Adelia terbangun, dan sangat terkejut ketika mendapati dirinya sedang dalam keadaan terikat. Dia berusaha mengarahkan pandangannya untuk menyapu seluruh ruangan, ternyata di tempat itu, cuma ada dirinya dan Fahira. Gadis itu juga dalam keadaan terikat, dan belum sadar dari pingsan. "Apa yang terjadi pada kami? Bukankah tadi lagi duduk di pantai? Terus kenapa tiba-tiba ada di tempat ini?" ucap Adelia pelan. Wanita itu berusaha mencari-cari sesuatu, untuk membantu melepaskan ikatan di tangannya. Tetapi tempat itu tidak ada apapun yang bisa digunakan, untuk memutuskan tali pengikatnya itu. Adelia berusaha menggeser tubuhnya, agar bisa lebih dekat dengan Fahira. Setelah dekat, dia berusaha menggigit tali yang mengikat gadis itu. Fahira yang merasakan gerakan di pergelangan tangannya, akhirnya terbangun. Dia begitu kaget, saat tau dirinya terikat di tempat yang asing. Gadis itu menoleh, melihat ke arah Adelia, yang sedang menggigit tali yang mengikat tangannya. Akhirnya Fahira bisa meny
Adelia dan Fahira kembali pura-pura masih pingsan, begitu pintu dibuka, terdengar suara bariton membentak anak buahnya."Siram wanita hamil ini, aku mau menikmatinya sekarang. Aura orang hamil kalau bercinta pasti akan lebih menggairahkan, hahaha!" perintah orang yang kemungkinan adalah bos preman itu sendiri."Siap Bos!"Anak buah preman itu segera pergi, tidak lama kemudian datang lagi dengan air satu ember penuh, dan langsung di siramkan ke tubuh Adelia, mulai dari ujung kepala, hingga kakinya langsung basah kuyup semua.Adelia gelagapan mendapat siraman air sebanyak itu, dia berusaha meronta, tetapi percuma, karena ikatannya sangat kencang. Dalam hati, dia bersyukur, hp Fahira udah di simpan sama gadis itu, jadi Syafiq, tidak akan kesulitan mencarinya."Hey Perempuan bunting! Lihatlah tubuhmu yang basah kuyup itu! Semakin menggairahkan, dengan perutmu yang sedikit buncit," teriak Bos preman itu.Adelia hanya diam membeku, mendengar ocehan orang itu. Dalam hati berharap, Syafiq seg
"Sial! Mereka terlalu berani!" umpat Sam, sang bodyguard tadi."Ada apa Sam?""Ini Bos, mereka sudah mulai menyerang kita!""Serang balik, jangan sampai ada yang terlepas! Hati-hati dengan senjata mereka!""Siap Bos!"Sam berputar arah, tidak jadi lewat pintu utama, melainkan melewati pintu belakang. Dia mengerahkan anak buahnya, hanya dengan sebuah kode siulan. Begitu suara siulan berhenti, orang-orang yang bersembunyi, mulai bergerak. Satu persatu musuh dijatuhkan, dalam diam.Syafiq, yang tadinya hendak keluar, putar balik ke kamar, untuk melindungi Adelia. Dia tidak ingin wanita itu kenapa-kenapa, apa lagi sampai menambah traumanya.Suara tembakan saling bersahutan di luar sana, Syafiq melihat dari balik kaca jendela. Tiba-tiba prang! Sebuah peluru menembus ke dalam kamar, dan memecahkan jendela di samping Syafiq. Dengan sigap, Adelia menjerit ketakutan, tubuhnya gemetaran. Syafiq segera meraih tubuh wanita itu, dan membawanya ke dalam pelukan."Sayang, kita duduk di lantai yang t
"Mas Syafiq?" teriak Adelia. Wanita itu begitu panik, ketika melihat baju Syafiq berlumuran darah. Wajah lelaki itu pucat, dan sangat lemah. Tanpa pikir panjang, Adelia langsung memeluknya dan menangis tersedu-sedu."Mas, bangun! Kamu harus sembuh!" teriak Adelia histeris.Syafiq yang memejamkan mata karena lemas tak bertenaga lagi, juga pandangan yang mulai kabur, karena banyak kehilangan darah, telah membuat Adelia histeris. Wanita itu berpikir kalau Syafiq tidak tertolong.Perlahan Adelia merasakan ada elusan lembut di punggungnya. Begitu dia menoleh, akhirnya tau, kalau tangan Syafiq yang sedang mengelus punggungnya. Tangan lemah itu, berusaha menenangkan hati wanita yang dangat dicintainya."Jangan menangis, Mas gak kenapa-kenapa, cuma butuh istirahat sebentar," ucap lemah Syafiq."Mas, aku takut! Jangan tinggalin aku lagi," bisik Adelia.Syafiq yang masih terpejam, menyunggingkan senyum pucatnya, demi untuk menenangkan wanita itu."Baru tau, kalau kamu begitu takut kehilangan
Perlahan Desta berjalan mendekati Adelia. Ditepuknya pelan pundak kanan wanita itu."Del, kami mau pergi cari Eva, bisakah kamu tetap di sini, untuk menjaga Syafiq?""Iya aku mau Mas!""Burhan akan menempatkan anak buahnya untuk memastikan keamanan kalian. Jangan keluar ruangan ini tanpa pengawalan, situasi sedang gawat sekarang, apa saja bisa terjadi!""Iya Mas, aku ngerti!"Desta mengangguk, kemudian kembali menepuk pelan pundak Adelia, dan melangkah pergi bersama Burhan, setelah berpamitan kepada wanita itu.Sementara itu, di tempat lain, dua orang wanita saling bantu untuk berjalan sejauh mungkin, meninggalkan rumah kosong di tengah hutan."Kita istirahat dulu Dok, kakiku sakit," ucap salah seorang dari mereka."Ya sudah, mari kita cari tempat persembunyian yang aman, baru kita istirahat. Jangan sampai orang-orang itu, bisa menemukan kita lagi!" Kedua orang itu adalah Eva dan Dokter Elena, Dokter pribadi keluarga Syafiq. Mereka kembali berjalan, dan berhenti pada pohon besar yan
Setelah dirawat beberapa hari, akhirnya mereka pulang ke rumah, karena kondisi Syafiq yang sudah membaik. Terasa lega, karena para gangster sudah di tangani polisi, dan Roni beserta anak buahnya juga sudah ikut ditangkap. Pemeriksaan masih berlanjut, semua sedang di usut, termasuk keterlibatan Arga dalam hal ini. Akan tetapi, sejauh ini polisi belum menemukan bukti yang kuat, atas keterlibatan lelaki itu dalam penyerangan kemarin.Dari bukti percakapan antara Roni dan Arga di telpon, juga tidak ada bukti kuat yang bisa menyeret Arga ke penjara. Dan Adelia tidak mau menyerahkan bukti tentang penganiayaan Arga terhadap dirinya. Itu dia lakukan, karena bagaimanapun jua, lelaki itu adalah ayah kandung dari calon anak-anaknya.Selain itu, Adelia juga sedang mengajukan gugatan cerai, jadi dia tidak mau, nantinya keadaan akan berbalik menyerah dirinya, dengan tuduhan meminta cerai karena Arga dipenjara. Itu tidak akan Adelia biarkan. Yang bersalah, akan tetap terlihat salah, setidaknya s
Secepat kilat, Pak Danang banting stir ke kiri, dan menerobos semak-semak. Tidak ada yang terluka, karena mobil langsung bisa berhenti, saat menerobos semak-semak itu, hanya saja Adelia sudah terlanjur ketakutan, karena hampir saja jadi korban tabrakan.Pak Danang menoleh ke arah Adelia, wajah wanita itu pucat dan tubuhnya gemetaran, karena takut dan shock. Dengan penuh perhatian, Beliau bertanya, "Ibu Adelia tidak kenapa-kenapa?""Oh iya Pak, saya tidak kenapa-kenapa, cuma takut saja, tadi waktu melihat mobil dengan kecepatan tinggi, melaju ke arah kita," terang Adelia."Syukurlah kalau Ibu baik-baik saja!""Iya Pak, saya baik-baik saja, terima kasih!"Baru saja Adelia dan Pak Danang bernapas lega, tiba-tiba dari arah jalan raya, terdengar bunyi berdebum berkali-kali hingga memekakkan telinga.Adelia mengedarkan pandangannya ke arah jalan raya. Ternyata telah terjadi tabrakan beruntun di jalan sana. Tiba-tiba HP Adelia berbunyi. Tertera nama Syafiq di sana. Dengan cepat dia menerima
Syafiq menoleh, seraya mengernyitkan kening. Dia berpikir, siapa wanita itu, dari caranya memanggil, seperti kenal dekat dengan dirinya, tetapi siapa? Lelaki itu tetap tidak mengenali wanita di depannya."Kamu lupa sama aku Fik?" tanya wanita itu."Maaf," ucap Syafiq singkat."Aku Bela, teman SMA kamu!""Bela Sasmita?""Iya bener, ternyata kamu masih ingat aku Fiq!"Bela sangat gembira, karena ternyata Syafiq masih mengingatnya. Dia menyukai lelaki itu sejak masuk SMA, pertama kali bertemu Syafiq, saat lelaki itu menolongnya, membereskan buku yang berserakan karena dia terjatuh. Bukan itu saja, lelaki itu juga bantu membawakan ke ruang Guru."Kamu apa kabar Bel?" tanya Syafiq, tetap dengan wajah dinginnya."Aku baik, kamu bagaimana?""Baik juga!"Tatapan Syafiq tidak pernah lepas dari Adelia, meskipun dia berbicara dengan Bela, yang ada di dekatnya. Bela menyadari hal itu, dan dia ikut melihat ke arah pandang Syafiq, tetapi tidak terlihat siapa-siapa di sana.Bela kembali mengalihkan