Di sebuah club malam dalam kota metropolitan bernama New Bluex, dua orang gadis terlihat menikmati pesta dengan segelas wine di tangannya masing-masing.
"Alex, let's have a party baby!"
Tania, gadis dengan rambut ikal berwarna cokelat, berseru seraya membenturkan dinding gelas kristal berisi wine itu pada gelas milik Alexandra.
Gadis berusia 20 tahun dengan rambut pirang itu sudah terlihat mabuk. Namun, Alex tetap mencoba bertahan. Tubuh ramping berbalut dress Gucci itu terus bergerak gemulai seiring dentuman musik dalam club malam itu.
Desainer muda itu memang menyukai pesta dan kehidupan glamor. Semua yang melekat pada tubuhnya bermerek mahal. Meskipun ia terlahir sebagai anak yatim piatu di Heaven Field, tetapi ia bisa mengubah hidupnya. Alexandra sukses menjadi perancang busana terkenal dan pindah ke kota.
Namun, sifat hedonisme yang dimilikinya membuat gadis itu terperangkap dalam hutang. Ia mulai sering datang ke pesta dan mabuk-mabukkan sampai lupa bekerja keras seperti dulu.
"Yuhuuu, baby, let's have a party until dawn!"
Gadis itu balas berseru pada sahabatnya itu. Dua orang pria bertubuh tegap dan kekar terlihat mengamati Alex dari meja bartender.
"Lihat, dua pria itu sedang mengamatimu," ucap Tania di telinga Alex.
"No way! Mereka terlalu dewasa untukku, kau tak berniat menjodohkanku dengan mereka, kan?"
"Apa kau menyukai pria botak juga?" tanya Tania menggoda Alex.
Tania dan Alex tertawa terbahak-bahak bersamaan di tengah kerumunan para muda-mudi penyuka pesta itu. Tiba-tiba, kedua pria itu mendekat.
"Permisi, apa kau Alexandra Jhonson?" tanya pria yang berkacamata hitam dan kepala plontos itu.
"Iya, bagaimana kau tau namaku? Oh, sebentar, jika kau berusaha mendekatiku, maaf sekali kau bukan tipeku, hahaha....!"
Alexandra menoleh ke sahabatnya dan kembali tertawa.
"Kami dari Bank Green, Anda harus ikut dengan kami untuk mempertanggung jawabkan perbuatan Anda," ucap pria itu.
"Astaga, Bank Green katanya?"
Alexandra menoleh pada Tania. Mereka lalu mendorong dua pria itu jatuh ke lantai dan berseru.
"Tolong kami, mereka penjahat yang akan menculik kami!"
Sontak saja penjaga club malam itu langsung menghadang para debt collector itu.
Alex dan Tania berhasil masuk ke dalam BMW warna putih itu. Gadis itu langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Kenapa kau belum melunasi tagihan kartu kreditmu itu, sih?"
Tania bertanya dengan nada membentak.
"Sudah, jangan berisik, bukankah kau juga suka menikmatinya?"
"Ya tapi, karena kupikir kau anak orang kaya, jadi..."
"Jadi, kau memanfaatkan aku, kan?"
Tania tidak menjawab, ia memperhatikan mobil SUV hitam di belakang dari kaca spion.
"Astaga, mereka mengikuti kita!" Pekik Tania.
Alexandra melirik ke arah kaca spion lalu menghentikan laju mobilnya mendadak.
"Lekas turun, aku tak mau melibatkanmu!"
Gadis itu berseru pada Tania.
"Tapi Alex—"
"Aku tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini, sedangkan kau masih punya keluarga, cepat pergi!"
Tania menurut, gadis itu turun dari mobil dengan perasaan cemas. Alex tersenyum lalu menancap gas dan melajukan mobil itu lebih cepat.
Tania langsung berlari melewati lorong jalan yang sempit sambil kebingungan menuju ke rumahnya. Perasaan gadis itu masih cemas memikirkan sahabatnya Alex.
Mobil BMW berwarna putih itu melaju kencang berkejar-kejaran dengan mobil SUV yang dikendarai debt collector tadi. Gadis itu mulai merasa pusing dan beberapa kali oleng dalam mengemudi karena pengaruh alkohol.
Sampai akhirnya gadis itu tak kuasa mengendalikan mobilnya saat menghindari truk besar yang melintas dari arah depannya. Mobil yang dikendarai gadis itu menabrak pembatas jalan dan jatuh ke dalam jurang di kegelapan malam itu.
Alexandra lupa memakai seatbelt dan terpental ke luar dari dalam mobilnya saat jatuh ke dalam jurang. Ia meyakinkan diri agar siap menghadapi kematiannya kala itu.
Akan tetapi, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Sesuatu di luar nalar gadis itu datang dan membawanya ke dalam masalah baru jauh lebih besar dari sekedar masalah hutang di kota besar itu.
Sekelebat bayangan hitam menangkap tubuh ramping milik Alexandra dan membawa gadis itu ke suatu tempat. Sosok itu mendaratkan gadis itu dan meletakkannya di tepi sungai. Kedua mata gadis itu masih mencoba terbuka untuk menelisik sekitar tetapi kedua mata lentik itu terasa berat dan akhirnya dia tak sadarkan diri.
***
Suara air mengalir terdengar bernyanyi mengiringi kicauan burung di pagi itu. Alexandra terbangun karena terpaan sinar mentari pagi menyentuh wajah cantiknya itu.
Tangan kanan gadis itu berusaha menutupi sinar matahari yang terasa menyengat itu. Ia mencoba mengamati sekitar. Hamparan sungai dengan air jernih terlihat. Betapa jernihnya air sungai itu sampai ia dapat melihat ke dasar dan beberapa ikan yang berenang melintas.
Pepohonan rimbun terasa menyejukkan udara sekitarnya. Burung jay biru terlihat bertengger di pepohonan yang ia lihat.
"Apa aku berada di surga, ya?"
Alexandra bangkit dan mengamati tubuhnya. Tak ada luka dan rasa sakit sama sekali kala itu. Padahal ia yakin sekali kalau ia baru saja terjun ke jurang.
"Tapi, mana mungkin gadis bersifat buruk sepertiku masuk surga, kalaupun aku mati pasti aku masuk neraka," gumam gadis itu pada diri sendiri.
Lantas saja ia mencubit pipinya sendiri sampai berteriak.
"Aw, ini terasa sakit, pasti aku tak bermimpi. Tapi di mana aku?"
Gadis itu mengamati sekitar kembali. Ia seperti berada di sebuah pedesaan dengan pemandangan alam indah bagai lukisan. Udara terasa segar dia hirup, udara yang jauh dari polusi udara seperti di kotanya.
Seorang anak perempuan mendadak hadir mengejutkan gadis itu. Tadinya anak itu hendak mencari ikan dalam sungai,tetapi kehadiran Alexandra membuat anak itu terperanjat. Anak itu sangat terkejut melihat penampakan gadis di hadapannya itu.
"Pakaian apa yang kau pakai itu?" tanya anak itu menelisik dress mahal yang Alex gunakan.
"Pakaian apa katamu? Ini pakaian mahal tau! Lalu, pakaian apa yang kau kenakan itu, apa kau sedang berpakaian kostum dalam sebuah festival desa?" tanya Alex.
Anak itu memandang pakaian yang ia kenakan itu. Pakaian dari kulit lembu itu terlihat tak ada yang aneh baginya.
"Selena, apa kau dapat ikannya?"
Seorang wanita bertanya pada anak itu. Dia datang dari arah belakang Alexandra. Wanita itu terlihat mengamati gadis itu dengan tatapan aneh. Tatapan yang sama yang ditunjukkan anak kecil tadi.
"Kau datang dari kerajaan mana?" tanya wanita itu.
"Kerajaan mana? Hahaha… apa kau pikir aku seorang ratu atau putri kerajaan?" tanya Alexandra sambil bertolak pinggang.
Namun, sebelum wanita itu melontarkan beberapa pertanyaan, terdengar derap kaki kuda tak jauh dari tempat mereka berpijak.
"Kita harus pergi, aku tak mau mereka menangkapku," ucap wanita itu.
"Hei, kau mau ke mana?" tanya Alex.
"Apa kau sudah menikah?" wanita berusia 30 tahun itu bertanya balik pada Alex.
Gadis itu menggelengkan kepalanya.
"Kalau kau belum menikah dan ingin selamat, ayo ikut denganku!"
Wanita itu melangkah pergi seraya merangkul bahu anak perempuan tadi. Anak itu menoleh pada Alexandra yang tak kunjung bergerak.
"Hei, gadis bodoh, apa kau mau mati?"
"Apa kau bilang, aku gadis bodoh?"
Alexandra yang kesal langsung mengikuti anak kecil itu dan kakaknya. Ia ingin sekali mencubit pipi merah anak itu dengan keras.
*****
To be continue...
See you next chapter.
Sometimes, you never realize how the destiny will bring you to the next journey. Alexandra yang kesal langsung mengikuti anak kecil itu dan kakaknya. Ia ingin sekali mencubit pipi merah anak itu dengan keras. Maria, Kakak Selena, menarik lengan Alexandra dan bersembunyi di dalam sebuah gua di hutan itu. Gadis itu menaruh jari telunjuknya ke bibir. Isyarat matanya juga memerintahkan semua yang ada bersamanya untuk diam. Derap langkah kuda itu terdengar dekat. Terdengar juga beberapa langkah para prajurit saat memindai sekitar. Lalu, suara mereka perlahan pergi menjauh. "Ah, syukurlah… mereka pergi juga." Gadis itu menghela napas panj
Under the blue sky, seeing the beautiful scenery, you already feel save and free, but the fact is not.***Di sebuah kastil nan megah yang terletak di dalam wilayah kerajaan Anathema, seorang pria sedang memandang ombak yang bergulung menampar dinding kastil miliknya. Bangunan megah itu terletak di pinggir lautan biru yang luas.Seorang pria bertubuh tinggi dan tegap memandang birunya lautan dengan mata birunya yang teduh. Rambut merah itu terlihat bersinar karena pantulan cahaya mentari pagi kala itu."Permisi Yang Mulia, boleh saya masuk?"
You never know and can't choose which person that you want to meet when destiny lead you to meet that person that you not want to meet.***"Hei, apa yang sedang kau lakukan di situ?" seru Evander.Teryata sosok yang dilihat Alexandra adalah penguasa Kerajaan Anathema. Sang raja itu sering berkunjung ke Sungai Esen sendirian tanpa pengawalan. Dia juga menyamar menjadi rakyat biasa saat menuju ke sungai itu.Tujuan ia melakukan hal itu karena ingin melihat rakyatnya lebih dekat dan mendengar keluh kesah mereka mengenai pemerintahan
Sometimes, you will never know what destiny is waiting for you. *** "Di sana, Maria ada di sana bersama adiknya!" Pria bernama Jordan yang sakit hati pada Maria itu mengadu pada prajurit kerajaan. Akhirnya dua gadis itu ditangkap dan dibawa ke sebuah kastil di dalam wilayah kerajaan Anathema. "Lepaskan adikku, cukup bawa saja aku!" seru Maria meneriaki para prajurit itu. "Bawa mereka semua, anak kecil itu nantinya akan berguna!" Seorang prajurit berseru dari atas kuda yang ia tunggangi. Derai air mata mengalir di
They will forget so many good from you but they will remember one mistake from you.*****Alexandra masih berpikir keras bagaimana luka di punggungnya bisa menghilang. Apa karena makhluk mengerikan yang semalam berusaha membunuhnya?"Alex, apa kau mau membantuku di dapur kerajaan?" tanya Ibu Rose."Hah? Kau memintaku untuk memasak?" tanya gadis itu terperanjat tak percaya."Apa kau tak bisa memasak?"
Fight your way then you will feel happy and never regret."Kau pria yang kutemui di sungai Esen, iya kan?" tanya Raja Evander.Duh, sepertinya aku akan dipenjara karena sudah menghinanya dan membicarakan kekejaman dia kala itu.Alexandra berusaha menundukkan kepala menyembunyikan wajahnya dari tatapan sang raja. Pria itu menyentuh dagu si gadis dan membuatnya mendongak."Benar kan, kau si pemuda yang di sungai dan menumpang padaku menuju pasar," ucap Evander.
Love never wrong even love come in wrong place, wrong time and wrong person. ***** "Aku menemukannya!" Seorang prajurit berseru pada yang lainnya kala melihat sosok Alexandra di dalam hutan tersebut. Gadis itu bangkit dan menghampiri si prajurit. "Kenapa kau di sini?" Prajurit itu menatap Alexandra dengan tatapan tajam. "Aku tersesat saat melihat kelinci yang ingin aku buru tadi," ucapnya berbohong. "Lekas kembali, Yang Mulia mencarimu!"
Love come unpredictable!*****Raja Evander makin tertawa terbahak-bahak dibuatnya. Baru itu Alexandra mendapati sang raja tertawa dengan sangat lepas. Wajah pria itu semakin terlihat tampan."Ah… manisnya…" ucap Alexandra.Tawa Evander terhenti menjadi tatapan sinis."Apa yang kau katakan barusan?"Pria itu menatap tajam pada gadis di hadapannya.
Ekstra Part Happy Ending “Happiness is not something ready made. It comes from your own action," — Dalai Lama. ***** Kondisi Evander dan Alexandra sudah membaik. Mereka diperbolehkan untuk pulang. Ayah dan ibunya menyempatkan diri menjemput keduanya saat pulang dari rumah sakit. Tuan Edward bahkan memberikan mereka bulan madu menuju Maldives dengan pesawat jet pribadi yang bertuliskan E Sky di dinding pesawat. "Ayah, kau benar-benar akrab dengan Ares sekarang ini," ucap Alexandra kala merangkul pinggang ayah mertuanya itu. Tuan Edward menoleh ke arah Ares yang berjalan di sampingnya. "Dia anjing yang pintar, semua yang aku perintahkan dia paham." Gurat kerutan di wajahnya nampak jelas kala ia tersenyum. "Yah begitulah ayah kalian, ia bahkan sengaja pulang cepat untuk bermain dengan anjing ini. Dia sudah menganggap Ares seperti anak
Part 90 “There are all these moments you think you won’t survive. And then you survive.” — David Levithan. ***** Beberapa petugas yang membawa tandu untuk mengevakuasi tubuh Alexandra dan Evander datang. Tuan Edward dan sang istri bersama Selena juga ikut berlarian menuju tepi sungai. Mereka juga tak sabar ingin melihat keduanya. Alexandra mencoba membuka kedua matanya. Ia sudah melihat para petugas lalu lalang di sekitarnya saat sudah berada di atas tandu darurat. Wanita itu menoleh ke arah Evander yang juga sedang ditandu. "Hai, Alex!" sapa Selena yang mengiringi dengan melangkah di samping tandu Alexandra. "Hai, Sel! Di mana Ares?" Alexandra mencari keberadaan anjing peliharaannya itu. "Ada, tuh! Dia terlihat menggemaskan dan lucu sekali." Selena menunjuk Tuan Edward yang menggendong tubuh anjing siberian husky yang kira-kira berusia satu tahun itu. Pria itu merasa berhutang budi
Part 89 Human progress is neither automatic nor inevitable… Every step toward the goal of justice requires sacrifice, suffering, and struggle; the tireless exertions and passionate concern of dedicated individuals.–Martin Luther King, Jr. ***** Keesokan harinya, Alexandra, Evander dan Ares melangkah mengikuti Obis dan Arial menuju The Dark Hill. Mereka sampai di batu besar bertuah yang menjadi pembuka dimensi waktu. Batu besar yang berpendar kehijauan seolah ada kristal-kristal yang menyelimuti permukaannya kala terkena sinar matahari itu berkilauan. "Wow, cantik sekali batu ini," ucap Evander. "Jadi, ini mungkin pertemuan terakhir kita, karena menurutku batu ini harus dihancurkan agar tak lagi membuka portal dimensi waktu," ujar Obis.
Part 88“Trust yourself. You’ve survive a lot, and you’ll survive whatever is coming.” — Robert Tew.*****"Ayah? Ibu?" Alexandra menoleh pada Tuan Obis."Begitulah."Pria kerdil itu mengangkat kedua bahunya."Kalian menganggapnya anak kalian?" tanya Alexandra."Ya, kau benar. Aku akan siapkan makanan untuk kalian. Oh iya, sebentar aku lupa mengeringkan tubuh kalian."Obis lalu mengarahkan telapak tangan pada Alexandra dan Evander. Makhluk itu sudah memiliki sihir untuk menyembuhkan dan mengeringkan tubuh kedua orang itu."Wow, kau hebat! Bagaimana kau bisa melakukan sihir seperti ini?" tanya Alexandra."Sejak aku pergi, batu besar tempat pedang Brave Gold memberikan aku kekuatan. Tapi, pedang itu hilang begitu saja. Dia akan kembali saat diperlukan
Part 87 “The two most important days in your life are the day you are born and the day you find out why.” —Mark Twain. ***** Alexandra membuka kedua matanya. Hawa pengap dan lembab sangat terasa. Pipi wanita itu terasa dingin karena berada di atas tanah lembab. Jemari tangan kirinya mulai meraba. Tubuhnya basah kuyup kala itu. "Di mana ini?" lirih Alexandra mencoba mengamati sekitar. Ia mencoba bangkit untuk duduk. Alexandra menemukan Evander terbaring tak jauh dari tempatnya berada. Tak butuh waktu lama, ia langsung menghampiri suaminya itu. "Evan, Evan sayang bangun...!" Alexandra berusaha mengguncang bahu kekar milik Evander. Tak ada respon yang tercipta. Pria itu masih terbaring tak berdaya. "Sayang, kau harus bangun! Jangan tinggalkan aku!" seru Alexandra. Tetap tak ada respon sampai akhirnya ia memberikan napas buatan pada pria itu. Linangan air matanya tak dapat terbendung sa
Part 86 “I am prepared for the worst, but hope for the best” — Benjamin Disraeli. ***** "Siap ya, satu... dua... ti... ga!" Alexandra dan Evander melempar bucket bunga bersama ke arah belakang mereka. Tania akhirnya berhasil menangkap bucket bunga yang dilemparkan oleh Alexandra dan Evander secara bersamaan itu. Dia berteriak histeris dan melonjak-lonjak kegirangan. "Yeaay, akhirnya aku dapat... aku akan menikah... aku akan menikah! Brian, kau harus menikahi aku,ya?" tanya Tania yang langsung menoleh ke arah pria itu. Brian terperanjat saat Tania mengatakan hal tersebut. Ia hanya tertawa dan menahan berat air saliva yang ada di mulutnya itu. Alexandra dan Evander hanya bisa tertawa saat itu melihat kelakuan sahabatnya. Lalu acara dilanjutkan dengan persembahan sebuah lagu cinta yang dipersembahkan oleh Alexander untuk suaminya. Suara Alexandra terdengar sangat merdu dan membuat para tamu undangan y
Part 85 “It can only be true love when you enable your other half to be better, to be the person they’re destined to be.” — Michelle Yeoh. ***** Namun, di luar area hotel, sesuatu yang tak diinginkan terjadi. Julian yang masih menyimpan dendam ingin melakukan sesuatu pada Alexandra dan Evander. Meskipun ia sudah mengakui semua hasil sketsa rancangan pakaian yang Alexandra buat atas namanya, ia masih juga ingin menghancurkan pernikahan Evander dan Alexandra malam itu. Julian duduk di dalam mobil miliknya yang terparkir di halaman hotel, sementara ia memerintahkan pembunuh bayaran untuk melakukan sabotase terhadap mobil pengantin itu. Pria yang menggunakan jaket hitam dan topi yang ia turunkan ujungnya agar wajahnya tertutup itu mengendap-endap. Pria itu menuju mobil pengantin milik Alexandra dan Evander. Ia melakukan pemotongan terhadap kabel penghubung rem agar rem mobil tersebut blong dan akan menyebabkan kecelak
Part 84 Today you start this new journey in your life. Let it be fantastic, crazy and wonderful, unbelievable and unforgettable. — unknown. ***** "Bawa ini, aku akan menghubungi Julian," ucap Evander. "Menghubungi Julian? Kau mau apa?" Evander menghentikan laju mobilnya. Ia menunjukkan wajah smirk pada wanita itu saat turun dari mobil untuk bergantian dengan Alexandra. Kini, Alexandra sudah berada di kemudi mobil Bugatti Chiron Pur Sport milik Evander dan melajukan kendaraan itu menuju panti asuhan. Evander menghubungi Julian kala itu, ia menekan icon loud speaker agar wanita di sampingnya bisa mendengarnya. "Sayang... kau ada di mana, sih?" tanya Julian dari seberang sana. "Aku sedang berada, entahlah aku ada di mana yang jelas aku hanya ingin bilang kalau..." "Kalau apa? Kalau kau mencintaiku dan ingin pernikahan dipercepat? Sayang, aku tahu kalau aku mencintaiku, tetapi jadwal kegiatanku sangat
Part 83 "Animals are not property or things but rather living organisms, subjects of a life, who are worthy of our compassion, respect, friendship, and support.” — Marc Bekoff. ***** "Ares? Apakah ini reinkarnasi naga besar itu?" gumam Alexandra. Evander menoleh dan menanyakan perihal yang dikatakan Alexandra. "Ares, naga besar? Apa maksudmu naga yang membawamu pergi ke Kerajaan Anathema?" tanya Evander. Alexandra menjawab dengan anggukan. Evander sekilas menoleh pada siberian husky yang ada di pangkuan wanita di sampingnya itu. Hewan itu dalam keadaan tak sadarkan diri kala itu. "Jika anjing itu ditabrak mobil, ia dapat mengalami patah tulang, masalah pada tulang belakang, luka dan perdarahan, shock, bahkan cedera otak yang menyebabkan koma atau kejang. Atau, dia mungkin tidak mengalami luka apapun dan pergi begitu saja. Seekor anjing yang terluka parah dapat menggigit Anda karena d