Home / Romansa / QUALM / Bagian 4 : Ingatan Itu Kembali.

Share

Bagian 4 : Ingatan Itu Kembali.

Author: Radzee
last update Last Updated: 2021-06-02 16:23:19

Tidak ada yang abadi, semua yang memiliki awal pasti ada akhir. Layaknya sebuah hubungan, ketika kita menyakini semua itu akan bertahan selamanya, tapi kenyataan berkata sebaliknya. Semua akan kehilangan pada waktunya, hanya ada dua pilihan, ditinggalkan atau meninggalkan, ada saat semua orang merasakan hal itu.

Hidup memang memang penuh kejutan yang tak terduga, detik ini kita masih bisa tersenyum lebar dan tidak tau bahwa di detik selanjunya senyum itu bisa berubah menjadi sebuah tangisan.

"Belum tidur?"

Shira menutup cepat buku hariannya,  menemukan Indah yang malam ini ikut menumpang di gubuk deritanya. Agenda yang awalnya mampir berubah menjadi menginap, dikarenakan hujat lebat yang belum reda sedari sore.

Janda dua puluh delapan tahun itu menggeleng, memasukan buku bersampul navy ke dalam laci. "Aku emang insome, seperti biasa."

Indah mengangguk lalu menarik kursi di samping.  "Luna pules banget, gile tu anak."

"Dia mana peduli, hujan, banjir, gempa, ada maling juga bodo amad, tetep pules, bocah kebo mah biasa." Keduanya tertawa keras, tidak peduli bahwa sahabat geblegnya itu bisa saja terbangun.

"Pernah menunjukan diri di depan Farrel setelah kalian berpisah?" Shira menengok, menatap ragu sahabatnya.

"Aku hanya melihatnya dari jauh, itu sudah cukup untuk membuatku bahagia." Senyum itu begitu dipaksakan.

"Aku tau bagaimana cintamu ke Farrel. Tetapi kamu berhak bahagia, belajar melupakan, Shir, lanjutkan hidup." Bibir perempuan itu terangkat, bagaimana bisa dirinya belajar melupakan? Jika hati dan jiwanya penuh dengan nama Ken Farrel. Cinta tidak semudah itu, ketika kita disakiti berkali-kali bahkan rasa benci itu meluap bersama perasaan merindu yang lebih dalam.

"Semua terlalu berharga untuk dihilangkan, kenangan itu, akan aku membawanya hingga mati." Tidak ada yang bisa membantah, rentetan kesalahan Farrel tak berarti apapun, semua kalah dengan cinta Shira yang begitu besar, rasa yang berasal dari hati itu begitu berbahaya.

Indah menghembuskan napas pelan, seluruh saraf yang berada di tubuh Shira sudah berisi Farrel, seberapa keras dia menasehati tidak akan  mengubah apapun. "Maka, datanglah kepadanya, ungkapkan semua perasaan yang ada di hatimu. Hilangkan harga dirimu sesaat, itu lebih baik daripada kamu menahan lebih lama lagi. Walau nantinya tertolak, kamu tidak akan menyesal atau merasa malu, karena semua yang mengganjal di hati sudah kamu nyatakan ke orang yang benar."

"Sakit sekali, ketika kamu mencintai seseorang tapi tidak bisa memiliki, seperti ada peluru yang sengaja tertancap di jantungmu."

Mata Shira terpejam, menekan kuat dadanya yang berdenyut. Ketika kamu memutuskan untuh mencintai maka keputusan untuk melukai pun ikut terbuka. Rasanya begitu menyakitkan, tidak berdarah bahkan terlihat sekali pun, perihnya menjalar ke seluruh tubuh, memaksa kewarasan tetap terjaga dan jantung tetap berdetak.

Perempuan yang lebih muda dua tahun darinya itu maju, merengkuh cepat tubuh bergetar milik sahabatnya. Hidup Shira memang menyakitkan, lima tahun lalu Indah menemukan wanita ini di kolong jembatan dengan keadaan sangat menyedihkan, kedua kakinya lumpuh dan telinga yang tidak berfungsi sama sekali.

***

"Shira masih suka ngikutin kamu?"

Lelaki itu menulikan telinganya ketika Farzan, teman sesama dokter di rumah sakit tempatnya bekerja mulai mengacau urusan pribadinya. "Lu emang salah, gue tau manusia bisa aja khilaf, tapi bukanya yang buat Shira begitu kamu?"

"Nggak usah bahas itu, gue capek!"

"Lima tahun mana pernah sih lu hidup tenang?" tanya Farzan mengejek. "Keluarin semua yang ganjel di hati, buang gengsi kamu itu, minta maaf, apa susah?"

Farrel meremas kasar rambutnya, kenapa Shira harus kembali muncul? Sesuatu yang membuat dirinya semakin merasa bersalah!

"Aku juga pengen punya istri normal! Aku kangen berkemah, mendaki gunung, menyusuri pantai, keliling luar negeri, aku ingin semua itu, hal yang sulit sekali aku wujudkan bersama kamu sekarang!"

Emosinya meledak, ketika sang istri mulai bertanya kenapa belakangan ini dirinya sering sekali pergi saat sedang libur kerja, beralasan seminar, bertemu dosen atau pun sesuatu yang tidak masuk akal.

"Aku mengerti, bagaimana tersiksanya kamu dengan keadaanku saat ini." Shira mendongak, berusaha tersenyum, hal yang membuat lelaki itu membisu, Shira selalu seperti ini saat menghadapi dirinya yang sedang emosi. "Tapi tidak dengan berselingkuh, Mas. Kamu ingat, bulan madu indah kita di pulau Bali, ketika kamu mengajakku menyusuri pantai kutai, di bawah matahari yang akan muncul, kamu menggegam tanganku, berjanji bahwa suatu hari ketika rasa jenuh datang pada pernikahaan ini, baik itu di kamu dulu atau malah aku, bukankah salah satu dari kita harus jujur? Mengatakan kebenaran agar bisa diatasi bersama?"

"Kamu menyuruhku jujur? Berkata terus terang bahwa aku lelah hidup  bersamamu? Itu sama saja kamu menyuruhku untuk menyakitimu, Lashira!"

"Lebih menyakitkan aku tau dari orang lain, menyakitkan sekaligus mamalukan." Senyum itu belum juga luntur.

"Lalu maumu?" Farrel menatap tajam istrinya.

"Kamu yang main belakang, Mas, bukan aku, jadi bukankah aku yang harus bertanya apa kemauanmu?"

"Jujur, aku ingin berpisah." Farrel mengusap kasar rambutnya. "Aku ingin kamu yang dulu, yang selalu bisa menemaniku berkeliling dunia, mendaki gunung saat puncak kemerdekaan, melakukan traveling ke desa-desa terpencil, masih banyak tempat yang masih ingin aku kunjungi,  tetapi kamu ---" lanjutnya terhenti, diliriknya Shira yang terdiam sambil terus menatapnya.

Senyum itu kembali terbit, hal yang membuat Farrel begitu membencinya, dalam keadaan seperti ini kenapa istrinya masih bisa mengangkat bibir? "Kelumpuhanku memang tidak permanen, aku rajin terapi, tapi mungkin memang belum waktunya aku berjalan lagi, semua butuh kesabaran dan selama dua tahun ini kamu sudah bisa bertahan, kamu hebat, aku tidak menahan jika kesabaranmu kali ini habis."

Hening melanda. Farrel mengumpat tanpa suara, tangan kokoh itu terus saja mengacak kasar rambutnya, bertubi tapi pasti.

"Kamu mencintai wanita itu?" tanya Shira pelan.

Farrel mendongak, menemukan senyum manis Shira yang selalu dirinya dapatkan dalam situasi apapun, bahkan ketika vonis kelumpuhan terjadi pada istrinya itu.

"Dia memiliki selera yang sama denganku bahkan hobi kita pun, dia memiliki jiwa traveling yang tinggi, bahkan saat mendaki perempuan itu tidak terlihat lelah sama sekali." Sudah sejak lama semenjak kecelakaan tragis itu Farrel jarang sekali mengajaknya pillow talk. "Selama dua tahun ini sudah lebih dari lima kali kami melakukan perjalanan, tanpa sepengetahuan kamu, seminar, piknik rumah sakit dan hal lainnya, semua itu hanya alasan agar kamu membiarkanku pergi," sambung Farrel, sudah tertangkap basah memang seharusnya sekalian jujur.

"Dia lebih cantik dariku, ya?" Shira mengangkat sebelah alisnya. Farrel menengok, menatap istrinya yang menyuguhkan pertanyaan tidak masuk akal.

"Cantik itu relatif." Walau aneh lelaki itu tetap menjawab. "Kulitmu seputih susu, matamu indah dan akan bersinar saat kegelapan, senyum kamu itu unik dan menular, siapa saja yang melihatmu tersenyum pasti akan melakukan hal yang sama."

"Kalau perempuan itu?" tanya Shira kembali.

"Dia elegant, wajahnya unik, tegas, badas, dia memiliki senyum yang misterius, sedikit tomboy tapi hal itu tidak mengurangi pesonanya, saat aku bersama denganmu aku merasa nyaman begitu pun saat bersamnya."

"Jadi, kamu pilih siapa?" Menaruh kepalanya di paha Farrel. Jemari itu mulai terangkat guna menyusuri rahang tegas sang lelaki.

Farrel terperangah, berusaha menyingkirkan sentuhan itu tapi tidak berhasil. "Shira, aku serius."

"Aku juga serius, walau aku tau kamu akan memilihnya tapi aku tetap bertanya, memastikan agar hidupku kelak akan tenang walau kamu sudah berpindah ke lain hati." Senyum manis perempuan itu mulai menghilang.

"Kamu terlalu menyepelekan semua hal, Lashira!" teriak Farrel frustasi.

"Aku seperti ini karena aku masih mencintaimu, bahkan ketika aku tau kamu sudah berkhianat."

Related chapters

  • QUALM   Bagian 5 : Rasa Ini.

    "Untung aja gue nggak masuk angin, bener-bener kalian berdua titisan dakjal." Shira terbahak diikuti indah yang sudah hampir menangis saking bahagianya."Basah kuyub nggak bangun dia, heran asli," ujar Indah sambil memegang perutnya, tidak kuat lagi dengan apa yang terjadi."Apa begitu rasanya mimpi basah?""Ssst, pelan, Pak Arga di atas." Meraih cepat bibir Luna untuk Shira bungkam."Lepas, Maemunah, gincu gua, woi!" teriak perempuan itu tidak terima."Sumpah, ngakak banget, pas Luna bangun teriak banjir-banjir." Indah masih saja tertawa, membayangkan semalam saat hujan angin semakin deras, tanpa tau diri keduanya membiarkan Luna tidur di bawah beralaskan tikar dengar air yang menggenangi sekitar."Diem lu, Siti! Gua gibeng juga lu bedua abis!""Onty, kangennnn..." Bocah lelaki itu berlari, menubruk cepat kaki Shira, kedua tangannya di ulurkan agar wanita

    Last Updated : 2021-06-02
  • QUALM   Bagian 6 : Masih Peduli?

    "Loh, Arzha di sini?" Shira yang baru selesai membersihkan meja menghampiri bocah lima tahun yang sedang menyuapkan es cream ke mulut."Onty Shira," ujar anak itu berbinar."Makannya pelan, Nak." Perempuan itu dengan kilat mengambiltissudi meja samping lalu membersihkan sisa es cream di bibir Arzha."Mami lagi pergi, aku dititip Papi," jawab bocah lelaki itu meringis."Udah jam sembilan, Arzha nggak sekolah?" tanya Shira sambil merapikan rambut anak tampan di depannya."Nggak tau." Geleng anak itu polos."Shir, persediaan gula di dapur abis, belanja gih." Luna berjalan mendekat."Ha?" Shira mendongak, membenarkan alat bantu dengarnya."Belanja gula!" Mulut Luna sampai menempel di telinga Shira, membuat perempuan itu refleks berdiri."Ya nggak usah begitu kalik, lu pikir gua tuli," omel Shira tidak terima.

    Last Updated : 2021-06-02
  • QUALM   Bagian 7 : Cinta Membutakan Segalanya.

    "Tumben ngajak gue ke tempat beginian?" Farzan mengkerut, tidak ada tempat yang lebih menyenangkan dari padaclub, Farrel sendiri yang pernah mengatakan hal itu. "Haduh, ditanyain diem aja, kali ini yang bermasalah telinga atau mulut lu?!" Lelaki itu terus berbicara walau langkahnya tetap bergerak."Tanya sekali lagi, mending lu pulang!" Ditariknya cepat kursi kayu itu lalu Farrel duduki.Farzan mengkerut, ikut menarik kursi dan duduk tepat di hadapan sang sahabat. "PMS atau gimana sik, judes amat jadi manusia?!"Tidak ada jawaban, duda keren itu malah membuka buku menu untuk mencari makanan yang akan dirinya pesan."Eh, bukanya itu Shira, ya?" Suara Farzan tidak lelaki itu gubris, dia tau semua tentang sang mantan, bahkan dia bisa bertarung bahwa wanita itu tidak akan menginjakan kaki di restaurant dengan menu seperti ini. "Eh, bener! Itu mantan bini lu, duit dari mana bisa makan di sini." Farza

    Last Updated : 2021-06-02
  • QUALM   Bagian 8 : Tidak selemah Itu.

    "Apa?!""Cedera saraf tulang belakang adalah kondisi bila bagian manapun pada tulang belakang, seperti jaringan, bantalan, tulang, ataupun saraf tulang belakang itu sendiri mengalami kerusakan.""Bukan itu! Apa hubungannya dengan kesuburan?!""Rayline, sabar.""Sabar kamu bilang?! Kamu sengaja sembunyiin ini dari aku? Makanya kamu awalnya nggak mau aku ajak tes kesuburan?!""Ray... malu dilihatin,"bentak Farrel."Dok, bisa dilanjutkan""Cedera saraf tulang belakang dibagi menjadi dua tipe, yaitu traumatis dan non-traumatis.Cedera saraf tulang belakang traumatis adalah kondisi ketika tulang punggung mengalami pergeseran, patah, ataupun terkilir akibat kecelakaan, seperti kecelakaan bermotor, cedera saat berolahraga, terjatuh atau mengalami kekerasan. Sedangka

    Last Updated : 2021-06-02
  • QUALM   Bagian 9 :Cemburu?

    "Widih, pergi nyelonong sendiri sekarang mah, nggak bilang dulu!" Luna mencibir ketika pintu kontrakan terbuka."Berisik dah lu," jawab perempuan itu sambil masuk kamar mandi untuk berganti baju."Eh lu ke mana sih, di telfon nggak nongol." Shira keluar kamar mandi, terduduk sambil mengeringkan tangan dan kakinya yang basah."Kepo!" Lidah perempuan itu terjulur."Eh, woy, gincu lu kenapa?" Mulut Luna terbuka. "Wah nggak bener, habis slepetan sama siapa lu?!""Hah?" Dengan tergesa Shira menyamber kaca di samping."Emmm ini," ujar Shira tergagap. "Tadi aku pake masker jadi gini." Alibi wanita itu berjalan."Itu bekas slepetan keleus, pake masker nggak begitu," ujar Luna tidak percay

    Last Updated : 2021-06-02
  • QUALM   Bagian 10 : Kembali Menikah.

    "Wah, wah, kalian ngapain?!" Suara berat itu menggema."Emmm, Ken lepas, huh ...." Dorongan keras Shira berikan kepada mantan suaminya."Kalian berdua berbuat mesum?" Shira menggeleng cepat."Pak, ini ....""Kamu tau aturan di desa ini 'kan, Shira? Kalau ada yang berbuat mesum harus apa?" ujar lelaki paruh baya itu tegas."Pak, saya bisa jelasin," ujar Shira mengelap kasar bibirnya. "Ken, aku mohon jelaskan." Mata Shira berkaca, menatap Farrel yang masih setia membisu."Memang aturannya apa kalau berbuat mesum di sini?" tanya lelaki itu tanpa dosa."Ken Farrel!" Teriak Shira."Apa?" jawab lelaki itu santai."Kalian harus menikah.""Menikah?" Dahi Farrel mengkerut. "Hanya karena berciuman harus menikah?""Ini pedesaan, aturan di sini begitu, sudah turun temurun." Jelasnya."Pak, sa

    Last Updated : 2021-06-02
  • QUALM   Bagian 11 : Suami-Istri?

    --"Gue pergi semalem si Shira sama Ken udah kawin, gila nggak tuh?!" Gibah pagi hari resmi dimulai."HAH, BENERAN?" Indah yang sedang ngemil hampir saja menyemburkan makanannya."Tadi pagi pas gue masuk rumah, begitu berdosanya lihat Ken telanjang dada dan si shira rambutnya basah," ujar Luna melebih-lebihkan, perempuan satu ini memang pantas disebut 'Ratu Gibah'. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah Shira yang baru keluar dari kamar mandi karna rambut panjangnya terkena kecap yang tumpah di dapur dan Ken yang akan mengambil jam tangan di meja depan, kebiasaan lelaki itu memang tidak berubah, selalu menunda memakai baju jika sehabis mandi."Astafirullah, Shir, kamu?" Tatapan tajam Indah serasa ingin menghakimi."Lu kompor banget sih, Lun," ujar Shira kesal.

    Last Updated : 2021-06-02
  • QUALM   Bagian 12 : Kembali Tersakiti.

    -"Kamu tau nggak, tempat apa yang akan aku kunjungi setelah sembuh?" Perempuan itu membuka pembicaraan.Bibir mungil itu mengerucut. "Oke, aku paham kalau kamu nggak suka diajak bicara pas nyetir.""Aku pengen banget ke pantai lagi, jalan di tepian terus nunggu ombak dateng, kamu inget nggak pas honeymoon dulu?" Tidak ada jawaban, lelaki di sampingnya tetap saja diam."Ah, itu es cream kesukaanku, kenapa nggak berhenti? Aku bukannya udah pesen kalau mau mampir?" perempuan itu terus saja berbicara.Decitan rem terdengar. "Mas!""Kamu kenapa berhenti mendadak? Gimana kalau tadi kepala aku kebentur?"

    Last Updated : 2021-06-02

Latest chapter

  • QUALM   Bagian 28 : Pertemuan.

    Perempuan itu turun dari mobil, melepas perlahan kacamata hitam yang melekat pada matanya. Netra itu menelisik, mencari seseorang yang akan dirinya temui, dengan langkah anggun kaki jenjang itu bergerak, melewati beberapa meja yang sudah terisi, dan ketika wanita yang akan dirinya jumpai sudah terlihat, perempuan itu mempercepat langkahnya, menarik kursi lalu terduduk di sana. "Sudah lama?" Tanyanya sambil menaruh tas kecil yang dirinya bawa ke atas meja. Wanita paruh baya itu mendongak, lalu menaruh ponsel pintarnya. "Lumayan." "Kamu semakin cantik dan sepertinya sudah tidak bodoh lagi." Raya menyeruput minumannya. "Ken baik-baik saja?" Wajah cantik itu seketika sendu. Raya tertawa. "Sepertinya saya salah, kamu masih saj

  • QUALM   Bagian 27 : Tersakiti.

    Enam tahun lalu Raya pernah ada di situasi tidak masuk akal di mana sang putra menyuruh sang istri berselingkuh agar kejadian di masa lalu terulang. Wanita paruh baya itu tidak pernah mengerti cinta seperti apa yang kedua anak muda itu miliki. Karena menurutnya tidak ada cinta yang saling menyakiti, tapi hal itu tidak berlaku untuk manusia setengah waras yang sialnya adalah anak dan menantunya. Raya yang dulu selalu ikut campur pun akhirnya menyerah, membiarkan kedua anak manusia itu menjalani kehidupan yang menurut mereka benar. Untung saja dirinya masih memiliki Keisya, putrinya yang selama ini menempuh studi di lu

  • QUALM   Bagian 26 : Kireina Kawa.

    "Mana ponselnya?" Lelaki itu mendekat lalu mengulurkan tangannya."Apa sih." Kaki kecil itu terangkat. "Telinga aku masih bisa dengar, nggak usah teriak."Menghembuskan napas pelan, lelaki berkemeja biru itu mencoba menahan emosi. "Mana, banyak kerjaan di situ.""Mami!" Jurus andalan anak berusia enam tahun itu keluar."Farrel, Kawa kenapa?" Wanita paruh baya itu berlari tergesa, memeluk cepat cucunya yang sudah berderai air mata."Mami." Gadis itu melempar ponsel berwarna gold itu ke sofa."Kamu! Bagaimana kalau jatuh?!" Teriaknya ketika melihat bagaimana sang anak melempar ponselnya ke sofa."Jaga nada suara kamu, Farrel!" Raya melotot."Mami, dia....""Dia siapa? Hah? Anak ini punya nama." Raya melotot tidak suka."Mami!

  • QUALM   Bagian 25 : Hamil.

    Shira melangkahkan kakinya, menyusuri jalanan panjang yang sepertinya tidak akan berujung. Di tangannya ada amplop putih dengan logo rumah sakit, di dalam sana ada sebuah pernyataam yang membuat hati perempuan itu campur-aduk, separuhnya bahagia dan sisanya rasa khawatir.Entah sudah sejauh apa kaki itu melangkah, nyatanya Shira sama sekali tidak merasa lelah. Pikirannya bercabang, perasaannya tidak karuan, dan tubuhnya sekarang terasa mati rasa. Jika berita ini datang di saat dia tidak mengetahui fakta tentang Ken yang berselingkuh karena dirinya mungkin Shira akan menyambut ini dengan kebahagiaan penuh tapi sayang untuk kedua kalinya buah cinta itu hadir di saat yang sangat tidak tepat.Perempuan itu memiliki janji kepada lelaki yang sangat dia cintai, sebuah janji

  • QUALM   Bagian 24 : Sakit?

    "Lashira?" Sebuah sentuan membuat wanita di depannya menoleh."Sandra?" Mulut Shira terbuka."Kamu apakabar?" Perempuan bergaun Hitam itu tersenyum lalu mengulurkan tangannya."Aku, aku baik." Sedikit tergugup Shira mengulurkan tangan."Boleh bicara sebentar?" Sandra menunjuk cafe samping."Ha?" Shira terlihat bingung."Kalau ada waktu mau ngobrol." Perempuan itu akhirnya mengangguk, mengikuti Sandra yang sudah memasuki cafe terlebih dahulu."Kamu kembali menikah dengan Farrel, bukan?" Tanpa basa basi Sandra bertanya."Iya," jawab Shira ragu."Santai, aku nggak akan marah, aku sama Farrel juga nggak ada perasaan apapun," ujar Sandra tersenyum."Iya," jawab Shira sungkan."Kamu jalan sama lelaki lai

  • QUALM   Bagian 23 : Terbongkar.

    Sudah dua bulan sejak mereka akhirnya menikah secara hukum. Tidak ada yang berubah, semuanya masih sama, hanya saja ada kemajuan pada hubungan Shira dan Abil, beberapa kali Ken melihat mereka bersama dan terlihat semakin akrab. Sebenarnya ketika Abil sudah terlihat serius, Ken ingin sekali berbicara empat mata pada lelaki itu, menyerahkan seseorang yang dirinya cintai kepada lelaki yang lebih berhak. Tapi desakan maminya untuk menikahi Sandra membuat Ken mau tidak mau harus mendaftarkan pernikahannya.Masuk ke kamar mandi, Ken menghembuskan napas kasar, entah sudah berapa puluh testpack yang Shira gunakan, wanita itu ingin sekali hamil tapi kenyataannya takdir lebih memihaknya. Walau tidak menghalangi agar anak itu datang tapi Ken yakin dengan kondisinya dan Shira yang tidak cukup baik akan membuat wanita itu sulit hamil. Syukurlah, ka

  • QUALM   Bagian 22 : Kembali Menyatu.

    Hati-hati dalam memilih bahan bacaan :)Mengandung 18+ 🙂👍--"Terima kasih, pak," ujar Shira kepada lelaki berbadan besar di depannya."Mbak yakin bisa bawa masuk?" Lelaki itu meragu ketika memberikan tubuh kokoh Ken ke pelukan Shira."Iya Pak bisa." Perempuan itu berusaha tersenyum sambil menahan tubuh besar Ken."Yasudah pelan-pelan, Mbak, nanti kalau butuh tinggal telfon nomor keamanan aja." Pesan lelaki ber

  • QUALM   Bagian 21 : Cemburu

    Lelaki itu turun dari taksi lalu berjalan cepat, tersenyum ketika melihat bungkusan di tangan. Pagi tadi istrinya memilih pulang sendiri, kontrakan Shira harus melalui gang sempit dan tidak bisa dilewati oleh mobil, maka dari itu Farrel hampir tidak pernah membawa kendaraannya ketika pulang kesana.Farrel tau bahwa dirinya egois, harusnya bukan ini tujuannya, jika seperti ini akhirnya sama saja dia tidak mendapatkan balasan apapun. Luka yang Farrel berikan pada istrinya sangat dalam dan semestinya dia juga merasakan. Memang niat awalnya adalah untuk melindungi walau hasilnya malah menyakiti.Langkah itu terhenti, ketika senyum yang entah kapan terakhir kali dirinya lihat muncul dari bibir sang wanita, lelaki di depannya ikut menarik bibir lalu suara rengekan bocah menggema. Dengan refleks lelaki itu meremas bungkusan di tangan, kantong plastik berisi cake kesukaan

  • QUALM   Bagian 20 : Pertengkaran Kecil.

    Shira memejamkan mata, entah apa yang akan terjadi hari ini, ketika dirinya benar-benar bertemu dengan Raya, ibu mertuanya. Terakhir kali perempuan paruh baya itu mendorongnya hingga tersungkur, menampar kasar pipinya dan mengusirnya agar menjauh dari sang putra, kenangan yang mengerikan jika kembali dibayangkan."Turun." Suara serak Ken menggema, dengan malas perempuan itu turun dari mobil."Ayo." Lelaki itu menggenggam kuat telapak tangannya dan menariknya masuk.Shira mengatur napas, meremas kuat celana kain yang dirinya pakai, hatinya berdesir, tentu saja, rasanya seperti akan menerima hukuman yang menyakitkan."Farrel?" Tanpa permisi suara itu bergema, menerobos perlahan gendang telinga Shira yang tertutup helaian anak rambut.Lelaki itu menengok, menarik tangan yang berada di genggamannya lalu menuju kursi yang tersedia. "Udah lama?""Baru saja." Lelaki paruh baya it

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status