Chapter 12
Bad Experience
Charlotte melirik cangkir berwarna putih dengan tangkai bercorak mawar. Ia mengangkat lepek dan mendekatkan cangkir ke hidungnya. "Kenapa bukan rumput saja yang kau masukkan ke dalam sini?"
Sunshine terkekeh. Ia tahu Charlotte sangat kesal setiap datang ke rumah pribadinya yang sedikit tidak normal. Seluruh isi rumahnya bercorak mawar dengan warna merah, merah jambu, dan putih. Ia bahkan menghidangkan teh mawar kepada Charlotte, juga kukis berbentuk mawar.
"Apa tidak ada sesuatu yang normal di sini?" gerutu Charlotte sambil meletakkan cangkir ke tempat semula tanpa berniat mencicipinya.
"Kedatanganmu membuatku terkejut," ujar Sunshine, ia menatap Charlotte dengan tatapan penuh pertanyaan.
"Ya Tuhan," erang Charlotte sembari menutupi wajahnya. "Aku pasti kehilangan akalku."
Sunshine mengerutkan kedua alisnya. "Jangan ceritakan padaku jika kau tidak sanggup mengatakannya."
Charlotte menyandarkan punggung dan kepalanya di sofa tanpa menjauhkan tangan yang menutupi kedua wajahnya dan berujar, "Keluarga Beck pasti sangat membenciku. Beck pasti sangat marah padaku."
"Kau bisa menjelaskan pada mereka kenapa kau melakukan ini, kemukakan alasan yang masuk akal dan aku harap mereka mengerti dengan keputusanmu," ujar Sunshine bijaksana.
Sunshine mengenal Charlotte karena mereka sering tergabung dalam acara amal bersama kalangan wanita kelas atas di Madrid, mereka juga tergabung dalam club menunggang kuda, club sosial, dan tidak hanya itu dulu mereka sering bertemu di luar acara formal untuk sekedar pergi berbelanja berdua. Tapi, itu dulu. Saat Sunshine belum memiliki setumpuk jadwal untuk mengikuti kontes Ratu kecantikan.
"Aku adalah wanita yang paling kejam, aku meninggalkan Beck di altar." Charlotte mengerang. "Ya Tuhan, tidak. Bukan. Aku tidak datang di acara pemberkatan pernikahanku sendiri, aku melarikan diri."
"Pengantin wanita yang melarikan diri?" Sunshine menggaruk kulit kepalanya yang tidak gatal.
"Jangan sebut itu! Aku seperti pecundang." Charlotte nyaris menjerit.
Sunshine beberapa jam yang lalu sedang mempersiapkan diri untuk pergi ke Barcelona, ia seharusnya menghadiri pesta pernikahan Charlotte dan Beck. Tetapi, Charlotte justru menghubungi melalui telepon. Sahabatnya mengatakan jika pernikahannya batal. Dan empat jam kemudian Charlotte muncul di rumahnya, benar-benar menakjubkan.
"Ayolah, Sunny, katakan sesuatu...." Charlotte menekuk kakinya ke atas sofa. "Katakan aku wanita yang kejam."
Sunshine tidak tahu harus bagaimana memberikan tanggapan atas masalah yang sedang dihadapi Charlotte, ia tidak memiliki pengalaman cinta, pengalamannya hanya sebatas melukis, menunggangi kuda, membaca buku, dan hal-hal lain yang sama sekali tidak terlalu penting bagi gadis normal.
Ia mengedikkan kedua bahu. "Aku yakin, apa pun alasanmu, kau telah memikirkannya masak-masak sebelum kau mengambil keputusan."
Charlotte menatap Sunshine. "Tidak, kau salah. Aku melakukannya spontan. Tiba-tiba aku ragu, aku merasa jika pernikahannya kami tidak memiliki tujuan, aku takut jika...."
Sunshine mendengarkan baik-baik ucapan Charlotte tanpa berniat menyela. Tetapi, pada bagian ini ia ingin menyela. "Tunggu, hubungan tanpa tujuan? Apa maksudmu?"
"Aku meminta Beck menandatangani perjanjian pranikah, isinya...." Charlotte berhenti sebentar. "Dia harus bersedia bercerai pada saat anak Sophie lahir terbukti anak Beck."
"Ceritakan secara berurutan, aku tidak mengerti!" sungut Sunshine.
"Beck menghamili mantan kekasihnya," ujar Charlotte terdengar putus asa.
Mulut Sunshine ternganga. Ia menegakkan punggungnya dan menata Charlotte dengan mata lebar. "Kau serius dengan ucapanmu?"
Charlotte tertawa. "Sunny, aku sedang bercanda." Ia melotot ke arah Sunshine.
Sunshine mengerutkan kedua alisnya. "Bagaimana bisa kau tertipu?"
Charlotte napas beberapa kali. "Sebenarnya gadis itu adalah tunangan Beck, namanya Sophie. Awalnya Beck berselingkuh denganku dan Sophie berselingkuh dengan kakakku. Ya, seperti itu."
Charlotte bingung menjelaskan rumitnya hubungannya dengan Beck karena Sunshine yang ia kenal bukan gadis yang menganut pergaulan bebas.
"Dan?" Sunshine terlihat antusias mendengarkan penjelasan Charlotte.
"Hubungan Beck dan Sophie berakhir, Beck mengakhiri hubungannya dengan Sophie, tetapi Sophie memberikan syarat, Beck harus bercinta... maksudku berhubungan seks untuk terakhir kalinya dan Beck, si Bodoh itu bersedia."
"Dan Sophie hamil?"
"Tepat. Dan kupikir, tidak ada lagi kepercayaan dalam hubungan kami, sia-sia saja menikah. Lagi pula jika terbukti itu anak Beck, kami akan bercerai. Lebih baik tidak menikah, bukan?"
Kepala Sunshine terasa hendak meledak mendengarkan penjelasan Charlotte. Ayah Lexy memiliki Nick dari wanita lain dan sekarang sahabatnya juga mengalaminya. Jika ia melanjutkan hubungan dengan Lexy, berarti ia juga akan mengalami hal seperti Charlotte. Ia ngeri membayangkan jika harus memperebutkan cinta satu pria dengan sahabatnya sendiri. Bukannya di dunia ini ada banyak cinta dan pria?
Charlotte mengamati wajah Sunshine yang masih melongo karena mendengarkan ceritanya yang panjang lebar. "Sunny, kau baik-baik saja?"
Sunshine menggeleng. "Tidak, kau membuatku ketakutan setengah mati dengan kisah cinta."
Seketika Sunshine memiliki tekad untuk mencari pria polos, pria tanpa masa lalu, pria yang belum pernah jatuh cinta. Ia tidak ingin berurusan dengan cinta segitiga, segi empat atau cinta jajaran genjang.
Charlotte justru terkekeh karena menurutnya sikap Sunshine dirasa lucu. "Lexy, pria yang manis. Dan tidak pernah terdengar rumor jika ia pernah bersama gadis di negara ini."
Semua orang akan menganggap Lexy pria baik-baik. Lexy bukan pria bodoh, begitu juga Poppy. Mereka tidak pernah terlihat bersama di muka umum karena mereka berdua sama-sama menjaga hubungan agar keduanya dapat berjalan di jalan yang aman. Dada Sunshine membengkak oleh amarah. Meski ia telah bertekad memberikan Lexy kepada Poppy suatu saat nanti, tetapi tetap saja rasa sakit karena dibohongi selama bertahun-tahun tidak bisa dihapus begitu saja.
Sunshine berdehem. "Jadi, apa keluargamu tahu di mana kau sekarang?"
"Aku telah memberitahu mereka. Tapi, jangan khawatir, aku tidak akan melibatkanmu."
"Ya, aku tidak mau terlibat dalam drama pelarian pengantin wanita."
"Biarkan aku tinggal di sini setidaknya hingga aku bisa mengambil keputusan, apa kau tidak keberatan?"
Sunshine tersenyum. "Anggap rumahmu sendiri."
Charlotte bangkit dan memeluk Sunshine. "Sunny, andai aku lebih kaya darimu, aku ingin mengangkatmu menjadi adikku. Terima kasih, kau sahabatku yang terbaik."
Sunshine tertawa keras-keras. "Tidak, aku tidak ingin menjadi adikmu."
"Kalau begitu, biar aku yang menjadi adikmu."
Sunshine berusaha membebaskan dirinya dari pelukan Charlotte. "Tidak, aku lebih senang menjadi putri tunggal orang tuaku!"
Charlotte kembali duduk. Kali ini ekspresinya berubah serius. "Jadi, menurutmu, apa yang harus aku lakukan?"
Sunshine mengerjapkan matanya karena bingung. Pendapatnya tentang percintaan? Tentu saja payah karena tidak adanya pengalaman. "Kau tahu jawabanku."
Charlotte tertawa. Tetapi, matanya penuh kekhawatiran. "Aku tidak akan meminta pendapat gadis religius dan polos."
Sunshine mendekati Charlotte, ia memeluk Charlotte. "Aku tidak berpengalaman dalam soal asmara, aku hanya bisa mendengarkanmu. Maafkan aku."
Charlotte menangis keras-keras di dalam pelukan Sunshine, ia telah menahan tangisnya sejak pengakuan Sophie yang bagaikan pedang bermata seribu membelah jantungnya.
"Aku sedang berpikir bagaimana caranya aku membesarkan anak ini tanpa Beck," ujar Charlotte di antara tangisnya.
"Ya Tuhan...." Sunshine nyaris tidak percaya dengan apa yang ditangkap oleh indra pendengarannya, ia melepaskan pelukannya. "Mantan kekasih Beck sedang mengandung dan kau juga?"
Charlotte mengangguk.
Kali ini Sunshine nyaris kehilangan kepercayaan terhadap pria dan cinta. Seperti berdiri dengan satu kaki di bibir jurang. "Kita akan membesarkannya bersama jika memang tidak ada jalan lain."
***
Nick meletakkan kantong plastik berisi bir dingin di atas kursi yang terbuat dari besi, ia kemudian melepaskan jaketnya dan meletakkan di samping kantong plastik dan berjalan menuju ke tengah lapangan basket di mana Beck sedang memainkan bola basket sendirian.
"Perlu teman untuk malam ini?" tanya Nick.
Beck melemparkan bola basket di tangannya ke arah Nick dan disambut dengan cekatan oleh Nick. "Pria beristri tidak seharusnya berada di sini selarut ini."
Nick memantul-mantulkan bola di tangannya ke lantai lapangan lalu melemparkannya ke dalam keranjang. "Vanilla di rumah Xaviera," ujarnya seraya menangkap kembali bola basketnya.
Tempat tinggal Xaviera dan Rafael. Tepatnya begitu.
Kedua orang yang bersahabat itu memainkan permainan basket sembari sesekali tertawa dan saling mengejek hingga beberapa puluh menit kemudian mereka kelelahan dan memutuskan untuk berhenti sejenak. Mereka duduk di tepi lapangan basket, duduk di lantai sambil memegangi kaleng bir di tangan masing-masing.
"Aku bersedia mendengarkan jika kau ingin membagi ceritamu," ujar Nick kepada Beck setelah beberapa menit mereka hanya diam.
"Sophie, dia hamil." Beck lambat-lambat menceritakan semua yang terjadi kepada Nick.
"Kenapa tidak mengejar Charlotte? Dia ada di Madrid." Nick tahu dari Vanilla.
"Dia sedang kacau, aku tidak ingin menekannya sekarang." Beck meletakkan kaleng bir di tangannya ke lantai, ia meletakkan punggungnya ke lantai, menyilangkan kedua lengannya di belakang kepala, menatap langit Barcelona dengan perasaan berkecamuk, seperti ini rasanya dicampakkan.
Bersambung....
Jangan lupa tinggalkan jejak komentar dan RATE.
Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.
❤️🍒
Chapter 13 Good News Charlotte mendekati Sunshine yang sedang menggunting bunga mawar untuk dimasukkan ke dalam vas. "Kulihat kau melakukan hal yang sama setiap hari," ucap Charlotte. Ia mengambil satu tangkai mawar berwarna merah yang tangkainya masih utuh. "Aku menikmatinya," ujar Sunshine seolah tidak terusik dengan ucapan Charlotte yang bernada ejekan. "Menggunting mawar setiap pagi." Charlotte menggoyangkan tangkai mawar di tangannya. "Melukis, membaca buku, dan...." "Pergi berkuda," pungkas Sunshine. Charlotte memberikan mawar di tangannya kepada Sunshine. "Kurasa itu satu-satunya yang paling menyenangkan dalam hidupmu." Sunshine mulai memasukkan satu persatu tangkai mawar yang telah ia seimbangkan ukuran panjangnya ke dalam vas bunga berisi air. Air di dalam v
Chapter 14 Got Amnesia Sebenarnya Sunshine sama sekali tidak peduli tentang Lexy yang telah sadarkan diri. Ia tidak memiliki niat sedikit pun untuk berjumpa dengan tunangannya. Bahkan jika perlu ia tidak perlu bertemu pria itu untuk selamanya. Lagi pula Lexy diketahui mengalami amnesia, itu berarti Nick masih akan menggantikan posisi Lexy. Menurut Sunshine itu jauh lebih baik. Ia lebih senang bekerja sama dengan Nick dibandingkan bertemu Lexy. Nick terlihat sangat mencintai istrinya, Pria seperti itu yang sepantasnya menjadi Raja. Seorang pria yang memperlakukan wanitanya sebagai Ratu. Bukan pria yang bermain gila dengan gadis lain di belakang calon istrinya dengan bingkai persahabatan. Beberapa hari berlalu setelah pertemuannya dengan Jessie, Sunshine masih bisa berkelit. Ia mengemukakan sejuta alasan setiap kali ibu dan ayahnya menanyakan kabar Lexy padanya. Sunshine juga masih bisa m
Chapter 15 Bad Girl Sunshine melewati pintu tempat tinggalnya tanpa mempersilahkan Lexy untuk masuk. Ia menghentikan langkahnya kemudian berbalik untuk menatap Lexy yang masih mematung di ambang pintu. "Maaf, Yang Mulia. Aku tidak menggelarkan karpet merah untuk menyambut kedatanganmu di sini," ucap Sunshine sinis. Tidak ada keramahan, apa lagi kelembutan. Lexy menyipitkan matanya mengawasi rumah yang akan menjadi tempat tinggalnya. Sebuah rumah minimalis yang sangat sederhana. Tidak ada kemewahan di sana, tidak ada sedikit pun menandakan jika rumah itu dihuni oleh calon pendamping Raja. "Kau yakin kita tinggal di sini?" tanya Lexy dengan nada enggan. "Kau bisa kembali, dengan senang hati aku akan meminta sopir untuk mengantarkanmu kembali," sahut Sunshine tajam. Lexy melewati pintu, ia mengernyit saat meny
Chapter 16Don't Touch Me!Entah kenapa suasana pagi di tempat tinggal pribadinya menjadi lebih indah, lebih menyenangkan, dan Sunshine merasa sangat bersemangat. Ia meliburkan seluruh pelayan yang bertugas mengurus tempat tinggalnya.Pelayan di tempat tinggalnya memang tidak banyak. Hanya ada satu juru masak, satu orang untuk menjaga kebersihan, dan satu orang yang bertugas mengurus barang-barang pribadinya.Sesuai rencana, Sunshine akan mempersulit hidup Lexy dengan caranya hingga pria itu merasa tinggal di neraka dan meninggalkan tempat tinggalnya.Setelah mencuci wajah dan mengganti pakaiannya, Sunshine memeriksa bunga-bunga di dalam vas untuk memastikan jika bunga-bunganya masih dalam keadaan segar kemudian pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapannya. Meskipun Sunshine adalah gadis yang lahir dengan sendok emas di mulutnya, bukan berarti ia tidak bis
Chapter 17 Again and Again "Aku penasaran gaun apa yang akan Sunshine kenakan malam ini," ujar Vanilla, ia menggeser layar ponselnya dan mengetik nama media sosial Sunshine. Saat itu mereka duduk di bangku pesawat pribadi menuju Madrid. Nick tertawa pelan, ia meletakkan telapak tangannya di atas kepala istrinya. "Kau mengikuti media sosial Sunny?" Vanilla menyeringai. "Aku menyukainya dan mengikuti media sosialnya sejak Sunshine mendaftarkan diri sebagai salah satu kandidat ratu kecantikan." Nick mengangguk-anggukan kepalanya pelan. "Apa yang kau sukai darinya?" Vanilla tersenyum sembari menyentuh salah satu foto Sunshine yang mengenakan gaun malam di sebuah acara resmi. "Caranya bersikap terlihat tidak dibuat-buat dan cara
Chapter 18 Vanilla & Sunshine Rasa sakit di benak Sunshine bercampur bara amarah kali ini. Entah marah kepada Poppy atau Lexy. Yang jelas saat ini kesabarannya telah habis karena dua orang itu bukan hanya sekedar menikamnya, tetapi Sunshine juga merasa jika selama ini dirinya dijadikan bahan cemoohan karena kepolosan dan ketidaktahuannya. Sunshine tidak ingin mempertahankan apa pun lagi selain harga dirinya, ia tidak bisa membiarkan harga dirinya diinjak-injak lagi, Ia ingin membalas Poppy untuk memuaskan rasa sakit hatinya meski sedikit. Sunshine tahu jika Poppy berulang kali melirik ke arah Lexy palsu. Tatapan mata Poppy berkabut kerinduan, tetapi dibarengi dengan kilatan angkuh seolah menyiratkan jika ia telah menang beberapa langkah di depannya. Bibir Sunshine mengulas senyum tipis, senyum pahit yang ia bungkus dengan keindahan. Ia bersumpah, tidak a
Chapter 19 Wanna See You Die Sunshine memasuki tempat tinggal dan mendapati pemandangan yang tidak lazim. Claudia, ibunya sedang bermain kartu bersama Lexy di ruang tamu. Bukan hanya Lexy, di sana juga ada Marina dan Jessie. Apa-apaan? Apa tidak ada tempat dan waktu lain untuk bermain kartu? "Mi Amor, kau kembali?" Lexy meletakkan kartu di tangannya dengan posisi terbalik di atas meja lalu bangkit dari duduknya. Andai saja tidak ada orang lain di sana, Sunshine sudah pasti langsung berlari ke kamar agar tidak perlu melihat wajah Lexy yang semakin membuatnya mual. "Mi Amor, dari mana saja kau?" bisik Lexy yang telah berdiri di samping Sunshine. Sunshine mengabaikan Lexy, ia tidak sudi berbicara apa l
Chapter 20 Like a lion Charlotte ternganga mendapati pria tampan yang ditabraknya. Pria itu adalah Duncan Klalid, pria paling hot yang pernah ia kencani di masa lalu. Seorang taipan Yunani. "Ya Tuhan," erang Charlotte. "Aku tidak menyangka jika kita bertemu di sini." Pria itu tersenyum. "Aku melihatmu beberapa kali di beberapa tempat di negaraku," ujarnya. Charlotte menyeringai. "Aku pasti terlalu banyak keluyuran di jalanan sampai kau bisa melihatku." Duncan mengangkat kedua alisnya. "Bahkan jika hanya melihat bayanganmu, aku bisa mengenalimu." "Jangan katakan jika kau membuntutiku," ujar Charlotte dengan gaya nakalnya. Bahu Duncan terangkat. "Aku tidak memiliki waktu untuk menguntitmu. Jadi, aku menugaskan orangku untuk menguntitmu." "Oh, aku hampi
Dua tahun telah berlalu setelah pernikahan mereka di Ainsa yang digelar dengan megah dan mewah, Lexy dan Sunshine menjalani rumah tangga yang manis meski terkadang terjadi pertengkaran kecil di antara mereka. Tetapi, itu mereka anggap hal lumrah karena setiap rumah tangga memiliki masalah sendiri."Suamiku, tolong ambilkan tali kekang León," seru Sunshine dari balik walk in closet-nya.Lexy yang sedang mencari ponsel di antara tumpukan buku-buku mengalihkan pandangannya dan memanjangkan lehernya berusaha melongok keberadaan istrinya yang seharusnya berada di atas tempat tidur. Tetapi, istrinya tidak lagi berada di sana. Sambil menggelengkan kepalanya, Lexy bangkit dari duduknya dan melangkah menuju arah suara."Amor, untuk apa kau mencari tali kekang León?" Lexy memandangi istrinya yang telah berdandan. "Kau berencana keluar?""Ya, aku ingin berjalan-jalan bersama León," sahutnya dengan acuh.Lexy mengerutka
Chapter 58EndTiga puluh dua Minggu Sunshine mengisi waktunya tanpa Lexy, rasanya waktu berjalan begitu lambat, ia bahkan memilih tinggal di kediaman orang tuanya karena enggan merasakan kesepiannya yang mendalam di tempat tinggal pribadinya. Rasa rindu ternyata sangat menyiksanya meskipun setiap hari mereka bertukar kabar melalui panggilan video. Justru setiap kali selesai melakukan panggilan video, rasa rindu semakin menderanya seolah ia harus menunggu seribu tahun lagi agar dapat kembali menyentuh Lexy.Namun, penantiannya hari ini seharusnya berakhir. Lexy dijadwalkan kembali dari Inggris dan ia tidak sabar untuk memeluk kekasihnya.Musim panas akan segera berakhir, tetapi cuaca masih cukup hangat dan pastinya mengenakan dress yang terbuat dari bahan tipis dan lembut adalah pilihan yang tepat. Dress sepanjang mata kaki tanpa lengan dan krah setinggi leher berwarna nude terlihat menawan di tubuh Sunshine.Ia keluar dari kamarnya dan mendapati ibu
Chapter 57The King is MineLexy telah mahir meluncur di atas arena ice skating dan pria itu juga sering dengan sombongnya menunjukkan kepiawaiannya berakrobat kepada Sunshine yang membuat Sunshine kadang memekik karena merasa ngeri saat Lexy bermanuver seperti seorang profesional.Lexy memang dengan cepat menguasai teknik bermain ice skating dan semua itu tidak didapatkan dengan cara autodidak karena ia menyewa guru profesional untuk mengajarinya juga Sunshine.Lengan Lexy berada di pinggang ramping Sunshine, mereka meluncur dengan lembut dan dengan gerakan selaras mereka merentangkan satu kaki ke depan kemudian Sunshine mengangkat satu kakinya dan menumpukan berat badannya kepada Lexy yang mencondongkan tubuhnya dengan gerakan lentur ke arah belakang.Mereka meluncur membentuk lingkaran di tengah arena beberapa kali lalu Lexy menahan pinggul Sunshine yang dengan lembut berbalik ke menghadap ke arahnya dan mengangkat tubuh ringan Sunshine. Mem
Chapter 56Can You Feel it?Dua Minggu kemudian.Poppy meraih gagang telepon yang ada di depannya dengan cara yang sangat tenang. Di depannya, Clara menatapnya dengan tatapan sinis juga meraih gagang telepon."Apa maumu?" tanya Clara dengan suara enggan dan terdengar berat.Poppy tersenyum mengejek. "Aku mengunjungi ibu angkatku, apa aku salah?""Jalang!" desis Clara."Jangan mengataiku karena kita sama," ucap Poppy dengan nada yang sinis.Clara menatap Poppy yang terhalang oleh sekat kaca dengan tatapan penuh kebencian. "Pergi kau dari sini!""Aku tidak akan berlama-lama di sini, aku hanya ingin memastikan keadaan Ibu angkatku. Kuharap kau tidak terancam hukuman mati karena telah merencanakan pembunuhan."Wajah Clara memarah dan dadanya bergerak naik turun karena amarah karena ucapan Poppy. Malam itu Clara memerintahkan Poppy mengangkat gelasnya untuk bersulang dengan Lexy sebagai aba-aba kepada pembunuh bayara
Chapter 55MisunderstandSunshine ternganga atas apa yang dilakukan oleh Jessie. Apa lagi Beck, belum pernah dalam hidupnya di tampar oleh seorang gadis menggunakan bunga."Jessie, dia...." Sorot mata Sunshine memancarkan rasa iba kepada Beck. "Beck, maafkan Jessie, dia adalah adik Lexy."Darah Beck yang menggelegak oleh amarah seketika harus dikesampingkan, tetapi bukan berarti mereda. Gadis yang menurutnya tidak memiliki sopan santun itu ternyata merupakan adik Lexy, dan ia belum pernah melihatnya. Atau mungkin ia yang terlalu acuh pada dunia hingga ia tidak mengenali seluruh wajah anggota kerajaan di negaranya?Ia menjepit bunga yang dilemparkan Jessie ke dadanya menggunakan lengannya dan dengan gerakan santai mengusap wajah yang terkena tamparan buket bunganya dan bersyukur tidak ada duri yang melukai kulitnya.Beck menaikkan sebelah alis dan tersenyum miring. "Oh, jadi ini Tuan Putri? Senang sekali bisa bertemu dengan Tuan Putri yang sangat sopan."
Chapter 54Our Baby Vanilla menyerahkan bayi di dalam gendongannya kepada Lexy dan berujar, "Aku tidak ingin kau terlalu memanjakannya.""Aku tidak memanjakannya." Lexy menerima bayi yang diberi nama Marcello Knight. "Aku hanya terlalu antusias menyambut generasi Carloz."Vanilla menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Marcell benar-benar beruntung memiliki Paman yang sangat menyayanginya.""Dia beruntung memiliki Paman setampan aku, bukan begitu, Cariño?""Stop berbicara omong kosong, aku lebih tampan darimu," ucap Nick seraya membantu Vanilla melepaskan ikatan rambutnya kemudian dengan hati-hati mengikat rambut Vanilla.Vanilla tersenyum menyaksikan keakraban antara Nick dan Lexy. Batinnya bersorak puas karena akhirnya Nick mendapatkan keluarga kandungnya. Dimitri telah tersadar dan Nick mengunjungi Dimitri secara rutin. Suaminya juga dengan antusias menceritakan apa saja yang dibicarakan bersama Dimitri, tidak ada lagi nada enggan
Chapter 53Jealous of León Nick tidak ingin melihat wajah Clara lagi andai wanita itu bukan ibunya. Setelah membuat malu di depan Beck dan keluarganya, Clara juga membuat Nick kini kehilangan wajah di depan Lexy. Untungnya Beck tidak pernah menaruh dendam kepadanya, juga Lexy yang bersikap bijaksana. Lexy bersedia merahasiakan siapa dalang dibalik rencana pembunuhan yang menargetkan dirinya.Dengan berat hati ia meraih gagang telepon di atas meja, matanya menatap Clara dengan tatapan penuh kepedihan. "Apa salah Lexy padamu?"Lexy tidak salah, tetapi Dimitri. Ini adalah kali kedua ia berurusan dengan polisi. Tetapi, tidak ada penyesalan baginya karena Clara ingin membuat Nick mendapatkan haknya sebagai putra mahkota. Ia berusaha melakukan yang terbaik untuk putranya.Clara tidak menyangka jika ia akan tertangkap dengan cepat. Ia telah memperhitungkan dengan teliti, saat eksekusi Lexy dilakukan Clara berada di bangku pesawat yang sedang lepas
Chapter 52She Deserved Lexy menghampiri Sunshine yang berdiri di depan dinding yang terbuat dari kaca yang memisahkannya dengan Poppy."Amor," sapa Lexy seraya memberikan kecupan di pipi Sunshine.Sunshine tidak bereaksi. Entahlah, perasaannya berkecamuk menyaksikan Poppy yang nyaris kehilangan nyawanya. Beberapa bulan yang lalu Poppy bersamanya di rumah sakit untuk Lexy dan sekarang keadaan justru berubah, ia berdiri bersama Lexy untuk menatap Poppy yang terbaring di atas ranjang pasien.Namun, bukan hanya sampai di sana yang membuat hatinya terasa hancur. Pemberitaan yang beredar di media sosial dan media massa, Poppy menghadang peluru untuk melindungi Lexy. Meski kenyataannya Lexy yang berada di tengah acara adalah Nick, tetap saja batin Sunshine terasa dihujani rasa bersalah. Lebih dari itu, Poppy kembali mendapatkan proyeknya. Entah ada campur tangan Lexy atau tidak.Namun, menurutnya Cinta Poppy lebih besar dari cintanya kepada L
Chapter 51Father Fernando memeriksa jam di pergelangan tangannya kemudian berucap, "Kurasa pembicaraan kita selesai."Lexy setuju dengan hal itu. "Ya. Tapi, kuperingatkan padamu sekali lagi, kau sebaiknya berpikir seribu kali jika ingin bermain-main denganku karena aku, kau tidak akan pernah menyangka bagaimana sepak terjangku jika menyangkut keluargaku.""You have my words."Dibandingkan skandalnya terbongkar dan ia tidak akan lagi memiliki wajah di depan seluruh manusia di muka bumi ini, Fernando lebih baik kehilangan ambisinya. Ia lebih baik mengubur keinginannya untuk menumbangkan keluarga kakaknya dari pada citranya sebagai pria baik dan suci hancur menjadi kepingan-kepingan yang tidak berarti. Baginya jika kehilangan memiliki citra baik di muka umum, sama halnya memakai topeng yang terbuat dari kotoran."Kurasa pilihanmu tepat untuk tidak berada di tengah acara," ucap Fernando saat Lexy menekan kunci mobil untuk membukanya.Le