“Masa sakit memang menjadi masa di mana seorang manusia merasakan derita, meski di sana pula ada komponen penggugur dosa. Bagaimana pun, sakit adalah ujian. Tegar dan ikhtiar adalah jawaban agar dapat lulus dari ujian itu dengan gemilang.”
----------
Nabilla mengeryitkan dahinya ketika sebuah mobil berwarna putih berhenti dihadapannya yang tengah menunggu angkutan umum di halte. Nabilla mendengus kesal saat sang pemilik mobil itu keluar dan berjalan mendekatinya yang sedang duduk memangku tasnya. Si pemilik mobil yang tidak lain adalah Abidzar yang selalu mengusik ketenangan Nabilla. Laki-laki yang merupakan adik kelas Nabilla itu tidak capek untuk mendekati Nabilla dan semakin gencar melakukan pendekatan untuk mendapatkan hati Nabilla, “Hai Nabilla.” Sapa laki-laki yang sudah berdiri dihadapan Nabilla.
Nabilla membalas senyum Abidzar dengan senyuman palsu, “Hai Bidzar.” Jawab Nabilla malas.
"Dia yang selalu membuatku tersenyum ketika aku membayangkannya, dia yang sering membuatku tertawa dalam hati ketika mengingat percakapan bersamanya, dia yang membuat jantungku berdebar cepat saat mengingat senyum manis dari bibir menawan itu."
“Kecantikan seorang wanita tidak dilihat dari wajahnya, fisiknya, apa lagi dari bagusnya pakaiaan yang dikenakan. Tapi lihatlah dari matanya, wanita yang sederhana, tangguh, berwawasan, setia, mandiri, jujur, berakhlak baik, berprinsip, sungguh menyenangkan melihat bola matanya. Begitu menawan, membawa kedamaian, bahkan walau dengan tampilan yang sangat sederhana.”----------Hari-hari Nabilla sebagai siswi ditahun terakhir, berusaha ia lalui dengan sangat baik. Hari ini misalnya, Nabilla dengan percaya diri mengerjakan soal-soal uji coba yang di berikan dari sekolah.Saat Istirahat tiba, Nabilla, Jihan dan Olivia sedang di kantin. Sementara Narendra, ia sedang berlatih basket untuk persiapan turnamen yang akan dilaksanakan hari minggu lusa. Nabilla dan sahabat-sahabatnya sedang mengobrol, tiba-tiba ada seorang laki-laki datang dengan membawa bunga dan kotak berbentuk love hingga membuat Nabilla menjadi pusat perhatian.&l
“Tidak semua dari kita memiliki sosok ibu yang sempurna. Bahkan, mungkin sosok Ibu di hidupmu adalah sosok yang kamu benci karna tindak tanduknya yang menyakitimu sangat dalam hingga di relung hati. Sayangilah dia selagi masih ada waktu Karena walaupun sebenci apapun kamu akan dia, kamu akan merasa kehilangan.”----------Entah untuk ke sekian kalinya Nabilla harus bersabar saat pulang dan melihat sebuah mobil terparkir di halaman rumahnya. Ia tidak tahu, kapan ibunya itu akan bertaubat dan meningalkan pekerjaan menjijikan itu.“Nabilla…”Maya memanggil Nabilla yang baru saja hendak masuk ke kamarnya setelah menyalakan lampu ruang tengah. Ia membatalkan langkah dan menuju kamar ibunya, matanya membola saat melihat apa yang dilakukan ibunya. Maya sedang bersama laki-laki, lebih tepatnya ia sedang melayani laki-laki kurang belaian yang menjadikannya sebagai pemuas nafsu.“K
“Mungkin ini cinta atau ketertarikan sesaat. Aku tak tahu. Aku hanya merasa menemukan sosok yang ku cari. Laki-laki yang bersusah payah demi melindungi perempuan.”----------Diiringi isak tangis, Nabilla melihat kepergian ibunya dan mengambil satu-persatu buku yang berada di kubangan air itu. Dalam hati ia berharap, masih ada buku yang masih bisa dipakainnya.Saking larutnya Nabilla dalam
“Orang yang hebat ialah yang bisa tersenyum, saat semua berantakan. Sebab ujian bagi hati adalah kesulitan, dan kesulitan selalu datang setiap waktu. Dan senyuman yang layak disanjung dunia, adalah senyuman yang bersinar menembus air mata.”----------Nabilla melangkahkan kakinya menuju temat wudhu, setelah selesai wudhu ia membenahi jilbabnya dan segera masuk ke dalam mushola. Suasana tenang langsung menghampiri hatinya yang sedang bergemuruh. Memang tempat yang paling teduh dan menenagkan adalah rumah Tuhan nya, ia sangat nyaman berada di rumah Tuhan nya itu, tempat ia sering berkeluh kesah dan meminta.Setelah menghadapi Abidzar, Varo membawa Nabilla ke mushola GOR Satria. Sebelum jalan-jalan ke mall, Varo mengajak Nabilla dan teman-temannya untuk shalat dzuhur terlebih dahullu.Nabilla mengambil mukena dan memakainya kemudian duduk menghadap kiblat. Ia terpaku menatap punggung tegap di depan sana, di bagian
“Jika merasa ini berat, menangislah. Tidak perlu merasa paling tegar dan memaksa diri untuk baik-baik saja. Berdamailah dengan keadaan, karena hal itulah cara terbaik untuk bertahan.”----------Nabilla tidak bergeming, hatinya ngilu melihat kakaknya diperlakukan demikian. Namun bagaimana lagi ia memang salah. Hatinya semakin sakit saat mendengar pengakuan kakaknya yang menjadi sugar baby. Beruntungnya tadi, orang yang beberapa waktu lalu ia temui dan ia tolong, membantu meredakan emosi wanita hamil yang tidak lain adalah bundannya. Ya, perempuan muda yang beberapa waktu lalu bertemu dengannya di halte dan meminjam uang itu teryata ayahnya adalah sugar daddy kakaknya.Sungguh Nabilla tidak habis pikir, kakaknya tega berbuat seperti itu. Menjadi peliharaan pria yang sudah beristri dan mempunyai anak, terlebih istri dari pria itu sedang hamil. Entah, Nabilla tidak tahu apa alasanny
“Berbagi tidak selamanyaa harus dengan sebuah barang yang besar atau berupa harta, kita juga dapat berbagi canda dan tawa dengan mereka yang sedang dalam keadaan bersedih.” ----------- Tiga hari berlalu begitu saja, senyum bahagia tidak pernah absen dari bibir seorang gadis jelita. Sejak siang tadi, senyuman dari bibir gadis itu seakan menghapus kesedihan yang menyapa hidupnya akhir-akhir ini. Selepas senja, Nabilla dan dua temannya yang mengikuti olimpiade berbincang sambil menikmati indahnya malam di Queenstown Singapura. Malam ini merupakan malam terakhir mereka di negara singa itu. Saat Nabilla dan temanya tengah asik mengobrol, tiba-tiba bel kamar mereka berbunyi menandakan ada seseorang yang ingin bertemu. Tok..tok…tok… “Siapa?” Tanya Anggia teman Nabilla yang berteriak dari dalam, karena setelah bel berbunyi mereka tidak langsung membukakan pintu, sehingga orang yang ada di luar kamar tidak sabar hingga m
“Pemikiran adalah bayangan dari perasaan kita, selalu lebih gelap, lebih kosong, dan lebih sederhana.”----------Varo mengajak Nabilla duduk di sebuah kursi yang ada di sekitar Marina Bay , “Ayo duduk, Billa.” Lalu, meletakkan tubuh Nabilla di kursi dan Nabilla terus memegangi kepalanya sangat keras hingga Varo juga ikut memegangi kepala gadis jelita itu, sembari memijatnya lembut. Saat itu, Nabilla merasa begitu nyaman dan lambat laun rasa sakitnya sedikit berkurang. Nabilla yang lemah akibat rasa sakit yang baru pertama ia rasakan, memilih untuk meletakkan kepalanya pada pundak Varo.Nabilla menatap wajah Varo lekat-lekat. Baru pertama ini ia bisa menatap wajah menawan Varo dalam posisi sedekat ini. Dan Nabilla baru menyadari bahwa pria menawan yang sedang menjadi sandaranya saat ini, terlihat tidak asing baginya.“Sebenarnya kamu siapa bang, kenapa aku begitu nyaman saat bersam
“Keluarga adalah rumah tempat berpulang, keluarga bukanlah hanya sekedar tempat pelampiasan ketika dunia mengalahkan kita. Tangan memang selalu terbuka, tetapi adakah tega kembali hanya untuk sebuah kebutuhan dan pergi ketika diatas awan. Keharmonisan dalam keluarga tidak datang begitu saja, namun keharmonisan itu harus dibangun bersama.”----------Aldelio Ahyar Agustaf, yang artinya sosok pemimpin yang berwibawa dengan sifat religius, yang terlahir di keluarga Agustaf.Serangkaian nama dengan makna indah, yang diberikan Dinnar untuk cucu pertamanya. Terselip harapan yang begitu besar, dengan doa-doa menyertai dalam setiap untaian kata. Cucu pertama Dinnar, putra pertama Alvaro, yang kelak saat besar nanti akan menjadi pemimpin yang berwibawa dengan akhlak yang baik.Bukan tanpa alasan, Dinnar memberikan nama indah itu untuk cucunya. Sosok pemimpin perusahaan besar itu, tentu saja ingin kelak ada keturunannya yang meneruskan memimpin perusahaan.
“Kata orang, cinta bukanlah sesuatu yang kita cari karena dia yang akan menemukan kita. Tidak peduli akan tempat, waktu, dan juga keadaan. Takdir akan menuntun kita untuk bertemu dengan seseorang yang membuat kita merasa begitu dicintai, seolah hanya kita lah satu-satunya cinta yang dimilikinya. Kamu tahu, bila kamu tidak sempurna, kamu mungkin bisa melakukan kesalahan, akan tetapi cinta sejati yang kamu dapatkan membuatmu sangat yakin bila tidak peduli apa yang terjadi nanti, kamu akan selalu mencintainya dan tidak bisa memadamkan rasa itu.”----------Alvaro yang melihat istrinya memejamkan mata, seketika terkesiap, membelalakkan matanya. Perasaan takut, khawatir, gelisah, kembali menyelimuti dirinya. Tanpa berpikir panjang, dengan tangannya yang gemetar, ia guncang-guncangkan tubuh lemas Alesha, guna membangunkan perempuan itu, lalu menatap pada Tyas, dengan tatapan penuh ketakutan.Tyas yang baru saja selesai menjahit bagian kewanitaan Alesha, se
Waktu adalah sesuatu hal yang memiliki ketetapan dan bernilai pasti. Tidak berputar dengan cepat, tidak pula berputar dengan lambat. Bumi pun, masih begitu stabil berputar pada porosnya, dari arah barat ke timur, tidak ada yang berubah sama sekali. Namun, entah kenapa karena aktivitas harian yang cukup padat, Alesha merasa hari demi hari seakan berlalu begitu cepat berganti, dari minggu ke minggu, hingga bulan ke bulan.Banyak hal yang Alesha lalui selama waktu terus berjalan. Dimulai dari drama Alesha yang kesal dengan sang suami, karena teramat sibuk dengan dengan berbagai pekerjaan di luar kota, bahkan luar negeri, hingga cukup jarang berkumpul dengan keluarga. Beruntung, Alesha mempunyai adik yang sangat menggemaskan dan pengertian, juga sayang padanya. Meskipun adiknya itu sering kali membuat drama, tetap saja Alesha sangat menyayangi Princess mungilnya itu.Sampai tiba waktunya, pria menawan itu memaksa Ayah mertuanya yang menjabat sebagai Presdir Agustaf Company, ya
"Tidak ada hubungan suami dan istri yang selalu cerah, namun mereka berdua dapat berbagi satu payung dan bertahan dari badai bersama-sama."----------Pernikahan bukan tentang akhir kisah cinta, melainkan awal baru bagi kehidupan baru. Menikah tentu saja tidak sama saat masih berstatus sebagai pasangan kekasih, terlalu banyak manis, hingga mengelak pedih yang bersembunyi dibalik rasa manis itu. Menikah berarti, mampu melihat semua sisi buruknya setiap hari, semakin hari akan melihat topeng yang satu persatu di tanggalan oleh pasangan. Ini lah, yang menyebabkan banyak pernikahan kandas. Merasa bahwa dirinya bukanlah sosok yang selama ini dikenal, karena banyak hal baru tentangnya, yang tidak ditemui sebelumnya.Menikah berarti berkomitmen untuk menerima semua hal yang menyebalkan itu. Menerima kekurangannya, dan melengkapi dirinya. Dengan menikahi sang pujaan hati, tidak bisa berharap bila semua akan berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Percayalah, menikah tidak sein
“Laki-laki yang baik, ia tidak akan tergoda dengan perempuan lain, pun dengan perempuan yang baik, ia tidak akan menggoda laki-laki yang sudah beristri.”-----------Matahari mulai mengintip di balik awan, sehingga sinarnya tidak terlalu terik, pagi ini. Awan hitam kecil menggantung di langit, angin bertiup pelan menghela dedaunan, dan perlahan masuk melalui jendela, menyibak pelan tirai yang menghias di sana.Pagi ini, karena ada rapat penting Alvaro terburu-terburu berangkat ke kantor, tanpa menunggu Alesha bangun. Ia sangat memaklumi kondisi sang istri, semakin perutnya membuncit, istrinya itu sudah merasa malas melakukan aktifitas. Dan, tentu saja Varo tidak masalah, yang penting Alesha tidak melalaikan kewajiban-kewajibannya.Seperti biasa, jika harus berangkat pagi-pagi sekali, Varo hanya meninggalkan sebuah memo di dekat ranjang tempat tidur mereka.Tidak lama, setelah Varo berangkat, Alesha pun bangun dari tidurnya. Saat Alesha meli
“Perasaan cinta memang luar biasa. Datang tanpa aba-aba, tanpa isyarat dan tidak terduga pula. Pun begitu, akan tetapi menikmatinya dan tanpa di sadari hidup yang di jalani sudah di porak-porandakan oleh kekuatan cinta.”----------Bukan Alvaro namanya, jika sesuatu hal yang ia inginkan tidak terlaksana. Apa lagi, ketika itu menyangkut orang yang ia sayangi.Sudah empat bulan, semenjak Alesha keluar dari rumah sakit, dan kandungan Alesha sekarang sudah enam bulan. Dan, selama itu juga, Alvaro belum pernah sekalipun menemani Alesha untuk periksa kandungan.Bukan tanpa alasan, Alvaro tidak menemani istrinya periksa kandungan. Pria menawan itu, selain disibukan dengan kerjaan di perusahaan Agustaf Company, ia juga harus meng handle restoran dan café, bahkan tidak jarang Varo harus ke luar kota berhari-hari untuk meninjau pembangunan restoran barunya yang ada di Malang, belum lagi jika ia harus menggantikan Dinnar bertemu kolega bisnisnya ke luar n
"Wanita yang paling beruntung adalah dia yang dikaruniai Tuhan seorang pria yang penyabar dan penyayang, penuh kehangatan dan kelembutan, suka menolong dan berhati tulus. Jika dia pergi, si wanita akan merindukan. Jika dia ada, wanita ingin terus berdekatan."----------Varo seharusnya tidak menerima panggilan saat sedang memimpin rapat, tapi perasaannya sejak tadi tidak tenang memperkuat keinginannya untuk menerima panggilan itu. Varo, meminta maaf kepada semua peserta rapat yang adalah, kepala-kepala divisi dan beberapa petinggi perusahaan, ia meminta waktu istirahat selama lima menit sebelum meninggalkan ruangannya untuk menerima telepon.‘Mama’Alvaro mengernyitkan dahi saat melihat nama sang Mama yang terpampang jelas pada layar ponsel. Tidak biasanya sang Mama menelepon, biasanya jika ada sesuatu pasti Mamanya itu cukup mengirim pesan saja. Tapi, kali ini kenapa Mamanya menelepon?Darah Varo terasa seperti membeku saat mendengar
Dalam alur kehidupan, setiap mahkluk Tuhan pasti sering dihadapkan pada berbagai macam situasi yang berbeda dengan akhir yang tidak sama. Entah itu jalan cerita bahagia, atau pun jalan cerita yang penuh penderitaan. Semua itu, sudah di porsi sama rata, tanpa bisa di negosiasi selayaknya takdir.Begitupun juga dengan waktu. Tidak ada seorang pun yang bisa menebak, kapan, di mana, kenapa, bagaimana dan mengapa semua alur kehidupan itu terjadi. Bahkan, sekelebat bayangan tentang masa depan saja, tidak pernah mampir dalam pikiran sebagai tanda untuk sang pemegang kendali alur kehidupan mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi.Alvaro tidak pernah menyangka, bahwa takdirnya jatuh pada keponakannya sendiri. Masih sangat membekas di ingatan Alvaro, bahwa perempuan jelita yang pagi ini masih bergulung nyaman diatas ranjan itu, dulunya adalah bayi mungil yang selalu ia timang, saat dirinya hendak berangkat kuliah ataupun saat pulang kuliah.Bayangkan, waktu it
Alyssa berjalan pelan sambil menggerutu. Wajahnya tertekuk masam, tanda ia akan menangis. Tas di punggungnya terasa berat, padahal isinya hanya tempat pensil dan kotak makan. Alyssa, saat ini sedang berjalan masuk ke dalam rumah Alvaro. Ia baru pulang dari KB, dan dijemput oleh Papa Yonya, yang memang berjanji pulang saat jam makan siang, berencana makan siang bersama sang istri.Alyssa berjalan meninggalkan Alvaro yang masih berada di dalam mobil, pria itu hanya menggelengkan kepala seraya mengulum senyum, Varo sudah tahu penyebab gadis mungil itu ngambek, dan sebentar lagi sebuah drama akan dimulai.Alyssa memasuki rumah dengan gerasah-gerusuh. Matanya menatap kesal kearah lima orang yang sedan bersendau gurau di ruang keluarga rumah Alvaro. Tampak di sana, sang Bunda, Oma, Queen sedang duduk di sofa, sedangkan Afnan dan Aflah, sedang duduk di lantai bersandar pada kaki sofa dan sedang bermain ponsel.“Abang, Mamas!!” Teriak Alyssa marah, manik coklat