"Akkhh! Apa yang kamu lakukan padaku, Mas? Mas tolong aku! Akh... Aku sangat menginginkanmu, Mas. Panas sekali rasanya. Aku tidak tahan. Ini sangat menyiksa, Mas." Amanda tak bisa diam. Efek obat yang Gama berikan membuat wanita itu menggeliat tak karuan. Tubuhnya teras panas hingga ia ingin sekali melucuti semuanya tanpa sisa. Amanda terus mendesah hingga suaranya begitu terdengar menggairahkan. Bergerak meminta sentuhan dari pria yang saat ini berada di hadapannya. Amanda memohon pada Gama untuk bisa disentuh oleh pria itu. Amanda terus meronta dan meminta tetapi Gama hanya diam menatap Amanda dengan tatapan jijik. "Gimana rasanya, Amanda?" "Aku mohon jangan siksa aku, Mas! Lepaskan aku!" pinta Amanda disela desahan yang membuat Gama menyeringai tipis. Puas sekali melihat Amanda yang sedang merintih, memohon dan berharap sentuhan itu datang darinya. Gaun malam yang Amanda kenakan tersingkap karena gerakan yang semakin brutal. Sayangnya tubuh Amanda diikat oleh G
"Bajingan kau, Gama! Amanda hampir gila jika aku tidak datang. Dia hampir mati olehmu!" sentak Zein begitu membela. "Dan itu setimpal dengan apa yang telah Amanda lakukan padaku dan Zoya. Kenapa? kamu mau juga? Katakan saja! Karena kalian itu sama." BUGH Kali ini Gama kena bagian pipi kanan yang membuat pria itu menyeringai mengusap darah segar yang keluar dari ujung bibirnya. Namun bukan Gama jika diam tak membalas. Sudah cukup memberikan kesempatan dan kali ini adalah waktunya pria itu menyerang. Zoya yang menyaksikan meringis saat baku hantam kembali terjadi. "CUKUP! HENTIKAN! KELUAR KALIAN BERDUA DARI RUANGANKU! KALIAN SAMA GILANYA SEPERTI AMANDA! APA SELALU BEGINI CARA KALIAN MENYELESAIKAN MASALAH?" Zoya berteriak hingga pergerakan kedua pria itu terhenti. Kedua mata Zoya memerah menatap Zein dan Gama yang kini menoleh ke arahnya. "Keluar dari sini jika kalian hanya ingin adu kekuatan! Tempat ini bukan untuk kalian, dan kamu Mas Zein, buka mata kamu! Amanda itu
Hari ini Zoya benar-benar datang ke kantor polisi untuk mengajukan laporan atas apa yang Amanda lakukan padanya. Bukti-bukti yang Gama ambil dari CCTV restoran yang merekam keluar masuknya Amanda saat itu ke kamar mandi serta ada juga beberapa berkas dari rumah sakit menambah bukti kejahatan Amanda padanya. Zoya sudah tak lagi memikirkan bagaimana perasaan Amanda. Tak lagi mempertimbangkan Amanda yang pernah menjadi orang baik untuknya. Nyatanya hidup dia hancur karena wanita licik itu dan kini saatnya dia membalas. Bukan dengan kekerasan tetapi melalui jalur hukum sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Polisi pun bertindak cepat dengan segera melakukan penangkapan di apartemen Amanda setelah laporan diproses dengan baik. Kala itu Amanda masih tahap pemulihan karena tubuhnya yang masih sakit usai mendapatkan obat dari Gama. "Pak apa-apaan ini, Pak? Kenapa saya ditangkap? Saya tidak bersalah, Pak!" Amanda terus memberontak. Wajahnya memucat penuh ketakutan. Penolakan
Kali ini Zoya benar-benar membutuhkan tempat berlindung. Dia tak menampik jika dia membutuhkan pelukan yang memenangkan dan sialnya semua itu ia dapatkan dari pria yang mana adalah mantan iparnya dan orang yang digadang-gadang menjadi selingkuhannya. Miris jika dibayangkan. Hidupnya tak lepas dari keluarga Prasetyo karena lepas dari adiknya, Zoya justru terjerat dengan Kakaknya. Ingin lepas pun tak mungkin karena pria yang sedang memeluknya adalah orang yang sudah membantunya selama ini. Zoya masih paham bagaimana cara berterima kasih. "Ada aku," bisik Gama membuat kedua mata Zoya terpejam kuat. Ingin membalas tapi dia sulit untuk mengucapkan. Usapan Gama di punggungnya membuat Zoya semakin tenang. Sudah tak lagi sesak seperti tadi. Setidaknya apa yang Gama lakukan membantu memulihkan mentalnya. "Makasih Kak," ujar Zoya lirih kemudian melerai pelukan dan mendongak menatap Gama. "Apapun itu katakan saja! Aku akan membantumu." "Ternyata ada vidio berdurasi lima meni
Zoya terkejut saat tiba-tiba Sena terduduk dan bersimpuh di hadapannya. Dia bergegas mundur tapi Gama menahan tubuhnya agar tetap diam dan tak bergerak. Zoya menoleh ke arah Gama kemudian menggelengkan kepalanya. Zoya tak ingin sampai seperti ini. Dia merasa ini sangat berlebihan sekali. Apalagi Sena sampai bersikap demikian. Wanita itu meminta maaf dengan bersujud di kakinya. "Zoya aku mohon maafkan aku. Aku salah, aku telah berdosa padamu. Aku terpaksa melakukan itu. Aku hanya disuruh oleh Amanda. Dia yang memintaku menjebakmu, Zoya. Maafkan aku... " "Jangan begini!" Zoya pun melepaskan kedua tangan Sena yang memegang kakinya. Langkah Zoya mundur memberi jarak. Dia bukan apa-apa hingga diperlakukan demikian. "Zoya aku minta maaf. Tolong jangan penjarakan aku! Aku benar-benar butuh saat itu maka dari itu aku terpaksa melakukan hal itu padamu. Aku juga yang menyebarkan video panas kalian. Ampun Zoya, maafkan aku." Zoya menarik nafas dalam mendengar penuturan dari Sen
Zoya diam saja memikirkan semua yang terjadi padanya. Kenapa dia menjadi seperti bos sekarang? Teruduk dia di samping Gama yang mengemudikan mobilnya. Ini jelas ulah Gama, hanya tak menyangka saja kenapa secepat ini semua berbalik. Harinya seperti menaiki role coaster. Jungkir balik membuat hati tak karuan. "Kenapa?" tanya Gama hingga membuyarkan lamunannya. Zoya pun menoleh ke arah Gama yang nampak fokus pada kemudi. "Aku nggak nyangka bakal dihormati seperti itu. Ini terlalu berlebihan, Kak." "Kamu pantas mendapatkan itu karena kamu janda terhormat." "Nggak sampai segitunya juga, Kak! Aku jadi risih sendiri. Sampai sepatu aku mereka bersihkan. Ya Tuhan... Apa ini? Kenapa begitu cepat semua terjadi." Zoya menggelengkan kepala kemudian bersandar di jok. Kedua matanya terpejam merasakan kepenatan itu. "Aku merasa aneh, Kak. Terlebih selama bersama dengan Zein, aku tidak pernah merasakan diratukan seperti itu. Aku istri dari CEO tetapi aku seperti keset yang sudah usa
"Kakak kenapa tanya begitu?" Zoya segera menyendok nasi dan lauknya. Dia pun memberikan itu ke piring Gama. Reflek saja karena pertanyaan Gama yang membuatnya bingung dalam bersikap. "Hanya bertanya, jika tidak berarti aku tidak ada kesempatan." Zoya menarik nafas dalam dan mengeluarkannya dengan perlahan. Dia menguatkan genggamannya yang berisikan sendok dan garpu. Zoya pun memilih menundukkan kepalanya untuk menghindari tatapan Gama padanya. "Ayo makan! Aku harus segera pulang." "Akh iya, Kak." Zoya mengangguk kemudian mulai menyendok makanannya. Agak canggung membuatnya kurang bebas dalam bersikap. Pertanyaan dan ucapan Gama membuat jantung Zoya pun tak aman. Pria itu terlalu to the point sekali. Apa benar Gama menyukainya? Tidak mungkin! Zoya tau kriteria Gama itu tinggi sedang dia hanya janda adik dari pria itu. Usai makan Gama pun pamit pulang. Zoya ingin mengantarnya sampai depan pintu tetapi dilarang oleh Gama. "Tidak perlu mengantarku keluar! Seperti
Pagi-pagi Zoya sudah rapi dengan setelan formalnya. Blouse dan rok span di atas lutut membalut tubuh rampingnya. Zoya bangun agak pagi agar bisa membawa bekal makan siang di kantor. Kejadian kemarin membuatnya malas ke kantin dan meminimalisir untuk keluar ruangan kecuali ada tugas dari Gama. Jadwal untuk hari ini pun sudah tersusun rapi olehnya. Ada meeting jam sepuluh dan juga sekitar jam tiga sore. Seraya menunggu Gama, Zoya pun lebih dulu sarapan dan membuka-buka kolom komentar di akunnya. Sampai dimana Zoya sadar jika saat ini sudah lebih dari jam tujuh dan Gama belum datang. "Apa mungkin Kak Gama kesiangan ya?" Zoya mencoba menghubungi Gama tetapi tak diangkat oleh pria itu. Kemungkinan Gama sedang di jalan. Begitulah pikiran Zoya. Zoya segera bersiap saja. Mungkin menunggu di bawah lebih baik jadi dia tidak merepotkan Gama yang harus naik ke unitnya. Terlebih waktu yang terus berjalan. Mereka bisa kesiangan jika tidak buru-buru. Namun baru saja Zoya membuka pi
Pagi ini di rumah baru, Zoya tidak terlalu sibuk karena memang tidak ada yang harus diurus selain Gama. Belum ada bahan masakan yang harus dimasak dan kebetulan akan dipersiapkan nanti. Zoya yang terjaga lebih dulu pun segera beranjak dari saat. Namun bangun tidur badan agak ngilu, mungkin karena saking semangatnya main terus sama Mas suami. Begitu nikmat sampai nagih dan tidak memikirkan bagaimana tubuhnya setelah itu. Hawa rindu menggebu, jadi inginnya sayang-sayangan terus. Padahal tubuh juga butuh istirahat. Namun pagi ini harus berkegiatan seperti biasanya. Zoya memutuskan untuk lebih dulu mandi sebelum Gama bangun. Niatnya mau cari sarapan tapi masih asing di sini. Mana ada yang jualan pinggir jalan di dalam kompleks yang mewah seperti ini? Alhasil Zoya order saja yang penting suami bangun sarapan sudah ada. "Sayang... " Zoya terkejut saat tiba-tiba merasakan pelukan dari seseorang yang tentunya itu adalah Mas suami. Ya, siapa lagi jika bukan Gama. Mereka hanya be
Gimana konsepnya, sudah mandi malah diajak mandi lagi. Apa tidak nakal itu namanya. Begitulah Zoya mengajak Gama mandi lagi. Mereka pun menikmati moment itu sampai sayang sekali ingin mengakhiri tapi jemari mereka sudah terlihat mengkerut karena dingin. Gama pun tak ingin Zoya sakit lagi. Usai mandi lanjut makan. Keduanya begitu menikmati hingga makanan mereka pun habis tak tersisa. Zoya menyandarkan tubuhnya di kursi setelah semua masuk ke dalam perut. "Habis sakit kok banyak makan ya, Mas? Ini aku doyan atau memang kelaparan? Sampai habis begini. Perut aku penuh banget rasanya." Laper ngeluh, kenyang juga tambah berisik. Namun memang benar, perut Zoya penuh sekali. Tak biasanya dia menghabiskan makan dengan porsi banyak. "Bagus dong Sayang. Memang kamu harus banyak makan karena kita akan segera melangsungkan acara pernikahan. Kamu harus sehat terus karena aku akan mengadakan acara yang mewah, Sayang." "Mas ini pernikahan kedua loh. Nggak perlu megah-megah juga nggak m
Suara desahan saling bersahutan begitu menghiasi kamar mewah yang belum ada 24 jam mereka huni. Di sini, di kamar ini, kedua insan saling melebur menjadi satu menggumamkan kalimat cinta yang membuat permainan semakin panas. Gama tentu tidak bisa menolak ajakan Zoya terlebih sudah melihat tubuh sang istri tanpa busana seperti ini. Niat hati nanti dulu tapi istri malah merayu. Hajar tipis-tipis dengan ritme yang lembut mengimbangi Zoya yang baru pulih. Gama begitu menikmati sesapan, lumatan dan goyangan yang Zoya berikan. Rasanya sungguh luar biasa dan dari moment bercinta yang pernah mereka lakukan, hari inilah yang sangat panas hingga membuat Gama geleng-geleng kepala melihat lincahnya Zoya. "Pelan-pelan saja, Sayang! Kamu baru sembuh," ucap Gama mengingatkan tapi Zoya justru menyerang bibirnya, membungkamnya dan tak membiarkannya melarang apa yang menjadi kesenangan sang istri. Rupanya bahagia membuat Zoya agresif sekali. Tentu saja Gama sangat senang hati mendapatkan itu.
Zoya kagum melihat kamarnya yang sangat luas dengan desain modern dan benar-benar nyaman sekali. Dia dibuat terperangah sampai tidak sadar jika masih berada dalam gendongan Gama. "Ya Tuhan... Rasanya aku seperti mimpi." Zoya sampai tak berkedip melihat kamar utama yang akan menjadi tempat ternyamannya. Dia yang lupa jika masih berada di dalam gendongan Gama pun hendak melangkah menuju kamar mandi untuk melihat keadaan di dalam sana tapi baru saja bergerak, dia tersadar jika masih berada dalam gendongan Gama. "Astaga Mas! Aku mau lihat-lihat. Ini gimana caranya? Sampai lupa aku kalau masih kamu gendong begini," ujar Zoya yang membuat Gama terkekeh mendengar itu. "Kamu terlalu serius Sayang, atau malah kamu menikmati gendonganku?" tanya Gama dengan kedua alis terangkat. "Mas kamu jangan ngarang! Aku mau turun. Penasaran banget sama kamar mandinya. Boleh aku lihat, Mas?" "Boleh, Sayang." Zoya yang masih mengalungkan kedua tangannya di leher Gama pun perlahan mengendurk
Permintaan Zoya tak diabaikan begitu saja oleh Gama. Usai mengatakan demikian, Zoya melihat Gama begitu sibuk sekali menghubungi seseorang. Samar terdengar, Gama meminta orang tersebut untuk mencarikan rumah untuk mereka tinggal. Zoya berpura-pura tidur saja padahal dia mendengar apa saja yang Gama katakan. Dalam hati Zoya merasa Gama sangat menyayanginya. Padahal Zoya sempat tidak yakin Gama mau, mengingat sebelumnya pun Gama menolak. Beberapa hari di rumah sakit, kini tiba saatnya Zoya diperbolehkan pulang oleh dokter. Senang tentunya karena sudah tidak betah lagi berlama-lama di sana. Kasihan Gama juga yang lelah menunggu dan mengurusnya. "Kita pulang kemana, Mas? Apartemen?" tanya Zoya sasaat setelah mereka sudah masuk mobil. Namun saat Zoya memperhatikan Gama, terlihat pria itu hanya diam tak minat menjawab. Jelas hal itu membuat Zoya pun penasaran dan geregetan juga pastinya. Ada apa dengan suaminya? "Mas! Kok kamu diam aja? Lagi mikirin apa? Bingung ya mau ajak ak
"Mas... " "Ya Tuhan... Sayang kamu sudah sadar?" tanya Gama kemudian beranjak dari sana. Zoya tersenyum tipis mendengar itu. Zoya tersenyum merasakan Gama yang memeluk erat dan tiba-tiba Zoya merasakan pundaknya basah. Apa itu karena air mata Gama? Ya, pria itu kembali menangis. Zoya sampai tak habis pikir, ternyata Gama bisa menangis juga dan yang ditangisi adalah dirinya. "Mas pelan-pelan sakit!" keluh Zoya karena Gama yang yang memeluknya semakin erat. Rasanya tubuh seperti dihimpit sesuatu. Mungkin efek kecelakaan juga membuat Zoya merasakan tubuhnya sakit semua. "Eh iya maaf Sayang. Maaf ya, aku sangat bersyukur kamu sudah bangun. Aku takut, Zoya." Gama tertunduk mengecup tangan Zoya. Tangan pria itu mengusap air mata sebelum kembali menatap Zoya. Zoya mengerti, Gama pasti malu terlihat sedih hingga menangis, tapi Zoya paham, laki-laki tak akan sampai seperti ini jika tidak dengan tulus mencintai. "Mas apa kamu setakut itu?" "Apa yang kamu pikirkan Sayang? M
Yang katanya sudah keluar dari masa kritis itu tidak serta merta membuat Zoya segera sadarkan diri. Sudah dua hari masih belum ada perkembangan yang signifikan. Zoya belum terjaga dari tidur panjangnya. Gama pun masih setia menunggu di sana. Sama sekali Gama tidak meninggalkan Zoya barang sekejap pun. Bahkan Gama juga tidak makan selama dua hari ini. Mana selera makan di saat hati gundah gulana begini. Bisa masuk air saja sudah sangat bersyukur sekali. Zoya sakit dan Gama merasakan kesakitan yang sama. Hanya saja bukan fisik, karena lapar masih bisa di tahan melainkan hati yang sangat geram dengan apa yang telah terjadi. Mengapa harus Zoya yang menjadi korban? Setiap harinya Asisten Dion datang membawakan makanan dan itu hanya dibiarkan oleh Gama di atas meja sofa tanpa minat membukanya hingga terpaksa Asisten Dion buang setelah keesokan harinya. Gama diam di samping Zoya dengan terus memperhatikan sang istri yang terbaring lemas.. "Kapan kamu bangun, Sayang? Apa kamu tidak
"Cepat cari pendonor darah untuk istriku, Dion! Jangan sampai istriku tidak bisa diselamatkan! Kalau perlu bayar mereka dengan uang yang banyak untuk setiap tetes darah yang mereka sumbangkan!" perintah Gama setelah Dokter kembali ke ruangan beliau. Gama tak ingin menyalahkan pihak rumah sakit yang sedang kehabisan stok darah. Namun Gama menyesalkan itu harus terjadi karena Zoya sangat membutuhkan saat ini. Bagaimana jika terlambat? Pikiran Gama sudah diisi dengan hal buruk tentang Zoya terlebih dokter mengatakan jika Zoya kritis saat ini. "Baik Pak." Dion pun segera pergi dari sana untuk mencari pendonor darah yang sesuai dengan Zoya. Urgent dan harus bergerak cepat. Jika tidak, sudah pasti Dion pun mendapatkan amukan dari Gama. Gama belum diperbolehkan untuk menjenguk karena Zoya yang masih mendapatkan penanganan serius oleh dokter lainnya. Sementara di ruangan itu masuk satu korban lainnya yaitu Amanda yang baru saja tiba tetapi Gama tidak perduli akan wanita itu. Dia
"Zoya kamu gila!" teriak Amanda saat tubuhnya terpelanting dan beruntungnya dia masih kuat berpegangan pada pintu mobil. Semua itu karena tendangan dari Zoya yang mengakibatkan Amanda terpental hampir keluar padahal mobil masih melaju kencang. "Jika kegilaanmu membuat kamu bisa mencelakaiku sesuka hati, kenapa aku tidak mengikuti? Dan akan aku celakai kamu juga hingga kamu tidak lagi bisa menggangguku!" Pintu mobil semakin terbuka dan Amanda hampir saja jatuh jika kakinya tidak wanita itu jepit kan pada jok mobil, sedangkan Zoya mengambil alih kemudi dengan membelokkan ketepian. Mobil menabrak pengendara lain hingga benturan itu membuat Amanda tak mampu bertahan dan terseret ke jalan. CKIIIIIITTTT BRAAKK Suara sirine mobil polisi pun begitu terdengar kencang disusul dengan ambulan yang mendekati. Zoya sudah tak sadarkan diri akibat benturan kencang di kepalanya sedangkan Amanda terpental keluar dari mobil hingga membuat wanita itu terluka parah. Kecelakaan ini jel