Share

Jujur

Penulis: Buluh Perindu
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-17 20:10:36

"Katakan dengan jujur, Nan! Bapak tak mau uang ini akan menjadi pemicu masalah dalam rumah tanggamu!" ujar Pak Irwan dengan nada tegas.

Mengenal baik puterinya sejak kecil, ada sesuatu yang disembunyikan Kinan saat menyerahkan amplop tadi. Raut wajahnya tak benar-benar tenang, itu menurut pandangan Pak Irwan. Semoga saja, prasangkanya salah.

Kinan diam. Lidahnya terasa kelu. Haruskah dirinya jujur mengakui jika Ardi tak tahu menahu tentang uang yang diberikannya ini? Kinan merasa tak harus memberitahukan laki-laki yang bergelar suaminya itu tentang sesuatu yang tak akan melibatkan dirinya sama sekali. Kinan yang meminjam, Kinan pula yang akan membayarnya. Dan yang terpenting lagi, pembayaran pinjamannya itu tak akan menggunakan uang Ardi sama sekali. Lantas untuk apa suaminya itu tahu?

"Jujur saja, Nan! Kamu tahu Bapak paling tak suka dibohongi bukan?" Tegas Pak Irwan mengucapkan kata.

Menanamkan kejujuran sejak kecil pada anak-anaknya, pasangan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • RAHASIA SUAMIKU   Pengakuan

    "Tempat kembalinya seorang anak adalah orang tuanya, Nan. Seburuk apa pun anaknya, sejelek apa pun tanggapan orang nantinya, sekecewa apa pun orang tua pada anaknya, kami akan menerima anak kami dengan kondisi apa pun. Tak lagi ada kata kecewa dan amarah jika itu memang suratan takdir yang harus terjadi. Apa pun pilihan hidupmu nanti, Bapak dan Ibu akan membuka tangan ini selebar-lebarnya. Anak selamanya akan menjadi anak, walaupun suami suatu saat mungkin bisa menjadi mantan suami," ujar Pak Irwan dengan nada perlahan. Mencoba menutup rasa kecewa yang melingkupi bilik hatinya."Apa masalah rumah tanggamu yang tak kami tahu, Nan?" Kali ini sang ibu yang melemparkan tanya. Memandang sendu pada sulungnya. Kinan diam sesaat. Mencoba mengumpulkan kekuatan yang sepertinya habis tanpa sisa. "Ibu dan Bapak percaya jika Bang Ardi tak pernah menyerahkan gajinya padaku?" tanya Kinan sembari menundukkan kepalanya."Apa??? Kamu tak sedang bercanda kan?" tanya Pa

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-17
  • RAHASIA SUAMIKU   Negoisasi

    Satu minggu berlalu tanpa terasa. Kinan sibuk dan tak sempat lagi untuk berkunjung ke rumah orang tuanya. Waktunya habis untuk mencari uang, walaupun bukan kepala keluarga.Senin sampai Jumat bergelut dengan dunia anak-anak. Hari Minggu diisinya dengan menerima tawaran manggung sesuai arahan pimpinan grup mereka. Lelah sudah pasti terasa. Namun apa hendak dikata, semuanya demi helaian uang yang sudah ada alokasinya."Bang, pernikahan Sekar kan hari Minggu nanti. Kita mau pergi ke sana hari apa? Tak mungkin jika perginya hari Minggu kan?" Tanya Kinan sembari menyetrika pakaian di depan televisi.Hari sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Rafif pun sudah tidur sejak setengah jam yang lalu. Waktu yang harusnya dapat digunakan untuk beristirahat diabaikan Kinan. Tumpukan pakaian selama dua hari yang belum sempat disetrikanya sudah menanti.Ardi yang sedang duduk memainkan gawainya di kursi panjang tak jauh dari Kinan tampak menatap dari kejauhan. Me

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-18
  • RAHASIA SUAMIKU   Letih Raga, Lelah Jiwa

    "Mengapa harus merasa tak enak, Dek? Kan memang itu kemampuan kita. Tak bisa banyak membantu. Mau dikata apa? Tak usahlah selalu memikirkan orang lain dalam hidup ini! Pikirkan saja diri kita! Tak usah peduli apa yang dikatakan orang, selama kita tak pernah minta makan kepada mereka," ujar Ardi dengan tegas.Masih ada beberapa pakaian Rafif yang harus disetrikanya. Kinan melihat jam dinding yang terletak di atas televisi. Pukul sepuluh lebih lima belas menit. Matanya sudah mengantuk, namun pekerjaan ini harus dituntaskan. Besok hari Selasa. Jadwalnya piket sehingga harus datang lebih awal tentunya."Ini bukan terkait omongan orang, Bang. Ini hanya sebagai bentuk kepedulian kita kepada sesama saudara. Kepada keluarga. Abang bayangkan, kita di posisi mereka. Keluarga dekat kita tak membantu sama sekali. Sudahlah tak ada bantuan materi, tak ada bantuan tenaga pula. Abang masih punya malu kepada Bapak dan Ibu?" tanya Kinan dengan nada sinis.Sepertinya berbica

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-18
  • RAHASIA SUAMIKU   Tak Salah Lagi

    "Bang, kita makan dulu di warung ya! Sekalian salat Isya, jadi tak ribet lagi mau salat di rumah Ibu nanti," ujar Kinan dengan sedikit berteriak di arah telinga Ardi.Dengan kondisi angin dan kendaraan bermotor yang melaju cukup kencang membuat Kinan harus sedikit menaikkan nada suaranya. Apalagi arah laju kendaraan roda dua yang mereka naiki melawan arah angin."Jadi cari warung makannya yang dekat masjid kan, Dek?" tanya Ardi dengan suara yang sama kerasnya."Iya, kasihan Rafif. Pasti sudah kelaparan. Untung saja dia tertidur, Bang!"Putera Kinan itu memang sedang terlelap meski dalam posisi duduk di antara ibu dan ayahnya. Mantel tebal berwarna biru dengan penutup kepala berbentuk singa itu cukup menghangatkan tubuh mungilnya."Kamu juga, sudah dibilang, berangkatnya besok saja, masih nekad malam-malam begini."Kinan memang berhasil mendesak Ardi untuk berangkat ke rumah orangtuanya hari Jumat, meskipun harus di malam hari. Se

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-21
  • RAHASIA SUAMIKU   Kena Batunya

    Kendaraan roda dua itu kembali melaju menembus malam. Jalanan masih ramai walaupun hari sudah mendekati pukul sembilan malam. Tak ada percakapan selama sisa perjalanan.Tepat pukul setengah sepuluh malam, Ardi memasuki halaman rumah mertuanya. Tampak beberapa kendaraan bermotor masih ada di bawah tenda yang sudah terpasang rapi di depan rumah. Pelaminan pengantin pun sudah dipasang walaupun dekorasinya belum sempurna."Assalamu'alaikum," ujar Kinan saat melihat beberapa orang laki-laki sedang asyik mengobrol di depan rumah.Begitulah lazimnya kebiasaan di kampung Kinan. Setiap ada anggota keluarga yang hendak menyelenggarakan hajatan besar, anggota keluarga lain akan datang tanpa diminta. Membantu sebisa mungkin apa yang mereka bisa.Kaum wanita biasanya akan sibuk di dapur mengurusi bagian masak-memasak. Sedangkan kaum lelaki biasanya akan mengurusi bagian luar rumah, semacam perlengkapan dan lain sebagainya. Bahkan biasanya mereka akan beg

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-21
  • RAHASIA SUAMIKU   Resepsi Sekar

    Lafaz hamdalah mengalir dari setiap bibir orang yang hadir menyaksikan akad nikah Sekar dengan Deni. Kinan menitikkan air mata bahagianya saat melihat Deni menyentuh dahi adiknya lantas melafazkan doa. Sesuatu yang tak dilakukan Ardi saat menghalalkannya dulu.Pantaskah jika Kinan merasa iri dengan apa yang dialami adiknya saat ini? Bukankah dirinya dulu juga merasa bahagia saat mendengar akad yang diucapkan Ardi? Walaupun ternyata bahagia itu hanya sesaat, tak sebanding dengan kepahitan hidup yang harus dijalaninya hingga saat ini."Kamu menangis, Nan?"Sontak saja Kinan menolehkan kepalanya ke asal suara. Wak Siti yang duduk di sebelahnya mengusap punggung tangan kanan Kinan dengan perlahan."Kinan merasa bahagia, Wak. Tak menyangka akhirnya Sekar menemukan jodohnya. Semoga mereka bahagia, sakinah mawaddah warahmah. Bahagia hingga menua," ujar Kinan sembari mengusap bulir bening yang sempat membasahi pipinya."Kamu sendiri bahagia, Nan?"Lagi-lagi pert

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-22
  • RAHASIA SUAMIKU   Merendah?

    Tak ada niat dalam hati Kinan untuk membuat malu suaminya. Namun sepertinya laki-laki ini harus paham dan mengerti mengapa sang putra tak dekat dengan dirinya.Anak kecil lebih peka perasaannya, itu yang sering Kinan dengar dari para orang tua. Rafif merasa tak nyaman dengan ayahnya, mungkin karena sang ayah memang tak dekat dengannya. Tak pernah ingin mengakrabkan diri, memberikan kasih sayang untuk sang putera."Dek, didengar orang malu," tukas Ardi sembari menyikut lengan Kinan.Kinan menolehkan kepalanya sebelum akhirnya memutuskan duduk di kursi plastik yang berada di belakang Mang Rusdi, saudara sepupu ayahnya itu."Mengapa harus malu? Abang yang harusnya malu tak mampu mengurusi anak sendiri!" sahut Kinan saat melihat Ardi mendudukkan tubuh di kursi kosong tepat di sebelahnya.Kinan memutuskan memangku Rafif dan tak kembali ke dalam rumah. Lagi pula Sekar dan Deni pun sudah berjalan beriringan menuju ke pelaminan. Akad nikah selesai, tinggal resepsiny

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-22
  • RAHASIA SUAMIKU   Kinan Berkelit

    "Lima juta rupiah? Siapa yang bilang seperti itu? Bukankah kita malam kemarin hanya menyerahkan uang lima ratus ribu kepada Ibu? Mengapa jadi lima juta rupiah?" tanya Kinan pura-pura bingung sembari mengernyitkan dahinya.Kinan menggenggam sendok yang ada di tangannya kuat-kuat. Jangan sampai Ardi tahu bahwa dirinya saat ini sedang membohongi suaminya itu. "Jangan keras-keras mengatakan lima ratus ribunya! Tak enak didengar orang," sahut Ardi dengan cepat. Laki-laki itu menekan lengan Kinan sedikit lebih dalam, menegaskan pintanya sebelum Kinan kembali mengeraskan suaranya. Para penyanyi orgen tunggal sedang bersiap untuk memberikan penampilan terbaik mereka. Sementara pimpinan grup hiburan itu sedang mengecek suara alat musik mereka, sudah layak untuk didengarkan atau belum. Tentu saja tak ingin mengecewakan para tamu nantinya.Awalnya Kinan hendak meminta bantuan pada grup musik tempatnya bernaung untuk menjadi penghibur di acara resepsi adikn

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-23

Bab terbaru

  • RAHASIA SUAMIKU   Rahasia Yang Akhirnya Terungkap (ENDING)

    "Bang,dimana kau!" pekik Kinan dengan langkah yang tergesa. Mengabaikan tatapan heran dia lelaki yang memandangnya sejak mematikan mesin motor tadi. Tak peduli tanah yang sedikit becek akibat hujan sesaat barusan, Kinan tak dapat lagi menahan lama-lama emosi yang menggelegak di dadanya. Pernyataan yang disampaikan Fauzan tadi benar-benar membuatnya naik pitam. Mengapa sosok itu harus dia? Bukankah selama ini lelaki itu yang seolah menjadi sahabat dekat mendiang suaminya? Hanya berpura-pura ternyata. Lelaki itu tak lebih dari manusia munafik. Berpura-pura baik, menikam dari belakang. Kinan sempat tercengang saat mendengar nama yang disebutkan Fauzan itu. Menggelengkan kepala menunjukkan ketidakpercayaannya. Bahkan Kinan sempat meminta Fauzan mengulanginya kembali. Memastikan agar lelaki itu tak salah mengeja nama yang akhirnya akan menjadi fitnah. Namun Fauzan mempertegas semuanya. Gendang telinganya tak salah menangkap gelombang suara. Sosok i

  • RAHASIA SUAMIKU   Pengakuan

    Tak ada jawaban yang keluar dari bibir Fauzan. Lelaki itu tampak merasa serba salah. "Mengapa Abang tak menjawab pertanyaanku? Jangan bilang Abang menyesal telah mengatakan semua ini kepadaku!" tukas Kinan dengan tegas. Tatapan mata Kinan semakin menghujam. Membuat Fauzan semakin gelisah. Helaan napas panjang Fauzan terdengar jelas di tengah pemakaman yang sepi tanpa peziarah lainnya. Tampak beban berat seolah menggurat di wajah lelaki itu. "Abang tak bilang begitu. Hanya saja, Abang pikir semua kisah itu telah terungkap tanpa sisa. Ternyata Abang salah. Harusnya Ardi pergi tanpa belenggu rasa bersalah yang selalu membebaninya."Kinan mengernyitkan dahinya. Tak lama kemudian tangan kanannya bergerak ke arah pelipis. Memijatnya perlahan untuk menghalau rasa sakit yang mulai mendera. "Aku tak paham apa yang Abang katakan. Mungkin lebih baik Abang katakan saja langsung. Tak perlu berbelit-belit. Lagi pula aku tak ingin berlama-

  • RAHASIA SUAMIKU   Siapa Pelakunya?

    Fauzan tampak tersentak. Sepertinya tak menduga jika Kinan akan menanyakan hal ini kepadanya. "Mengapa Abang terlihat terkejut? Abang pikir … aku tak tahu semua itu? Aku tahu, bukan tak tahu apa-apa seperti yang Abang pikirkan."Kinan mencoba menepis keraguan di hati Fauzan. Dirinya tahu tentang masa lalu suaminya. Pun dirinya mencoba berdamai dengan semua itu. Walaupun perceraian yang semoga menjadi penyelesaiannya saat itu. "Setelah Ardi pergi? Atau justru saat awal kalian menikah dulu?"Kinan menggelengkan kepalanya. Perlahan namun pasti. "Bukan keduanya. Aku tahu beberapa waktu sebelum kepergian almarhum. Dan itu pun secara tak sengaja. Berawal dari banyak hal yang memang almarhum coba sembunyikan.  Namun Allah punya kehendak, yang mungkin tak sama seperti yang kita harapkan."Kembali Fauzan tertegun. Tak mampu lagi berkata apa-apa. "Aku tak akan dan tak sedang ingin membicarakan hal itu lagi. Aku hanya ingin mem

  • RAHASIA SUAMIKU   Teman Lama

    Beranjak dari posisi berjongkok, Kinan masih tertegun. Tak mengenal sosok yang ada di belakangnya. Bahkan setelah Kinan membalikkan tubuhnya, tetap saja tak ada ingatan yang tersisa tentang lelaki ini. "Maaf … Abang siapa? Mengenal almarhum suami saya?" tanya Kinan sembari menunjukkan raut wajah bingungnya. Dahinya mengernyit mencoba menguatkan kerja memori otaknya. "Ini makam Ardi kan? Soalnya petunjuk yang aku dapatkan tadi menunjukkan arah ini."Seolah tak peduli dengan pertanyaan Kinan, lelaki itu memajukan tubuh dan menajamkan netranya. Kacamata hitam yang tadi dikenakannya berpindah tempat. Tak lagi menempel di hidung, melainkan menggantung di kancing kemeja kotak-kotak yang dikenakannya."Tak salah lagi. Benar, ini makam Ardi."Lirih lelaki itu berkata sembari menurunkan tubuhnya. Mengambil posisi berjongkok di tempat yang tadinya ditempati oleh Kinan. Bibir lelaki itu berkomat-kamit. Kedua telapak tangannya menengadah.

  • RAHASIA SUAMIKU   Siapa Dia?

    Kinan menatap pilu nisan yang masih terbuat dari sebilah papan. Nama suaminya tertulis di sana. Tanah kuning di hadapannya belum sempurna mengering. Masih membasah, sama seperti hatinya yang belum juga mampu menerima kepergian lelaki ini sepenuhnya. Kepergian lelaki ini masih meninggalkan duka di hatinya. Tak pernah disangka jika mereka sedang dalam situasi tak baik ketika lelaki ini harus pergi selamanya. Itu yang paling menimbulkan penyesalan terbesar di hati Kinan hingga saat ini. Perceraian mereka memang urung terjadi. Namun kenyataan pahit ini jauh lebih menyesakkan dadanya. "Bang … bantu aku! Berikan petunjuk padaku! Aku sedang berjuang membuktikan jika dirimu tak salah kala itu. Sesuai apa yang kamu tuliskan dalam surat itu. Tapi apalagi yang dapat aku lakukan saat ini, Bang? Aku tak tahu bagaimana lagi harus mencari petunjuknya. Aku gagal, Bang."Tak hanya isakan tangis, Kinan juga menumpahkan air matanya. Area pemakaman yang sepi membuat Kinan m

  • RAHASIA SUAMIKU   Mengulang Cerita

    Arman tercengang. Sepasang mata lelaki itu tampak terbelalak. Rahangnya mengeras. Bahkan ekor netra Kinan masih mampu menangkap gerakan terkepalnya telapak kedua tangan lelaki itu. "Abang terkejut aku tahu semuanya? Abang salah jika berpikir akan dapat menutupi bangkai selamanya."Kinan tersenyum sinis. Bentuk penguatan pada diri sendiri agar tak terlihat lemah di hadapan Arman. Kedok lelaki ini harus terbuka sekarang juga. "Pasti Hanif yang mengatakan kepadamu. Benar kan, Nan?" tanya Arman dengan lirih sembari mengacak rambutnya dengan kasar. Kinan diam. Satu hal yang dapat ditangkap dirinya atas ucapan Arman itu. Lelaki ini hanya mengatakan semua itu pada Hanif dan keluarganya. Tidak pada orang lain. "Setidaknya lelaki itu lebih jujur dibandingkan Abang."Kalimat yang singkat itu mengalir dari bibir Kinan. Namun mampu meluluhlantakkan hati Arman seketika. Sebegitu rendahkah dirinya di mata Kinan sekarang? "Kamu ta

  • RAHASIA SUAMIKU   Kejujuran

    Arman terperanjat. Kelihatan sekali jika laki-laki itu tak menyangka atas kalimat yang diucapkan Kinan. "Abang terkejut? Atau pura-pura terkejut? Masih ingin bersandiwara?" lanjut Kinan seolah tak memberi Arman kesempatan untuk bicara. Arman tampak gugup. Sesaat. Kembali berusaha menguasai diri. Namun Kinan  mampu menangkap segala perubahan raut wajahnya lelaki itu dengan seksama. "Tak perlu gugup. Tak perlu berdalih untuk menutupi kebohongan Abang. Aku sudah tahu semuanya, Bang."Kali ini Kinan menurunkan nada suaranya. Sedikit melemah walaupun dengan telapak tangan yang terkepal. "Jika Abang tanya perasaanku setelah mengetahui semua ini, jujur aku kecewa. Kecewa pada sikap Abang. Kecewa pada pilihan yang Abang buat bertahun silam."Kinan menyunggingkan senyum sinisnya. Kembali menegakkan wajah ke arah Arman yang tampak kikuk seketika. "Abang masih belum paham arah pembicaraanmu ini, Nan. Semoga apa pun yang ada di

  • RAHASIA SUAMIKU   Topeng

    "Maksudmu? Abang tak paham. Bukankah apa yang Abang ketahui sudah Abang jelaskan semua kepadamu?"Arman yang muncul selang lima menit kemudian tampak terkejut mendengar pertanyaan yang dilontarkan Kinan itu. Kinan yang memilih tetap berdiri sama sekali tak ada niat untuk menyampaikan basa-basi. "Abang tak usah lagi berpura-pura. Tak usah berlagak tak tahu apa-apa."Mengernyitkan dahi, Arman sepertinya masih mencoba berlagak tak paham arah pembicaraan Kinan ini. "Abang memang tak tahu apa-apa, Nan. Lagipula kisah itu sudah lama. Sudah jelas apa yang terjadi sebenarnya. Mengapa kamu mengungkit-ungkitnya lagi?"Arman mengambil posisi duduk. Berharap hal yang sama dilakukan Kinan. Tak elok rasanya bicara sambil berdiri. "Abang bertanya mengapa aku mengungkitnya? Atau Abang memang sengaja ingin mengubur kisah itu agar dilupakan orang begitu saja?" Kali ini Kinan menegakkan wajahnya. Menghujam Arman dengan netranya yang se

  • RAHASIA SUAMIKU   Bertemu Arman

    Kinan menatap tegak bangunan yang ada di hadapannya. Kali kedua menginjakkan kaki ke halaman ini, namun perasaannya sungguh berbeda. Jika dulu langkahnya diiringi kekhawatiran, sekarang sungguh berbeda. Tak ada rasa khawatir yang dirasakannya sama sekali. Justru semangat yang menggebu ingin bertemu dengan sang pemilik rumah. Kecurigaannya jelaslah bukan tanpa alasan. Bukan tanpa dasar. Ada banyak hal mengganjal yang layak disebut sebagai bahan pertimbangan. "Ingin bertemu siapa, Yuk?"Kinan menolehkan kepalanya ke arah samping kiri. Posisi asal sumber suara yang menegurnya tadi. Seorang wanita yang hampir sebaya dengan Yuk Diana tampak berdiri tegak. Menatap Kinan dengan sedikit curiga. Kjnan tak marah. Wajar saja itu dilakukan wanita yang sepertinya merupakan pekerja rumah tangga di bangunan di hadapannya ini. Wanita ini tentu mendapat amanah untuk memastikan para tamu yang datang tak salah orang. Tak salah sasaran. "Pak Ar

DMCA.com Protection Status