Share

Bab 114. Horny

Penulis: weni3
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-15 04:27:36

Jangan salahkan Gama jika sudah seperti ini, salah Zoya yang terlalu seksi.

Zoya pun segera berbalik dan melangkah mendekati pelayan tadi yang sedang merapikan gaun sebelumnya.

"Mbak aku mau yang ini saja."

"Baik, Bu Zoya. Akan saya bantu membukanya kembali dan mengemasnya. Tadi sudah sangat pas ya, Bu. Sudah tidak ada lagi yang harus dirombak. Sudah cantik dan juga anggun. Jika ada kendala di hari H maka akan kami bantu."

"Oke, Mbak. Oh ya nanti untuk jasnya yang kira-kira serasi dengan gaun itu ada kan ya Mbak," kata Zoya.

Dia sedikit mengabaikan Gama yang sudah memintanya untuk segera menyelesaikan semuanya karena menurut Zoya, selagi sudah ada di tempat ini, maka jas Gama pun sekalian saja. Perkara horny tak mungkin menggagalkan semuanya.

"Baik akan saya ambilkan dulu Bu Zoya. Silahkan anda bisa menunggu di sana!"

"Iya."

Zoya pun melangkah mendekati Gama yang ternyata memperhatikannya sejak tadi. Dari tatapan pria itu begitu sangat menginginkan sekali. Zoya
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 115. Tidak Tahan, Mas.

    Kalau sudah begini bagaimana bisa kabur. Sedikit saja dia lepas dari tangan Gama itu adalah bonus. Mana masih ada tamu walaupun sudah tidak deras, tapi tetap saja tidak boleh sampai dilibas di saat seperti ini. "Mas aku masih halangan loh," ucap Zoya mengingatkan. "Banyak cara menuju pelepasan Sayang," bisik Gama di telinga Zoya yang kemudian memberikan kecupan-kecupan kecil di sana yang membuat Zoya merasa tubuhnya seperti tersengat listrik. "Tapi kamu menyiksaku, Mas!" kata Zoya kemudian mengigit bibir bawahnya. Zoya menahan sesuatu yang membuat gairahnya pun terpancing. Ini yang Zoya tidak suka. Di saat sedang ada tamu tapi diminta untuk memenuhi inginnya Gama yang akan memancing nafsu dirinya juga. Belum lagi dia yang tidak bisa melakukan pelepasan seperti yang Gama rasakan. Semakin tersiksa saja tubuhnya dibuat oleh Gama hingga rasanya ingin menjerit angkat tangan. "Setelah selesai akan aku buat kamu merasakan itu, Sayang. Turuti dulu ingin ku sekarang!" pinta Ga

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 116. Suami Mesum

    Zoya jelas sudah pro dengan yang beginian. Sudah tak perlu lagi diajari dan diarahkan. Sudah sangat pandai membuat orang mendesah nikmat. "Aghhh Sayang kamu pintar sekali." Entah sudah berapa kali Gama mengerang tak tertahan. Zoya mampu membuat Gama pun menggila karena hisapan dan gerakan wanita itu yang Sejak tadi membuat Gama tak henti meracau. Sampai dimana pria itu pun tak tahan dan menumpahkan cairan kental di mulut Zoya. Tentu saja hal itu membuat Zoya menatap sengit ke arah Gama. Kebiasaan mengotori wajah orang! Namun melihat wajahnya kotor dengan cairan putih kental ini, justru membuat Gama senang. Lihat saja pria itu nampak cengengesan dan terlihat sangat lega sekali. Wajah Gama seketika cerah seperti selesai melepaskan beban berat dalam hidup. Memang pelepasan berpengaruh sekali untuk pria itu. Jangankan dua hari, setiap hari pun Gama mau. Zoya benar-benar harus memenuhi inginnya si bayi besar yang memang kalau sudah minta harus segera dituruti. "Mas kamu tu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 01. Hubungan Yang Tak Halal

    [Apa kamu tuli, Zoya? Sudah aku katakan jangan datang ke acara itu , tapi kamu masih saja nekat. Pulang kamu sekarang juga!] Zoya menghela nafas berat saat membaca pesan yang suaminya kirimkan. Dia pun bergegas untuk segera pamit pulang pada rekan kerjanya yang lain. Pesan dari Zein menjadi teguran dan perintah yang menakutkan yang mana tak bisa Zoya abaikan. Dia bergegas keluar dari tempat itu tetapi saat hendak membuka pintu ballroom, seseorang yang merupakan rekan kerjanya juga sedikit berlari menghentikan langkahnya. "Zoya, kamu mau kemana?" tanyanya dengan wajahnya panik. "Aku mau pulang. Duluan ya, aku buru-buru soalnya. Suami aku udah nungguin. Salam sama yang lain," jawab Zoya yang sekalian pamit kemudian segera pergi dari sana tapi kembali langkahnya tertahan. "Eh tunggu dulu! Aku tadi lihat Pak Gama sakit. Kamu cepetan ke sana. Beliau ada di kamar nomor 125. Kasihan banget, Zoy." "Emangnya sakit apa?" tanya Zoya bingung. Mana dia sedang buru-buru. "Nggak ng

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 02. Pelang-pelan Mas, sakit!

    Siapa yang tak kecewa? Siapa yang tak takut? Siapa yang tak patah hatinya? Dia sudah menikah, tetapi berkhianat dengan pria yang sangat ia kenal. Perlahan Zoya kembali melangkah menuju pintu, langkahnya tertatih merasakan miliknya yang masih sangat nyeri. Entah berapa lama Gama menggempurnya semalam. Yang jelas, rasanya seperti saat malam pertama. Begitu sangat menyakitkan dan terasa mengganjal setelahnya. "Zoya." Zoya menghentikan lagi langkahnya dan kali ini sengaja memberikan kesempatan untuk Kakak iparnya berbicara. Namun, Zoya enggan untuk menoleh ke arah pria itu. Dia muak dengan Gama yang semalam sudah memaksanya. Entah setan apa yang sudah membuat Gama kelewat batas. Zoya yakin ada yang tidak beres dengan Kakak iparnya tapi apa? Yang Gama lakukan semalam itu sudah menghancurkan harga dirinya. "Anggap tidak terjadi apa-apa, Gama! Kamu sudah menghancurkan kepercayaanku. Kamu tidak lebih dari pecundang di mataku, Kak!" sentak Zoya. Rasanya dia sudah tidak ingin lagi b

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 03. Kamu Apakan Istriku?

    “Semalam aku menginap di rumah temanku, Mas. Sungguh, aku tidak ber_" Belum sempat Zoya menyelesaikan ucapannya, Zein telah lebih dulu kembali menarik rambut Zoya dan mendorong tubuh istrinya itu hingga terhempas jatuh tepat di depan sepatu seseorang yang baru saja menginjakkan kakinya di rumah. “Ada apa ini?” Jantung Zoya seakan ingin lepas mendengar suara pria yang sangat ingin ia hindari. Pria yang telah menghabiskan malam panas dengannya hingga tidak pulang dan berujung pertengkaran dengan suaminya. Perlahan kepala Zoya terangkat menatap Gama hingga kedua mata mereka bertemu dengan perasaan yang tak menentu. Gama hanya terdiam menatap ke arahnya. Tatapannya tajam seperti menelisik penampilannya yang semakin berantakan kemudian mengangkat kedua alisnya menatap ke arah Zein. Pria itu seakan bertanya tetapi tak ada jawaban apa-apa dari Zein. Sampai di mana Gama kembali menunduk menatapnya dengan tatapan yang Zoya tak mengerti. Apa mungkin saat ini Gama tengah mengasiha

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 04. Aku tunggu di kamar!

    “Butuh bantuan untuk berpisah darinya?” Zoya terdiam saat ingin membuka pintu kamar. Dia tak menoleh ke asal suara, karena jelas suara yang familiar itu milik Gama. Sejenak mengurungkan niatnya untuk bergerak masuk. Melihat Gama yang berdiri diam menatapnya penuh tanya. Zoya pun melengos membuang muka. Namun sebelum Zoya benar-benar masuk, dia sempatkan untuk berbicara pada Gama. "Jangan sok menjadi pahlawan, Kak! Kamu tidak ada bedanya dengan Zein!" Hal yang tertutup rapat terumbar karena suatu perkara. Tak dapat ia sangkal jika kali ini melebihi dari sebelumnya dan bisa-bisanya Gama ingin membantunya untuk bercerai padahal di mata Zoya, Gama tidak ada bedanya dengan Zein. Sama-sama buruk setelah malam itu. Zein memang pria yang sedikit temperamen. Zoya sudah tau dan paham akan itu. Dia pun mengerti tanpa mengeluh. Sebab, bukannya jodoh saling melengkapi dan dan menutup kekurangan pasangannya masing-masing? Itu yang Zoya tau dan berharap sikap Zein lambat laun bisa beru

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 05. Jejak Di Tubuh

    Zoya terdiam di undakan tangga saat mendengar panggilan dari Gama. Zoya menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan perlahan. Dia tau siapa yang memanggilnya hingga ia tak ingin menoleh dan lebih memilih untuk menunduk. Egois sedang mendominasi diri Zoya sampai dimana dia mengabaikan sopan santun. "Jangan katakan apapun, Kak! Zoya tau apa yang akan kakak pertanyakan." "Bagaimana dengan jejak di tubuh…." "Kak aku mohon! Jangan ungkit itu lagi!" pinta Zoya lalu melangkah panjang meninggalkan Gama yang diam dengan helaan nafas berat. Namun setelahnya pria itu mengedikkan pundak dan masuk kamar tanpa beban. Zoya tak terima apapun sikap Gama padanya. Bagi Zoya itu hanya akan memperkeruh suasana. Mereka harus memiliki batasan jika perlu menjadi asing agar lebih nyaman melanjutkan hidup masing-masing. Walaupun Zoya tau perangai Gama yang sebenarnya baik tetapi setelah malam itu, pandangannya pada Gama tak lagi sama. Zoya nampak ragu untuk masuk kamar. Rasa takut membu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 06. Nekat

    “Masuk ke mobil!” perintah Gama terdengar lugas. "Terima kasih. Aku lebih tertarik naik taksi," tolak Zoya dan bergegas kembali masuk ke dalam rumah untuk Bersiap-siap. Tak ingin dia dikasihani oleh Kakak iparnya yang pagi ini pun membuat geregetan. Sesampainya di kantor, Zoya bergegas untuk turun dari taksi online dan berlari masuk ke dalam kantor menuju lift agar cepat sampai ke ruangannya. Beruntung belum telat meskipun dia sudah di penghujung waktu. Namun sialnya masih harus melewati lift khusus karyawan yang terkenal penuh sesak. Pagi-pagi lift karyawan selalu ramai. Dia yang baru datang sudah pasti terjebak antrian. Tak seperti lift khusus CEO yang lancar jaya. Belum lagi saat penuh begini tercium bermacam-macam aroma yang membuatnya mual. Sungguh ujian setiap pagi di waktu yang mepet. Zoya berdiri agak belakang sembari menunggu gilirannya untuk masuk. Ekspresinya gelisah dan terus menerus melirik ke arah jam tangan, karena tinggal tersisa lima menit lagi untuk b

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19

Bab terbaru

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 116. Suami Mesum

    Zoya jelas sudah pro dengan yang beginian. Sudah tak perlu lagi diajari dan diarahkan. Sudah sangat pandai membuat orang mendesah nikmat. "Aghhh Sayang kamu pintar sekali." Entah sudah berapa kali Gama mengerang tak tertahan. Zoya mampu membuat Gama pun menggila karena hisapan dan gerakan wanita itu yang Sejak tadi membuat Gama tak henti meracau. Sampai dimana pria itu pun tak tahan dan menumpahkan cairan kental di mulut Zoya. Tentu saja hal itu membuat Zoya menatap sengit ke arah Gama. Kebiasaan mengotori wajah orang! Namun melihat wajahnya kotor dengan cairan putih kental ini, justru membuat Gama senang. Lihat saja pria itu nampak cengengesan dan terlihat sangat lega sekali. Wajah Gama seketika cerah seperti selesai melepaskan beban berat dalam hidup. Memang pelepasan berpengaruh sekali untuk pria itu. Jangankan dua hari, setiap hari pun Gama mau. Zoya benar-benar harus memenuhi inginnya si bayi besar yang memang kalau sudah minta harus segera dituruti. "Mas kamu tu

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 115. Tidak Tahan, Mas.

    Kalau sudah begini bagaimana bisa kabur. Sedikit saja dia lepas dari tangan Gama itu adalah bonus. Mana masih ada tamu walaupun sudah tidak deras, tapi tetap saja tidak boleh sampai dilibas di saat seperti ini. "Mas aku masih halangan loh," ucap Zoya mengingatkan. "Banyak cara menuju pelepasan Sayang," bisik Gama di telinga Zoya yang kemudian memberikan kecupan-kecupan kecil di sana yang membuat Zoya merasa tubuhnya seperti tersengat listrik. "Tapi kamu menyiksaku, Mas!" kata Zoya kemudian mengigit bibir bawahnya. Zoya menahan sesuatu yang membuat gairahnya pun terpancing. Ini yang Zoya tidak suka. Di saat sedang ada tamu tapi diminta untuk memenuhi inginnya Gama yang akan memancing nafsu dirinya juga. Belum lagi dia yang tidak bisa melakukan pelepasan seperti yang Gama rasakan. Semakin tersiksa saja tubuhnya dibuat oleh Gama hingga rasanya ingin menjerit angkat tangan. "Setelah selesai akan aku buat kamu merasakan itu, Sayang. Turuti dulu ingin ku sekarang!" pinta Ga

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 114. Horny

    Jangan salahkan Gama jika sudah seperti ini, salah Zoya yang terlalu seksi. Zoya pun segera berbalik dan melangkah mendekati pelayan tadi yang sedang merapikan gaun sebelumnya. "Mbak aku mau yang ini saja." "Baik, Bu Zoya. Akan saya bantu membukanya kembali dan mengemasnya. Tadi sudah sangat pas ya, Bu. Sudah tidak ada lagi yang harus dirombak. Sudah cantik dan juga anggun. Jika ada kendala di hari H maka akan kami bantu." "Oke, Mbak. Oh ya nanti untuk jasnya yang kira-kira serasi dengan gaun itu ada kan ya Mbak," kata Zoya. Dia sedikit mengabaikan Gama yang sudah memintanya untuk segera menyelesaikan semuanya karena menurut Zoya, selagi sudah ada di tempat ini, maka jas Gama pun sekalian saja. Perkara horny tak mungkin menggagalkan semuanya. "Baik akan saya ambilkan dulu Bu Zoya. Silahkan anda bisa menunggu di sana!" "Iya." Zoya pun melangkah mendekati Gama yang ternyata memperhatikannya sejak tadi. Dari tatapan pria itu begitu sangat menginginkan sekali. Zoya

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 113. Aku Suka, Baby

    "Paham Sayang, tapi dia seolah meremehkan kita dengan apa yang telah terjadi. Dia membuat nenek berpikir jika aku dan kamu mencurangi Zein." "Dan kamu mempermasalahkan itu, Mas? Yang aku tau kamu cuek. Mengapa sekarang kamu begitu kepikiran? Apa kamu takut nenek jadi membencimu?" cecar Zoya. Tatapan Zoya begitu lekat pada Gama dan tak ingin sedikit pun kehilangan ekspresi dari Gama yang sedang sangat tak terima akan apa yang Bara lakukan padanya. "Bukan karena nenek juga, hanya aku tidak suka jika karena itu dia juga menjelekkan kamu. Jika hanya aku saja aku tidak masalah tapi karena dia juga menjelekkan kamu maka aku tidak terima. Punya kekuatan apa dia melawanku? Jika bukan karena nenek sudah aku patahkan lehernya." Hari ini bukan hanya lelah fisik tapi juga lelah hati. Dilanjut dengan keesokan harinya yang cukup sibuk hingga rasanya penat sekali. Namun pulang kantor mereka memutuskan untuk tetap fitting pakaian pengantin. Khususnya Zoya karena Gama tinggal menurut saja

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 112. AIB

    "Mas sudah! Jangan membahas masalah pribadi Gama. Semua memiliki masa lalu yang tidak perlu diungkit-ungkit. Kita tidak tau alasan dari mereka itu apa dan apa yang terjadi sebenarnya. Jadi jangan membuat Ibu berpikir buruk pada mereka." "Loh aku mengatakan yang sesungguhnya. Memang benar, kalau kamu tidak percaya, maka tanyakan pada mereka. Mereka tidak akan menyangkal jika mereka adalah mantan ipar." "Mas ya ampun, sudah! Tidak enak pada mereka. Kamu ini kenapa?" Santi terlihat gemas sekali pada Bara. Ya bagaimana tidak jika sikap Bara seperti sedang membuka aib seseorang secara terang-terangan seperti itu sedangkan orang itu sangat sulit untuk mau datang dan ini perdana. Zoya melirik Bara yang terlihat cuek saja. Ya Tuhan kenapa Zoya pun ikut gemas jadinya. Bisa-bisanya orang itu membuka semuanya di saat makan malam. perdana untuk Gama. "Kamu itu kalau dikasih tau malah nyalahin aku. Aku cuma mengatakan faktanya agar Ibu dan kamu tau." "Lantas salahnya mereka dimana

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 111. Makan Malam

    Gama menatap tajam ke arah Bara, pamannya yang nampak santai saja. Paman macam apa yang berlaku seperti saingan. Gama jelas harus berhati-hati akan itu. Pria membentengi dirinya sendiri untuk melindungi diri dan juga Zoya. "Mas..." "Menurutlah apa kataku Sayang! Dia tidak memiliki etika dalam menyambut tamu. Kamu harus bisa membedakan itu!" sahut Gama yang tak ingin ucapannya dibantah. Zoya pun mengangguk berusaha untuk mengerti. "Nek, aku ke sini karena undangan dari Nenek," ucap Gama pada Nenek yang terkesan menegaskan setelah kedatangan mereka seperti tidak diharapkan oleh salah satu keluarga Atmanegara. Nenek nampak prihatin dengan situasi sekarang ini. Mungkin inginnya semua keluarga baik-baik saja. Hanya saja pertemuan Bara dan Gama sebelumnya yang sudah ada perdebatan membuat mereka jadi kurang akur. "Makasih, Nak. Nenek sangat senang sekali kalian mau menyempatkan diri datang ke rumah ini. Jangan sungkan! Ini rumah kamu juga dan kelak akan menjadi rumah milik ka

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 110. Pulang

    "Mas kira-kira respon Mas Zein gimana ya? Aku nggak nyinggung 'kan, Mas?" tanya Zoya. Kini keduanya sudah ada di dalam mobil menuju kantor dan akan menjenguk Nenek sore setelah pulang kantor. Gama lebih dulu menyelesaikan pekerjaannya sebelum bertemu dengan Nenek. "Jangan terlalu dipikirkan Sayang. Niatnu sudah baik saja, aku sudah senang. Jangan lagi sedih ya! Kita lanjutkan hidup kita. Sudah cukup masa lalunya. Dengan niat mendamaikan saja itu sudah lebih dari cukup. Biarkan jika Zein belum mau membuka pintu maaf. Bukan tugas kita memaksa atau memikirkan itu terlalu dalam." "Iya, Mas." Gama segera melajukan mobilnya menuju kantor dengan Zoya yang memilih mengistirahatkan hati dan pikirannya terlebih dahulu. Zoya memejamkan kedua mata bersandar pada jok mobil. Hari ini sungguh luar biasa untuknya. Beruntung Gama mengerti dan tak menuntut apapun. Zoya merasa bersyukur memiliki Gama. Kegiatan mereka lanjut di kantor. Banyaknya pekerja membuat mereka cukup sibuk hari in

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 109. Maaf dan Berdamai

    "Jangan terlalu angkuh, Zein! Aku tau kamu kesepian." Gama terus memperhatikan Zein. "Aku hanya ingin melihat kondisi kamu bukan ingin membuat kamu malu. Aku berharap kondisimu pun segera pulih." Gama menarik nafas dalam berusaha untuk tetap bersabar menghadapi Zein. Jangan sampai terpercik emosi yang mengakibatkan kegaduhan di sana. Namun Zein hanya diam saja tak menjawab. Zein juga enggan menoleh ke arah Gama dan Zoya. Masih betah dengan diamnya setelah mengusir keduanya. Melihat itu pun, Zoya melepaskan genggaman tangan Gama hingga membuat sang suami menoleh ke arahnya. Zoya yang masih membawa buah tangan tadi pun membuka suara. Dia lebih dulu menarik nafas dalam sebelum mengajak Zain bicara. "Mas, kami datang dengan niat baik. Rencana ini kami persiapkan dari kemarin setelah mendapat kabar jika kamu masuk rumah sakit." "Aku belikan buah untukmu. Ini buah kesukaan kamu, Mas. Semoga kamu suka dan cepat sembuh. Dimakan ya, Mas." Zoya dengan lembut mengatakan itu. Dia

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 108. Menjengukmu

    Zoya tercengang mendengar Gama yang mencecarnya. Baru masuk sudah diberondong banyak pertanyaan seperti itu. Oh Astaga Gama Prasetyo. Kok bikin gemas ya. "Mas ini masih pagi loh. Aku beli itu nggak semua buat Mas Zein tapi untuk kamu juga. Kamu nggak mau makan buah? Nggak bosen makan buah dada terus? Jangan cemburu akh!" ujar Zoya santai. Menanggapinya kudu santai, kalau tidak malah ribut pagi-pagi di mobil. Lagi pula Zoya tak merasa menjadi tersangka. Gama saja yang sedang mode ugal-ugalan. Mungkin cinta pria itu yang sudah tumpah-tumpah makanya jadi sangat posesif sekali. Sementara Zoya tidak terlalu ingin menanggapi. "Serius buat aku?" tanya Gama kemudian kembali melirik kantong belanjaan yang ada di jok belakang. Dia tidak tau kalau isinya ada dua kantong yang mana salah satunya adalah untuk dia. "Hhmm... Jangan marah begitu, Mas! Sudah aku katakan kalau cintaku sudah mentok untuk Mas Gama Prasetyo. Apa masih kurang validasi?" tanya Zoya yang dijawab decakan oleh Gama

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status