ada suara manusia di dekatnya, kemudian meny

    Last Updated : 2021-07-06
  • RATU YANG HILANG   TERANG DAN GELAP ALIFIA

    "Tunggu, aku mencium batu gamping yang lebih banyak di sana." Alifia menggamit lengan Raudah agar berhenti berlari. "Hahhh ... maksudmu?" "Raudah kita harus mencari tempat persembunyian. Bukannya terus berlari dan berlari tak tentu arah." "Ehhh, kita ini dalam pengejaran." "Ya tapi ... ada masanya kita lelah berlari." "Kaulelah, Kak Alifia. Astaga ... kakimu berdarah." Alifia mengangguk dan terus berjalan ke arah sumber bau gamping yang diindu olehnya. Semenjak mengalami kebutaan, indera penciuman dan mata batin Aliia semakin tajam. Gelapnya netra dibayar tundai dengan terangnya mata batin dan indera. Dirabainya dahan-dahan kayu pinus dan pohon ek yang dilewatinya, sengaja berjalan di depan dan ganti memimpin langkah Raudah yang kebingungan dengan tingkah Alifia. Dengung serangga dan kunang-kunang didengarnya makin tajam menggema di daun telinga, merasai cahaya kunang-kunang itu sebagai tuntunan jalan hidup menuju t

    Last Updated : 2021-07-21

Latest chapter

  • RATU YANG HILANG   Tawanan Baru

    Langkah Raudah dan Alifia semakin berat seiring teriknya matahari yang memanggang ubun-ubun. Jalan setapak yang ditunjukkan kakek misterius itu terasa semakin panjang dan tak berujung. Sesekali, Alifia meringis menahan sakit di kakinya yang terluka."Bertahanlah, Lifia. Sebentar lagi kita sampai," hibur Raudah, meskipun dia sendiri juga dilanda kelelahan dan keraguan."Aku... aku takut, Raudah," bisik Alifia, suaranya bergetar. "Bagaimana jika mereka menemukan kita? Aku tidak mau kembali ke sana. Aku tidak mau kembali pada Shadam."Raudah menggenggam tangan Alifia erat. "Tidak, Lifia. Kita tidak akan kembali ke sana. Aku janji. Kita akan cari bantuan dan keluar dari masalah ini bersama-sama."Tekad Raudah kembali menguat. Dia tidak akan membiarkan Alifia kembali jatuh ke tangan Shadam. Dia harus melindungi Alifia, meskipun nyawa taruhannya. Bagi Raudah, Alifia bukan hanya sekadar "majikan" yang harus dilindungi sesuai tugasnya sebagai pengawal. Lebih dari itu, Alifia adalah sahabat, sa

  • RATU YANG HILANG   SHADAM BHISMA DATANG

    Suara tembakan itu bergema di antara pepohonan pinus, membuat burung-burung berhamburan dari sarangnya. Shadam, pria berbadan tegap dengan rahang kokoh dan tatapan dingin, menyelipkan kembali pistolnya ke balik jas hitamnya. Wajahnya tanpa ekspresi menatap jasad Ray yang tergeletak di tanah bersimbah darah."Tak berguna!" desisnya, kemudian menoleh ke anak buahnya yang berdiri kaku di belakangnya. "Cari dua perempuan itu! Jangan sampai lolos!""Baik, Bos!" jawab anak buahnya serempak, lalu berpencar menyusuri hutan.Shadam mengusap dagunya, berpikir. Jejak Raudah dan Alifia masih segar. Mereka tak mungkin pergi terlalu jauh. Apalagi, salah satu dari mereka terluka. Pasti akan mudah menemukan mereka, pikir Shadam licik.***Sementara itu, di dalam gua yang gelap dan lembap, Raudah terbangun lebih dulu. Sinar matahari pagi yang menerobos celah-celah sempit gua menyilaukan matanya. Dia merasakan perih di lengan kanannya yang terluka akibat terjatuh saat melarikan diri dari Ray. Di sebelah

  • RATU YANG HILANG   TERANG DAN GELAP ALIFIA

    "Tunggu, aku mencium batu gamping yang lebih banyak di sana." Alifia menggamit lengan Raudah agar berhenti berlari. "Hahhh ... maksudmu?" "Raudah kita harus mencari tempat persembunyian. Bukannya terus berlari dan berlari tak tentu arah." "Ehhh, kita ini dalam pengejaran." "Ya tapi ... ada masanya kita lelah berlari." "Kaulelah, Kak Alifia. Astaga ... kakimu berdarah." Alifia mengangguk dan terus berjalan ke arah sumber bau gamping yang diindu olehnya. Semenjak mengalami kebutaan, indera penciuman dan mata batin Aliia semakin tajam. Gelapnya netra dibayar tundai dengan terangnya mata batin dan indera. Dirabainya dahan-dahan kayu pinus dan pohon ek yang dilewatinya, sengaja berjalan di depan dan ganti memimpin langkah Raudah yang kebingungan dengan tingkah Alifia. Dengung serangga dan kunang-kunang didengarnya makin tajam menggema di daun telinga, merasai cahaya kunang-kunang itu sebagai tuntunan jalan hidup menuju t

  • RATU YANG HILANG   TRAGEDI DALAM RIMBA

    Part 11. TRAGEDI DALAM RIMBA Siapa yang bisa menebak apa yang akan terjadi di dalam hutan? Sebab rimba raya yang pekat membuat suasana macam labirin yang tak berbentuk. Belum lagi hawa dingin menusuk-nusuk dan tumpukan ranting serta dedaunan tajam, bayangan ular melata di bawahnya atau yang bergantungan di pohon serta binatang buas lain yang siap menerkam. Raudah dan Alifia saling bersedekap mengusir dingin dan rasa takut, sementara kegelapan semakin pekat. Mereka saling membisikkan penghiburan satu sama lain, sesekali bercanda dan berkali-kali menitikkan air mata. Sementara seseorang sedang menyalakan api unggu di tengah hutan dengan bekal korek api yang dimilikinya. Ia menyalakan puntung rokok yang masih terselip di saku celana. Asap api unggun itu membumbung dan membuat Alifia dan Raudah tersedak, karena ternyata mereka berada dalam jarak yang sangat dekat. "Siapa itu?" Ray menyadari ada suara manusia di dekatnya, kemudian meny

  • RATU YANG HILANG   INTUISI

    BAB 10. INTUISI Dering handphone milik Yusuf membunyikan nada panggil keluarga bilik-bilik sunyi. Yusuf mengangkat handphone-nya terdengar suara Sarah di ujung sana. "Yusuf ... kau di mana? Mampir ke rumahku cepat, aku menemukan petunjuk yang berharga." "Sungguh? Oke aku putar balik." Yusuf memutar balik motornya menuju perumahan tempat Sarah tinggal bersama suami dan dua anaknya. *** "Ya Allah ... semoga ini benar milik Kak Alifia!" Yusuf meraih anting-anting yang hanya sebelah itu dan mengamatinya lekat-lekat. Anting itu meskipun sederhana tetapi memiliki bentuk unik yang tak banyak diproduksi lagi. Bandul bintang kecil pada bagian bawah anting-anting mengingatkan pada cahaya di masa kecilnya yang mulai dinyalakan Alifia dalam dada. Cahaya yang begitu indah melengkapi sinar purnama, saat di mana pesta pora para cendekia kecil berlomba-lomba membaca cerita atau pun dibacakan dengan suara keras

  • RATU YANG HILANG   SEDEKAP HUTAN PINUS

    PART 9. Dua perempuan bertelanjang kaki berlari secepat angin menembus hutan pinus. Alifia tampak terseret-seret oleh tarikan tangan Raudah yang berlari dengan lincah. Gadis itu terbiasa merambah medan yang lebih terjal di kampungnya yang berbukit-bukit. Sedangkan Alifia tidak terbiasa, apalagi penglihatannya masih belum pulih. "Sudah hehhhh ... berhenti. Aku kelelahan!" pinta Alifia sambil terengah-engah. "Ohhhh ya ... Ok. Duduklah di batu ini. Aku akan melihat-lihat mencari tempat yang aman." Raudah meraih pundak Alifia dan menuntunnya untuk duduk di sebuah batu hitam. "Ya ... kakiku sangat sakit dan perih!" Raudah lantas mengamati kaki Alifia yang ternyata penuh bilur-bilur bekas goresan batu dan ranting. Alifia mencoba menenangkannya. "Sabarlah, Kak. Aku akan mengobatinya. Tapi tolong jangan berisik. Aku masih khawatir kalau-kalau ada seseorang yang mengikuti kita." Alifia mengangguk terduduk dan menutup mulutnya. I

  • RATU YANG HILANG   BARANG TEMUAN

    PART 8. BARANG TEMUANSarah dan Hanifa sudah menikah, bukan dengan kalangan saudagar macam Tuan Sadam. Namun dengan lelaki sederhana yang mereka cintai, setelah tawaran pernikahan dengan lelaki kaya berhasil dicegah atas saran Yusuf. Karena Yusuf berhasil meyakinkan kedua kakak perempuannya perihal hukum alam bahwa cinta itu kaya dan kaya bukan berarti cinta. Hanifa memilih tetap tinggal di bilik sunyi bersama ibunya dan suaminya tak keberatan. Mereka sedikit demi sedikit membenahi rumah petak menjadi beberapa petak yang cukup luas untuk tambahan kamar suami-istri, ruang keluarga dan kamar anak-anak mereka. Sedangkan Alawiyah masih tetap menjahit dibantu oleh Hanifa. Setidaknya kini mereka memiliki outlet pakaian dan seragam sekolah. Perlahan tapi pasti taraf kehidupan mereka meningkat, bukan karena menantu kaya tetapi karena usaha dan percaya akan nasib baik yang akan mengubah suatu kaum ketika kaum itu mau berusaha. Alawiyah tenang di masa tuanya kala

  • RATU YANG HILANG   TRIK RAUDAH

    PART 7. TRIK RAUDAH Raudah sudah lebih tenang ketika ia mampu membujuk Alifia. Suapan demi suapan ke bibir kering perempuan yang dihormatinya itu disambut dengan lemah. Hanya tiga suap yang sanggup untuk ditelan Alifia. Air mineral satu botol kecil telah pula dibagi berdua. Lalu ia membiarkan Alifia terlelap sementara Raudah memutar otak agar bisa segera keluar dari kamar laknat itu. Raudah menemukan secarik kertas dan ia masih membawa eyeliner untuk bisa menulis surat. ["Penjaga, hai aku kesepian. Bisakah kau menemani sebentar? Nyonya ratu sedang tidur."] Secarik kertas itu diselipkannya di bawah pintu. Menit demi menit terlampaui, Raudah resah menanti balasan. Ia berharap Alifia tetap tidur agar tak mengkhawatirkan percobaannya kali ini, merayu penjaga kamar yang pasti sudah sangat bosan menunggu di depan pintu kamar. Tak perlu waktu lama bagi Raudah untuk menunggu balasan. Penjaga yang semenjak semingguan ini bertugas

  • RATU YANG HILANG   NIR CAHAYA

    PART 6. NIR CAHAYA Entah sudah berapa hari Alifia dan Raudah terkurung dalam kamar pengasingan, mereka berdua sudah tak sanggup lagi menghitung hari. Makanan yang disorongkan penjaga di depan pintu mulai tak disentuh oleh Alifia. tubuhnya makin kurus dan netranya tanpa cahaya. Sementara Raudah masih yakin akan bisa membunuh Sadam Bhisma, karena itu ia makan dan terus berceloteh agar Alifia melupa derita. "Makanlah, Kak. Kau harus kuat. Kita akan membalas dendam bersama-sama." bujuk Raudah. "Aku tak punya harapan lagi. Jika kita berhasil keluar pun si empunya kuasa Sadam akan membunuh kita." "Ohhh ... betapa cemen-nya kamu, Kak Alifia. Tidak percayakah bahwa kita masih punya kekuatan dan kesanggupan melawan? Bukankah hari lalu kau yang mengajariku? Bukankah kaubilang bertekad membunuh Sadam?" Suara Raudah meninggi. "Lalu kenapa sekarang takluk pada garis takdir yang ditetapkan Sadam. Kausamakan Sadam dengan

DMCA.com Protection Status