Home / Rumah Tangga / RANJANG PANAS KAKAK IPAR / Bab 127. Remas Yang satunya, Mas!

Share

Bab 127. Remas Yang satunya, Mas!

Author: weni3
last update Last Updated: 2025-03-23 21:06:44

Sulit memang jika sudah tidak suka dengan seseorang. Apa yang dilakukan tetap saja itu tidak baik di mata orang tersebut. Begitu juga dengan pandangan Sena pada Zoya saat ini.

Setelah pertemuan mereka yang tidak baik kala itu membuat pandangan keduanya pun memburuk apa lagi Sena yang sangat tidak suka pada Zoya.

"Mas jangan nakal! Ayo masuk aja! Kamu meresahkan sekali, Mas." Zoya menahan tangan Gama yang sudah mode iseng.

"Masih ingin di sini Sayang. Ngadem enak, bikin pikiran tenang. Sini senderan di dada aku!" perintah Gama pada Zoya yang kemudian segera dituruti karena tangan pria itu sudah menarik tubuhnya.

"Nah gini! Sekarang kita hitung Bintang!"

"Nggak mau! Kamu kurang kerjaan banget sumpah. Kenapa nggak jelas banget, Mas," tolak Zoya. Ada saja Gama ini. Mana bisa terselesaikan sedangkan malam ini langit cerah bertabur bintang.

"Nggak apa-apa, nanti aku bantuin, Sayang!" kata Gama gemas karena Zoya yang menolak.

"Kamu bantu apa, Mas? Jangan bilang kalau kamu h
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR    Bab 128. Di Fajar Yang Nikmat

    Mendengar permintaan Zoya dengan suara yang manja tentu saja semakin membangkitkan gairah Gama yang sudah sangat memuncak. Hanya saja sebisa mungkin Gama menahannya. Zoya juga lupa padahal semalam dia merasa ragu untuk bercinta di rumah ini tapi setelah disentuh tepat pada titik sensitifnya, Zoya tak bisa menolak Gama dengan segala pesona pria itu. Awalnya menolak sekarang malah menggeliat meminta lebih. Itulah wanita ketika sudah kena titik sensitif di tubuhnya. Apalagi Gama yang tidak pernah meleset karena sudah sangat hafal mana saja tempat yang membuat Zoya membuka kedua kakinya. "Aku suka jika kamu meminta Sayang. Begini? Apa sudah nikmat? Atau kamu ingin yang lebih dari ini? Yang lebih kasar tapi membuat tubuhmu semakin menggeliat?" "Lakukan, Mas! Lakukan itu semua untukku!" sahut Zoya pasrah. Otak Zoya sudah dipenuhi dengan hal nikmat ini hingga dia tak lagi bisa mengatakan tidak. Ini sangat nikmat. Bercinta di pagi hari memang rasanya lebih gereget sekali.

    Last Updated : 2025-03-23
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 129. Undangan

    Pagi ini kembali Gama dan Zoya bergabung dengan keluarga Atmanegara dalam satu meja makan untuk sarapan bersama. Mereka sudah kembali berbaur dengan percakapan dan pembahasan yang lebih santai dari pada semalam. Mungkin karena nenek pun menyadari jika semalam sudah membuat situasi tidak nyaman jadi untuk pagi ini tidak menyinggung dulu masalah perusahaan ataupun rumah. "Gama mau langsung berangkat kerja?" tanya Nenek pada Gama yang terlihat lebih cerah pagi ini. Bagaimana tidak jika Gama sudah habis top up tadi. Sudah memberikan gebrakan pada sang istri dan ternyata juga pada tetangga kamar sebelah yang begitu penasaran pada Gama sampai-sampai sekarang belum turun. "Iya, Nek. Kami akan langsung kerja. Bagaimana dengan kesehatan Nenek? Apa sudah merasa lebih baik dari sebelumnya?" tanya Gama pada Nenek yang tersenyum mengangguk. Zoya hanya diam menyimak obrolan itu begitupun dengan Santi dan juga Bara. Mereka sudah lebih dulu sarapan dan tak menunggu Sena yang memang hobi

    Last Updated : 2025-03-23
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 130. Ricuh

    Entah mengapa Zoya merasa curiga dengan keceriaan Sena. Wanita itu begitu mudah mengiyakan. Bukankah Sena suka dengan Gama? Harusnya tidak senang dengan apa yang akan terlaksana nanti. Usai sarapan, Zoya dan Gama pamit untuk berangkat ke kantor. Ini hari terakhir mereka bekerja sebelum besok mempersiapkan diri untuk hari pernikahan mereka. Tak ada orang tua dan sanak saudara yang sangat dekat, membuat keduanya lebih mendiri menghadapi semua ini. Gama juga tidak terlalu memusingkan karena selagi ada uang, semua bisa beres dengan cepat. Zoya pun berusaha untuk santai walaupun sebenarnya dia agak deg-degan menghadapi banyak tamu nanti yang pastinya memiliki pemikiran beragam pada mereka. "Dito, kita adakan meeting! Siapkan semua karyawan dan minta mereka berkumpul di bawah!" perintah Gama. "Baik, Tuan." Asisten Dito pun segera melaksanakan tugas. Pria itu segera mengumpulkan semua karyawan tanpa terkecuali melalui para manager tiap-tiap divisi. Gama pun bersiap untuk it

    Last Updated : 2025-03-25
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 131. Tidak Buruk

    Zoya menatap semua orang yang ada di sana. Mereka semua terlihat tak percaya dengan apa yang mereka dengar sedangkan sebelumnya orang-orang itu sudah memprediksi jika dirinya ada hubungan terlarang dengan kakak ipar. Apalagi video dulu yang tersebar, mereka tau akan itu. Hanya saja memang Zoya dan Gama yang menjaga jarak, sempat mematahkan apa yang menjadi pemikiran mereka. "Bapak serius? Mendadak sekali, Pak? Tidak terlihat tau-tau menikah." "Iya Pak, tapi kami doakan semoga langgeng. Sakinah, mawadah, warahmah." "Aamiin... " Zoya mengangguk ramah dan tersenyum mendengar itu. Zoya menoleh ke arah Gama yang semakin mengeratkan genggaman tangannya. Tatapan keduanya bertemu hingga Gama gemas dan mengacak rambutnya. Lagi-lagi keharmonisan itu membuat para karyawan yang melihat mereka nampak terkesima. "Undangan akan saya berikan via online. Saya juga meminta pada kalian untuk bekerja dengan baik. Saya akan ambil cuti. Jadi saya tidak ingin ada masalah pada kalian dan per

    Last Updated : 2025-03-26
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 132. Sebuah Peluru

    Pekerjaan segera diselesaikan hari itu juga. Gama dan Zoya begitu giat karena memang ingin cuti. Jadi jangan sampai terlalu merepotkan Dito juga nantinya. Kasihan kalau sampai Asisten Dito dibuat repot sana sini. Sadar jika pekerjaan itu tanggung jawab mereka penuh. Khususnya Gama yang mana sebagai pemimpin di dua perusahaan. Siangnya Gama pun pergi ke perusahaan peninggalan sang Ayah. Gama meninggalkan Zoya yang masih sibuk dengan pekerjaannya. Pria itu pergi bersama dengan Asisten Dito tanpa mengajak Zoya. Namun sebelum pamit pada Zoya. Gama memastikan dulu kalau Zoya tidak masalah ditinggal. Gama terlihat sangat perhatian dan tidak ingin Zoya merasa tidak nyaman karena ditinggal sendirian. "Aku hanya sebentar, di sana juga harus aku bereskan. Kamu kalau sudah, tunggu aku saja di dalam. Jangan pulang sendiri! Nanti aku jemput." Gama mengusap kepala Zoya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Biasa bersama, meninggalkan Zoya begini terlihat sangat-sangat berat sekali.

    Last Updated : 2025-04-03
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 133. Bu Zoya Tidak Ada

    Panggilan masuk ke dalam ponsel Gama tak membuat pria itu terganggu. Gama yang begitu sibuk, sama sekali tidak sadar jika ponselnya yang ada di dalam tas kerja berdering berulang kali. Yang Gama pikirkan saat ini hanya satu, perkerjaan selesai karena sudah diburu waktu. Sadar jika dirinya tengah ditunggu istri tercinta di kantor. Sementara di tempat kejadian perkara, Zoya mendapatkan pertolongan dari pihak mini market yang kini sudah memanggil tenaga medis untuk menolong Zoya. Banyak yang menghampiri tapi tak banyak yang berani menolongnya. Yang ada hanya menonton kejadian naas itu dengan wajah menahan ngeri. Apalagi kejadian ini diduga peluru nyasar tapi pihak berwajib yang datang tetap akan melanjutkan penyelidikan. Untuk mencari tau siapa yang membawa pistol tanpa ijin terlebih dahulu. Sayangnya Gama yang merupakan keluarga korban, setelah melihat panggilan keluar terakhir dari ponsel Zoya, justru tidak ada tanggapan. Hasilnya malah nihil, Gama tidak bisa dihubungi. Ya

    Last Updated : 2025-04-05
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 134. Kritis

    "Rumah sakit?" Gama berlari kembali masuk mobil diikuti dengan Dito yang langsung duduk di kursi kemudi. Dengan cepat Asisten Dito melajukan mobilnya menuju rumah sakit terdekat tempat Zoya dirawat. Gama mengacak rambutnya dengan wajah kacau. Mendengar Zoya masuk rumah sakit, seketika tulangnya melemah hingga tak mampu untuk berdiri dengan tegak. "Cepat sedikit Dit! Aku sudah tidak sabar untuk tau kondisi istriku. Zoya pasti kesakitan saat ini." Sebetulnya Gama tidak tau apa yang Zoya derita saat ini, tapi masuknya sang istri ke rumah sakit tentu saja karena ada yang dikeluhkan. Itu semua karena Gama tidak lebih dulu mendengarkan apa yang security tadi ingin sampaikan padanya. Pikiran Gama sudah tak karuan setelah mendengar Zoya masuk rumah sakit sehingga langsung memutuskan masuk mobil. "Saya harap Tuan bisa lebih tenang." "Bagaimana aku bisa tenang, Dito? Tidak mungkin aku santai saat tau istriku sedang tidak baik-baik saja. Tadi Zoya sempat menghubungiku tapi sayang

    Last Updated : 2025-04-06
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 135. Tidak Mati

    Gama belum diperbolehkan masuk oleh Dokter karena alasan medis. Masih butuh waktu untuk ke tahap dimana Zoya bisa dijenguk. Sampai dimana Gama hanya bisa melihat dari celah jendela. Terdiam Gama memperhatikan dengan kedua mata yang basah. "Sayang... " Gama mengepalkan kedua tangannya kemudian memukul tembok tanpa mengalihkan pandangannya pada Zoya. Di sana, wanitanya tengah berjuang dalam kesakitan. "Ya Tuhan, kembali aku meminta padamu untuk keselamatan istriku." Gama menunduk dan menitikkan air mata. Dadanya bergemuruh setelah tau apa yang terjadi pada Zoya. Emosi Gama kembali menyala kala teringat penyebab Zoya mengalami musibah ini. "Dito, kamu pasti tau apa yang harus kamu lakukan. Cepat pergi sekarang dan jangan lepaskan pelakunya. Kalau perlu habiskan nyawanya sekalian!" perintah Gama. Kedua mata pria itu tajam menatap ke arah Dito yang mengangguk menyanggupi. "Baik, Tuan. Akan segera saya kerjakan." Dito pun bergegas pergi dari sana. Gama diam memperhatikan

    Last Updated : 2025-04-07

Latest chapter

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 138. Bersiaplah!

    "Aku tidak mengharapkan itu. Aku sadar posisiku tapi kalau Kakak mau menarikku sebagai pengantin pengganti, aku tidak keberatan. Aku mau dan akan menjalankan peran dengan baik," jawab Sena dengan lugas. "Kalau begitu bersiaplah!" sahut Gama membuat ketiga orang tua yang ada di sana menoleh menatapnya. Mereka terlihat sangat terkejut setelah mendengar penuturan dari Gama. "Gama apa kamu yakin, Nak? Lantas bagaimana dengan Zoya?" tanya Nenek pada Gama yang diam tak menjawab. Gama hanya menatap datar ke arah lain tanpa mengeluarkan suara. "Gama ini terlalu beresiko," ujar Nenek lagi. "Bukankah akan sangat merugi jika aku mundur? Banyak orang juga yang akan aku rugikan sekalipun aku mengadakan konferensi pers yang mana itu mendadak sekali. Tentu akan ada saja yang tidak tau dan akan tetap datang ke acara besok." "Mereka akan kecewa karena kabar itu belum mereka ketahui sebelumnya. Sementara sudah banyak waktu dan tenaga bahkan uang yang mereka keluarkan. Jika seperti itu, a

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 137. Pengganti

    Gama tidak sama sekali mengatakan apapun. Gama memilih diam dan tak menimpali ucapan Sena. Tatapan iba wanita itu pun tidak Gama pedulikan. Gama kembali menundukkan kepalanya tak lagi menghiraukan ucapan Sena. Namun wanita itu mendekatinya dan duduk di samping Gama dengan tangan yang mengusap lengannya. "Kak, aku benar-benar prihatin akan musibah ini tapi aku harap kamu pun bijak. Jangan terus menangis dan merasa dirimu sedang sangat hancur! Aku tau musibah ini memang sangat menyakitimu tapi kamu harus bijak." "Apa maksudmu, Sen?" tanya Gama. Kali ini Gama terpancing untuk menanggapi ocehan Sena yang membuatnya sedikit bingung. "Maksudku, sedih boleh, tapi kamu pun harus tetap memikirkan acara besok, Kak. Bukankah undangan sudah tersebar? Bagaimana jika mereka hadir dan pengantinnya tidak ada? Bukankah kamu butuh pengganti untuk tetap melaksanakannya? Acara itu tidak mungkin batal Kak." Benar kata Sena, memang acara itu tidak mungkin batal, apalagi undangan sudah terseba

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 135. Sabar!

    Untuk kedua kalinya, Gama merasakan ketakutan yang sama karena Zoya mengalami musibah tak terduga. Apa yang terjadi saat ini seperti sesuatu yang terulang kembali. Hal pait yang mengancam nyawa sang istri dan lagi-lagi karena kelalaiannya. Gama merasa bersalah karena semua terjadi saat Zoya tidak bersamanya. "Andai aku tidak meninggalkan dia sendirian. Ya Allah berikan aku kesempatan untuk menjaga titipanmu sekali lagi." Gama terduduk di depan pintu ruangan Zoya. Dia menekuk kaki dengan tatapan nanar ke depan. Sudah habis rasa penyesalan yang begitu banyak hingga seorang Gama kembali menangis. Diam Gama menunduk dengan menyembunyikan wajahnya. Namun kedatangan nenek dan juga Sinta membuatnya mendongak menatap keduanya. "Gama... Nak?" Nenek langsung berjongkok dan memeluk Gama. Rapuh Gama tak ada penolakan hingga nenek memberikan sentuhan untuk menguatkan. "Sabar, Nak! Sabar! Ini ujian untuk kalian. Kamu harus kuat, Nak! Zoya butuh doa dari kamu. Zoya butuh dukungan. Ins

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 135. Tidak Mati

    Gama belum diperbolehkan masuk oleh Dokter karena alasan medis. Masih butuh waktu untuk ke tahap dimana Zoya bisa dijenguk. Sampai dimana Gama hanya bisa melihat dari celah jendela. Terdiam Gama memperhatikan dengan kedua mata yang basah. "Sayang... " Gama mengepalkan kedua tangannya kemudian memukul tembok tanpa mengalihkan pandangannya pada Zoya. Di sana, wanitanya tengah berjuang dalam kesakitan. "Ya Tuhan, kembali aku meminta padamu untuk keselamatan istriku." Gama menunduk dan menitikkan air mata. Dadanya bergemuruh setelah tau apa yang terjadi pada Zoya. Emosi Gama kembali menyala kala teringat penyebab Zoya mengalami musibah ini. "Dito, kamu pasti tau apa yang harus kamu lakukan. Cepat pergi sekarang dan jangan lepaskan pelakunya. Kalau perlu habiskan nyawanya sekalian!" perintah Gama. Kedua mata pria itu tajam menatap ke arah Dito yang mengangguk menyanggupi. "Baik, Tuan. Akan segera saya kerjakan." Dito pun bergegas pergi dari sana. Gama diam memperhatikan

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 134. Kritis

    "Rumah sakit?" Gama berlari kembali masuk mobil diikuti dengan Dito yang langsung duduk di kursi kemudi. Dengan cepat Asisten Dito melajukan mobilnya menuju rumah sakit terdekat tempat Zoya dirawat. Gama mengacak rambutnya dengan wajah kacau. Mendengar Zoya masuk rumah sakit, seketika tulangnya melemah hingga tak mampu untuk berdiri dengan tegak. "Cepat sedikit Dit! Aku sudah tidak sabar untuk tau kondisi istriku. Zoya pasti kesakitan saat ini." Sebetulnya Gama tidak tau apa yang Zoya derita saat ini, tapi masuknya sang istri ke rumah sakit tentu saja karena ada yang dikeluhkan. Itu semua karena Gama tidak lebih dulu mendengarkan apa yang security tadi ingin sampaikan padanya. Pikiran Gama sudah tak karuan setelah mendengar Zoya masuk rumah sakit sehingga langsung memutuskan masuk mobil. "Saya harap Tuan bisa lebih tenang." "Bagaimana aku bisa tenang, Dito? Tidak mungkin aku santai saat tau istriku sedang tidak baik-baik saja. Tadi Zoya sempat menghubungiku tapi sayang

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 133. Bu Zoya Tidak Ada

    Panggilan masuk ke dalam ponsel Gama tak membuat pria itu terganggu. Gama yang begitu sibuk, sama sekali tidak sadar jika ponselnya yang ada di dalam tas kerja berdering berulang kali. Yang Gama pikirkan saat ini hanya satu, perkerjaan selesai karena sudah diburu waktu. Sadar jika dirinya tengah ditunggu istri tercinta di kantor. Sementara di tempat kejadian perkara, Zoya mendapatkan pertolongan dari pihak mini market yang kini sudah memanggil tenaga medis untuk menolong Zoya. Banyak yang menghampiri tapi tak banyak yang berani menolongnya. Yang ada hanya menonton kejadian naas itu dengan wajah menahan ngeri. Apalagi kejadian ini diduga peluru nyasar tapi pihak berwajib yang datang tetap akan melanjutkan penyelidikan. Untuk mencari tau siapa yang membawa pistol tanpa ijin terlebih dahulu. Sayangnya Gama yang merupakan keluarga korban, setelah melihat panggilan keluar terakhir dari ponsel Zoya, justru tidak ada tanggapan. Hasilnya malah nihil, Gama tidak bisa dihubungi. Ya

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 132. Sebuah Peluru

    Pekerjaan segera diselesaikan hari itu juga. Gama dan Zoya begitu giat karena memang ingin cuti. Jadi jangan sampai terlalu merepotkan Dito juga nantinya. Kasihan kalau sampai Asisten Dito dibuat repot sana sini. Sadar jika pekerjaan itu tanggung jawab mereka penuh. Khususnya Gama yang mana sebagai pemimpin di dua perusahaan. Siangnya Gama pun pergi ke perusahaan peninggalan sang Ayah. Gama meninggalkan Zoya yang masih sibuk dengan pekerjaannya. Pria itu pergi bersama dengan Asisten Dito tanpa mengajak Zoya. Namun sebelum pamit pada Zoya. Gama memastikan dulu kalau Zoya tidak masalah ditinggal. Gama terlihat sangat perhatian dan tidak ingin Zoya merasa tidak nyaman karena ditinggal sendirian. "Aku hanya sebentar, di sana juga harus aku bereskan. Kamu kalau sudah, tunggu aku saja di dalam. Jangan pulang sendiri! Nanti aku jemput." Gama mengusap kepala Zoya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Biasa bersama, meninggalkan Zoya begini terlihat sangat-sangat berat sekali.

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 131. Tidak Buruk

    Zoya menatap semua orang yang ada di sana. Mereka semua terlihat tak percaya dengan apa yang mereka dengar sedangkan sebelumnya orang-orang itu sudah memprediksi jika dirinya ada hubungan terlarang dengan kakak ipar. Apalagi video dulu yang tersebar, mereka tau akan itu. Hanya saja memang Zoya dan Gama yang menjaga jarak, sempat mematahkan apa yang menjadi pemikiran mereka. "Bapak serius? Mendadak sekali, Pak? Tidak terlihat tau-tau menikah." "Iya Pak, tapi kami doakan semoga langgeng. Sakinah, mawadah, warahmah." "Aamiin... " Zoya mengangguk ramah dan tersenyum mendengar itu. Zoya menoleh ke arah Gama yang semakin mengeratkan genggaman tangannya. Tatapan keduanya bertemu hingga Gama gemas dan mengacak rambutnya. Lagi-lagi keharmonisan itu membuat para karyawan yang melihat mereka nampak terkesima. "Undangan akan saya berikan via online. Saya juga meminta pada kalian untuk bekerja dengan baik. Saya akan ambil cuti. Jadi saya tidak ingin ada masalah pada kalian dan per

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 130. Ricuh

    Entah mengapa Zoya merasa curiga dengan keceriaan Sena. Wanita itu begitu mudah mengiyakan. Bukankah Sena suka dengan Gama? Harusnya tidak senang dengan apa yang akan terlaksana nanti. Usai sarapan, Zoya dan Gama pamit untuk berangkat ke kantor. Ini hari terakhir mereka bekerja sebelum besok mempersiapkan diri untuk hari pernikahan mereka. Tak ada orang tua dan sanak saudara yang sangat dekat, membuat keduanya lebih mendiri menghadapi semua ini. Gama juga tidak terlalu memusingkan karena selagi ada uang, semua bisa beres dengan cepat. Zoya pun berusaha untuk santai walaupun sebenarnya dia agak deg-degan menghadapi banyak tamu nanti yang pastinya memiliki pemikiran beragam pada mereka. "Dito, kita adakan meeting! Siapkan semua karyawan dan minta mereka berkumpul di bawah!" perintah Gama. "Baik, Tuan." Asisten Dito pun segera melaksanakan tugas. Pria itu segera mengumpulkan semua karyawan tanpa terkecuali melalui para manager tiap-tiap divisi. Gama pun bersiap untuk it

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status