….. Koa tampak kecewa. Sabetan pisaunya melenceng jauh dari target yang diharapkan. Sejak awal, ia mengincar leher Nathaniel, tapi yang didapatkan malah mata pria itu. Meskipun gagal, tetap ada sedikit perasaan lega di dada Koa. Pasalnya, ia berhasil membalaskan sedikit dendam atas kemalangan yang menimpa Yona. “WANITA KEPARAT!” Koa buru-buru beringsut ke tengah ranjang. Ujung pisau tak lupa ia arahkan ke depan. Sudah kepalang tanggung, Koa tidak bisa mundur lagi. Darah segar masih mengucur deras dari wajah Nathaniel. Karena dalamnya goresan, mata kanan Nathaniel dipastikan telah rusak. “Ah, sial!” rintihnya sambil menekan lukanya menggunakan sehelai sapu tangan. Dengan tergopoh-gopoh, Nathaniel mencoba bangkit dari lantai dengan mencengkeram pinggiran nakas. “JANGAN MENDEKAT!” Saking kencangnya teriakan Koa, suaranya sampai pecah. “SAYA BILANG, JANGAN MENDEKAT!” “TUTUP MULUTMU, JALANG!” Nathaniel membalas Koa dengan teriakan yang tak kalah kencang. “MANUSIA TAK TAHU DIRI SEPERTI
….. Aku masih ingat betul bagaimana rasanya panas api yang membakar bangunan panti asuhan menyentuh kulitku. Kala itu, semua pintu terkunci rapat, sementara aku terjebak di dalamnya—seorang diri, meringkuk di sudut ruangan sambil memeluk buku pemberian wanita cantik yang mengaku sebagai istri sah ayah. Napasku pun tercekat tatkala asap dan udara panas yang aku hirup mulai membakar tenggorokan, dan terus merambat hingga paru-paru. Wajahku berubah merah, semerah daging yang terbakar di atas panggangan barbeku. Menurut sains, meninggal dengan cara terbakar merupakan jalan kematian yang paling menyakitkan selain mati karena tenggelam. Butuh waktu yang cukup lama sampai nyawa kita benar-benar telah tercabut. Kita harus melalui proses panjang nan menyiksa sampai akhirnya saraf kita hancur dan kita tak mampu lagi merasakan rasa sakit. Kulit-kulit kita akan melepuh lalu disusul kebocoran darah dan cairan tubuh lain. Pada tahap inilah, kita baru bisa kehilangan kesadaran. Jantung akan berhent
….. “Bajingan!” teriak Nathaniel ketika berpapasan dengan belasan prajurit Istana Dahlia, dalam persembunyiannya di sebuah desa kecil di barat ibu kota. Pria yang kini berstatus buronan itu mulai kehabisan akal setelah berlarian lebih dari satu jam demi menghindari kejaran orang-orang istana. Ditambah lagi dengan cedera di kepalanya yang belum sembuh total, tinggal menunggu waktu saja sampai dirinya tumbang. “YANG MULIA! HORMATI PUTUSAN PENGADILAN DAN TERIMA HUKUMAN ANDA!” Para prajurit yang diutus Zielle pantang menyerah. Berhari-hari telah berlalu semenjak peristiwa kebakaran di villa. Tetapi mereka dengan gigih mengejar Natahniel hingga keluar dari perbatasan ibu kota sambil terus memperingatkan pria itu untuk kembali dan memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang terdakwa atas kasus penculikan dan percobaan pembunuhan Koa Dorian. Jalanan yang berlumpur membuat langkah Nathaniel terasa kian berat. Salju yang turun semalam telah mencair, membasahi jalanan bertekstur lempung di de
…..Olga adalah pelayan baru yang ditugaskan Madam Cleo untuk melayani Koa, menggantikan mendiang Yona yang meninggal karena diserang bandit. Di minggu-minggu pertamanya, Olga mencoba berterus terang kepada Phillip bahwa dirinya lumayan kesulitan mengurusi sang nona yang tengah dilanda depresi. Olga terjebak dalam jurang kesalahpahaman, sebab, setiap kali ia mengajukan pertanyaan terkait situasi Koa, Madam Cleo selaku nyonya besar di tempatnya bekerja selalu menolak memberikan penjelasan dengan berkata ‘nanti’.Siang itu, bunyi ketukan bernada pada pintu kayu kembali terdengar nyaring di koridor mansion.“Lady Koa?” panggil Olga dari luar.Beberapa menit yang lalu, lonceng kamar Koa yang biasanya senyap mendadak berdenting. Olga yang kebetulan sedang bersantai di ruang istirahat pelayan buru-buru berlari menelusuri koridor seperti wanita kesetanan.“Milady, ini saya Olga.”“Masuklah.”Olga mendorong pintu di hadapannya. Salah satu kamar tidur utama di Dorian Manor yang ditempati Koa ta
….. Mengalami cidera jaringan yang cukup parah, kemudian disusul oleh penanganan yang kurang optimal, luka bakar di kedua kaki Koa meninggalkan bekas yang sangat mengerikan. Alasan mengapa Koa sampai sekarang membatasi interaksinya dengan dunia luar, selain karena merasa malu, Koa mengakui bahwa dirinya menjadi gampang emosi setiap kali melihat luka tersebut. Lebih tepatnya, karena luka di kakinya itu mengingatkannya pada sosok bengis Nathaniel. Koa menutup wajah dengan tangan, berusaha menyembunyikan rona merah yang muncul akibat ledakan emosi yang tak bisa lagi ditahan. Reaksi itu spontan ia berikan tatkala Black yang awalnya menyerah tiba-tiba menarik kembali selimutnya, lalu menyingkirannya dengan melemparkannya ke lantai. Tampak urat leher Black yang menegang setelah mengetahui keadaan terkini kaki Koa. “Astaga. Apa yang harus aku lakukan?” tanya Black pada Koa. ‘Lord Black pasti jijik melihat kakiku. Sial, mentalku belum siap menghadapi hinaan ini,’ batin Koa kecewa, masih dal
….. Olga sesekali menelan ludahnya dengan kasar. Bekas lebam pada kulit pinggang dan kulit paha Koa begitu menarik perhatian. Saking kentaranya mereka, penampakan objek yang jelas tak umum berada di tempat itu sampai mengalihkan perhatiannya dari pekerjaan. Olga bahkan melakukan beberapa kali kesalahan karena kurang fokus, dan akibatnya, ia mendapatkan teguran dari Koa. ‘Pemandangan ini kelewat dewasa untukku,’ batin si gadis lajang seraya tersipu malu. Pagi tadi, ketika sosok Duke Black Leander keluar dari kamar Koa, rasa penasaran dalam diri Olga seketika membumbung tinggi. Pertanyaan seperti, kegiatan macam apa yang telah mereka lakukan sepanjang malam ini? Apa yang baru saja terjadi di balik pintu tertutup itu? Terus berkecambuk di dalam benak Olga. Andai saja dirinya bukan seorang pelayan rendahan, sudah pasti, sejak awal Olga akan mengangkat isu ini. Mungkin, saat ia membantu tuannya membersihkan diri. Namun untungnya, rasa penasaran Olga terkalahkan oleh rasa takutnya. Kendat
….. Cahaya redup dari puluhan lilin yang ditata berderet di sepanjang lorong menyoroti wajah pucat para pelayan yang terpaku dalam pertanyaan dan teror. Angin dingin yang menusuk tulang mengalir liar melalui celah-celah sempit, seolah mencari jawaban atas misteri takdir suram yang mengepung istana. Semua orang pun sadar, suasana di Istana Azalea terasa hening dan mencekam setelah kematian tragis Elle Kimoni. Gadis berparas cantik itu memutuskan mengakhiri hidupnya dengan melompat ke danau belakang istana. Kastil megah yang didamba kelak menjadi rumah masa depannya justru menjadi saksi bisu betapa putus asanya kekasih Nathaniel pada saat-saat terakhirnya. Tak berbeda jauh dengan Istana Azalea, rumah Count Kimoni yang dulu penuh kehangatan, kini dipenuhi oleh suasana duka yang menyesakkan. Suara riuh langkah kaki yang biasanya mengisi lorong-lorong rumah, kini tergantikan oleh langkah-langkah pelan yang sarat akan kesedihan. Lusinan koleksi keramik indah di sepanjang lorong tampak ter
….. Di penghujung musim dingin, taman Dorian Manor mempersembahkan pemandangan yang begitu memukau mata. Tempat yang sebelumnya dipenuhi warna-warni bunga musim panas kini menjelma jadi taman surga yang tertutup kilauan salju. Helaian-helaian salju lembut melingkupi setiap cabang dan semak, menciptakan pemandangan yang tak tertandingi ketenangannya. Pohon-pohon tua yang menjulang tinggi, mereka si penjaga setia yang berdiri gagah, melindungi keajaiban alam ini dari godaan angin. Mereka pula yang semula berdiri tegak, rela merendahkan diri dengan elegan di bawah beban salju yang menumpuk anggun pada ranting-rantingnya. Di tengah hutan pepohonan yang damai itu, terhampar sebuah jalur setapak kecil yang tersembunyi di bawah lapisan salju, mengundang siapa saja yang datang berkunjung untuk ikut menjelajahi keajaibannya. Di penghujung musim dingin, Dorian Manor layaknya dunia yang menantang dan merenung di saat yang bersamaan. Koa berjalan dengan langkah ringan di sepanjang koridor, diter
…..Lady Xylia Denta, dengan keahlian dan pengetahuannya dalam ilmu sihir, merupakan salah satu guru terkemuka di Sekolah Sihir Kerajaan Chanceux. Setiap harinya, ia sibuk mengajar berbagai mata pelajaran magis kepada para siswa yang tertarik pada sihir. Dipenuhi dedikasi dan semangat, Xylia tidak hanya mengajarkan keterampilan dasar seperti mantra dan sihir pelindung, tetapi juga memperkenalkan konsep-konsep yang lebih kompleks seperti alkimia dan ramalan. Para siswa di bawah bimbingan Xylia diarahkan untuk mengasah bakat mereka dan mengeksplorasi potensi magis lebih dalam. Sebagai penyihir yang dihormati dan diakui, Xylia juga menjadi panutan bagi banyak siswa yang bercita-cita menjadi ahli sihir handal di masa depan.“Permisi, Profesor?” Helda, seorang siswa cerdas yang terkenal tekun sering kali menarik pehatian Xylia dengan pertanyaan-pertanyaan tajamnya. Hari ini, setelah kelas selesai, Helda mendekati Xylia dengan ekspresi ingin tahu yang khas di wajah. “Saya ingin bertanya ten
…..Perjalanan pulang dari istana terasa begitu menegangkan. Black duduk di atas kudanya dengan raut super serius yang menakutkan. Di sekitarnya, para ksatria yang bertugas mengawal terdiam dalam teror tak berujung. Mereka pun menyadari, suasana hati Black memang sudah buruk semenjak meninggalkan Leander.Oliver yang juga ikut mendampingi Black tak mau berpasrah diri. Ia lalu menarik tali kekang, bergerak maju supaya kudanya bisa sejajar dengan kuda Black. “Banyak bangsawan yang menyetujui proposal Anda, Lord. Ini hasil yang memuaskan,” ujarnya mencoba membuka obrolan.Black tetap melihat ke depan, hanya matanya saja yang melirik tajam ke arah Oliver. “Bisakah kita membahas urusan ini di kantor. Aku sedang lelah sekarang.”Reaksi dingin Black membuat gemetar semua orang, terutama Oliver yang berhadapan langsung dengannya. Ia pun tidak bertanya lagi, membiarkan suasana hening yang menyiksa itu mengiringi perjalanan pulang mereka.…..Seakan sudah hafal betul rutinitas harian nyonya mer
…..Koa terbangun dari tidur dengan perasaan tak nyaman. Perutnya terasa seperti tengah dibelai lembut oleh tangan yang akrab. Mata Koa terbuka perlahan, dan ia menemukan sosok suaminya, Black sedang berbaring di sampingnya. Semalam, Koa mengalami kram perut yang cukup parah sampai membuatnya sulit tidur. Beruntungnya Koa, Black dengan telaten mengurusnya. Sentuhan tangan Black yang hangat membuatnya merasa lebih baik.“Kau butuh sesuatu, Sayang?” tanya Black saat menyadari Koa menggeliat di dalam pelukannya. “Haus?”Koa menggelengkan kepala. “Saya baik-baik saja.” Wanita itu terdiam sejenak, merenung. “Apakah Anda sibuk hari ini?”“Mm, sedikit sibuk,” jawab Black sembari memainkan rambut panjang Koa. “Sore ini aku ada jadwal untuk pergi ke ibu kota.”“Urusan Anda dengan Pangeran Zielle?” Koa bertanya lagi, dengan rasa ingin tahu yang terselip dalam suaranya. “Benar?”“Benar.” Black mencium puncak kepala Koa, lalu mengeratkan pelukannya. “Kau tidak ingin aku pergi, Koa?”Koa kembali m
…..“Bisakah Anda tinggal lebih lama di sini? Setidaknya sampai cucu Anda lahir.”“Oh Koa sayang, sungguh maafkan aku. Seandainya bisa, aku pasti akan melakukannya.”Setelah beberapa hari menghabiskan waktu bersama di Leander Manor, tiba saatnya bagi Madam Adelaine, Xylia, dan Baron Denta kembali ke Chanceux. Koa dan Black mengantarkan mereka sampai gerbang utama, di mana kereta kuda yang akan membawa mereka pulang menunggu. Meskipun suasana sedikit melankolis, tetapi senyum hangat terus mengiringi momen perpisahan itu. Sebagai tuan rumah, Koa dan Black memberikan penghormatan dan juga ucapan terima kasih kepada orang-orang terkasihnya.“Sampai jumpa lagi, Sayang.” Madam Adelaine bergantian mencium pipi Koa dan pipi Black sebelum naik ke kereta. “Jaga kesehatan kalian.”Kusir menyentakkan tali kekang dan kereta kuda mulai bergerak meninggalkan gerbang. Dari tempatnya berdiri, Koa memperhatikan kepergian mereka dengan hati yang berat. Ia melirik ke arah Black yang berdiri tepat di sebe
…..Kedatangan kereta kuda istana menjadi sorotan di Leander Manor. Suara langkah kuda yang saling bersahutan memecah keheningan di sekitar mansion dan menarik perhatian para penghuninya. Koa yang kebetulan berada di taman manor segera mengedarkan pandangan, mencaritahu identitas dari rombongan tamu yang datang berkunjung.“Siapa mereka?” tanya Koa kepada Olga.“Pangeran Zielle dan Lady Aylin Otsana, Madam.”Dada Koa berdesir saat mendengar nama Aylin. Ingatan akan masa lalu yang pahit langsung melintas di dalam benak. Namun, bukannya perasaan gugup yang ia rasakan, justru perasaan bersalah yang lebih mendominasi. Koa ingat bahwa di antara mereka, dirinyalah yang memutuskan komunikasi secara pihak. Biarpun ada alasan dibalik sikapnya hari itu, Koa sama sekali tidak membenarkan tindakan egoisnya tersebut.Sementara itu, Black, beberapa pelayan dan ksatria Leander terpantau sudah menanti di depan gerbang untuk menyambut tamu istimewa mereka. Saat kereta memperlambat laju dan berhenti di
…..Kepanikkan mengintari Koa saat undangan minum teh dari Madam Adelaine datang kepadanya. Meskipun Koa telah resmi menjadi bagian dari Keluarga Leader setelah menikah dengan Black, hubungannya dengan ibu mertua masih terbilang kaku. Karena kesibukan masing-masing, mereka baru bisa bertemu lagi sekarang setelah pertemuan terakhir mereka di pesta resepsi.Berjalan santai menyeberangi halaman menuju rumah kaca, Koa menyadari betapa senyapnya mansion setelah ditinggalkan para tamu. Kendati sepi, situasi tersebut tidak serta-merta menghilangkan kemegahannya. Justru terkadang, terlalu banyak manusia malah membuat mansion menjadi sesak dan tidak layak untuk dipandangi. Contohnya, bangunan rumah kaca yang menurut cerita Black, dulu dirawat Madam Adelaine dengan sangat telaten. Sebelum pulang ke rumah keluarga besarnya di Kerajaan Chanceux, Madam Adelaine sering menghabiskan waktunya di tempat itu, merawat tanaman-tanaman eksotis, merangkai bunga-bunga cantik yang dipetiknya sendiri.“Terima
…..Leander Manor telah terbangun dari hiruk pikuk pesta semalam. Seluruh jendela dibuka lebar-lebar, membiarkan udara segar dari hutan sekitar mengusir sisa euphoria perayaan. Dari arah timur, sinar matahari menyusup melalui celah-celah bangunan, menghangatkan pagi yang sebentar lagi beranjak siang. Suara langkah kaki ringan mulai terdengar di setiap lorong, menandakan awal dari hari yang baru.Kesan damai dan santai ini justru berbanding terbalik dengan suasana di kamar tidur utama manor. Dokter Manuel Soriano, seorang spesialis kandungan terkemuka yang dipanggil langsung oleh Black dari ibu kota, tengah melakukan pemeriksaan yang cermat terhadap pasiennya, Koa Dorian. Atmosfer tegang tampak menyelimuti ruangan begitu Dokter Manuel meminta pasangan Leander duduk di sofa, menunggunya membacakan hasil pemeriksaan.“Madam, Anda memang benar sedang hamil. Dan berdasarkan perhitungan dari hari pertama menstruasi terakhir, kandungan Anda diperkirakan berusia lima minggu.”Koa meremas tang
…..Sebagai pemimpin Leander Dukedom, menjadi tugas Black untuk memperkenalkan Koa kepada banyak orang penting yang telah diundangnya ke pesta malam ini. Pertama-tama, ia memperkenalkan Koa kepada bangsawan dan aritokrat berpengaruh yang menjadi teman dekat dan mitra bisnis Leander. Sesuai dugaannya, mereka menyambut Koa dengan tangan hangat dengan tak henti-hentinya memberikan wanita itu ucapan selamat atas pernikahan mereka.Selanjutnya, Black memperkenalkan Koa kepada para pejabat pemerintah dan tokoh politik. Mengetahui betapa cerdasnya Koa, mereka tanpa ragu mengajak Koa mendiskusikan berbagai isu penting yang sedang dihadapi kerajaan. Namun ketika Koa mulai kewalahan, Black segera mengambil alih dan mengganti diskusi mereka ke topik yang lebih ringan.Selesai dengan orang-orang pemerintahan, Black membawa Koa bertemu dengan para tokoh budayawan dan para filantropis yang mendukung berbagai proyek amal Keluarga Leander. Orang-orang itu dengan semangat tinggi berbagi cerita tentang
…..Black berlari menyeberangi lautan pelayan yang terlihat berkumpul di depan kamar istrinya. Begitu mendengar kabar Joss memanggil Dokter William untuk memeriksa kondisi Koa, Black yang tidak tahu apa-apa tanpa ragu menghentikan rapat dan membubarkan semua orang. Ia bahkan mengabaikan Oliver dan meninggalkannya seorang diri di kantor bersama ribuan berkas laporan yang seharusnya mereka selesaikan sore ini sebelum pesta resepsi kedua dimulai.“Ada apa dengan Koa?” tanya Black kepada tiga bawahannya yang ikut menunggu di dalam kamar. Ia menatap mereka satu per satu, menuntut sebuah penjelasan. Ketika sudut matanya menangkap bayangan Koa, ia buru-buru menghampiri wanita itu. “Sayang, pagi ini aku lihat kau baik-baik saja. Kenapa sekarang wajahmu pucat sekali?”“L-lord, saya—“Duke,” panggil Dokter William. Ia menjaga sikapnya setenang mungkin, berusaha tidak memperkeruh keadaan. “Anda tidak perlu khawatir.”“Apa katamu? Setelah melihat wajah istriku sepucat ini, kau masih berani meminta