Share

Bab 32

Penulis: Pena_kinan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-16 20:37:26

"Maaf, Bapak. Kartu ini tidak bisa digunakan." Seorang pegawai restoran menyerahkan kartu kepada Ilham.

"Coba ini, Mbak." Karyawan itu menerima benda tipis yang diberikan Ilham. Lalu menggeseknya pada sebuah alat.

"Maaf, Bapak. Ini juga tidak bisa digunakan!"

"Kok begitu? Mbak salah mungkin?"

"Maaf, Pak. Tidak ada kesalahan, memang kartu Bapak yang tidak bisa digunakan."

"Ya sudah kalau begitu, saya menggunakan uang tunai saja." Dikeluarkannya uang yang disimpan pada dompet milik Ilham.

Lelaki itu mengambil beberapa lembaran uang berwarna biru. Lalu kembali memasukkannya kedalam tas.

"Ini, Mbak."

"Baik, Pak."

"Sayang, kita beli peralatan bayi dulu ya! Mumpung ada di mall," pinta Maura dengan nada manja tentunya.

"Jangan bersikap seperti ini! Nanti kalau ada orang yang lihat bagaimana?" ucap Ilham dengan nada berbisik. Maura yang semula bergelayut manja di lengan Ilham. Melepaskan tangannya dengan sedikit kasar. Bibirnya mencebik.

"Kenapa sih, Mas. Kita kan sudah menikah. Meskipun s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 33

    Ilham menatap Maura hingga bayangan wanita itu tertutup oleh pintu kamar. Ilham hanya bisa menghela napas panjang lalu membuangnya perlahan. Bagaimanapun Ayu bisa melayani Ilham dengan baik. Ada sesal dalam hatinya telah berkhianat namun jiwa muda yang berkobar-kobar tidak bisa ia bendung begitu saja. Mungkin ini saatnya dia membenahi nasibnya. "Sebaiknya aku akan datang ke rumah Mbak Nadia. Siapa tahu Pakde mau membantuku. Dia kan juga berpoligami. Aku yakin semua akan baik-baik saja!" gumam Ilham pelan. Dia berbicara sendiri di ruang tamu. Pada akhirnya Ilham beranjak dari duduknya. Pergi ke dapur hanya untuk menyeduh kopi untuk dirinya sendiri. Jika ini di rumah pasti Ayu sudah menyiapkan semuanya untuknya. Dia tinggal duduk manis menunggu minuman itu datang sendiri.Namun sayang, lelaki itu sudah menjatuhkan pilihannya pada Maura. Lelaki itu sebenarnya tidak sedang berada di rumah. Tepatnya rumah yang sesungguhnya. Dia berada di rumah persinggahan sementara. Ilham lantas per

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-16
  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 34

    Amelia menyunggingkan senyum, kala semua kerabat tengah mengolok-olok sang putra. Ini sesuatu pelajaran untuk Ilham, menikahi dua wanita bukanlah perkara sederhana dan juga mudah. Dia harus tahu bagaimana konsekuensinya, dia harus tahu bagaimana menikahi wanita lebih dari satu itu banyak sekali tanggung jawab moral yang dipikulnya. "Mbak, kenapa kamu mengizinkan Ilham poligami? Kamu tahu sendiri kan, konsekuensinya sangat berat. Ditambah kamu juga mengizinkan dia kesini. Bertemu banyak keluarga dengan cara pandang berbeda." Salah satu kerabat berpendapat . Membuat Amelia menoleh dan mengulum senyum. Amelia mempunyai alasan kenapa dia mengizinkan Ilham datang membawa serta Maura. Dia berharap Ilham tahu dan juga mau membuka mata. Poligami bukan hanya perkara jumlah istri. Namun juga keadilan bagaimana Ilham memperlakukan Maura dan juga Ayu."Asal kalian tahu ya, saya ini istri muda Mas Ilham. Jauh dari Mbak Ayu, saya pintar mengurus Mas Ilham di ranjang dan juga saya pintar membuat s

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-17
  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 35

    "Peduli apa aku, Mas? Kalau kamu bukan orang kaya mana mungkin aku mau diperlakukan seperti ini!"PlakTamparan cukup keras mendarat di pipi Maura."Argh … Apa yang kamu lakukan, Mas? Kamu membela dia?" Jari telunjuk Maura tertuju pada Amelia. Ibu kandung Ilham."Dia Ibuku, Maura. Jika Ayu tidak kau hargai aku bisa menyadari. Tapi jika Ibuku kau jatuhkan harga dirinya! Aku tidak bisa lagi menahan!""Terus mau kamu apa, Mas? Meninggalkan aku demi dia?" Tatapan Maura nyalang kearah Ilham. Tangannya mengusap pipi yang merah. "Kamu benar-benar kelewatan, Maura! Sebaiknya kamu pergi dari sini!" "Kamu mengusirku, Mas?""Ma, sudah ya. Mama harus istirahat di kamar sepertinya." Kini Nadia berusaha membawa Ibunya menjauh dari keadaan yang tengah panas. Bahu Amelia naik turun. Nafasnya tersengal-sengal kala mendengar penuturan Maura. Benar apa yang ada dalam pikiran wanita tua itu. Maura hanya menginginkan harta lelaki itu.Randu, suami Nadia meminta maaf kepada seluruh keluarga atas peristi

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-17
  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 36

    Ayu duduk di sisi ranjang. Melepas satu persatu kain yang melilit di tubuhnya. Tidak berapa lama wanita itu masuk kedalam kamar mandi yang ada di dalam kamar. Berganti pakaian dengan baju milik kakak ipar.CeklekAyu membuka pintu kamar mandi. Tatapannya tertuju pada laki-laki yang tengah duduk di sisi ranjang. Lelaki itu menatap Ayu dengan seksama. Seakan mengatakan bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja."Ada apa, Mas? Bukannya Maura pulang ke rumah? Kenapa kamu masih di situ?" Pertanyaan Ayu tidak langsung dijawab oleh lelaki itu. Justru Ilham terlihat menghela nafas panjang lalu membuangnya perlahan."Seharusnya kamu menyiapkan Maura sebelum kesini! Kamu tahu bagaimana keluarga kita. Seharusnya kamu tekankan padanya untuk bersikap tidak arogan seperti tadi.""Aku tidak tahu akan seperti ini. Apakah Mama akan melakukan sesuatu menurutmu?" tanya Ilham pada Ayu."Mana kutahu, Mas. Dia itu ibu kandungmu, coba kamu tanya pada beliau. Sebenarnya apa yang menjadi keinginan ya.""Dia m

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-18
  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 37

    Bola mata Bagas membulat sempurna kala membaca pesan yang dikirim Bian kepadanya. Alih-alih Bian merasa bersalah malah justru dia terkesan tidak peduli dan juga menikmati. Dia kerap kali mengunggah kegiatannya saat bersama Ilham. Namun untuk saat ini dia tidak bisa. Lelaki yang bergelar ayah tiri baginya sudah berada di rumah Nadia dengan Ayu dan juga Rendy."Chat siapa sih, kok gitu amat?" tanya Rendy membuat Bagas tersenyum."Nggak kok cuma orang nggak penting. Sarapan yuk. Laper aku! Sudah matang belum itu ayamnya?" tanya Bagas sembari kakinya berjinjit mencoba melihat ayam dalam penggorengan."Sebentar lagi, sabar. Kamu siapkan piring yang lain gih!" pinta Ayu. Gegas Bagas menyiapkan piring yang lain. Bersama Nadia, ibunya. Tidak berapa lama Randu keluar kamar bersama putranya yang lain. Mereka semua akhirnya duduk pada meja yang sama. Sambal terasi, sop buntut dan juga ayam goreng tepung bersama ikan sudah siap di meja. Sarapan yang menggugah selera. Dimana menu di atas meja be

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-19
  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 38

    "Halo, Assalamualaikum.""Waalaikumsalam," jawab Ayu setelah mengetahui sahabatnya sudah menjawab teleponnya."Ada apa, Yu?" tanya Nita."Aku pengen minta tolong, Nit. Kira-kira kamu bisa nggak tolongin aku?""Bisa dong, gimana-gimana? Kamu mau minta tolong apa?" tanya Nita.****"Aku keknya sedikit khawatir ya soal Maura.""Ha? Apa aku nggak salah denger? Khawatir kamu bilang?""Iya," jawab Ayu dengan anggukan kepala. Meskipun orang yang ada di seberang telepon tidak melihat gerakannya."Aneh kamu, Yu.""Hem, aku bisa minta tolong nggak sama kamu? Buat ngawasi Maura. Aku takut dia bertindak nekat. Mas Ilham memutuskan kembali padaku, Nit.""What? Balikan sama Ilham? Serius?""Iya, aku tahu ini cukup konyol. Tapi memberi kesempatan kedua untuk membenahi sikapnya yang pernah salah itu apa salahnya sih? Mas Ilham memang punya masa lalu. Tapi dia juga berhak berubah di masa depan kan?""Iya, juga sih, Yu. Tapi apa kamu udah pikirkan matang-matang semua ini?""Alhamdulilah sudah, aku juga

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-20
  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 39

    "Baru sih, tiga bulanan. Kenapa? Kamu terkejut? Kok ekspresinya begitu?" tanya Maura."Aku? Lantas gimana dong?"Maura diam. Dia mencoba bersikap sedih dan juga kecewa."Laki-laki nggak bertanggung jawab itu namanya. Nggak jentel. "Maura mengangguk. Membenarkan ucapan lelaki yang kini duduk di hadapannya. Dalam hati wanita itu dia bersorak bahwa sudah bisa mengelabui orang yang baru saja dikenalnya."Sudah dibawa ke dokter?" tanya lelaki itu perhatian.Maura menggeleng."Oh ya kenalkan. Nama aku Bryan.""Maura." Lelaki itu mengulurkan tangannya dan disambut oleh Maura. Setelah itu keduanya berbincang akrab. Hingga Bryan memesankan beberapa makanan. Berharap Maura makan dengan lahap dan juga kebutuhan gizi sang jabang bayi terpenuhi."Kamu belum bilang sama aku, kamu ini single atau sudah menikah?" tanya Maura. Bryan yang mendengar pertanyaan Maura tersenyum lalu mengelap bibirnya dengan tisu. Kemudian dia menyeruput minuman sembari terus menatap Maura. Maura yang menunggu jawaban da

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-20
  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 40

    "Rendy kamu sudah makan?" tanya Ayu, sudah menjadi kebiasaan wanita itu jika pulang dari kantor dia menanyakan Rendy apakah sudah makan atau belum."Sudah, Ma. Tadi Simbok masak bakso.""Oh, Ya? Mau dong.""Masih kok katanya di dapur. Kata Simbok bisa Mama panasi sebelum makan. Papa mana, Ma?" tanya Rendy memperhatikan ke arah belakang Ayu. "Papa ada kok, katanya mandi duluan dia. Mama mandi dulu ya. Nanti kita makan lagi sama-sama. Tapi sebelum itu Mama mandi dulu, ok!""Oke, Ma." Tangan Rendy melingkar membentuk huruf O. Setelah Ayu bekerja satu kantor dengan Ilham. Mereka baru kali ini pulang bersama. Pulang dengan satu kendaraan. Ilham terlihat ada usaha untuk berubah. Terlihat dari caranya bersikap, dia juga berusaha terus bersama Ayu kemanapun mereka pergi. Ayu berjalan menuju kamarnya.Setelah membuka pintu lebar-lebar. Wanita itu menyapu seluruh ruangan. Terdengar suara gemericik dari arah kamar mandi. Ternyata Ilham tengah membersihkan badannya di kamar mandi yang ada di k

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-24

Bab terbaru

  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 49

    Hari sudah mulai terik. Matahari yang panas mulai menyengat kulit. Bian menatap ke arah orang-orang yang perlahan memasukan Maura kedalam lubang kubur. Tangis Bian memang sudah tidak ada, namun hatinya terluka begitu dalam. Ditatapnya satu persatu orang-orang yang meninggalkannya di gundukan tanah yang masih basah itu. Bian tak melihat satu orang pun keluarga Rendy datang melihat. Namun ada satu orang laki-laki yang berdiri di sela-sela tetangganya. Bian tidak mengenalnya namun dia terlihat tersenyum kala Bian menatap ke arahnya. Tangis Bian pecah saat semua orang meninggalkannya. Banyak penyesalan yang kini merajai hatinya. Andai saja Bian tak mengenalkan Ilham pada Maura mungkin kejadian tragis ini bukanlah akhir dari segalanya. Bian menangis sendirian.Semua perbuatan akan ada pembalasan. Entah itu perbuatan baik atau sebaliknya. Akhir dari sebuah hidup adalah suatu keputusan. Dia akan menjalani sisa hidupnya dengan jalan benar atau justru masih dalam Limbangan dosa. Karena umur

  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 48

    Tut … Tut.Tanpa menunggu persetujuan Rendy. Ayu sudah menutup teleponnya. Ayu pun lantas masuk kedalam ruangan setelah memanggil perawat tentunya. Disana sudah ada Nadia dan juga Ibu mertua yang mendekat pada Ilham.****Nita mengirimkan beberapa video dan juga foto Maura bersama seorang laki-laki kepada Ayu. Ayu yang tengah duduk di meja kerjanya seolah berpikir keras. Bagaimana mengatakan kepada suaminya akan hal ini. Apakah dia akan diam saja membiarkan semuanya atau justru mengatakannya agar Ilham meninggalkannya sendiri. Namun pikiran itu segera ia buang jauh-jauh. Lalu dia kembali menatap layar laptopnya.[Terima kasih banyak, Nita.]Hanya kalimat itu yang bisa diucapkan untuk Nita.[Sama-sama. Jika kamu butuh bantuan, jangan sungkan meminta kepadaku!][Ya.]Ayu menghela napas dalam-dalam lalu membuangnya perlahanIa lantas menyelesaikan pekerjaannya kemudian dia pulang ke rumah. Di saat Ayu tengah memanaskan kuah bakso. Berniat makan bersama Ilham dan juga Rendy. Karena akhi

  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 47

    Sesampainya di rumah sakit. Maura dan juga Ilham segera mendapatkan pertolongan. Ada beberapa dokter dan juga perawat yang langsung bertindak sesuai tugasnya.Bian berinisiatif menghubungi Rendy. Namun lagi-lagi nomornya tidak bisa dihubungi. Bian lupa, bahwa nomornya sudah di blok oleh mantan temannya yang kini menyandang status saudara tiri.Setelah Maura mendapatkan pertolongan, begitu juga Ilham. Mereka akhirnya dipindahkan ke ruangan terpisah. Ilham yang sudah membaik meskipun belum sadar sudah bisa di tempatkan di ruang rawat. Sedangkan Maura masih berada di ruang ICU. Bian duduk di kursi tunggu. Entah sejak kapan anak remaja itu belum makan. Entah karena tidak merasa lapar atau memang dia enggan untuk mengisi perut.Bian menjaga Maura sendirian. Dia terus memegang tangan Ibunya kala waktu kunjung tiba. Berharap Tuhan memberikan kesempatan untuk sang Ibu untuk menikmati udara di bumi. Kali ini anak laki-laki itu tengah duduk di kursi tunggu. Lantas wanita tua yang ia kenal ter

  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 46

    [Mami dimana?] tanya Bian pada pesan singkat yang ia kirim kepada Maura. Tidak berapa lama wanita yang berstatus Ibu kandung itu membalasnya.[Mami pulang ke rumah. Maaf, kemarin Mami nggak sempat menghubungi kamu, sayang. Mama di rumah sakit.][Di rumah sakit? Mami sakit? Sama siapa? Apa Papa Ilham bersama Mami?] Bian khawatir dengan kondisi Maura. Bagaimanapun juga Ilham harus berada di sisi Maura. Karena janin yang tengah dikandungnya adalah benih dari laki-laki itu. Itu semua adalah pemikiran Bian.[Ada, Mami sama Papa Ilham kok kamu tenang saja. Ini perjalanan pulang.][Mami belum jawab pertanyaan Bian. Mami kenapa dirumah sakit?] Lagi-lagi Bian menanyakan keadaan Maura. Bagaimanapun Maura adalah Ibu kandung Bian. Dan Bian begitu menyayanginya.[Kandungan Mami nggak bisa dipertahankan sayang, maaf. Kamu nggak jadi punya adik.][Apakah ini ada hubungannya dengan obat yang Bian temukan di meja rias Mami?] tanya Bian. Tangannya memegang sesuatu. Tidak berapa lama anak remaja itu pe

  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 45

    Amelia dan juga Ayu duduk berpegangan tangan. Sesekali mereka mengusap air matanya yang terus saja mengalir tiada henti. Isak tangis mereka tak terdengar. Hanya tatapan penuh kesedihan yang tergambar jelas."Yu, sabar ya. Mama yakin kamu dan juga Rendy bisa melalui ini semua."Ayu mengangguk. Karena memang tidak ada kata-kata yang bisa dikeluarkan. Hanya ada Isak tangis menandakan kesedihan. "Ini semua sudah jalan takdirmu. Mama harap kamu ikhlas menerimanya. " Ayu mengangguk permintaan Amelia tidaklah berat namun sulit untuk diterima hati dan juga pikiran.Ayu menatap kearah Ilham yang masih terbaring di ranjang rumah sakit. Beberapa alat medis tertempel pada tubuhnya. TulingSatu pesan diterima. Ayu diam tidak menghiraukan pesan tersebut. Entah berapa ratus pesan maupun berapa puluh kali telepon masuk ke nomornya. Tidak sekalipun dia terima maupun dibacanya.Amelia mengusap tangisnya dengan ujung jilbab yang ia kenakan. Lalu beranjak dari tempat duduknya. Merogoh ponsel yang ada d

  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 44

    Nita mengendarai motor maticnya menjemput anak sulungnya yang kebetulan bersekolah tidak jauh dari rumah. Rumah Nita yang terletak dua ratusan meter dengan jalan utama. Membuatnya mudah untuk bepergian. "Bunda kita makan dulu ya?" celetuk anak laki-laki itu."Iya, sayang. Tapi dibungkus aja ya. Nanti adik keburu nangis kalau kita nggak pulang-pulang.""Kan ada si Mbak?""Iya, sayang. Kita bungkus saja ya makannya lalu dibawa pulang. Habis itu kita makan sama-sama di rumah? Gimana?""Ya sudah kalau begitu." Akhirnya Nita membawa putranya menuju sebuah cafe yang tidak jauh dari sekolahan. Mereka memesan ayam geprek untuk dibawa pulang. "Mbak minumannya satu ya mbak. Es lemon tea.""Baik, Ibu." Pelayan itu akhirnya pergi setelah mencatat pesanan Nita. Kini Nita sibuk dengan putranya yang tengah berusaha membuka tas yang dibawanya."Bunda lihat, aku tadi dikasih buku sama ibu guru.""Wah, buat mewarnai ya? Bagus.""Nanti kita kerjain bareng-bareng ya?""Siap sayangku. Anak Sholehnya Bu

  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 43

    "Nggak perlu, Ma. Ayu sudah kenyang!' padahal Ayu belum makan sesuatu sama sekali. Dia baru saja pulang dari kantor lantas pergi ke rumah sakit mengantar Maura. Entah mengapa rasa lapar yang tadi terasa kini sudah menguar begitu saja."Dimana Ilham?" tanya Amelia melihat ke arah belakang. "Di rumah sakit, Ma. Nemenin Maura.""Oh …."Tap … tapSuara langkah Rendy yang mendekati Amelia dan juga Ayu terdengar jelas ditelinga."Mama udah pulang?""Iya sayang." Ayu tersenyum lalu ia kembali menatap kunci mobil yang berada di atas meja."Ini buat Rendy. Sambal sama kecapnya ambil sendiri sesuai selera kamu. Dan ini buat kamu Ayu. Apapun yang terjadi kamu harus tetap makan. Jangan sampai sakit." Wanita yang bergelar mertua itu tersenyum sembari tangan kembali meracik bakso. Sedangkan Ayu hanya menerima mangkok itu dengan senyuman. Satu persatu bakso yang ada di hadapan Rendy di santap ya dengan nikmat.*****Ilham menatap Maura yang selalu menatap layar ponselnya. Entah apa yang ada di dala

  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 42

    "Terima kasih.""Bagaimana keadaan Maura?" tanya Ayu hati-hati."Maura akan dikuret. Janin yang dikandung tidak bisa lagi diselamatkan.""Innalillahi wa innailaihi roji'un."****Amelia turun dari mobilnya, kali ini dia diantar oleh supir Nadia. Karena Nadia dan juga suaminya ada acara mendadak. Sehingga tidak bisa mengantar Ibunya pulang ke rumah Ayu dan juga Ilham."Assalamualaikum." Salam yang diucapkan Amelia tidak dijawab. Wanita tua itu lantas berjalan masuk kedalam rumah. Namun alangkah terkejutnya kala melihat ada beberapa darah tercecer di teras. "Astagfirullahaladzim, ini darah apa?" tanya Amelia pada dirinya sendiri. Lantas tangannya memegang dada."Oma?" Rendy akhirnya keluar dari dalam rumah. Menatap sang Nenek dengan wajah yang … entah."Ini darah apa?""Nggak tahu Oma. Tadi Rendy sempet lihat ada Tante Maura dan juga Mama.""Astagfirullahaladzim." Amelia lantas merogoh ponsel yang ada di dalam tasnya Lantas menekan nomor yang bertuliskan Ayu. "Kamu dimana Ayu? Darah

  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 41

    Wajah Maura pucat pasi. Entah apa yang ia rasa saat ini, suaranya yang tadi melengking kini tak terdengar. Ilham panik, dia terus saja memanggil istri sirinya. Sedangkan Ayu yang tengah mengemudi sesekali melihat kondisi Maura melalui kaca spion yang ada di atasnya. Seakan alam mengetahui semua. Bahwa ada manusia yang saat ini tengah membutuhkan pertolongan. Jalanan lengang membuat Ayu bisa cepat sampai di rumah sakit yang dituju. Mobil itu berhenti tepat di IGD rumah sakit. Dengan sigap dan cepat beberapa perawat sudah berlari membawa tempat tidur dorong. Menyambut Maura yang sudah diangkat oleh Ilham. "Kamu tenang ya, semuanya akan baik-baik saja." Maura menangis, menggenggam erat tangan Ilham yang dipaksa dilepas oleh salah satu perawat."Bapak tunggu disini dulu. Biar Ibu bisa ditangani dokter lebih cepat." Ilham berhenti mengikuti Maura, tangannya menyugar rambutnya kebelakang. Entah mengapa ada banyak kegundahan dan juga khawatir saat ini. Bagaimana keadaan calon bayi yang ki

DMCA.com Protection Status