Safira memakai hoodie berwarna hitam dan masker hitam sedang melakukan pengintaian terhadap Barra Rafeyfa Zayan. Terlihat Zayan sangat antusias membagikan sembako pada para warga. Sedangkan anak buahnya sibuk memotret moment demi moment tersebut. “Terima kasih pak, sudah membantu kami…. Jarang sekali ada orang-orang seperti bapak peduli dengan orang susah seperti kami…..” ujar salah satu warga yang diberikan sembako. Para warga sangat bersyukur diberi sembako. Terlihat dari wajah polos mereka, yan sumringah diberikan sembako oleh Barra dan para anak buahnya. Barra dan anak buahnya membagikan sembako tersebut dari rumah kerumah dan dari gang ke gang. Safira terus mengikuti pergerakan Barra. Safira kaget saat salah satu anak buah Barra menabraknya. “Maaf, saya tidak sengaja…..” ucap laki-laki tersebut. Safira hanya menganguk dan bernapas lega, saat dilihatnya anak buah Barra menjauh meninggalkannya. Safira hanya terdiam ditempat berdirinya dalam posisi siaga, jika ada yang menyerangny
Sma N Bangko dihebohkan oleh kedatangan lima pria tampan dan pindahan dari sekolah ternama di Bagan. Yang lebih membuat siswa-siswi semakin heboh, bahkan ada yang mencibir adalah, lima pria tampan tersebut datang bersama Safira. Kelima pria itu secara bergantian memperkenalkan diri mereka masing-masing didepan kelas. Banyak sorakan, tepukkan tangan bahkan gombalan yang dilontarkan para cewek pada kelima pria tampan itu. Sedangkan Safira hanya diam duduk dibangkunya, terus menatapi kelima pria itu dengan tatapan sinis. Tidak menyangka bisa satu kelas dengan musuhnya. “Bakal ada perang dunia ketiga nih.” cetusnya memangku kedua tangannya diatas meja. Sedangkan Fikri juga menatap Safira tajam. “Minggir…” usir Fikri kepada beberapa siswa yang duduk dikursi tidak jauh dari Safira. Sekarang, saat kembalinya Safira disekolah, kelas itu dikuasai oleh dua kubu yang sangat ditakuti dan terkenal setiap hari bermusuhan, yaitu kubu Safira dan geng Red Dragon. Dan sekarang akan bertambah satu k
Safira keluar dari kelas, duduk dimotornya menunggu Fikri dan keempat sahabatnya diparkiran. Safira diam memikirkan ide untuk mendekati Fikri, agar dirinya bisa lebih mudah mendapatkan berbagai informasi. Saat sedang sibuk memikirkan caranya, seorang pria mendekatinya. Safira menatap sang pria dengan tatapan tajam. “Mau lari dariku?” tanyanya dingin. Safira menyeringai. Melipat kedua tangannya didada. “Siapa yang lari.” jawab Safira cuek. “Kenapa kau tidak datang lagi ke club? Sudah berani menantangku?” “Bukan menantang. Tapi, aku sudah memiliki pekerjaan, yang lebih layak dari pada bekerja di tempat terkutuk itu. Aku akan membayar semua hutang ayahku.” jelas Safira menatap Abraham tajam. “Dan aku pastikan, kau tidak akan pernah bisa membayarnya dan menebus dirimu sendiri. Aku tidak mau tahu, malam ini kau harus kembali bekerja ditempatku, atau kau akan menerima akibatnya nanti.” ancam Abraham. “Sorry, aku tidak akan pernah takut dengan ancamanmu. Kau pikir aku bocah lima tahun,
“Coba tebak apa yang saya dapatkan?” ucap Diki disebrang telepon. “Saya menemukan adanya bubuk narkoba jenis sabu-sabu didalam bungkusan mie dan karung beras.” jelas Alvian. “Berarti mereka sengaja memasukkan bubuk sabu kedalam karung beras dan mie supaya para warga kecanduan sabu! Tujuan mereka apa?” Safira nampak berpikir. “Sudah jelas, untuk merusak warga dan anak bangsa ini!” “Terima kasih infonya….” “Goodluck….” balas Alvian. ** Kembali Abraham Adhitama menemui Safira di sekolahnya saat hendak pulang. “Mau apa lagi kamu hah? Tidak usah mengangunya!” ujar Safir hendak menyerang Abraham. “Aku hanya ingin bertemu dengannya! Saya tidak punya urusan denganmu!” bentak Abraham. “Akan menjadi urusan saya, jika kau ingin menyakitinya.” cetus Safir. Dia masih bisa mengingat bagaimana Abraham memperlakukan Safira dengan kasar, agar ikut dengannya. “Baiklah, saya akan bicara padamu,” ujar Safira akhirnya. Safira dan keempat sahabat Fikri mengawasi keduanya di parkiran. “Aku mencin
Safira, Fikri, dan keempat sahabat Fikri, sedang menghadiri sebuah pesta ulang tahun. Tidak jauh dari tempat acara, terdapat sebuah kolam renang. Safira terus menatapi gerak gerik Fikri, menatapnya dengan tatapan dingin. Fikri berjalan sendiri dalam diam, sedangkan ketiga sahabatnya sedang sibuk mengobrol dengan temannya lagi berulang tahun.Terlihat jelas, wajah Fikri pucat saat tidak sengaja seseorang menyenggolnya hingga hampir saja tergelincir jatuh kedalam kolam. Dia terlihat sangat terkejut dan terlihat sangat terkejut. Dengan senyum sinis, Safira mendekati Fikri diam-diam dan menendang tubuh Fikri hingga masuk kedalam kolam. Saat tubuh Fikri semakin tenggelam di kolam, dia merasakan kehadiran mamanya Hanum, sedang menatapnya penuh amarah.“Rasakan ini, makanya turuti apa yang aku perintahkan.” Hanum terus menghajar Fikri, mencambuknya berkali-kali. Tubuh Fikri semakin tenggelam, “Ampun ma, maafkan Fikri. Ampun, sakit ma, “ ujar Fikri meringkuk menahan sakit dikamar mandinya. Tub
“Lakukan sesuai perintah!” “Baik pak…..” lalu pria berpakaian hitam tersebut melemparkan peledak di sebuah gereja. “Pekerjaan selesai pak!” lapor pria tersebut, langsung memasuki mobilnya dan mengasnya dengan kecepatan tinggi. Breaking news….. “Sebuah gereja dibom oleh seseorang yang tidak dikenal! Korban dari peristiwa ini sebanyak 20 orang. Semua orang dinyatakan tewas. Peristiwa ini berlangsung saat umat kristiani sedang beribadah.” lapor pembawa berita. Seorang pria berkacamata hitam tersenyum dingin saat menonton berita tersebut dan meraih smarphonenya menelpon seseorang. “Lakukan sesuai rencana….” “Baik pak…..” pria berkacamata hitam tersebut keluar dari ruangannya dan memasuki mobil dan meninggalkan rumahnya. “Saya sebagai umat muslim sangat kecewa atas kejadian ini. Saya harap tidak ada lagi kejadian seperti ini menimpa umat beragama. Supaya kita hidup dengan rukun dan damai walaupun kita berbeda keyakinan…..” jelas wakil bupati Alamsyah Putra, saat diwawancari wartawan
Akhirnya Abraham resmi berpacaran dengan Safira. Safira menerima pria itu hanya karena tidak ingin melihat Abraham melakukan tindakkan yang konyol lagi. Jika pun dia jatuh cinta pada Abraham, biarlah waktu yang akan menjawabnya. Pagi sekali Abraham sudah berdiri menanti Safira didepan gerbang rumah Fikri. "Kamu ngapain kesini?" tanya Safira mengerutkan keningnya. Abraham hanya nyengir, mendekati Safira. “Aku rindu, dan aku membawakan ini untukmu." dengan wajah sumringah Abraham memberikan sebuah kotak kecil berwarna merah. Safira menatap benda itu dengan bingung, "Apa ini?" tanya menatap Abraham. "Buka saja." jawab Abraham dengan tersenyum. Dengan berat hati Safira membuka benda kecil itu dan mendapati sebuah kunci, dan tiga orang pria mengendarai motor sport. Safira semakin bingung, seperti tahu apa yang di pikiran Safira, Abraham pun menjelaskannya. “Ketiga orang ini adalah bodyguardmu, dan motor sport ini milikmu. Jangan menolak, aku tidak suka penolakkan,” ucapnya menatap tajam
Saat pulang, ditengah jalan motor yang dikendarai oleh Safira ditendang oleh orang tidak dikenal, menyerang para bodyguard Safira dan juga para sahabat Fikri. orang-orang tersebut memakai topeng saat melakukan penyerangan. Saat fokus Safira dengan yang lainnya teralihkan, seseorang dari pihak penyerang membius Fikri yang handa berdiri dengan tenang, tanpa ikut berkelahi. Karena orang-orang tersebut tidak menyerang atau menghajar dirinya dan dibawa pergi. Safira kecolongan. Fikri dibawa disebuah rumah, dan saat Fikri sudah sadar, para pria itu memaksa Fikri agar meneguk alkohol. Fikri sempat berontak, namun dia tidak bisa berbuat banyak, karena tubuhnya diikat. Fikri dipaksa meminumnya, hingga pria itu sangat mabuk. Setelah puas menjahili Fikri, pria itu dilepas ditengah jalan. Tak beberapa lama, Safira menemukan Fikri yang sudah mabuk berat, Safira membantu Fikri untuk berdiri, dan menyuruh para bodyguardnya mengangkat tubuh Fikri, dan menduduki dibelakangnya. Siang itu, Safira tidak