Begitulah sekarang keadaan Ratu. Pasca operasi amputasi kakinya, kondisi psikis gadis itu kian memburuk. Kehilangan sebelah kaki seakan melenyapkan seluruh harapan hidupnya. Jika boleh memilih, ia ingin mati saja daripada hidup dengan fisik yang tak lagi sempurna. Semua mencemaskannya. Semua sedih melihat kondisinya. Kedua orangtua dan juga adik kembarnya tak henti-hentinya menyemangati, namun sepertinya sia-sia. Harapan dan asa tak lagi milik Ratu. Semua telah padam seiring satu kakinya yang terbuang.
“Kak… Kakak harus semangat lagi. Jangan buat kita ikutan sedih melihat Kakak seperti ini,” pujuk Raka dengan harapan yang tak pernah padam. Namun Ratu, diatas kursi rodanya, hanya tersenyum sumbang. “Kami tahu apa yang Kakak rasakan. Ini memang sulit untuk Kakak. Tapi, jika Kakak bersikap seperti ini terus, itu sama saja Kakak membuat semua orang juga jadi bersedih,” sambung Riko tak kalah menyemangati. Ratu menggeleng. Raut wajahnya datar. Ia lantas memandang kedua adiknya secara bergantian. Namun tatapan itu begitu kosong, seperti tak ada cahaya kehidupan yang terpancar dari kedua bola matanya yang dulu tampak cantik dan indah. “Terima kasih untuk perhatian yang kalian berikan. Tapi apapun itu, kalian tak kan pernah bisa mengerti apa yang Kakak rasakan. Kehilangan kaki sama saja kehilangan seluruh hidup. Tak ada guna dan hanya menambah beban saja. Yang Kakak inginkan sekarang hanyallah sendiri. Kakak ingin sendiri bukan berarti Kakak tak pandai berterima kasih. Kakak mohon kalian mengerti dan berhenti menghibur karena itu sama sekali tak berarti.” Dingin suara Ratu, namun kedua adiknya cukup menegrti. Akhirnya Raka dan Riko menyerah. Tak ada gunanya memberi semangati kepada orang yang tak ingin bangkit dari keterpurukannya sendiri. Sia-sia seribu kalimat indah. Sia-sia sejuta perlakuan manja jika akhirnya terbuang kedalam tong sampah. Ratu ingin sendiri. Ia sepertinya mencoba berdamai dengan perasaannya sendiri. Ingin mencari arah kemana asa akan berlabuh dan menemukan jalannya. Ketulusan Raka dan Riko tak berarti apa-apa selain membuat luka Ratu kian menganga dan berdarah. Pak Dibyo sangat khawatir melihat keadaan putrinya. Tak ada yang bisa diperbuatnya untuk mengembalikan kebahagiaan Ratu seperti sedia kala. Padahal beliau sangat rindu mendengar tawa dan canda Ratu seperti dulu. Pak Dibyo selalu berusaha mencari cara bagaimana mengembalikan keceriaan putri sulungnya itu, walaupun ia sendiri tak tahu darimana jalannya sekaligus tak yakin. “Kita harus mencari cara agar Ratu bisa kembali seperti dulu, Ma?” “Tapi bagaimana caranya, Pa?”Pak Dibyo terdiam. Sepertinya ia sedang berpikir keras mencari solusi terbaik bagi putrinya. Pikiran Bu Dibyo sendiri sudah lama lumpuh. Yang ada dibenaknya hanya menyesali keadaan psikis Ratu yang tak beranjak pulih. “Papa tahu kita semua bingung, Ma. Namun jangan sampai kebingungan itu membuat kita lupa bagaimana caranya mengembalikan psikis Ratu seperti dulu lagi.” “Mama sudah tak bisa berpikir lagi, Pa. Yang ada dibenak Mama hanyalah memikirkan perasaan Ratu yang terpuruk dan terus-terusan mengurung diri.” “Papa akan terus mencari caranya, Ma.” Dimana ada kemauan disitu ada jalan. Akhirnya setelah dianjurkan beberapa kolega dan kerabat dekat, Pak Dibyo lantas menghubungi Dokter Erika, dokter khusus spesialis rehabilitasi medice untuk diundang ke rumah. Untung akhirnya Ratu mau menemui dokter tersebut. Tentunya setelah diberi pengertian sama Papa dan Mamanya, kalau semua ini semata demi kesembuhannya. “Ratu mengalami fenomena fantom,” ujar Dokter Erika setelah memeriksa keadaan Ratu. Mereka membahas hal tersebut hanya bertiga di ruang keluarga. “Fenomena fantom?” Pak Dibyo dan isterinya tampak heran. Mereka saling berpandangan. Belum pernah mereka mendengar istilah itu selama ini. “Fenomena fantom merupakan musuh utama para pasien pasca amputasi, dimana persepsi sensasi berkelanjutan dari bagian tubuh pasien yang telah diamputasi masih terasa ada, sesekali,” jelas Dokter Erika. Bu Dibyo menangis mengenang nasib anaknya. “Disaat-saat tertentu Ratu masih merasakan bagian kakinya yang hilang. Menurutnya tadi, saat bangun tidur, dia sering merasa kakinya masih utuh. Dan ketika dia coba berjalan, dia pun jatuh ke lantai dan tersadar bahwa semua itu hanya perasaannya,” urai Dokter Erika lagi. “Jadi apa yang harus kami lakukan pada Ratu, Dok?” “Sebaiknya Ratu segera menggunakan prostesis atau kaki tiruan untuk mempercepat proses adaptasinya. Karena kalau saya lihat, puntungnya sudah siap menerima prostesis. Lagipula, tekanan prostesis akan memperkecil rangsangan nyeri sehingga pengiriman sinyal fantom ke otak jadi terhambat,” jelas Dokter Erika panjang lebar. Pak dan Bu Dibyo sontak mengangguk. Sinar harapan terbit di wajah keduanya. Tanpa menunggu dan berlama-lama lagi, sesuai rekomendasi Dokter Erika, esoknya Pak Dibyo langsung menghubungi tim medis terkait untuk melakukan proses pengukuran kaki Ratu. Selanjutnya tim produksi akan segera membuatkan kaki palsu untuk Ratu. Pak Dibyo lega. Setidaknya ia berharap setelah ini Ratu akan kembali memperoleh kebahagiaannya yang dulu. Ratu juga dianjurkan masuk kelas konsultasi khusus yang ditangani langsung Dokter Erika. Awalnya gadis itu menolak. Ia sempat marah-marah karena dianggap sudah tak mampu berbuat apa-apa. Tapi atas bujukan keluarga, akhirnya Ratu mau juga melaksanakannnya. Di stadium pasca prostesis, Ratu diajarkan cara memakai dan merawat prostesis. Kemudian diterapkan dengan caranya berjalan, duduk, atau jongkok dengan menggunakan prostesis. Ratu juga diberi terapi lanjutan berupa edukasi. Setiap hari Dokter Erika meninjau perkembangan Ratu. Isi terapinya macam-macam, ada fisioterapi, kelas psikologis, kelas menulis, terapi bicara, latihan bersama keluarga, latihan individual, serta kelas umum seperti senam dan seminar. Di rumah keluarga Dibyo, Dokter Erika juga mendatangkan pekerja sosial yang bertugas mengecek fasilitas dan memberi pengarahan pada Ratu. Dokter Erika tak pernah menyerah untuk membuat Ratu bisa mandiri. Dokter yang benar-benar luar biasa. “Kamu memang cacat seumur hidup, Ratu. Namun bukan berarti hidupmu berhenti sampai disini. Jadi setidaknya dengan ini kamu tidak tergantung pada orang lain,” nasihat Dokter Erika. “Terima kasih, Dok. Apapun kondisi fisik yang saya miliki, saya mulai mengerti dan mulai bisa berkompromi dengan diri sendiri,” ujar Ratu dengan perasaan haru. “Kamu harus bangkit Ratu. Jangan biarkan keadaan meracuni hidupmu.” Menurut Dokter Erika, para keluarga memang harus berempati pada Ratu, tapi ia tetap harus diajarkan mandiri. Untuk itu jugalah Ratu di rehabilitasi. Setidaknya dengan begitu ia bisa mengurus diri sendiri, seperti makan, minum, memakai prostesis dan melakukan aktivitas sehari-hari lainnya. Memang melatihnya tidak sebentar, butuh kesabaran dan ketekunan. “Terima kasih Dokter,” ucap Pak Dibyo saat menjenguk Ratu di kelas rehabilitasi. Beliau senang melihat perkembangan Ratu yang mulai mau bersosialisasi kembali. “Sudah kewajiban saya, Pak,” sahut dokter Erika tersenyum. ‘Mudah-mudahan setelah ini Ratu lebih percaya diri dan juga mandiri.” Dokter Erika mengangguk. “Di Barat orang-orangnya sangat liberal dan individualis, Pak Dibyo. Tapi keuntungannya mereka jadi lebih mandiri, termasuk juga orang-orang yang sudah diamputasi. Sementara di lingkungan kita sistem kekerabatannya masih tinggi. Jadi, orang-orang cacat terbiasa selalu dilayani oleh keluarganya. Jadi, setidaknya tirulah dampak positif dari cara pandang mereka.” ***Tak ada yang tak bisa di dunia ini selagi manusia mau berusaha. Upaya Pak Dibyo dan keluarga dalam penyembuhan fisik dan pemulihan psikis Ratu mulai menampakkan hasilnya. Kini Ratu tak lagi berkawan dengan kursi rodanya. Ia pun sekarang tampak lebih optimis dalam menjalani hari-harinya. Ratu juga selalu berusaha menggunakan prostesisnya dan selalu belajar berjalan layaknya orang yang berkaki normal. Untung kedua orangtuanya dan adik-adiknya sangat perhatian dan selalu membantu, jadi kemampuan Ratu dalam menggunakan prostesis terbilang cepat prosesnya. Suatu hari Lila datang kembali ke rumah Ratu. Tak seperti biasanya kali ini Ratu menyambut Lila dengan senyum yang sedikit merekah. Dari wajah cantiknya juga dibinari dengan harapan. Kepercayaan diri sahabatnya itu sepertinya perlahan sudah bangkit kembali, pikir Lila. Gadis berambut pendek itu sangat senang melihat perubahan sikap Ratu tersebut. Lila adalah salah
Hari pasti berganti, namun hati belum tentu bisa mengimbangi. Ada banyak peristiwa yang menimbulkan duka, menyisakan luka. Belum satu mongering, timbul lula baru yang menambah pedih. Namun apa yang bisa manusia lakukan demi menghadapi itu semua? Apakah terus terpuruk, berdiam diri dan kalah? Apa terus menyesali takdir dengan mengurainya tanpa berusaha untuk mengubah? Tuhan selalu menciptakan jalan untuk semua masalah yang diberikan. Berdoa dan berusaha adalah jalan terbaik untuk melenyapkan segala cobaan yang mendera. Pagi ini Reksa tidak ada jadwal siaran, jadi ia bisa beres-beres kamar dan juga nyuci baju yang kelihatannya sudah mulai menggunung. Kalau dulu, boro-boro beberes kamar dan nyuci baju, nyuci CD-nya sendiri saja pembantu di rumah yang mengerjakan. Ah, ingat rumahnya Reksa menjadi sedih. Walau bagaimanapun pahitnya, tapi banyak kenangan manis yang telah terlukis di sana. Sekarang keadaan su
Bertahan adalah salah satu sifat alami manusia yang dianugerahkan Tuhan. Kemana pun tempatnya dan kapan pun saatnya, jika hal itu terjadi makan manusia punya akal dan naluri untuk menyiasati. Ada banyak keraguan dan juga rasa enggan. Merubah kebiasaan dan beradaptasi dengan lingkungan memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Untuk itulah akal dan pikiran manusia diciptakan, untuk membantu mengatasi segala macam masalah untuk menaklukan keadaan. Saat lamunan terus menjelajahi masa lalunya, menerobos lorong waktu, Reksa dikejutkan oleh sebuah suara. Tika, adik pertama Barudin, tiba-tiba mengetuk pintu kamar dan memanggil Reksa dari luar. Reksa terpaksa memutus lamunannya dan bangun dari rebahan. Terbersit heran dan tanya dalam hati Reksa. Tak seperti biasanya Tika memanggilnya seperti saat ini. Ada apa gerangan? Apakah sesuatu yang penting yang ingin disampaikan gadis kecil itu? &
Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Lingkungan baru berarti kau harus mampu menyesuaikan diri, bahkan kadang dituntut menjadi pribadi yang baru. Saat semua tak dapat diatasi, maka masalah akan menanti. Adat dan kebiasaan setiap daerah memang berbeda, namun semua bisa diatasi dengan etika. Saat perilaku dibarengi dengan adab bertamu yang berlaku, maka aman sentosalah hidupmu yang baru. Begitu pula sebaliknya. Jodi Mulya adalah penyiar senior sekaligus manajer tak resmi di radio Gantara AM, tempat di mana sekarang Reksa bekerja. Radio Gantara AM adalah anak cabang dari radio Khatulistiwa FM yang ada di Pontianak yang cabangnya tersebar di beberapa kota yang ada di Kalimantan Barat seperti Mempawah, Singkawang, Ngabang, Ketapang, Sanggau dan juga Sintang. Kalau boleh jujur, sebenarnya pengelolaan radio Gantara AM sangat jauh kata manajemen sebuah ra
Persaingan antar manusia adalah ketentuan hukum alam yang tak bisa dielakkan. Jika kau lebih unggul maka kaulah yang akan menjadi pemenang. Dan jika kau orang yang lemah maka nama pecundang akan disandang. Keistimewaan datangnya dari Tuhan, dan tak ada manusia yang tak diberi kelebihan, walau dengan jenis dan kadar yang tentu saja berbeda-beda. Tinggal bagaimana manusia menjalani dan menjadikan kelebihan tersebut, mengolahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun terhadap orang lain. Ingatan Reksa mengembara. Dulu, setiap minggu radio Galaxy FM selalu mengadakan rapat mingguan yang dihadiri oleh seluruh penyiar, staf serta manajer untuk mengevaluasi siaran, termasuk perkembangan dari penyiar-penyiar freelance yang baru masuk. Jika penyiar freelance tersebut mengalami perkembangan yang cukup bagus di udara, melalui rating dan respon pendengar, maka ia akan diangkat levelnya menjadi pen
Usaha tak akan mengkhianati hasil. Jika kita bersungguh-sungguh menjalankan apa yang kita cita-citakan, niscaya akan berbuah manis hasilnya. Namun tak ada pencapian yang tanpa rintangan. Seperti pendaki, untuk mencapai puncak kita mesti melalui jalan yang terjal dan berliku. Tak jarang di sisi kanan kiri terdapat jurang yang mengintai dan menganga, yang setiap saat dapat membuat kita terpeleset dan jatuh jika lengah dan tak fokus saat menjalaninya. Namun setelah berhasil melewati itu semua apa yang kita dapat? Adalah kepuasan bathin yang melebihi segala-galanya. Lila menatap puas distro baru mereka, cabang DivaNine yang akan segera ia resmikan. Bangunan berlantai dua seluas 400m2 itu terlihat cantik dengan paduan warna orange dan putih yang elegan, khas distro. Logo DIV2NINE yang terpampang di atas bangunan, dengan hurup-hurup timbul yang terbuat dari bahan galvanis, membuat distro ini tak kalah keren den
Ternyata yang di dalam mobil itu adalah Ratu. Papanya yang turun lebih duluan membukakan pintu untuknya dan membimbing Ratu keluar. Tak terkira asa kaget yang melanda hati Lila. Bagaimana tidak? Ia yang sudah hopeless dengan kehadiran Ratu di dalam lingkar bisnis fashion mereka, tahu-tahu mendapatkan sosok mitra sekaligus sahabat itu ada disini. Benar-benar menjadi sebuah kejutan bagi dirinya dan juga bagi masa depan Div2Nine.“Ratu…!” Tak sadar Lila berteriak dan segera menyongsong Ratu. “Kok nggak kasi kabar, sih?” tanya Lila sambil menyunggingkan senyum dan mengangguk kearah Pak Dibyo.Ratu hanya tersenyum melihat kekagetan Lila. Ia sendiri senang membuat kejutan ini dan berhasil. Sudah seabad rasanya ia mengurung diri di rumah, sekarang saatnya ia mengepakan sayap untuk terbang, menikmati semesta alam yang tak berhenti menghadirkan keindahan baik di hati maupun perasaan.“Tiba-tiba Ratu minta diantar dis
“Selamat siang Gantara Listeners, seperti biasa Reksada Dirga kembali menyapa kalian semua di gelombang 817 AM. Seperti biasa Reksa akan menyajikan info-info terkini tentang musik, film dan dunia showbiz. Pastikan selama dua jam ke depan kamu stay tune disini karena akan banyak info-info menarik untuk kalian semua. Well, sebagai pembuka Reksa hadirkan satu track cantik dari One Direction, Gotta Be You. Enjoy this one…”Saat lagu itu mengalun, Reksa malah terbawa suasana hatinya sendiri. Ingatannya mengembara seperti film yang memutar slide demi slide kisah kasihnya dulu bersama Ratu. Perjumpaan mereka, kisah kasih yang terjalin tanpa ada suatu masalah yang merintangi. Canda, tawa, cemburu dan juga cinta. Sungguh menjadi sebuah kenangan yang tak mungkin akan terlupakan. Semua yang mereka lalui selama ini telah mewarnai hubungan keduanya. Ratu sangat menyukai lagu One Direction ini, dan bukan tanpa sebab pula Reksa mengudarakan untuk pendengarnya. Ia ingi
Irsyad sendiri sebenarnya bukan tanpa tujuan mengajak Ratu dinner malam ini. Ada sesuatu yang penting yang akan ia sampaikan pada Ratu menyangkut masa depan mereka berdua yang arahnya belum menemukan tujuan. Awalnya Irsyad ragu bagaimana caranya untuk memulai dan mengungkapkan hal tersebut pada Ratu. Namun karena keinginan lebih besar dari keraguan, Irsyad pun memberanikan diri mengajak Ratu kencan dan sudah mempersiapkan segalanya mala mini, termasuk mental. “Ratu. Ada yang mau aku sampaikan sama kamu malam ini.” Wajah Irsyad tampak sedikit tegang. Ia coba mengatasi kegugupannya dengan menampilkan sebuah senyuman..“Mau ngomong apa, Bang?” tanya Ratu. Ia sedikit bingung. Tak seperti biasanya Irsyad meminta ijin sebelum ngomong. Ada apa?“Aku pikir, sudah saatnya kita memikirkan kelanjutan hubungan ini ke jenjang yang lebih serius.” Akhirnya kalimat itu mengalir lancar dari bibir Irsyad.“Ma
Kadang sesuatu yang datang dan memberikan kenyamanan tak pernah benar-benar kita rasakan. Kadang sesuatu yang menghilang dan memberikan kenangan malah dapat menimbulkan kerinduan yang dalam. Yang tampak belum tentu dapat dirasa. Yang tak tampak selalu bisa dirasa walau hanya dalam bayangan. Begitulah cinta, siapapun tak kan sanggup mengukur kadarnya. Cinta hanya dapat dirasa, entah itu berasa manis atau berupa pahit belaka. Namun satu yang pasti, cinta tak pernah benar-benar pergi walau sekeras apapun hati ingin membenci. Malam ini Andi Irsyad mengajak Ratu dinner di sebuah kafe yang letaknya di tepi sungai yang bernuansa romantis. Dekor dan motif temboknya bercorak ‘awan berarak’ dengan kombinsi warna kuning dan hijau yang serasi. Lampu-lampu hias yang menempel di setiap lekuk bangunan membuatnya tampak begitu indah. Ditambah lagi dengan alunan musik dari streo set audio yang mengalun lembut, membuat pengunjung menjadi terhanyut dalam suasana yang tercipta.
“Kalau melihat dari data yang kamu tulis, semua pendapatan habis untuk biaya operasional dan mengganti alat-alat radio. Tapi disini tidak kamu rincikan apa maksud dari biaya operasional tersebut. Bukankah radio kita nggak pernah mengadakan acara off air? Saya juga perlu estimasi barang-barang apa saja yang telah dibeli dengan memakai uang iklan,” pinta Pak Imam. Sepertinya ia harus lebih berhati-hati dalam menghadapi Jodi.“Iya, Pak Imam. Saya…”“Datanya ada kamu bawa sekarang?” potong Pak Imam.“Be-belum saya buat, Pak. Tapi nanti akan saya segerakan.”Pak Imam menghela nafas kesal. “Vera tolong kamu simpan dulu data-data ini. Nanti diketik yang rapi, ya. Lalu fax ke alamat email kantor pusat,” perintah Pak Imam pada sekretarisnya. “Tapi sebaiknya jangan dikirim dulu, karena akan ada data tambahan dari Jodi nantinya.”“Baik, Pak,” jawab Vera sigap. Wanita tiga p
“Bagaimana Saeful, Salmah, Hartati? Apa kalian pernah mendengar ada selentingan pendengar yang menyudutkan acara yang dibawakan Reksa?” tanya Pak Imam pada ketiga penyiarnya. Beliau sepertinya harus menerapkan teori semua arah, dimana kebenaran atau keburukan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang tak hanya mendengar satu pihak. Salamah menggeleng. “Setahu saya, Reksa banyak fans-nya,” ujarnya sambil tersenyum malu-malu. Namun dibalik ketersipuan itu, kentara sekali jika Salmah bangga dengan pencapaian yang diraih Reksa.Hartati yang duduk di samping Salma ikut-ikutan tersenyum mengiyakan perkataan rekan sesama penyiarnya. Akan halnya Salmah yang pemalu, Tati juga terlalu sungkan dan canggung untuk berbicara pada atasannya. Ia hanya membuka suara apabila ditanya. Selebihnya hanya diam dan menyimak dengan khusyuk seperti yang lainnya.“Kalau kamu Tati? Bagaimana pendapatmu tentang Reksa? Maksud saya tentang
“Pak Imam datang? Mau mengadakan rapat?” protes Jodi saat Reksa meneleponnya.“Iya, Bang. Saya hanya menyampaikan,” sahut Reksa.“Selalu saja seperti itu. Setiap datang kesini seperti pencuri. Diam-diam dan membuat orang kaget,” gerutu Jodi lagi dengan bahasa yang membuat Reksa menggeleng-gelengkan kepalanya.“Saya tidak tahu juga sih, Bang. Terus terang saya juga kaget. Karena baru pertama kali ini bertemu beliau. Apalagi mendengar akan diadakan rapat dadakan.”“Nah, kamu sendiri tahu.”“Tapi kan kita bisa apa? Sebagai penyiar, sebaiknya kita ikuti saja apa yang diinginkan oleh pimpinan. Toh, beliau tak menyuruh kita kerja bakti membersihkan got, kan?” Reksa mencoba menetralisir dengan selorohan.Namun alih-alih merasa lucu, Jodi malah menyerang Reksa dengan berang. “Eh, Reksa! Kamu itu anak baru. Kamu nggak usah ceramah dan mengajari aku. ““Buka
“Well, my time is up, guys. Sekarang waktunya saya untuk pamit undur dari ruang dengar kalian semua. Terima kasih atas atensinya Gantara Listeners. Keep stay tune disini, di gelombang 817 Gantara AM, karena setelah ini bakal banyak acara keren yang akan menemani kalian hingga ke pukul 24 teng nanti. Tetap jaga semangat kamu hari ini bersama Gantara AM. Reksada Dirga sign out. Adios!”Setelah menutup acaranya, Reksa kemudian keluar dari ruang siar menuju ruang tengah. Ternyata ada Salmah di sana, salah satu penyiar perempuan di Gantara AM ini.“Sudah selesai, Ga?” sapa Salmah saat melihat kemunculan Reksa.“Iya, Sal. Setelah ini kamu, kan?” sahut Reksa, ramah.Salmah hanya mengangguk dan kemudian menuduk.Basa-basi diantara mereka sepertinya memang masih telihat kaku dan canggung. Walau sudah kenal selama beberapa bulan, dan bertemu walau hanya sekilas, di saat jam pergantian siar seperti saat ini, namun g
BAB 32 : Masa Lalu Versus Masa DepanCinta mendatangkan keberanian. Cinta dapat menumbuhkan sifat-sifat manusia yang kadang tak pernah tewujud selain hanya terpendam. Dan cinta adalah keinginan, cita-cita yang terus tumbuh bersemi dalam hati dan pada saatnya akan dipetik dan dinikmti. Rasanya naïf jika ada kata bijak yang mengatakan cinta tak harus memiliki. Sebuah kalimat usang yang tetap berkumandang walau jaman sudah jauh berjalan. Namun tak semua suka dengan ungkapan itu. Tak semua setuju dengan apa makna yang terkandung didalamnya. Cinta haruslah memiliki, karena rasa itu akan tetap ada jika sepasang manusia saling memberi. Jika cinta tetap ada walau tak ada garis jodoh antara keduanya, itu sangatlah langka dan nyaris musnah dilindas waktu yang tentu saja akan menyesuaikan dengan irama zaman.Akhirnya, dengan sikap gentle yang ditampilkannya, Irsyad berhasil meraih perhatian seorang Ratu. Sisi ruang hati Ratu yang hampa, ternyata tanpa disadari butuh keha
Ratu menangis di kamarnya. Tangis kerinduan yang sudah lama ia tahan dalam dada. Kerinduan yang selama ini masih terus menyiksa walau ia ingin sekali melupakan semua. Melupakan sesuatu yang sepertinya sulit untuk dilupakan. Karena kenangan itu seperti hantu masa lalu yang terus datang dan membuatnya merasa semakin tersiksa. Adakah yang lebih menyiksa dari sebuah rindu? Jika ada, katakan. Ratu ingin sekali menakar kadarnya hingga ia punya alasan untuk tidak merasa tersiksa jika perasaan rindu ini melanda.Hampir lima bulan berlalu namun ia tetap tak bisa melupakan kenangan itu. Kenangan yang berbuah rindu. Rindu yang kini terasa pahit karena tak semanis yang diharapkan. Ratu sedih. Reksa berlalu begitu saja dari kehidupannya setelah memuntahkan kata putus pada hubungan mereka, menelantarkan cinta yang telah mereka bina dengan seenak hati. Walau apapun alasannya, Ratu berhak marah, kesal, kecewa dan cemburu. Tapi sedahsyat apapun rasa itu terjadi, tetap saja akhirnya bermuara pad
Pikiran itu seperti lautan. Ia begitu luas. Bisa menghanyutkan bahkan menenggelamkan. Pikiran juga bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan jika kita punya pedoman sebagai sampan dan keyakinan sebagai kayuhan. Segala tujuan ada dalam pikiran. Segala keinginan berlompatan seperti ikan. Tinggal kebijaksanaan kita dalam menentukan, ikan yang mana yang akan diambil sebagai untuk di makan.Saat mereka selesai sarapan, tiba-tiba saja ada ‘badai’ yang menghampiri. Seorang perempuan dari negeri antah berantah dengan dandanannya yang menor mencolok mata -baju terusan ketat dan make-up tebal, menghiasi raga. Gadis itu kini berdiri di depan Reksa dan Lea dengan wajah penuh amarah dan nafas memburu seperti banteng betina yang sedang terluka. Sepertinya mereka perlu kain merah sekarang, kalau tak mau diseruduk dan menjadi binasa.“Maemunah?”Reksa terkejut. Lea melongo. Keduanya sama-sama takjub dan heran dengan sebuah ‘penampakan’ yang tak