Adelia sudah selesai di make-up, tubuhnya berbalut baju pengantin warna putih. Sangat cantik dan elegan, perpaduan sempurna dengan Syafiq, yang memakai tuxedo berwarna senada. Mereka duduk bersisian, menghadap Penghulu.Untuk Wali, diwakilkan oleh Wali Hakim, karena mereka berdua hidup sebatang kara. Dalam sekali tarikan napas, Ijab Qabul pun selesai, kini Adelia telah sah, menjadi istri dari Syafiq, dengan lancar tanpa halangan apapun.Mereka menyalami Bu Siti dan Eva, serta Dokter Elena, sebagai pendamping Adelia, setelah itu, mereka beralih ke Pak Isman, Desta, dan Edo, sebagai pendamping Syafiq. Acara sakral tersebut, berjalan lancar tanpa kendala apapun.Arga melihat kebahagiaan yang terpancar di wajah wanita yang masih dicintainya itu. Ada senyum bahagia di bibirnya, meskipun hatinya terasa sakit, karena sekarang, Adelia sudah menjadi milik orang lain.Dia ikut bahagia, dengan kebahagiaan wanita yang dicintainya itu, bukan salah Adelia jika sekarang memilih bersama Syafiq, semua
Sepasang pengantin baru, itu pun akhirnya tertidur karena kelelahan, setelah pergumulan hebat, mengarungi indahnya Syurga dunia, hingga mereka tanpa sadar, terlelap, hanya dengan menutupi tubuh polos mereka dengan selembar seimut."Pi ... Pi ... Pi ...!" Tiba-tiba tangan-tangan mungil tersebut, memukul-mukul wajah Syafiq, sambil memanggil Papi. Syafiq mengernyitkan alis, dan perlahan membuka matanya, dan seketika dia terbelalak, karena si kembar sudah duduk di tengah-tengah dirinya dengan Adelia.Lelaki itu mau bangun, tetapi dia langsung menyadari, kalau tubuhnya masih polos, tanpa baju menutupinya. Syafiq menoleh ke arah pintu, dan melihat Suster Ratih, sedang kebingungan, mau mengambil si kembar."Maaf, Tuan, tadi Azzam dan Azim, sedang bermain-main, di depan kamar Tuan. Saya tinggal ke kamar sebentar, ambi Pampers mereka, tapi begitu saya kembali sudah tidak ada, ternyata malah ke sini. Tolong maafkan kelalaian saya Tuan!" ucap Suster Ratih, takut-takut."Ya sudah, tidak apa-apa,
Syafiq tertegun, melihat kotak itu. Dia sangat mengenal benda tersebut. Benda yang pernah dia berikan kepada seorang gadis cantik, saat sama-sama masih kecil.Dengan tangan gemetar, Syafiq mengambil benda tersebut, dan membawanya, bersama baju yang dia pilih untuk Adelia. Sampai di kamarnya, Adelia sudah duduk di tepi tempat tidur, sedang menunggunya membawakan baju ganti.Adelia melihat kotak di tangan Syafiq, dan dia pun membelalakkan matanya, kaget. Hatinya berkata, "Kenapa benda tersebut ada di tangan suamiku? Bukankah itu kotak milik Arga, yang tak sengaja terbawa, saat aku ambil berkas-berkas penting, dari brankas?"Adelia hendak mengambil kotak itu, dari tangan Syafiq, tetapi melihat raut muka lelaki itu, diapun membatalkan niatnya. Pada akhirnya, Adelia hanya menunggu, apa yang ingin Syafiq katakan.Lelaki itu masih menimang kotak antik tersebut, dan melihatnya dengan teliti. Tidak lama kemudian, dia mendongak, menatap sang istri."Apa kamu sudah tau, apa yang tersembunyi di d
"Mas, kenapa kamu gak mau aku hamil dulu?" tanya Adelia, suatu hari."Karena aku ingin kamu menjalani kemoterapi, untuk kanker mu itu Sayang. Aku ingin hidup tenang, tanpa rasa khawatir ditinggalkan oleh wanita yang ku cintai ini," urai Syafiq.Adelia tertegun, dia pikir suaminya sudah lupa tentang penyakitnya, tetapi ternyata diam-diam dia mengkhawatirkan dirinya. Mata wanita itu mengerjap, dia menatap wajah lelaki di sampingnya, yang berbaring miring dengan kepala bertumpu pada salah satu tangannya.Ada gurat kesedihan di wajah lelaki itu. Dan sorot matanya, seolah menyimpan ketakutan, yang Adelia sendiri tidak tau apa yang dia takutkan.Wanita itu mengusap pelan pipi sang suami, ada rasa cemas dalam hatinya, dia takut kembali kehilangan suami, karena dirinya tau, kemoterapi akan membuatnya jelek, dan kemungkinan akan botak. Apakah Syafiq akan tetap setia dan menyayangi dirinya, kalau semua hal buruk itu terjadi?Syafiq mengambil tangan Adelia yang ada di pipinya, dengan tangan k
"Papi ... Papi ...!" teriak Azim, sambil berlari, menyambut Syafiq, yang baru pulang kerja. "Hai jagoan Papi," ucap Syafiq, penuh kelembutan, sambil merentangkan kedua tangannya, untuk menyambut sang anak."Upz!" Azim pun masuk ke dalam pelukan Syafiq. "Anak Papi udah wangi ya," lanjutnya lagi, sambil mencium pipi tembe m Azim.Suster Ratih hanya memperhatikan interaksi antara bapak dan anak tersebut. Syafiq mengalihkan pandangannya kepada suster Ratih, lalu bertanya, "Adek mana Sus?""Adel masih di kamar, sama suster Dian Tuan," terang Suster Ratih."Ya sudah, Azim biar saya bawa ke kamar!""Baik Tuan," jawab suster Ratih.Syafiq berjalan menuju kamarnya, dengan tangan kanan menggendong Azim, sedang tangan kiri, memegang tas kerjanya. Sampai depan pintu, Syafiq mendengar suara orang yang sedang muntah-muntah, dengan cepat dia masuk kamar, dan meletakan Azim di kasur, lau melhat kondisi Adelia. Wanita itu sudah duduk di lantai kamar mandi, tanpa bisa berdiri. Itulah kondisi Adeli
"Papi," teriak Azim dan Azzam, sambil membuka pintu lebar-lebar. Syafiq dan Adelia terkejut, spontan wanita itu segera berdiri menghalangi suaminya, sementara Syafiq, dengan cepat mengambil handuknya dan melilitkan kembali ke pinggang."Suster, biarkan anak-anak main di sini, kalian boleh istirahat." perintah Adelia."Baik Nyonya," jawab kedua suster itu, serempak.Kedua suster itu pergi, dengan pikiran yang entah. Beruntung mereka tak sempat melihat keadaan Syafiq yang tanpa handuk, karena si kembar sudah lari duluan di depan mereka."Badan Tuan luar biasa," gumam suster Ratih."Huss, jangan berpikir yang macam-macam!" jawab suster Dian."Mana berani? Lagian Tuan juga gak mungkin mau dengan aku," sungut Ratih."Tapi memang badan Tuan dangat menggairahkan, coba tadi handuknya terlepas," ceracau suster Dian."Diam-diam penasaran juga ya?""Huss, jangan berisik! Memangnya kamu mau di pecat? Kerja di sini enak, cuma main-main sama si kembar, gaji besar, diperlakukan seperti keluarga," u
Syafiq semakin tertawa kebar, melihat istrinya yang sedang merajuk. Di matanya, wanita itu sangat menggemaskan kalau sedang cemberut seperti itu. Sementara si kembar, yang belum mengerti apa-apa, ikut tertawa gembira, karena melihat sang Papi tertawa lebar.Suster Dian dan Suster Ratih, yang kebetulan sudah berdiri di sana, juga ikut terkekeh, melihat keluarga bahagia tersebut. Mereka bersyukur bisa bekerja pada keluarga yang tentram damai itu. Dengan begitu, mereka merasa nyaman dan aman dalam bekerja.Syafiq menggendong kedua anaknya, sementara Adelia menggandeng tangan suaminya itu. Mereka sekeluarga masuk ke rumah dengan Syafiq dan kembar yang masih terus tertawa, sementara Adelia masih cemberut karena merajuk.Sebuah pemandangan yang teramat sangat membuat iri yang melihatnya. Tanpa mereka sadari, dari kejauhan ada sepasang mata yang sedang menatap tajam ke mereka, dengan seringai yang tidak bisa di tebak."Tertawa lah sepuas kalian, karena sebentar lagi, kebahagiaan kalian akan
Arga terkejut saat membuka bungkusan tersebut, ternyata pesan yang di tulis dengan darah, "JANGAN BERHARAP HIDUP TENANG!"Leny pun ketakutan ketika membaca pesan tersebut, tubuhnya langsung gemetaran, dan wajahnya pucat pasi.Arga segera memeluk istrinya, dan berusaha menenangkan wanita itu. Walaupun hatinya sendiri merasa ngeri dengan pesan itu.Arga membawa Leny duduk di sofa, lalu dia segera mengambil HP-nya dan langsung menghubungi seseorang."Halo," jawaban dari seberang telpon."Halo Pak Syafiq, maaf mengganggu malam-malam begini. Barusan ada seseorang melempar batu ke jendela rumah saya, dengan pesan yang ditulis dengan darah," terang Arga."Saya segera kirimkan orang, untuk berjaga di sana. Berhati-hatilah sebelum orang-orang ku datang!""Baik Pak, terima kasih!"Telpon segera dimatikan, setelah Arga mengucap salam. Lelaki itu mengelus pundak istrinya, untuk memberikan ketenangan."Kamu tenanglah! Sebentar lagi orang-orang Pak Syafiq datang, untuk menjaga kita," ucap Arga pela