Home / Thriller / Qolbu Quddus / Chapter 6 Tragedi

Share

Chapter 6 Tragedi

Author: aries23
last update Last Updated: 2022-02-24 10:53:16

Safira duduk di anyaman tikar menikmati goreng ubi yang baru saja dimasak, sambil mengobrol dengan akrab dengan pemilik rumah. Selesai menikmati ubi goreng, Safira membantu pemilik rumah membersihkan piring kotor.

Sesudah itu, Safira berjalan-jalan sendiri berkeliling desa. Sesekali mencari signal hp untuk menghubungi Abbas. Namun didesa yang belum ada tower tersebut membuat Safira kesulitan untuk menelpon Abbas.

Safira kembali kerumah bu Rima saat sudah puas keliling desa. Saat pagi tiba, semua warga desa dihebohkan dengan penemuan mayat seorang pria di pinggir jalan.

Saat Safira dan warga desa mendatangi tempat kejadian, disana sudah terlihat seorang wanita menangis histeris melihat mayat tersebut. Safira mendekati mayat dan mengamati  kondisinya.

Safira mengerutkan keningnya, berjongkok disamping mayat. Dia mendengar para warga mengungjing mayat.

“Melihat luka yang dialami oleh korban, korban meninggal karena dipukul….” jelas Safira dengan tegas. Perempuan yang menangisi mayat, menoleh sebentar kearah Safira.

“Ulung Fitra memang dibunuh, mereka yang membunuh Ulung….” teriak Nadira menatapi beberapa orang warga dengan tatapan benci.

“Dia pantas mendapatkannya…..” teriak pak Nafis seorang warga yang ditatap sinis oleh Nadira.

“Semuanya fitnah, kalian tidak tahu kejadian sebenarnya….” teriak Nadira histeris.

“Dia jelas-jelas telah memperkosa Dewi….” bentak pak Ahmad.

“Apa kalian bisa membuktikan, bahwa Ulung saya memperkosa kak Dewi hah?” teriak Nadira tidak terima dengan tuduhan warga. Nadira berusah menyerang para warga yang ngotot menuduh Ulungnya memperkosa Dewi.

Dua orang warga berusaha memegang tangan Nadira yaitu pak Bowo dan Buyung. Sedangkan kaki Nadira masih bisa mengapai dan menendang para warga yang menuduh abangnya memperkosa Dewi. Para warga terlihat takut melihat keberingasan Nadira, beberapa warga otomatis mundur melihat sorot mata Nadira yang seperti orang kerasukan.

“Kami melihat Fitra melakukan perbuataan yang tidak senonoh itu pada Dewi….” hardik pak Somad mundur beberapa langkah kebelakang, takut melihat Nadira yang seperti kerasukan.

“Sudahlah, biar polisi yang mengungkapkan kasus ini….” jelas Safira kembali berdiri, dan meminta kepada warga yang hadir untuk mengangkat jenazah tersebut membawanya kerumah korban.

Namun kebanyakkan warga tidak mengindahkan permintaan Safira dan langsung pergi meninggalkan lokasi kejadian. Hanya pak Dodi dan bu Rima beserta anak laki-lakinya yang tersisa disana.

“Biarkan bapak yang mengangkatnya….” usul pak Dodi. Pak Dody mengangkat jenazah tersebut dengan cara membopongnya. Hanya beberapa orang yang memiliki nurani membantu pemakaman Fitra. Kepergian Fitra membuat trauma bagi Nadira.

Saat malam tiba, suasana didesa itu hening, hanya terdengar sayup-sayup lantunan tahlilan dirumah Nadira.

Namun siapa sangka, malam pertama tahlilan kematian Fitra, terjadi juga tragedi yang mengejutkan dari sebelumnya. Saat pagi tiba, kembali ditemukan mayat seorang laki-laki dibelakang rumah seorang warga dengan posisi yang mengenaskan. Kembali warga digemparkan oleh penemuan mayat tersebut.

 “Pembunuhan beruntun….” bathin Safira.

Tiga orang polisi segera mendatangi tempat kejadian perkara, dan menanyai beberapa saksi. Safira berdiri tepat disamping mayat, mengamati luka-luka yang ada ditubuh pria tersebut.

“Sepertinya dari semua orang yang ada disini, yang terlihat tenang hanya dirimu…. Apa kau sering melihat kejadian seperti ini? Wajahmu tak memperlihatkan ketakutan dengan kematian pria ini.” seorang polisi berdiri tepat disamping Safira. Safira hanya menoleh sebentar dan tersenyum dingin.

“Ya, sangat sering, hingga membuatku tidak takut lagi jika melihat kematian seperti ini….” jawab Safira sekenanya, lalu meninggalkan polisi tersebut, sedangkan sang korban segera dibawa kerumahnya.

“Sepertinya gadis yang berdiri disamping mayat tersebut perlu di intogasi….” ucap seorang polisi kepada rekannya.

Dirumah sang korban, para warga segera memandikan jenazah, hingga pemakaman selesai. Para polisi tetap siaga melakukan penyelidikan dan introgasi pada para warga.

“Ada yang mau bertemu dengan kak Safira….” ucap anak pak  Dodi mendekati Safira yang sedang makan.

“Siapa?” tanya Safira mengerutkan keningnya.

“Kurang tahu kak, sepertinya bukan orang desa sini…. Dia seorang pria….” jelas Arkana. Safira segera bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Safira kaget bercampur senang dengan kehadiran pria yang dia kenal.

 “Hai, syukur kamu baik-baik saja….” Safira memeluk pria tersebut dengan singkat.

“Bagaimana kabarmu Ra?” tanya pria tersebut, tersenyum.

“Baik….”

“Ada berita buruk Ra, kasus yang kita tangani di tutup oleh pihak kepolisian, dan Ardian telah dibebaskan….” jelas Abbas menghela napas panjang, begitupun Safira yang mendengarnya.

“Ayo kita pulang….” ujarnya lagi. Safira mengeleng pelan, membuat Abbas mengerutkan keningnya.

“Kenapa?” tanyanya.

“Didesa ini baru saja mengalami pembunuhan beruntun, aku mau membantu mereka mengungkapkan kasus ini….”

“Lalu bagaimana dengan kasus kita yang belum selesai? Apa kita tidak perlu melanjutkan kasus tersebut dan memenjarakan dalangnya?”

“Lagi pun kasus tersebut sudah ditutup, apa salahnya kita sumbangkan tenaga dan pikiran kita untuk membantu keluarga desa ini yang sedang berduka….” jelas Safira perlahan.

Pak Dodi dan istrinya pun menghampiri Safira diteras rumah dan mempersilahkan Abbas masuk.

Abbas pun masuk setelah mengucapkan terima kasih pada pria yang membantunya mencari alamat rumah pak Dodi yang telah menyelamatkan rekannya.

Abbas, Safira, pak Dody berserta sang istri memasuki rumah dan duduk dihamparan tikar anyaman. Sedangkan bu Rima segera pergi kedapur membuatkan minuman dan kembali dengan membawakan kue kering dan teh. Setelah berbincang-bincang, pak Dody mengizinkan Abbas menginap di rumahnya.

Related chapters

  • Qolbu Quddus   Chapter 7 Dingin, Hening

    Saat pagi tiba, Abbas mengikuti pak Dody ke kebun. Abbas membantu mengembur tanah untuk ditamani cabe dan sayuran lainnya. Sedangkan Safira membantu istrinya pak Dody memasak dan membersihkan rumah. Setelah shalat magrib, Safira duduk dikursi teras rumah pak Dodi. Tak lama kemudian, Abbas duduk disamping Safira membawakan dua gelas kopi. “Ayo minum….” ajak Abbas menyeruput kopinya. Safira hanya tersenyum simpul, meraih kopi tersebut dan menyeruputnya perlahan. “Jangan bilang kepada siapapun, kalau kau adalah polisi dan aku seorang agent….” ujar Safira perlahan meletakan kopi diatas meja disampingnya, lalu menatap Abbas yang langsung menganguk menyetujui permintaan Safira. “Lalu, kapan kau mulai menyelidiki kasus tersebut? Siapa orang yang kau curigai?” tanya Abbas menyilangkan kakinya, sambil kembali menyeruput kopinya. “Belum tahu, mungkin secepatnya….” jawab Safira seadanya. “Kau tahu siapa dalangnya?” tanya Abbas lagi. Safira mengelengkan kepalanya perlahan. “Namun aku harus

    Last Updated : 2022-02-24
  • Qolbu Quddus   Chapter 8 Barang Bukti

    Saat pagi tiba Safira sudah bergegas menyiapkan diri melakukan penyelidikan. Safira berjalan sendiri menyusuri jalan demi jalan, kakinya terhenti saat melihat seorang wanita duduk termenung dikursi teras rumahnya. Kaki Safira spontan melangkah mendekati rumah tersebut dan menyapa wanita tersebut dengan ramah. “Assalamualaikum….” ucap Safira tersenyum ramah. Namun tidak ada sahutan dari Nadira. Safira berinisiatif melangkah memasuki teras rumah Nadira, dan berdiri tepat disamping Nadira. “Bagaimana kabarmu?” tanya Safira mencoba ramah, walaupun mencoba ramah bukanlah sifatnya. Sunyi, wanita itu hanya diam, tatapannya lurus kedepan, wajahnya terlihat pucat dan tubuhnya nampak kurus dan tak terurus, tatapannya kosong. Safira menghela napas pendek, mengusap pundak Nadira. “Saya tahu kamu pasti sangat terpukul atas kematian Ulungmu, tapi apakah kau bisa menceritakan kronologi kematian Ulung mu? Mana tahu aku bisa membantumu menemukan siapa pelakunya.” Tak ada jawaban dari Nadira, kemb

    Last Updated : 2022-02-24
  • Qolbu Quddus   Chapter 9 Luka Tusuk Di Perut

    “Kita perlu bicara….” Ajak Safira saat melihat Abbas yang baru saja pulang dari berkebun bersama pak Dody dan anaknya. “Mau bicara apa?” “Kita harus kekota yang ada labortariumnya, untuk mengecek barang bukti yang saya temukan….” jelas Safira dengan cara berbisik ditelinga Abbas. Jarak mereka cukup jauh dari jangkaun pak Dody dan anaknya, sehingga mereka tidak perlu khawatir akan didengar pembicaraan mereka. “Baiklah, kita harus izin terlebih dahulu pada pak Dody dan istrinya….” ajak Abbas. Setelah mendapat izin dari pak Dody dan istrinya, Safira dan Abbas bergegas pergi kekota. Cukup jauh dari desa mereka, baru mereka menemukan kota. Mereka pulang saat adzan magrib. Safira berusaha mencari tahu nama dan tempat tinggal orang-orang yang dicurigainya. Malam itu dia mengendap-endap berjalan dibelakang rumah pak Somad, tempat kejadian terdapatnya mayat pak Slamet, tiga hari yang lalu. Namun dia tidak menemukan apapun. “Bagaimana mungkin tidak ada jejak barang bukti sedikitpun?” bath

    Last Updated : 2022-02-24
  • Qolbu Quddus   Chapter 10 Introgasi

    Abbas dan Safira pulang kerumah pak Dody. Sesampainya disana, mereka disambut dengan tatapan tajam para polisi. “Maaf, apakah kau bernama Safira Ramadhani?” tanya seorang polisi. Safira hanya menganguk dengan cepat. “Bolehkah saya bertanya dengan kamu?” “Silahkan….” jawab Safira singkat. Safira duduk dikursi teras rumah pak Dody. Ada lima kursi disana, pak Dody dan istrinya segera masuk kedalam rumah saat melihat Safira sudah pulang. Abbas dan Safira pun duduk dikursinya dengan tenang, sedangkan dua polisi itu juga duduk dikursinya. Safira menatap tajam seorang pria yang juga ikut duduk disamping pak polisi. “Darimana kamu tahu tentang kejadian kematian pak Slamet?” “Saya mendengar teriakan para warga dan melihat banyak orang-orang berbondong-bondong ke lokasi kejadian…. Jadi kami hanya ingin melihat apa yang terjadi….” jawab Safira sekenanya. “Kami? Berarti kamu tidak sendirian datang ketempat lokasi kejadian?” tanya polisi itu lagi. “Bersama pak Dody, bu Rima dan anaknya Ardi

    Last Updated : 2022-02-24
  • Qolbu Quddus   Chapter 11 Pakaian Hitam

    Pukul 17:45 Pak Somad bergegas pulang kerumahnya dengan berjalan kaki. Namun langkahnya terhenti saat mendapati sosok seorang pria yang berdiri tegak memakai pakaian dan masker hitam ditengah jalan dengan posisi sebelah tangannya memegang balok kayu. “Maaf anda ini siapa? Kenapa berdiri tengah jalan seperti ini? Anda tersesat?” tanya pak Somad kebingungan. Namun pria itu hanya diam, namun tatapan matanya sangatlah tajam seperti pedang yang siap menghunus siapa-saja. “Kenapa diam? Sepertinya anda bukan orang desa ini? Anda mau kemana?” tanya pak Somad lagi. “Mau kerumah pak Somad….” ujarnya membuat pak Somad menunjukkan ekspresi bingung. “Saya pak Somad, ada apa kau bertemu dengan saya?” “Mau membunuh….” ucapnya dingin, diiringi dengan tawa yang melengking, membuat bulu kuduk pak Somad berdiri. “Apa salah saya?” tanya pak Somad dengan suara bergetar. “Karena kau membunuh teman saya bernama Fitra Rafisqy Alfa rezi abangnya Nadira Zerina Adzra Nadhifa, juga pak Slamet, dan sekara

    Last Updated : 2022-03-04
  • Qolbu Quddus    Chapter 12 Surat Pengancaman

    Semua warga pun mendatangi rumah pak Somad, tak terkecuali keluarga pak Dody, Safira dan Abbas juga tiga orang polisi. Safira berjongkok mendekati jenazah pak Somad dan mengeryitkan keningnya. “Sungguh bejat kelakuan pelaku ini, begitu banyak luka yang didapat oleh pak Somad, sampai-sampai wajahnya hancur seperti ini….” celutuk Safira. Sedangkan tiga polisi juga sedang mengamati tubuh pak Somad dan ada juga yang mengambil gambarnya. “Lihat seperti ada sesuatu dikantong baju itu?” ujar Abbas menyenggol bahu Safira. Mata tiga polisi langsung melototi kantong baju pak Somad. Safira segera mengambil sesuatu yang ada dikantong baju pak Somad. Ternyata sebuah surat. “Target selanjutnya adalah pak Basir…. Tunggu saja, maut akan menjemputmu….” Safira membaca surat tersebut membuat para warga spontan melihat kearah Safira. “Ini surat pengancaman…..” ucap Safira menatap tiga polisi yang juga menatapnya. “Dimana pak Basir? Apakah beliau ada disini?” tanya Safira nampak panik. Dia memikirkan

    Last Updated : 2022-03-17
  • Qolbu Quddus   Chapter 13 Teror Pria Asing

    “Mau saya bantu pak?” tanya seorang pria yang memakai kaos oblong dengan celana selutut. Pak Budi yang sedang sibuk membawa kambing-kambingnya masuk kedalam kandang, menoleh sebentar kearah pria tersebut. Pak Budi mengerutkan keningnya bingung. “Anak ini orang baru ya? Kok bapak nggak pernah lihat?” tanya pak Budi bingung. Pria tersebut hanya tersenyum. “Iya pak, saya saudara jauhnya Fitra Rafisqy Alfa rezi abangnya Nadira Zerina Adzra Nadhifa….” Pak Budi nampak kaget. “Ada keperluan apa anak ini kesana?” tanya pak Budi mencoba bersikap tenang. “Saya sangat merindukan Fitra dengan Nadira adiknya pak. Saya ingin sekali bertemu dengan mereka? Kalau boleh tahu, bapak tahu rumah mereka?” tanya pria tersebut dengan ramah. “Apa kamu tidak mendengar apa yang terjadi dengan Fitra?” selidik pak Budi mencoba memasukkan satu persatu kambing-kambingnya masuk kekandang, juga dibanu oleh pria asing tersebut. “Emang apa yang terjadi dengan Fitra pak?” “Fitra sudah meninggal dua minggu yang lal

    Last Updated : 2022-03-18
  • Qolbu Quddus   Chapter 14 Autopsi

    Paginya warga desa digemparkan dengan penemuan mayat pak Budi dibelakang rumahnya. Yang menemukan mayat pak Budi adalah istrinya sendiri yang baru saja pulang dari rumah ibunya dikampung sebelah. Tiga polisi mendatangi rumah korban, tak ketinggalan Safira dan Abbas juga mendatangi rumah pak Budi. Sang istri sangat histeris melihat tubuh pak Budi yang sudah hancur dibagian kepalanya. Safira memalingkan wajahnya menatap ngeri tubuh pak Budi. “Kita lakukan autopsi saja….” Safira membuka suara. Sedangkan istri pak Budi melirik sejenak kearah Safira dan kembali merapati kematian suaminya. “Autopsi itu akan mengungkapkan siapa pelaku pembunuhan suami ibu, dan pembunuh warga yang telah meninggal sebelumnya….” “Soal uang biar saya dan teman saya yang tanggung, yang penting kasus ini segera terselesaikan…. Saya sudah tidak sabar ingin memukul wajah sipembunuh, dan saya pastikan dia akan memohon ampun agar tidak memukulnya….” geram Safira mengepalkan tangannya. Istri pak Budi hanya diam. “B

    Last Updated : 2022-03-18

Latest chapter

  • Qolbu Quddus   Chapter 46 Lukisan

    Safira menghela napas lelah membaca bait demi bait tulisan diary tersebut. Safira menutup laptopnya, dan segera keluar dari kamarnya. “Mau kemana?” hadang Safira saat melihat Fikri keluar dari kamarnya. “Bukan urusanmu.” jawabnya acuh. “Akan memanaskan motor,” ucap Safira meninggalkan Fikri yang hanya bisa mendengus sebal. Dia harus bisa menghindari Safira, dia tidak ingin terlalu dekat dengan wanita itu. Fikri tidak ingin masalalu nya terulang lagi. Bukankah menjaga lebih baik dari pada merusak. Fikri melangkah keluar dan dilihatnya Safira sedang memanaskan motornya. Fikri mendekati Safira, dengan kasar merampas kunci motor dan segera hendak menaiki motor tersebut, namun dengan gerakan gesit, Safira menarik baju Fikri. “Kau tidak akan bisa pergi tanpa diriku. Apa kau ingin disiksa terus oleh ibumu? Apa kau sangat suka ya disiksa oleh ibumu?” ujar Safira ketus. “Bukan urusanmu.” jawab Fikri dingin. “Akan jadi urusanku jika menyangkut dirimu. Apalagi aku sudah ditugaskan untuk

  • Qolbu Quddus   Chapter 46 Rekaman Cctv

    “Bolehkah aku bertanya sesuatu?” tanya Safira disebrang telepon.“Silahkan….” jawab Abbas.“Boleh aku minta alamat rumah bu Zivana Azzahra Alfathunissa Hidayatullah?”“Akan saya kirimkan…..” jawab Abbas. Saat sudah mendapatkan alamat Zivana, Safira segera keluar dari rumah pribadi Fikri. Motornya berhenti disebuah rumah dan mengetuk pintu rumah tersebut. Seorang wanita keluar membukakan pintu.“Maaf, bolehkah saya bertemu dengan bu Zivana Azzahra Alfathunissa Hidayatullah?” tanya Safira ramah.“Maaf bu Zivana tidak ada dirumah…. Bu Zivana belum pulang.” jawab sang Art.“Kapan ya pulangnya?”“Mungkin sore ini, kalau tidak lembur….”“Bolehkah saya masuk dan menunggu bu Zivana? Saya ingin sekali bertemu dengannya.” sang Art hanya menganguk perlahan dan menyilahkan Safira masuk. Sesaat setelah masuk, sang Art nampak menelpon seseorang. Safira mengamati seluruh ruangan tersebut. Dia melihat foto keluarga, Safira mengamati foto tersebut dengan seksama. Safira duduk disofa panjang. Tak lama

  • Qolbu Quddus   Bab 150 Pengajuan Banding

    "Maksud Anda apa berbicara seperti itu? Anda meragukan pengkapan yang kami lakukan? Kau iri? Sudah tidak percaya lagi oleh pak Haikal?" Alfa tersenyum menyeringai. "Saya tahu, ini semua rencanamu untuk mengetahui isu kalian tentang berita Taqy Shafiullah. Bau busuk rencana sudah tercium kok, hanya menunggu waktu kehancuran kalian saja...." ucap Safira dengan dingin. "Bilang saja kau memihak pada teroris ini. Jika iya, itu sama saja kau membela para teroris. Itu sama saja kau berpihak pada kejahatan dan kau memberi kesempatan bagi para teroris membunuh dan menyebarkan teror lagi....""Jika iya memangnya kenapa? Kau takut seorang Safira Ramadhani berpihak pada teroris? Jika aku ikut menyelesaikan kasus ini, sudah pastikan kau kalah, Alfarezel Arfan.... Kesempatan mu untuk menang hanya sedikit.... Jangan sampai saya turun tangan menangani kasus ini Fa...." Safira tersenyum sinis. Saat melewati Alfa, Safira sengaja menyenggol lengan Alfa dengan kasar. Alfa tampak geram, meninggalkan sel

  • Qolbu Quddus   Bab 149 Mengadu domba

    "Saat itu Reyhan di ancam saat melakukan pemberontakan karena apa yang dituduhkan para polisi itu tidak lah benar...." jelas Alfariz. Safira hanya diam, terus saja mendengar apa yang di ceritakan oleh Alfariz. Pecakapan tersebut terekam kamera tersembunyi yang terpasang di baju nya."Kau, harus ikut kami dan mengakui bahwa kau adalah teroris.... Jika tidak, kau dan istrimu akan kami bunuh...." ancam Alfa menarik paksa Reyhan yang masih meronta melepaskan diri. Reyhan di dorong masuk ke dalam mobil tahanan. Mobil melaju meninggalkan rumah Reyhan. Tiga orang tidak ikut rombongan tersebut, kembali mendekati rumah Reyhan. Mengedor pintu yang terkunci, membuat istri Reyhan semakin panik di balik jendela saat mengintip suami nya di bawa polisi.Gedoran semakin kuat terdengar oleh istri Reyhan, dan berubah menjadi tendangan. Istri Reyhan hanya membeku berdiri membelakangi jendela. Jantung istri Reyhan sejenak terhenti, saat tiga polisi tersebut berhasil membuka pintu dan melepaskan beberapa k

  • Qolbu Quddus   Bab 148 Fitnah?

    Reyhan Aldhani perlahan keluar dari dalam kamar, sedangkan sang istri duduk dengan panik di atas ranjangnya. Saat keluar, Reyhan langsung di borgol oleh polisi. "Bapak kami tangkap...." ucap Alfa. "Apa salah saya pak? Saya tidak melakukan apa-apa yang bertentangan dengan hukum?" balas Reyhan meronta saat polisi memborgol nya. "Kamu telah melakukan tindakkan teroris.... Mengebom rumah makan X dan menewaskan banyak orang...." jelas Alfa mendorong kasar Reyhan keluar dari rumah nya. "Saya tidak melakukannya pak.... Bapak salah orang...." sanggah Reyhan tidak terima dengan tuduhan tersebut. "Tidak usah melawan dan tidak mengakui perbuatan mu.... Kau bisa membela diri saat di kantor polisi...." jelas Alfa menarik paksa Reyhan masuk ke dalam mobil. Sedangkan istri Reyhan mencoba menahan diri tidak keluar dari rumahnya, karena lebih menuruti perintah suaminya. Mobil tahanan tersebut pun meninggalkan rumah Reyhan. Sang istri hanya bisa menahan tangis saat di lihat nya mobil yang membawa s

  • Qolbu Quddus   Bab 147 Penangkapan

    "Kamu sudah mendengar berita yang sudah viral di TV kan?" tanya Haikal dengan dingin pada Alfarezel Arfan duduk di kursi depan Haikal."Saya sudah mendengarnya pak...." jawab Alfa. "Misi kali ini, kalian yang selesai kan.... Saya harap kalian bisa menyelesaikan nya dengan mudah...." jelas Haikal. "Siap pak.... Ngomong-ngomong kenapa tidak Safira saja yang menyelesaikan misi ini pak? Bukankan gadis itu adalah orang yang sangat bapak percayai?...." tanya Alfa dengan dingin. "Lakukan saja sesuai perintah.... Safira akan menyelesaikan kasus lainnya...." balas Haikal dengan tegas dan memerintahkan dengan satu jarinya untuk pergi dari ruangannya. Alfa pun keluar dari ruangan pak Haikal dan saat keluar berpapasan dengan Safira. Alfa menatap Safira tajam, "Sepertinya ada yang sudah tidak di percaya lagi menyelesaikan kasus besar...." sindir Alfa dengan senyum sinis. Safira menghela napas pendek. "Karena pak Haikal mungkin udah bosan dengan dia yang sok baik, dan menyelamatkan para tahana

  • Qolbu Quddus   Bab 146 Teroris

    Di sebuah ruangan rumah Athailah, "Sebarkan isu-isu, viral kan agar kasus ayah saya bisa teralihkan dan setelah semua masyarakat dan para netizen fokusnya terpecahkan, saat itu lah kita akan menyogok para polisi.... " jelas Athailah. Mengepal tangannya dengan geram, mata nya tajam melihat tiga anak buahnya.“Baik bos...” ucap tiga anak buah nya dengan tegas.“Cepat buat keributan.... jangan sampai gagal....” bentak Athailah. Tiga anak buah Athailah pun segera meninggalkan ruang kerja Athailah.Tiga pria tersebut mendatangi sebuah rumah makan. Setelah beberapa menit mengamati situasi sekitar, mereka pun hendak melemparkan sesuatu ke arah rumah makan tersebut, namun karena kemunculan lima orang berjubah putih dari dalam rumah makan, membuat tiga pria tersebut menghentikan aktivitasnya."Assalamu'alaikum.... " sapa lima pria tersebut dengan ramah. Namun bukannya menjawab salam lima pria tersebut, tiga pria itu hanya diam dan memasang wajah dingin, hingga lima pria tersebut memasuki mobil

  • Qolbu Quddus   145 di Laporkan ke Polisi

    “Bagaimana pendapat anda mbak, tentang terlibat nya anda dalam penangkapan pak Taqy Shafiullah? Apakah benar anda terlibat dalam penangkapan tersebut? Benarkah anda di bayar mahal oleh polisi? dan anda juga seorang mata-mata?” tanya para wartawan pada Safira saat di temui di acara bedah buku sebagai pemateri.Safira hanya tersenyum, “Itu semua tidak benar.... Saya hanya di undang untuk bernyanyi di acara tersebut.... kapan pula saya menangkap beliau? sedangkan saya sibuk bernyanyi menghibur tamu undangan hingga acara selesai.... itu hanya fitnah dari orang-orang yang tak menyukai saya, atau itu hanya pengalihan isu agar masalah inti tersebut perlahan-lahan di hilangkan dari media....” jawab Safira dengan tenang. Setelah itu dia meninggalkan gedung acara dengan menaiki motor nya.Sedangkan ke esok pagi nya, seorang pengacara dan Athailah mengajukan melaporkan Safira ke polisi atas tindakkan tidak menyenangkan, dan fitnah terhadap ayahnya.“Kami akan melaporkan beliau atas pencemaran na

  • Qolbu Quddus   Bab 144 Misi

    Safira baru saja pulang dari kampus, merasa sangat lelah saat sampai kos. Baru saja, dia duduk di kursi plastik di dalam kamar kos nya, sebuah ketukan membuatnya mendengus kesal. Safira segera bangkit dari duduknya dan membuka pintu. Dia mengerutkan keningnya, saat melihat pengantar paket memberikan sebuah paket padanya. Safira menatap curiga map amplop tersebut, takutnya teror lagi. Perlahan Safira membukanya, dan terlihatlah hanya berisi data-data kriminal target yang akan di tangkapnya.“Misi kali ini adalah kau harus menyamar sebagai penyanyi di sebuah acara pertunangan seorang anak dari seorang pembunuh berantai.... kau harus bisa menangkapnya, jika tidak siap-siap untuk di pecat....” jelas jendral Haikal di telepon. Safira hanya menghela napas kasar, akhir-akhir ini pak Haikal sering bersikap tidak ramah padanya.“Baik pak....”Safira meletakkan hp nya di samping meja belajarnya, dia memeluk erat boneka Doraemon dengan erat. Safira mengukir senyum saat bayang-bayang masa lalu be

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status