Sebelumnya ia tak pernah merasa sekecewa ini pada Tessa. Ternyata sesakit ini dikhianati orang yang kita percaya. Apalagi dalam ikatan suci yang diucapkan pada Tuhan di altar pernikahannya dulu dengan Tessa.Bagi Alejandro pernikahan itu janji suci yang tak dapat diingkari. Sedari dulu dia menjungjung tinggi komitmen. Ia tak pernah sedikit pun mengkhianati Tessa. Maka dari itu semua orang bilang dia bodoh.Itu semua bukan cinta, melainkan sebuah kedunguan yang pernah ia lakukan seumur hidup menyangkut Tessa. Jika saja dulu dia mendengarkan apa yang dikatakan Victor, Alexandra dan juga Bianca-mamanya. Mungkin kehidupan pernikahannya tak akan seperti ini.Dia sampai rela menjadikan oranng lain sebagai korban atas keinginan ia dan keluarganya. Ya, Zevanya adalah korban atas keinginan keluarganya untuk memiliki keturunan. Bahkan ini semua ide Tessa. Meski mereka disatukan oleh kontrak yang sama-sama menguntungkan. Namun tak bisa mengubah jika kenyataannya Alejandro mendapat kecurangan ata
Perasaan Bianca dan Ronald tak setenang har-hari kemarin. Ada banyak kejutan akhir-akhir ini. Mulai dari Lidya yang ternyata Ibu dari wanita yang menjual Rahim pada putra satu-satunya itu. Ada rasa senang karena ternyata anaknya dan anak sahabatnya bisa bersatu. Apalagi dengan kehamilan Zevanya. Mbuat Bianca dan Ronald merasa lengkap. Meski penyatuan mereka karena kontrak yang mereka buat.Tetapi tak selang beberapa waktu saja. Bianca dan Ronald mendapat kabar kalau Alejandro membuat wanita cantik itu sedang terbaring di rumah sakit ini.PLAK!!Sebuah tamparan mendarat dipipi Alejandro.“Apa yang kau lakukan pada Zeva, Ale!” pekik Bianca.Tak butuh waktu lama Bianca sudah menghamburkan tubuhnya pada Zevanya yang sudah ada di brankar rumah sakit. Belum juga ada tanda-tanda siuman dari wanita malang itu. belaian lembut tak henti Bianca ulurkan pada kepala Zevanya. Pelupuk matanya pun banjir dipenuhi linangan air mata.Bagaimana dia akan menjelaskan pada sahabatnya, Lidya. Bahwa putranya
Apa yang akan dilakukan wanita ini. Patah arah. Tak tau harus memulai dari mana. Suaminya sudah tak peduli lagi dan bahkan sudah mengusirnya dari kediaman yang sudah mereka singgahi selama beberapa tahun belakangan.“Siapa yang berani-beraninya mengirimkan itu pada Ale!”“AAAA!” jerit Tessa, tangan menjambak rambut yang biasanya terawat. Namun nyatanya kini jika ada orang yang melihat kondisinya, sudah pantas dijuluki orang gila seperti pada umumnya.“Hai, calon janda ….” sapa seseorang yang paling dia benci di dunia ini.Victor menyapanya seperti tanpa dosa.“W-Wait, belum ketuk palu kau sudah jadi gila begini. Ahahahaha …” tawa Victor renyah.“Bajingan kau! Ini semua ulahmu!” teriak Tessa menghadap layar ponsel yang di sana jelas terpampang wajah Victor pula.“Untuk kali ini bukan aku baby.” wajah serius Victor sejenak mengelabui Tessa.“Ahahaha tapi aku senang dengar kabar yang fantastis ini. Aku menunggu ini semua jadi viral. Tapi kalau ini semua viral kau akan banyak job atau …?”
Mulut mulai terbuka menerima suapan dari pria yang telah membuat dirinya hampir saja kehilangan nyawa. Makanan yang tersaji di atas sendok berhasil dilahap habis oleh Zevanya. Sedang ia mengunyah, sentuhan lembut yang mengusap luka dibibirnya.“Maafkan aku. Aku tak bisa mengontrol emosi.” Alejandro menghela napas saat maniknya menatap lekat pada sudut bibir Zevanya yang terluka.Ia juga melihat jelas bekas kemerahan yang hampir pudar. Bekas itu melingkar di leher wanita cantik itu. Ya, luka memar bekas cekik yang dilakukan Alejandro di luar kesadarannya. Akibat dari amarah yang membabi buta.Zevanya hanya diam tak membalas tatapan yang mengarah wajahnya. Ibu hamil itu tak juga masih kecewa terhadap Alejandro. Setiap mereka bertemu hanya penyiksaan yang diterimanya. Apakah ini memang takdir hidupnya? Menjalani kehidupan dengan perlakuan keras, hina dan cacian juga sudah biasa ia dengar dari mulut buas Alejandro.“Aku sudah bilang. Aku bisa makan sendiri. Kalau kau hanya bisa menyuapi s
“Hei kenapa bengong, Zeva? Apa omonganku ada yang buat kau tersinggung?” Anastasia tak enak hati karena Zevanya diam tak menanggapi ucapannya.Entah apa yang dipikirkan Zevanya. wanita itu takut ibu hamil ini berpikiran yang tidak-tidak. Karena yang Anastasia tau ibu hamil mempunyai mood swing yangtak bisa diprediksi seperti apa.“Ee … Zeva abaikan saja omonganku yang tadi. Toh kau tahu sendiri aku asal nyeplos kalau bicara.” Anastasia berusaha mencairkan suasana agar Zevanya juga tak memikirkan hal-hal yang membuatnya kepikiran.“Oh, ya. Kau tahu? Hari ini adalah hari tersialku.” Hembusan napas kasar Anastasia sampai terdengar.Zevanya penasaran kenapa sahabatnya berubah sesebal dan semasam ini wajahnya.“Kenapa?” tanya Zevanya.“Kau tahu? Di café karyawan dan pelanggan sama-sama membuatku naik pitam. Kau tahu kan seberapa sabarnya aku? Sampai-sampai ingin rasanya merobek mulut mereka. Hah …”Zevanya masih diam menyimak dan menahan tawanya. Sudah lama mereka tak saling bertukar cerit
“Kau bisa turunkan aku sekarang. Apa segitu tak percayanya kau denganku? Aku akan menjaga anak kalian, Ale.” Zevanya yang masih dalam gendongan Alejandro akhirnya jengah.Zevanya seakan tak dipercaya oleh pria itu. Itu mengapa dia merasa kesal. Toh yang membuatnya jadi masuk rumah sakit juga karena siapa? Jika tak karena perlakuan kasar Alejandro juga dia tak akan jadi seperti ini.Kesalnya lagi Zevanya merasa seperti ini semua karena ulahnya. Harus minum obat penguat kandungan dan bedrest. Alejandro ini sangat mengganggu mood ibu hamil. Beruntung Zevanya tak sampai mengamuk padanya. Sebenarnya dia sangat ingin sekali melempari wajah Alejandro dengan batu karena saking geramnya.“Eh, jangan nanti wajahnya tak tampan lagi.” Gumam Zevanya.Alejandro yang mendengarnya pun jadi tak bisa mengalihkan pandangannya dari Zevanya. dia baru saja merebahkan tubuh wanita itu di atas ranjang.“Kau bilang apa?” sungut Alejandro.“E-eh apa?” Zevanya sok polos. “Alamak, ternyata dia dengar. Matilah ka
Koper terakhir sudah ada di depan pintu mobil. Semua barang-barang Tessa sudah siap bawa pergi.“Boleh aku memelukmu untuk yang terakhir, Ale?” wajah bengkak karena terlalu sering menangis itu membuat Alejandro menganggukkan kepalanya. Menyetujui keinginan Tessa. bukan hal yang berat jika hanya memberikan sebubah pelukan perpisahan.Mereka berpelukan beberapa saat. Tessa enggan untuk melepas. Wanita itu masih belum rela berpisah dengan Alejandro.Memang penyesalan datang di akhir. Hal ini tak pernah terpikirkan oleh Tessa. Karena sejatinya dia hanya memikirkan karir dan kesenangan semata. Yang ternyata itu hanya sementara.Beberapa hari sebelum kejadian hari ini. Hari Alejandro meminta dia untuk menandatangani berkas perceraian. Tessa merenungi semua. Andai saja dia tak seceroboh itu. Mungkin saat ini dia masih menjadi bagian dari Ricardho.Menjalin hubungan dengan James juga bukan tujuan akhirnya. Tetapi Alejandrolah tempat ia kembali pulang. karena dia merasakan cinta yang sesungguh
Matahari pagi menembus tirai yang semalam terutup rapat. Cahaya hangat itu menembus sampai pipi mulus Zevanya. Ibu hamil itu mengusap matanya lembut. Tangannya meraba tempat yang semalam milik Alejandro. Namun tak karena kosong Zevanya terpaksa harus bangun mencari Ayah dari anak yang sedang dikandungnya itu.Niatnya urung saat ingin turun dari ranjang, “Ale, kau sedang apa? Apa ada bisnis luar kota?” Zevanya masih mengusap mata.Alejandro yang melihat Kekasih hatinya bangun. Dia langsung menghentikan aktivitasnya dan menghampiri wanita yang sedang duduk di pinggir ranjang.“Kau sudah bangun rupanya.” Alejandro mengecup pipi Zevanya.“Aku menyiapkan semua keperluanmu untuk berlibur. Semalam kan kau bilang ingin liburan.” Pria berjongkok menghadap perut tambun Zevanya.Zevanya tercengang. Dia memang bilang ingin berlibur semalam, tetapi tak menyangka kalau paginya pria itu sudah menyiapkan semua keperluan untuk berangkat berlibur hari ini juga.“Ale, kau … kenapa kau langsung menurutik
Hari yang ditunggu kedua pasangan yang paling bahagia hari ini pun akhirnya datang juga. Ini adalah hari di mana Lian dan Anastasia mengikrarkan janji suci dalam ikatan pernikahan.Wanita cantik itu dibalut gaun putih dan wedding veil menjuntai, terlihat sangat elegan. Dia berjalan dengan anggun menuju altar. Sedangkan Lian menunggu dengan haru melihat kecantikan wanita yang sebentar lagi menjadi istrinya.Mereka berudua pun akhirnya mengucap janji suci yang mengandung makna sangat dalam. Lian menyematkan cincin dijari manis Anastasia dan begitu pula sebaliknya.“Silakan kedua mempelai berciuman sebagai tanda bahwa pernikahan kalian telah resmi menjadi seasang suami istri.”Lian membuka veil yang menutup wajah istrinya. Menatap keindahan Anastasia dengan penuh haru. Akhirnya Lian mengecup mesra sang istri. Anastasia menyambut lumatan lembut Lian. sorak riuh keluarga, sahabat dan para tamu menjadikan kebahagiaan kedua pasangan itu menjadi lengkap.“Selamat Ana!” pelukan hangat dari Zev
Zevanya senang, karena dia mendapat jawaban sebelum bertanya lebih jauh ada wanita yang ada di depannya saat ini. Mungkin karena mereka sama-sama wanita. Zevanya tahu banyak dan mengerti gelagat dari Valerie saat dia menyebut nama pria yang menjadi sahabat karib suaminya.Karena ini baru pertama kali bertemu. Seperti biasa, layaknya orang-orang pada umumnya untuk menanyakan hal-hal ringan untuk berbasa-basi.Itu juga tujuan Zevanya gar bisa lebih dekat dengan Valerie. Bisa jadi mereka akan menjadi sahabat. Smaa seperti hubungannya dengan Anastasia.Tanpa sungkan, Zevanya to the point. “Val, apa kau ada pria yang disuka? Atau sekarang sedang menjalin hubungan dengan pria?”Valerie mengangguk pelan. Tetapi dengan wajah sedih.“Ooh, maaf aku terlalu ikut campur ya dan blak-blakan ya. kalau kau tak nyaman tak perlu kau jawab juga tak apa, Val.” Semenjak kehamilan yang kedua ini memang Zevanya lebih atraktif dan blak-blakan. Tapi dia akan segera menyesali setelahnya.“Tak masalah, Zevanya.
Dua bulan berlalu dengan kisah senang dan bahagia. Namun ini ujian bagi kedua pasangan aling romantis dan bucin. Siapa lagi kalau bukan Alejandro dan Zevanya. Mengapa begitu? Karena sudah hampir 3 bulan ini pria itu tersiksa.“Uweck! Uweck! Haah …” wajah pucat pasi Alejandro mengenaskan.Bukan karena sakit, tapi inilah masa-masa morning sickness yang bisa menyerang kapan saja. Zevanya yang sedang menikmati makanan, mendengar suaminya muntah-muntah jadi lari menghampiri Alejandro.“Astaga, sayang! Ya ampun. Kau tak apa?” Zevanya memeluk suaminya yang sedang dalam kondisi lemas di lantai. Dia kehabisan tenaga karena selalu mual dan muntah.Ya, tebakan kalian benar. Bukan Zevanya yang diserang morning sickness, tetapi Alejandro. Pria itu hampir kehilangan berat badan hingga 10 kilo dalam 3 bulan ini.“Sudah mulai reda. Hanya tinggal mualnya saja.” sahut Alejandro dengan nada suara yang sangat pelan.“Kita duduk dulu ya. Aku buatkan teh chamomile dengan madu.” Zevanya membantu suaminya h
Tubuh wanita yang lemah dan ringkih yang ada didekapan Victor ini sedari tadi gemetar. Seperti menggigil, namun bukan kedinginan. Melainkan terlalu takut. Victor membobong tubuh kecil Valerie dan membawanya ke ranjang. Tak lupa dia memastikan keamanan daerah sekitar sebelum menutup rapat pintu dan jendela.Setelah menutup rapat pintu dan jendela ia kembali ke kamar tempat di mana Valerie berada. Ketika mendekat dan tidur di sampingnya. Wanita itu masih saja diam membisu sembari menggigit kukunya.Victor dengan secara perlahan memegang tangan dan menurunkan agar tak digigit karena sudah ada beberaa luka di sana.“Kau masih shock?” tanya Victor lirih.Mengerti akan apa yang dirasakan wanita itu. Jadi Victor tak memperpanjang pertanyaannya.“Tidurlah. Aku akan berada di sini menemanimu,” pria itu meraih tubuh mungil Valerie agar mendekat dan berada dalam pelukannya. Hal ini agar Valerie merasa aman dan nyaman.Tak butuh waktu lama. Wanita itu sudah tidur nyenyak. Pandangan Victor meneraw
“Uweck! Uweck!” suara Zevanya menggema memenuhi kamar mandi. Wanita itu memegangi perutnya yang sangat tak nyaman sekali. Rasa mualnya tak bisa ia tahan.“Sayang! Kau kenapa? Kau tak enak badan? Hm?” Alejandro masuk ke kamar mandi dengan napas yang terburu-buru. Pria itu khawatir dan panik jika Zevanya sampai sakit.Wanita itu lemas dan untungnya Alejandro dengan sigap memeluk sang istri.“Kita ke dokter ya,” usul pria tersebut.Zevanya mengangguk lemah. “Tak perlu, aku mungkin sedang magh.”“Dari beberapa hari lalu memang nafsu makanmu tak seperti biasanya. Kenapa kau tak bilang padaku? Kalau aku tahu akan begini, kau tak akan kuperbolehkan untuk ikut andil dalam menyiapkan hari ini.” Pungkas Alejandro yang membelai pipi sang istri.Wanita itu segera menggeleng agar menenangkan sang suami yang daritadi panik. “Sayang, aku juga ingin menyiapkan kejutan untuk anak kita. Aku tak apa. mungkin besok sudah baik-baik saja. Kita keluar, mereka sudah menunggu.” Ajak Zevanya.“Kalau kau masih
Seperti pasangan pada umumnya yang sedang dimabuk cinta. Lian sampai enggan tak mau pulang saat Anastasia menyuruhnya. Alhasil pria itu menginap di apartemen Anastasia. Entah sejak resmi menjalin hubungan, Lian jadi sangat manja. Meski jahilnya tetap ada.“Hey! Bangun!” Anastasia taka da mesra-mesranya saat membangunkan Lian.Pria yang sedang nyenyak dan asyik menikmati mimpi indahnya itu terganggu. Bagaimana tidak? Siapa yang akan baik-baik saja dengan erangan singa dipagi hari.Bukannya membangunkan dengan mesra, dengan kecupan manis. Eh, ini seperti singa mengamuk saja. tak manusiawi.“Kau kapan akan menjadi wanita anggun? Ck! Suaramu itu sudah seperti singa betina yang sedang PMS!” Lian menggerutu kesal. Rambut acak-acakan dan wajahnya masih wajah bantal.“Kemarin kerbau, sekarang singa. Besok kau mau ternak apa lagi?” wanita itu berang sekali karena selalu disamakan dengan hewan yang tak ada cantik-cantiknya.Lian malah memeluk inggang raming Anastasia yang sedang duduk dipinggir
Wanita yang hampir setiap hari mengenakan pakaian pasien dengan wajah khas pucatnya. Kini berubah mengenakan pakaian dress cantik dengan tubuh yang mulai berisi dan rona wajah yang mulai berwarna.Wanita itu telah selesai membereskan semua barang-barang untuk dibawa pulang. namun pandangannya teralih pada sosok yang baru saja membuka pintu dan masuk menemuinya.“Kau sudah siap?” pria itu celingukan melihat barang sudah rapi dikemas dan mencari apa yang belum terjangkau namun ternyata nihil. “Kau merapikan semua? Kenapa tak bilang padaku? Aku bisa membantumu.”Dengan tegas wanita itu menggelengkan kepalanya. “Tak perlu, tubuhku sudah segar. Aku juga terlalu lama terbaring di ranjang itu. Jadi inilah yang harus kulakukan untuk melemaskan otot dan menggerakkan sendi-sendi tulang agar tak kaku.”“Apa aku sudah boleh meinggalkan ruangan ini sekarang? Karena semua sudah beres.” Valerie bertanya untuk memastikan pada Victor yang masih menatapnya dengan tatapan tak percaya.“Victor? Apa aku s
Hari-hari makin jadi menyenangkan. Tak lagi seperti biasa, kehidupan menjadi lebih lengkap semenjak hari itu. Ya, hari di mana pria ini kalut dan gelisah karena ia pikir akan kehilangan apa yang belum pernah ia dapatkan.Jelasnya, Lian takut akan kehilangan Anastasia yang belum pernah ia dapatkan seutuhnya. Ia tak akan sanggup menjalani hidup yang pernah dijalani Alejandro sebelum bertemu dengan Zevanya kembali. Bagaimana ia akan semampu dan seberani itu.Maka dari itu beruntung Alejandro membantunya saat itu untuk mendapatkan wanita yang ia cintai sebelum ia kehilangannya.“Aku sudah sampai kantor. Kau sudah bangun?” tanya Lian yang menempelkan benda pipih pada telinganya. Berjalan menyusuri koridor dengan senyum khas orang kasmaran pada umumnya.“Aku baru saja bangun saat kau telpon,” suara wanita dibalik benda pipih yang Lian pegang itu terdengar tertawa kecil.“Wah, apa tidurmu senyenyak itu? Apa tidurmu seperti kerbau?” ejek Lian. Jika dengan Anastasia memang pria ini suka sekali
Alejandro heran karena hampir setiap telpon selalu dia yang mematikan duluan. Namun kali ini berbeda.“Kenaa dia menutup telpon? Padahal aku belum selesai bicara. Dasar anak tak punya adab.” Gerutu Alejandro yang masih memandangi ponselnya heran.Zevanya yang melihat suaminya agi-pagi buta begini sudah marah-marah tak jelas pada ponselnya langsung segera menghampiri. Wanita itu masih berbalut bathrobe habis mandi.“Kenapa pagi-pagi begini kenapa sudah marah-marah? Hm?” tanya Zevanya yang langsung duduk dipangkuan sang suami.Alejandro memeluk pinggang ramping sang istri. “Aku telpon Victor. sudah beberapa hari dia tak menampakkan batang hidungnya. Makanya tadi sambil menunggumu mandi aku video call dia. Ternyata dia ada di rumah sakit bersama wanita.” Jelas Alejandro sambil menatap wajah cantik Zevanya.“Victor sakit? Kenapa kau malah marah? Harusnya kita jenguk dia. Ayo siap-siap,” Zevanya yang tak mendengar kelanjutan cerita suaminya un langsung beranjak dari pangkuan Alejandro. Kem