….. Butik mewah milik Marchioness Ronan hanya menerima kunjungan pelanggan yang sudah melakukan reservasi. Artinya, pelanggan harus membuat janji temu terlebih dahulu sebelum datang. Karena itu, tempat ini tidak mengenal istilah ‘berdesak-desakan’. Hanya ada satu atau dua orang pelanggan saja di dalam toko setiap jamnya. Tipikal butik eksklusif untuk kaum elit. “Aku mempersiapkan beberapa model gaun cantik rancangan butik kami.” Marchioness Ronan bersama Koa memasuki salah satu ruangan pelanggan naratama butik. Beberapa mannequin yang sudah dipakaikan gaun-gaun cantik nan mewah terlihat berjejer rapi di depan tatanan kursi sofa berbentuk U. “Model yang kuperlihatkan kepadamu sekarang adalah model terbaru sekaligus tren gaya busana bangsawan wanita musim ini.” Marchioness Ronan lalu mempersilakan Koa untuk melihat-lihat. Terdapat lima model gaun yang telah dipersiapkan. Koa akui, semua gaun itu begitu cantik dan elegan. Namun hanya ada tiga buah saja yang sesuai dengan selera wanita
….. Black sampai di Chanceux sehari lebih cepat dari perkiraan awal. Bersama rombongannya, kini mereka dalam perjalanan menuju kediaman Keluarga Denta. “Duke, apakah Lady Dorian tahu jika Xylia juga sepupu Anda?” tanya Gilbert memecah keheningan di dalam kereta. Black menggeleng dengan pandangan yang masih diarahkan ke jendela. “Dia belum pernah menanyakan masalah itu. Lagi pula, tidak ada gunanya memberitahu orang luar mengenai rahasia keluarga kita.” Keluarga Denta adalah keluarga asal dari Madam Adelaine dan ibu Gilbert. Keduanya merupakan anak kedua dan ketiga dari keluarga ini. Sementara ayah Xylia, beliau anak tertua yang sekarang menjabat sebagai kepalanya. Dalam sejarah Keluarga Denta, diketahui leluhur mereka merupakan penyihir Elinor yang kabur ke Chanceux setelah peristiwa pembantaian penyihir di ibukota. Chanceux yang sangat menghargai sihir menerima mereka dengan tangan terbuka. Selain memberikan tempat berteduh, Chanceux juga memberikan gelar kebangsawanan kepada lelu
….. Di ruang kerja Duke Sander, Koa sibuk membantu Madam Cleo memeriksa ulang daftar tamu untuk acara keluarga mereka nanti. Keduanya memastikan tidak ada yang tertinggal dan semua undangan sudah dikirim ke alamatnya masing-masing. “Madam,” panggil Koa. “Ada masalah?” “Bolehkan saya menambahkan satu nama lagi?” Madam Cleo memandang Koa dengan tatapan curiga. “Lady Aylin Otsana sudah ada dalam daftar. Aku juga sudah mengirimkan undangan ke kediaman Keluarga Otsana,” ujarnya kemudian. “Maaf?” Koa terlihat kebingungan. “Saya pun tahu itu.” Aylin Otsana adalah satu-satunya teman Koa yang Madam Cleo kenal. Sejak kecil, Koa memang jarang berinteraksi dengan orang luar. Madam Cleo bahkan sempat tidak percaya ketika mendengar kabar bahwa Koa pergi menghadiri undangan pameran seni Aylin di Akademi Kerajaan. Itu sebabnya Madam Cleo terkejut mengetahui Koa ingin menambahkan lagi tamu pribadinya. “Kau punya teman atau kenalan yang tidak aku ketahui?” Sikap Madam Cleo yang satu ini Koa akui
….. Suasana di mansion Keluarga Dorian terasa begitu berbeda malam ini. Bangunan mewah yang biasanya sepi kini terlihat ramai oleh pengunjung. Di luar gerbang utama, satu per satu kereta kuda milik para tamu mengantri rapi, menunggu gilirannya masuk ke area acara. Demi memeriahkan pesta ulang tahun sang istri, tuan rumah sengaja mengundang banyak kenalannya, mulai dari bangsawan Elinor sampai bangsawan kerajaan tetangga. Di aula besar yang sudah didekorasi sedemikian rupa, Duke Sander sibuk menjalankan tugasnya, menyapa tamu yang datang dan menemani mereka bercakap-cakap selagi Madam Cleo mempersiapkan diri di belakang. “Anda mengundang banyak sekali orang penting Duke Dorian,” celetuk Count Albert Lucian. Suami dari sahabat Madam Cleo itu tiba-tiba saja muncul di sebelah Duke Sander sambil memasang tampang jahil. Pria yang saat ini bekerja sebagai akuntan di perusahaan dagang milik Keluarga Dorian itu memasang senyum simpul di wajah. “Jangan-jangan ada pengumuman penting malam ini.
….. Elle heran saat mengetahui tak satu pun bangsawan mengajaknya bicara. Orang-orang hanya memandangnya dari jauh, tanpa ada niat mendekati. Jika diperhatikan lagi, mereka malah terkesan sengaja menjaga jarak. ‘Kenapa menatapku seperti itu? Ada yang aneh dari penampilanku?’ batin Elle bertanya-tanya. Merasa disisihkan tamu-tamu lain, Elle yang kecewa memutuskan pergi meninggalkan aula besar. Setelah mendapatkan izin dari Count Kimoni dengan beralasan jika ia kelelahan dan ingin beristirahat, Elle akhirnya keluar dari tempat itu. “Astaga, ini menakutkan,” seru Elle saat mencoba menaiki salah satu anak tangga menuju lantai dua. Gadis itu kesulitan bergerak karena terhalang gaunnya yang kebesaran. Elle menyesal. Seharusnya ia turuti saja saran ibunya hari itu. Usai menerima undangan tak terduga dari Keluarga Dorian, ditemani Countess Kimoni, Elle pergi ke kota guna membeli gaun baru yang akan dikenakannya pada pesta nanti. Tanpa mempedulikan kenyamanannya sendiri, Elle langsung menu
….. Belum juga selesai menyuarakan seluruh ancamannya, Nathaniel malah mendapati senyum miring menghiasi wajah cantik Koa. Sikap meremehkan yang sengaja diperlihatkan Koa semakin mengguncang pusat pengendalian emosi Nathaniel. Koa tak tahu jika ancaman Nathaniel bukanlah ancaman kosong belaka. Malas menanggapi, Koa benar-benar pergi tanpa mengindahkan tata kramanya di hadapan tamu penting Madam Cleo. Dan sesuai perkiraan, Nathaniel kembali menghentikan Koa. Namun aksinya kali ini terbilang jauh lebih kasar dibanding sebelumnya. Pria itu dengan sengaja mencekal lengan Koa dan hampir membuatnya jatuh terpelanting jika saja tidak ditangkap. “Yang Mulia!” seru Koa marah. Cengkeraman tangan Nathaniel semakin bertambah kuat setiap kali ia berusaha melepaskan diri. Mengetahui Koa yang tak juga menyerah, Nathaniel kembali menarik, kemudian membanting tubuh wanita itu ke kursi panjang balkon. Untung saja kursi itu kursi busa, jadi Koa tidak merasakan sakit yang kentara meski dijatuhkan cuku
….. Ketika Nathaniel menarik dan memeluk tubuhnya erat, Elle refleks mengigit bibirnya kuat-kuat. Ia berharap usaha itu bisa meredam suara tangisannya. Fakta Nathaniel pernah bertunangan dengan wanita lain sukses menghancurkan kepercayaan Elle pada sang kekasih. Bukan barang aneh jika Elle kecewa. Dari awal mereka menjalin hubungan, Nathaniel tidak pernah lelah membisikkan Elle jika ialah satu-satunya perempuan istimewa di hati Nathaniel. “Anda berbohong, Yang Mulia.” Suara gemetar Elle terdengar begitu memilukan. “Ternyata, selama ini saya hanyalah seorang selingkuhan.” “El! Dengarkan aku. Pertunangan kami sudah lama berakhir. Tidak ada apa-apa lagi di antara kami sekarang.” “Jika sudah lama berakhir, kenapa Anda masih menemuinya? Anda bilang— “Kita hidup untuk masa depan. Kenapa kau terus memusingkan masa lalu? Sementara aku memilihmu untuk masa depanku.” Andai saja Elle tidak bersembuyi di dada Nathaniel dan melihat wajah pangeran itu secara langsung. Dewa pun menjamin, kepe
….. Camille dengan sengaja menyenggol lengan Nathaniel, membuat pria yang sedang sibuk berbincang dengan para tamu itu menoleh ke arahnya. “Ikuti aku!” bisiknya kemudian. Mengerti jika sang ibu ingin membicarakan masalah serius, Nathaniel segera pamit kepada semua orang dan mengikuti Camille ke sisi sepi aula. “Anda sebaiknya lebih berhati-hati. Jangan buat keributan di rumah orang,” tegur Nathaniel merasa tidak senang. Bukannya introspeksi akan kesalahannya, Camille malah tergelak. “Kau pikir aku tidak mengenal orang-orang yang baru saja kau temui itu? Mereka teman-teman pamanmu, bukan?” Nathaniel memutar bola matanya malas. Jengkel pada sikap sok tahu sang ibu. Kendati tak ikut andil dalam rencana besar Nathaniel, Camille sedikitnya tahu apa yang tengah dikerjakan oleh putranya dan saudara laki-lakinya. Camille pribadi tidak melarang ataupun mendukung mereka. Namun, ia sadar, kemenangan Nathaniel nanti juga akan menjadi kemenangannya. Camille diam-diam mengincar posisi wanita te
…..Lady Xylia Denta, dengan keahlian dan pengetahuannya dalam ilmu sihir, merupakan salah satu guru terkemuka di Sekolah Sihir Kerajaan Chanceux. Setiap harinya, ia sibuk mengajar berbagai mata pelajaran magis kepada para siswa yang tertarik pada sihir. Dipenuhi dedikasi dan semangat, Xylia tidak hanya mengajarkan keterampilan dasar seperti mantra dan sihir pelindung, tetapi juga memperkenalkan konsep-konsep yang lebih kompleks seperti alkimia dan ramalan. Para siswa di bawah bimbingan Xylia diarahkan untuk mengasah bakat mereka dan mengeksplorasi potensi magis lebih dalam. Sebagai penyihir yang dihormati dan diakui, Xylia juga menjadi panutan bagi banyak siswa yang bercita-cita menjadi ahli sihir handal di masa depan.“Permisi, Profesor?” Helda, seorang siswa cerdas yang terkenal tekun sering kali menarik pehatian Xylia dengan pertanyaan-pertanyaan tajamnya. Hari ini, setelah kelas selesai, Helda mendekati Xylia dengan ekspresi ingin tahu yang khas di wajah. “Saya ingin bertanya ten
…..Perjalanan pulang dari istana terasa begitu menegangkan. Black duduk di atas kudanya dengan raut super serius yang menakutkan. Di sekitarnya, para ksatria yang bertugas mengawal terdiam dalam teror tak berujung. Mereka pun menyadari, suasana hati Black memang sudah buruk semenjak meninggalkan Leander.Oliver yang juga ikut mendampingi Black tak mau berpasrah diri. Ia lalu menarik tali kekang, bergerak maju supaya kudanya bisa sejajar dengan kuda Black. “Banyak bangsawan yang menyetujui proposal Anda, Lord. Ini hasil yang memuaskan,” ujarnya mencoba membuka obrolan.Black tetap melihat ke depan, hanya matanya saja yang melirik tajam ke arah Oliver. “Bisakah kita membahas urusan ini di kantor. Aku sedang lelah sekarang.”Reaksi dingin Black membuat gemetar semua orang, terutama Oliver yang berhadapan langsung dengannya. Ia pun tidak bertanya lagi, membiarkan suasana hening yang menyiksa itu mengiringi perjalanan pulang mereka.…..Seakan sudah hafal betul rutinitas harian nyonya mer
…..Koa terbangun dari tidur dengan perasaan tak nyaman. Perutnya terasa seperti tengah dibelai lembut oleh tangan yang akrab. Mata Koa terbuka perlahan, dan ia menemukan sosok suaminya, Black sedang berbaring di sampingnya. Semalam, Koa mengalami kram perut yang cukup parah sampai membuatnya sulit tidur. Beruntungnya Koa, Black dengan telaten mengurusnya. Sentuhan tangan Black yang hangat membuatnya merasa lebih baik.“Kau butuh sesuatu, Sayang?” tanya Black saat menyadari Koa menggeliat di dalam pelukannya. “Haus?”Koa menggelengkan kepala. “Saya baik-baik saja.” Wanita itu terdiam sejenak, merenung. “Apakah Anda sibuk hari ini?”“Mm, sedikit sibuk,” jawab Black sembari memainkan rambut panjang Koa. “Sore ini aku ada jadwal untuk pergi ke ibu kota.”“Urusan Anda dengan Pangeran Zielle?” Koa bertanya lagi, dengan rasa ingin tahu yang terselip dalam suaranya. “Benar?”“Benar.” Black mencium puncak kepala Koa, lalu mengeratkan pelukannya. “Kau tidak ingin aku pergi, Koa?”Koa kembali m
…..“Bisakah Anda tinggal lebih lama di sini? Setidaknya sampai cucu Anda lahir.”“Oh Koa sayang, sungguh maafkan aku. Seandainya bisa, aku pasti akan melakukannya.”Setelah beberapa hari menghabiskan waktu bersama di Leander Manor, tiba saatnya bagi Madam Adelaine, Xylia, dan Baron Denta kembali ke Chanceux. Koa dan Black mengantarkan mereka sampai gerbang utama, di mana kereta kuda yang akan membawa mereka pulang menunggu. Meskipun suasana sedikit melankolis, tetapi senyum hangat terus mengiringi momen perpisahan itu. Sebagai tuan rumah, Koa dan Black memberikan penghormatan dan juga ucapan terima kasih kepada orang-orang terkasihnya.“Sampai jumpa lagi, Sayang.” Madam Adelaine bergantian mencium pipi Koa dan pipi Black sebelum naik ke kereta. “Jaga kesehatan kalian.”Kusir menyentakkan tali kekang dan kereta kuda mulai bergerak meninggalkan gerbang. Dari tempatnya berdiri, Koa memperhatikan kepergian mereka dengan hati yang berat. Ia melirik ke arah Black yang berdiri tepat di sebe
…..Kedatangan kereta kuda istana menjadi sorotan di Leander Manor. Suara langkah kuda yang saling bersahutan memecah keheningan di sekitar mansion dan menarik perhatian para penghuninya. Koa yang kebetulan berada di taman manor segera mengedarkan pandangan, mencaritahu identitas dari rombongan tamu yang datang berkunjung.“Siapa mereka?” tanya Koa kepada Olga.“Pangeran Zielle dan Lady Aylin Otsana, Madam.”Dada Koa berdesir saat mendengar nama Aylin. Ingatan akan masa lalu yang pahit langsung melintas di dalam benak. Namun, bukannya perasaan gugup yang ia rasakan, justru perasaan bersalah yang lebih mendominasi. Koa ingat bahwa di antara mereka, dirinyalah yang memutuskan komunikasi secara pihak. Biarpun ada alasan dibalik sikapnya hari itu, Koa sama sekali tidak membenarkan tindakan egoisnya tersebut.Sementara itu, Black, beberapa pelayan dan ksatria Leander terpantau sudah menanti di depan gerbang untuk menyambut tamu istimewa mereka. Saat kereta memperlambat laju dan berhenti di
…..Kepanikkan mengintari Koa saat undangan minum teh dari Madam Adelaine datang kepadanya. Meskipun Koa telah resmi menjadi bagian dari Keluarga Leader setelah menikah dengan Black, hubungannya dengan ibu mertua masih terbilang kaku. Karena kesibukan masing-masing, mereka baru bisa bertemu lagi sekarang setelah pertemuan terakhir mereka di pesta resepsi.Berjalan santai menyeberangi halaman menuju rumah kaca, Koa menyadari betapa senyapnya mansion setelah ditinggalkan para tamu. Kendati sepi, situasi tersebut tidak serta-merta menghilangkan kemegahannya. Justru terkadang, terlalu banyak manusia malah membuat mansion menjadi sesak dan tidak layak untuk dipandangi. Contohnya, bangunan rumah kaca yang menurut cerita Black, dulu dirawat Madam Adelaine dengan sangat telaten. Sebelum pulang ke rumah keluarga besarnya di Kerajaan Chanceux, Madam Adelaine sering menghabiskan waktunya di tempat itu, merawat tanaman-tanaman eksotis, merangkai bunga-bunga cantik yang dipetiknya sendiri.“Terima
…..Leander Manor telah terbangun dari hiruk pikuk pesta semalam. Seluruh jendela dibuka lebar-lebar, membiarkan udara segar dari hutan sekitar mengusir sisa euphoria perayaan. Dari arah timur, sinar matahari menyusup melalui celah-celah bangunan, menghangatkan pagi yang sebentar lagi beranjak siang. Suara langkah kaki ringan mulai terdengar di setiap lorong, menandakan awal dari hari yang baru.Kesan damai dan santai ini justru berbanding terbalik dengan suasana di kamar tidur utama manor. Dokter Manuel Soriano, seorang spesialis kandungan terkemuka yang dipanggil langsung oleh Black dari ibu kota, tengah melakukan pemeriksaan yang cermat terhadap pasiennya, Koa Dorian. Atmosfer tegang tampak menyelimuti ruangan begitu Dokter Manuel meminta pasangan Leander duduk di sofa, menunggunya membacakan hasil pemeriksaan.“Madam, Anda memang benar sedang hamil. Dan berdasarkan perhitungan dari hari pertama menstruasi terakhir, kandungan Anda diperkirakan berusia lima minggu.”Koa meremas tang
…..Sebagai pemimpin Leander Dukedom, menjadi tugas Black untuk memperkenalkan Koa kepada banyak orang penting yang telah diundangnya ke pesta malam ini. Pertama-tama, ia memperkenalkan Koa kepada bangsawan dan aritokrat berpengaruh yang menjadi teman dekat dan mitra bisnis Leander. Sesuai dugaannya, mereka menyambut Koa dengan tangan hangat dengan tak henti-hentinya memberikan wanita itu ucapan selamat atas pernikahan mereka.Selanjutnya, Black memperkenalkan Koa kepada para pejabat pemerintah dan tokoh politik. Mengetahui betapa cerdasnya Koa, mereka tanpa ragu mengajak Koa mendiskusikan berbagai isu penting yang sedang dihadapi kerajaan. Namun ketika Koa mulai kewalahan, Black segera mengambil alih dan mengganti diskusi mereka ke topik yang lebih ringan.Selesai dengan orang-orang pemerintahan, Black membawa Koa bertemu dengan para tokoh budayawan dan para filantropis yang mendukung berbagai proyek amal Keluarga Leander. Orang-orang itu dengan semangat tinggi berbagi cerita tentang
…..Black berlari menyeberangi lautan pelayan yang terlihat berkumpul di depan kamar istrinya. Begitu mendengar kabar Joss memanggil Dokter William untuk memeriksa kondisi Koa, Black yang tidak tahu apa-apa tanpa ragu menghentikan rapat dan membubarkan semua orang. Ia bahkan mengabaikan Oliver dan meninggalkannya seorang diri di kantor bersama ribuan berkas laporan yang seharusnya mereka selesaikan sore ini sebelum pesta resepsi kedua dimulai.“Ada apa dengan Koa?” tanya Black kepada tiga bawahannya yang ikut menunggu di dalam kamar. Ia menatap mereka satu per satu, menuntut sebuah penjelasan. Ketika sudut matanya menangkap bayangan Koa, ia buru-buru menghampiri wanita itu. “Sayang, pagi ini aku lihat kau baik-baik saja. Kenapa sekarang wajahmu pucat sekali?”“L-lord, saya—“Duke,” panggil Dokter William. Ia menjaga sikapnya setenang mungkin, berusaha tidak memperkeruh keadaan. “Anda tidak perlu khawatir.”“Apa katamu? Setelah melihat wajah istriku sepucat ini, kau masih berani meminta