Zevanya panic karena dia tak sengaja melirik ke arah jendela pesawat. Ternyata pesawat yang mereka tumpangi sudah sampai di tempat tujuan. Namun suaminya masih saja bermain-main dengan gundukan kembarnya.“A-ale, sayang. kita sudah emh … kita sudah s-sampai,” Zevanya berusaha mengatur napas dan fokusnya.Alejandro masih saja dengan kegiatan menyusu bak anak kecil. tak menghiraukan teguran istrinya.“Sayang, Ale sudah. Kita sudah sampai,” Zevanya mau tak mau menangkup wajah suaminya dengan kedua telapak tangannya. Dia juga mengarahkan wajah Alejandro ke jendela yang berada tepat di sampingnya.Alejandro yang melihat pesawat sudah berhenti pun memelas. Wajahnya menunjukkan yang tak rela jika harus berhenti ditengah jalan pun memeluk istrinya erat. “Aku masih kurang,” rengeknya.“Masih banyak waktu yang akan kita habiskan. Jadi ayo, aku juga tak sabar dengan berbagai kegiatan yang akan kita lakukan,” seru Zevanya.Alejandro senyum bahagia. Karena dia juga tak sabar menghabiskan waktu den
Sampai di hotel, pasangan suami istri ini langsung menghamburkan tubuhnya di ranjang. Rasa lelah mulai mereka rasakan.Zevanya pamit untuk mandi terlebih dulu. Alejandro sangat ingin ikut tetapi ada telpon dari Lian yang membuatnya tak bisa mandi bersama sang istri.“Angkatlah, aku mandi dulu ya. Setelah itu aku akan telpon anak kita,” tutur Zevanya.Alejandro mengangguk dan langsung menggeser tombol hijau di layar ponselnya. “Ada apa?” tanyanya tanpa basa-basi.“Aku jadi ingin menikah juga, Bos,” rengeknya dengan nada berat dan mendayu. “Kau mabuk?” tebak Alejandro. Seperti biasa Lian memang sering begitu jika sudah mabuk. Memang sinting, menelpon orang lain yang tengah bulan madu. Dan mengadu jika ingin menikah juga.Wajah Alejandro tak seramah barusan. “Kalau memang taka da yang penting kumatikan.”“Aku sedih. Zeva ingin menjodohkan Ana dengan pria lain. Aku mendengarnya sendiri. Kau tahu? Dan Ana juga mau datang ke kencan buta yang dipersiapkan Zeva. Aku harus bagaimana?” tanya
Hidup terasa hambar. Tak ada hal yang menarik yang bisa dilakukan dan dirasakan. Dari dulu semenjak kepergian wanita itu hidupnya jadi abu-abu. Kertas putih yang bersih, bertuliskan tinta membentuk cerita kisah dua insan saling cinta. Namun nyatanya musnah. Tinta hilang melebur bersama derasnya hujan. Sampai kertasnya kusut tak berbentuk dan juga tak lagi putih.Untuk kembali seperti sedia kala? Sudah pasti tak mungkin. Jika pun mungkin pasti akan sulit. Butuh waktu, entah seberapa lama.Dikatakan pulih? Belum, tapi hampir. Jika bisa dia ingin menghapus seluruh hidupnya yang dipenuhi kenangan buruk tentang wanita itu. Apa daya, sayangnya tak bisa.Inilah Victor yang sekarang. Duduk sendiri dalam keramaian. Padahal jika ada music yang mengalun kencang dengan beat yang tak kalah asyik. Pria itu pasti sudah menggoyangkan badannya sembari memegang gelas berisi minuman penenang sementara itu.Semenjak sahabatnya menikah, Victor jadi mencari arti kata cinta dan setia. Apa masih ada kata cin
Jemari besarnya membelai lembut kepala sang kekasih hati. Dia merapikan anak rambut yang tersusun rapi di sana. Terakhir kali membubuhkan ciuman mesra sebelum dia memutuskan membangunnkan istri tercinta.CUP!“Sayang? Bangun, hm?” ucapnya lembut.Masih belum bangun juga. Malah tangan yang baru saja membelai rambut dan wajah wanita cantik jelita itu kini sudah berada di dekapan menambah rasa nyenyak.“Anya, sayang. kita harus pergi ke tempat lain. Jadi kau harus bangun sekarang juga,” Alejandro kembali membelai lembut rambut istrinya. Karena tak kunjung bangun, muncullah ide konyolnya.Pria itu memaksa Zevanya agar membuka matanya. Jari kedua pria itu menarik paksa agar istrinya melek.“Ale!” teriak Zevanya pada suaminya yang sudah mulai menjengkelkan dipagi hari.“Fuh!” Alejandro malah dengan iseng meniup mata Zevanya yang baru saja ia paksa untuk melek. Pria ini memang sengaja mengajak perang dunia kesekian.“Astaga! Kau! Benar-benar ya. Alejandro!” seketika nyawa Zevanya dengan inst
Zevanya masih melanjutkan mimpi indahnya yang sempat tertunda karena ulah suaminya yang memaksanya bangun. Wanita itu terlalu lelah karena diserang habis-habisan oleh suaminya.Alejandro tak mau menganggu waktu istrinya. Karena nanti mereka akan mengunjungi tempat yang akan menguras tenaga. Maanya dia membiarkan Zevanya untuk beristirahat. Karena perjalanan juga masih panjang. Alejandro juga merasakan kantuk hingga ahirnya sama dengan sang istri. Mereka berdua tertidur di pesawat dalam perjalanan menuju destinasi selanjutnya.Setelah beberapa kilometer pesawat yang membawa sepasang suami istri ini sudah memasuki kawasan bersalju.Pramugara memberanikan diri untuk membangunkan Alejandro. Karena jika ia membangunkan istri bossnya akan dilahap habis. Karena dia masih sayang nyawa karena tak berani berkomunikasi atau bahkan menatap Nyonya Alejandro. Makanya dari itu pramugara memberanikan diri membangunkan Alejandro.“T-tuan …” saking takutnya pramugara itu gugup dan seluruh badannya geme
Dua sejoli makin hari main mesra. Bak menebus masa yang pernah mereka lewatkan. Tak hanya itu, dengan hanya menjalani hidup dalam seminggu ini hanya berdua. Siapapun yang melihatnya mereka seperti belum punya anak. Karena tingkah mereka seperti kaula muda yang sedang kasmaran.Padahal jika mereka tahu, ini adalah misi Alejandro untuk mendapatkan adik untuk Matthew, anaknya. Makanya dia tak mau menyia-nyiakan waktu saat sedang menghabiskan waktu berdua saat bulan madu bersama istrinya. Karena jika mereka sudah kembali kerutinitasnya pasti akan sangat disibukan oleh pekerjaan dan harus fokus pada Matt juga.Setelah hampir dua minggu pergi bulan madu mereka. Malam ini adalah malam terahir karena besok harus kembali ke London. Ibu satu anak itu sudah tak isa lama-lama lagi berpisah dengan anaknya. Alejandro hanya bisa mengiyakan meski dia masih belum puas. Bukan karena tak ingin pulang bertemu Matt, anaknya. Tetapi hanya masih kurang saja untuk berduaan dengan istrinya.Zevanya menimati
Inilah hari yang ditunggu Matthew. Bocah kecil itu sudah tak sabar menunggu kepulangan kedua orang tuanya.“Opa! Oma! Aku sudah siap!” bocah itu menunjukkan outfit kerennya pada kedua pasangan yang tak lagi muda, Ronald dan Bianca.“Tuh, lihat cucuku sangat mirip denganku ya. memang darah tampan, kharismatik dan keren ini mngalir deras pada keturunanku,” Ronald bersendekap tangan dan dengan bangga memamerkan cucunya pada istinya, Bianca.Istrinya yang hanya menggelengkan kepala malas meladeni hanya bisa berlalu melewati suaminya. Dia langsung mengajak cucunya masuk mobil yang sudah siap dari tadi.“Hey, kenapa tak ada yang merespon sih?!” gerutu Ronald.“Ahahhaha Opa dicuekiin?” tak bisa menahan klakar dari Opanya Matt jadi tertawa kencang.Hal itu makin membuat pak tua itu jadi makin kesal. “Matt, jangan dicontoh Omamu yang begitu. Tidak baik menyueki orang lain. Oke?” sambil masuk ke dalam mobil.Matt yang ada dipangkuan Bianca mengangguk mendapat nasihat dari Opanya. “Siap Opa!” ta
Rutinitas kembali seperti biasa. Alejandro harus ke kantor, sedangkan Zevanya ingin mngunjungi galeri barunya. Beruntung ada tim yang membantunya. Dan juga beberapa orang tim lamanya memilih untuk pindah ke London demi Zevanya.Pagi ini di tempat baru yang penuh dengan barang-barang yang baru saja di kirim dari galeri lama telah sampai. Jangan ditanya seperti apa kondisinya. Masih sangat berantakan, kacau. Tetapi ada beberapa orang yang sampai juga untuk membantunya menata beberapa lukisannya.“Maaf, anda siapa?” tanya Zevanya karena dia tidak merasa kenal dengan beberapa orang berbadan tinggi dengan otot besar itu.“Oh, maaf, Nyonya. Kami belum memperkenalkan diri. Kami orang yang diperintahkan oleh tuan Alejandro untuk membantu Nyonya hari ini di galeri sampai selesai,” ucap salah satu dari mereka dengan sopannya.Zevanya terdiam setelah mendengar penjelasan dari seorang yang mengaku suruhan dari Alejandro.“Terima kasih,” tutur wanita cantik jelita itu. Akhirnya para lelaki berbada