Share

Part 71

Author: Khakalara
last update Last Updated: 2025-04-26 13:22:53

Happy Reading

Hari-hari Nara setelah meninggalkan rumah sakit tidak mudah. Di luar, semuanya terlihat baik-baik saja, seolah-olah Nara telah sepenuhnya pulih dari masa lalu yang begitu menyakitkan. Namun, di dalam, ia merasakan sebaliknya. Walaupun ia berhasil mengambil langkah besar dengan meninggalkan Rehan, kenyataan bahwa ia harus terus melangkah sendirian membuat tubuhnya lelah, baik fisik maupun mental.

Setiap pagi, Nara bangun dengan perasaan berat. Langkah-langkahnya terasa lebih lambat, pikirannya lebih kosong. Dunia di luar tampak terlalu ramai, penuh dengan suara-suara yang menggema dalam kepalanya. Tugas-tugas yang sebelumnya ia lakukan dengan semangat, kini terasa seperti beban yang tak terangkat. Mengurus *Bersuara*, memimpin gerakan sosial yang kini semakin besar, dan mengelola bisnis fashionnya, semuanya mulai terasa seperti tugas yang menumpuk tanpa akhir.

Pada suatu pagi yang cerah, Nara terbangun dengan pusing di kepalanya. Ia mencoba bangun dari tempat tidur, namun
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 72

    Happy Reading Malam itu, Nara terbaring di tempat tidurnya, memikirkan semua yang telah terjadi. Rasa sakit yang ia rasakan bukan hanya karena tubuhnya yang lelah, tetapi juga karena beban yang ada di dalam dirinya. Setiap keputusan yang ia buat, setiap langkah yang ia ambil, terasa seperti beban yang semakin menumpuk. Terlalu banyak yang harus dipikirkan, dan kadang-kadang, ia merasa seperti kehilangan arah.Namun, keesokan paginya, Nara bangun dengan perasaan yang berbeda. Walaupun tubuhnya masih merasa lelah, ada tekad yang baru tumbuh di dalam dirinya. Ia tahu, ia tidak bisa terus terpuruk dalam bayang-bayang masa lalu. Ia tidak bisa terus membiarkan rasa cemas dan kesedihan menguasai hidupnya. Waktu untuk berlarut-larut dalam kesedihan sudah selesai.Nara mengatur nafasnya dalam-dalam dan berkomitmen pada dirinya sendiri untuk tidak lagi terjebak dalam kegelapan. "Aku akan lebih kuat. Aku akan kembali bangkit. Tidak ada waktu untuk menyerah," pikirnya.Setelah sarapan ringan, Na

    Last Updated : 2025-04-26
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 74

    Happy Reading Nara duduk di balkon rumahnya, menatap matahari terbenam di ufuk barat. Langit yang berwarna oranye keemasan seakan memantulkan perasaan yang bercampur aduk dalam hatinya. Ia merasa rindu pada Rehan, rindu akan kehangatan yang pernah mereka bagi, rindu pada sosok yang dulu bisa membuatnya tertawa tanpa beban. Namun, di sisi lain, rasa takut dan cemas juga menghantuinya. Bagaimana jika perasaan itu hanya membawa luka lagi? Apa yang akan terjadi jika ia kembali ke dalam hubungan yang belum selesai? Apa yang akan terjadi pada impian yang sudah ia bangun dengan susah payah?“Kenapa ini harus sesulit ini?” gumam Nara, menatap tangan yang erat menggenggam cangkir teh hangat. "Aku hanya ingin memilih dengan hati."Namun, Nara tahu bahwa hidupnya tak selalu bisa diatur berdasarkan perasaan semata. Ada banyak faktor yang harus ia pertimbangkan. Salah satunya adalah orang tuanya.Beberapa minggu terakhir, perasaan itu mulai menyusup kembali. Ia mulai merasa bahwa mungkin saja, ad

    Last Updated : 2025-04-26
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 74

    Happy Reading Hari itu, Nara merasa seakan langit dan bumi bergerak begitu cepat, meninggalkannya dalam kebingungan. Pagi itu, ia baru saja mendapat kabar dari ibunya bahwa Aldo, calon yang dipilih oleh orang tuanya, akan datang ke rumah untuk makan malam bersama keluarga. Ini adalah pertemuan pertama mereka yang dirancang untuk memperkenalkan mereka lebih dekat. Tanpa ragu, Nara merasa tekanan itu semakin berat.Di ruang tamu rumahnya yang luas, Nara bisa mendengar riuh suara percakapan orang tuanya yang sedang mempersiapkan segala sesuatunya. Ibunya memerintahkan pembantu untuk menata meja makan, sementara ayahnya tampak sibuk menyiapkan daftar topik pembicaraan yang harus dibicarakan selama makan malam nanti. Nara duduk di ruang kerja, menatap layar laptopnya tanpa benar-benar melihatnya. Hatinya dipenuhi keraguan."Kenapa semuanya terasa begitu cepat?" pikir Nara. "Apa aku bisa menjalani hidup seperti yang diinginkan mereka, atau ini hanya tentang menjalani hidup yang bukan milik

    Last Updated : 2025-04-26
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 75

    Happy Reading Sudah dua minggu berlalu sejak pertemuan pertama Nara dan Aldo. Sejak malam itu, hidup Nara terasa seperti rollercoaster—bergerak cepat tanpa sempat ia kendalikan arahnya. Hari-harinya kini diisi oleh pertemuan keluarga, diskusi tentang gedung pernikahan, dan pesan-pesan dari Aldo yang selalu sopan, perhatian, dan... terlalu sempurna. Terlalu tidak Rehan."Nara, minggu depan kita survei tempat ya. Mama Aldo sudah reservasi beberapa venue di luar kota, sekalian kita bisa ambil foto prewedding," suara ibunya memecah lamunannya pagi itu.Nara hanya mengangguk pelan sambil menyeruput kopi yang rasanya hambar seperti perasaannya hari ini. Di atas meja, kalender penuh coretan tinta merah: jadwal fitting gaun, pertemuan dengan WO, konsultasi dekorasi, hingga daftar tamu.Segalanya berjalan seperti yang diinginkan keluarganya. Pernikahan ini seperti proyek besar yang digerakkan oleh ambisi dua keluarga—bukan cinta dua hati.Aldo, seperti biasa, datang tepat waktu untuk menjempu

    Last Updated : 2025-04-26
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 76

    Happy ReadingHari-hari berlalu cepat, seperti ombak yang menabrak pantai tanpa henti. Namun, berbeda dengan irama laut yang mempesona, hari-hari Nara justru terasa monoton, menyesakkan, dan penuh beban yang tak terlihat. Ia tersenyum di luar, tetapi hatinya mulai retak pelan-pelan, tak bisa lagi menyembunyikan luka yang belum sembuh.Persiapan pernikahannya dengan Aldo berjalan sempurna di mata semua orang. Tanggal sudah ditetapkan, undangan mulai dicetak, dan gedung mewah di pinggiran kota sudah dibooking dengan DP penuh. Ibunya bahkan memamerkan desain undangan di grup keluarga, sambil menambahkan emotikon hati.Namun di dalam kamar yang penuh bunga palsu dan pita pernikahan, Nara duduk sendiri di pojok ranjang, memeluk lutut. Gaun pengantin tergantung di sudut ruangan, berkilau seperti harapan yang tak pernah dimilikinya.Tangannya meraih buku catatan lusuh yang dulu ia gunakan untuk menulis mimpi-mimpi saat remaja. Ia membolak-balik halaman hingga menemukan tulisan bertahun-tahun

    Last Updated : 2025-04-26
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 77

    Happy ReadingNara duduk sendirian di kamarnya. Di luar, suara pesta kecil terdengar dari ruang tengah—keluarga Aldo dan keluarganya sedang membahas menu catering, seperti dua perusahaan besar yang sedang merancang kerja sama strategis. Tapi di balik pintu kayu itu, dunia Nara berbeda. Sunyi. Pengap. Penuh tanya.Ia memandangi layar ponselnya selama hampir satu jam. Jari-jarinya sudah membuka kontak *Rehan* berkali-kali, bahkan sempat mengetik pesan: _"Rehan, bisakah aku bicara denganmu sebentar? Aku butuh bantuan."_ Lalu menghapusnya lagi.Sialnya, *Rehan* bukan lagi Rehan yang ia kenal dulu. Bukan lelaki yang dulu menatapnya seolah-olah dunia hanya ada mereka berdua. Rehan sekarang adalah pria asing yang dingin, liar, dan menjauh. Nara tahu kabar tentang Rehan bukan dari mulut Rehan sendiri—tapi dari bisik-bisik sosial media dan obrolan tak sengaja di kafe.*"Lo liat Rehan semalam? Sama si cewek tinggi itu. Gila... dia balik ke mode brengsek ya."**"Bukan cuma satu, katanya dia

    Last Updated : 2025-04-26
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 78

    Happy ReadingHari-hari berlalu seperti ombak pasrah yang menepi ke pantai. Tidak terlalu deras, tapi terus menghantam, pelan-pelan mengikis semua yang dulu bernama keyakinan.Nara berdiri di depan cermin dengan gaun putih yang menjuntai sempurna. Rias wajah tipis di pipinya menutupi wajah yang lelah, tapi tidak bisa menyembunyikan mata yang kehilangan sinarnya. Ia menatap pantulan dirinya—seorang perempuan cantik, anggun, dan terlihat bahagia di permukaan.Tapi hatinya kosong.Meski begitu, kali ini ia tak ingin melawan."Kadang... kita tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan," gumamnya pelan. "Tapi mungkin... ini yang kita butuhkan."Aldo adalah lelaki yang baik. Terlalu baik, malah. Selalu sopan, selalu sabar, dan tidak pernah menuntut. Sejak perkenalan mereka beberapa minggu lalu, Aldo selalu mencoba membuka ruang bagi Nara. Ia tahu, perempuan itu belum sepenuhnya hadir. Tapi ia tak memaksa."Aku tahu kamu masih menyimpan seseorang di hatimu," ujar Aldo suatu malam saat mere

    Last Updated : 2025-04-26
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 79

    Happy ReadingTaman belakang rumah keluarga Nara disulap menjadi surga kecil. Lampu-lampu gantung menggantung di antara pohon mangga dan rambutan yang sudah tua, berpendar lembut seperti bintang jatuh yang enggan menyentuh tanah. Meja-meja bundar ditutupi kain satin putih dengan sentuhan emas, dan bunga melati serta mawar merah muda menghiasi setiap sudut.Tamu-tamu datang dalam balutan batik dan kebaya modern. Musik gamelan mengalun pelan, mengisi celah-celah antara percakapan, tawa, dan suara gelas beradu.Hari itu adalah hari lamaran Nara.Dan semua orang tampak bahagia.Kecuali Nara.Ia duduk di kamar, mengenakan kebaya putih gading dengan bordir halus yang membingkai leher dan pergelangan tangannya. Rambutnya disanggul klasik dengan hiasan bunga melati yang menjuntai. Cermin di depannya memantulkan sosok yang anggun, sempurna—seperti calon pengantin yang diimpikan banyak orang.Namun, matanya tidak berbinar.Rani, sahabatnya yang datang lebih awal dari Jakarta, masuk ke kamar dan

    Last Updated : 2025-04-26

Latest chapter

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 88

    Happy ReadingHoneymoon Nara dan Aldo dimulai dengan antusiasme yang cukup besar. Setelah berbulan-bulan menjalani kehidupan yang penuh rutinitas, mereka memutuskan untuk pergi ke Turki, sebuah destinasi yang selalu Nara impikan sejak lama. Baginya, Turki bukan hanya sekadar tempat wisata, tetapi juga simbol dari kebebasan, petualangan, dan pengalaman baru. Aldo, yang sudah mengetahui betapa Nara sangat ingin mengunjungi tempat itu, akhirnya setuju untuk merencanakan perjalanan yang istimewa.Setibanya di Istanbul, Nara merasa seolah-olah dia memasuki dunia baru yang penuh keajaiban. Kota ini, dengan keindahan arsitektur Ottoman-nya, budaya yang kaya, dan suasana yang hidup, membuatnya terpesona. Aldo, yang meskipun terlihat sibuk dengan urusan bisnisnya, berusaha menyempatkan diri untuk menikmati momen bersama Nara. Ia tahu bahwa perjalanan ini sangat penting bagi istrinya, dan dia ingin membuatnya terasa spesial.Pada hari pertama, mereka mengunjungi Hagia Sophia, tempat yang sangat

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 87

    Happy ReadingKehidupan rumah tangga Nara dan Aldo berjalan dengan ritme yang teratur, hampir seperti mesin yang terus berputar tanpa henti. Setiap pagi, Nara bangun dengan rutinitas yang hampir sama: menyiapkan sarapan untuk Aldo, merapikan rumah, dan mempersiapkan dokumen-dokumen pekerjaan yang selalu menumpuk. Aldo, dengan sifatnya yang sibuk, sering kali pergi pagi-pagi buta untuk rapat atau pertemuan bisnis, meninggalkan Nara dalam kesendirian yang terkadang mencekam.Pada awalnya, Nara mencoba untuk meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Aldo adalah pria yang baik, penuh perhatian, dan sangat mencintainya. Keluarga mereka menyetujui hubungan ini, dan dia merasa ada rasa tanggung jawab untuk membuat pernikahannya berhasil. Tapi seiring berjalannya waktu, ada rasa kosong yang terus berkembang dalam dirinya. Kehidupan mereka terasa lebih seperti rutinitas yang tak terhindarkan, tanpa ada percikan gairah atau cinta yang menggebu seperti dulu bersama Rehan.Setiap kal

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 86

    Happy ReadingRehan duduk sendirian di sebuah bar yang remang-remang, memandang kosong ke arah gelas wine yang sudah hampir habis. Pikirannya kacau, berputar-putar dalam kekosongan yang semakin dalam. Di layar ponselnya, foto pernikahan Nara dengan Aldo terpampang jelas. Senyum Nara yang dulu selalu menjadi sumber kebahagiaannya kini justru menjadi pisau yang menusuk. Itu adalah foto yang diambil di hari bahagia mereka, momen yang harusnya penuh kebahagiaan, tetapi baginya malah membawa penderitaan.Jari-jarinya yang gemetar membuka foto itu lebih lebar, melihat wajah Nara yang begitu cantik dalam balutan gaun pengantin putih. Meski senyum itu tampak sempurna, ada sesuatu yang berbeda. Nara tampaknya sudah bukan lagi wanita yang dulu ia kenal, wanita yang pernah ia cintai dengan sepenuh hati. Rehan merasa hancur melihatnya, karena pada akhirnya, dia adalah orang yang melepaskan Nara. Ia tak pernah bisa memberikan apa yang Nara butuhkan.Di sekelilingnya, tawa teman-teman pelacur yang

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 85

    Happy ReadingMalam itu, resepsi pernikahan Nara dan Aldo berlangsung dengan penuh kemewahan dan kehangatan. Gedung besar tempat acara digelar dipenuhi dengan lampu-lampu kristal yang berkilau, dekorasi bunga-bunga mewah yang menghiasi setiap sudut, dan suasana yang penuh dengan tawa dan percakapan para tamu undangan. Musik yang merdu mengalun di seluruh ruangan, memberikan kesan elegan namun tetap intim. Namun, meskipun segala sesuatu tampak sempurna, Nara merasa ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya, seakan ada kekosongan yang tak bisa ia isi.Aldo, tampak begitu bahagia. Senyum lebar menghiasi wajahnya, sementara tangan kanannya menggenggam tangan Nara dengan penuh perhatian. "Kamu terlihat cantik sekali malam ini," kata Aldo dengan lembut, menatap Nara penuh kasih sayang.Nara membalas dengan senyuman tipis. "Terima kasih," jawabnya pelan, namun pikirannya kembali melayang ke masa lalu. Di tengah keramaian ini, ia merasa terasing. Pikirannya melayang pada Rehan, pria yang dulu

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 84

    Happy ReadingHari yang telah ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Tanggal yang ditetapkan untuk pernikahan Nara dan Aldo. Cuaca pagi itu cerah, matahari bersinar terang, dan angin sepoi-sepoi seolah menjadi pertanda baik bagi hari yang penuh makna ini. Segala persiapan telah dilakukan dengan sempurna, dan keluarga Nara serta Aldo siap untuk merayakan pernikahan yang dianggap sebagai sebuah kebahagiaan baru, sebuah langkah besar dalam hidup mereka.Namun, di balik kegembiraan itu, ada sebuah perasaan yang sulit untuk diungkapkan—sesuatu yang mengganjal di hati Nara. Hari ini, meskipun sudah lama dipersiapkan, tidak sepenuhnya membuat hatinya merasa lega. Nara duduk di ruang rias, mengenakan gaun pengantin yang indah, wajahnya dihiasi riasan tipis namun elegan. Ia memandang dirinya di cermin besar di depannya, mencoba mencerna semuanya.Saat ia menatap cermin, bayangan masa lalu muncul begitu saja. Rehan. Bayangan tentang bagaimana mereka dulu berbicara tentang masa depan, tentang impian yan

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 83

    Happy ReadingHari pernikahan Nara semakin dekat, hanya tinggal beberapa hari lagi. Persiapannya sudah hampir rampung—gaun pengantin telah selesai dijahit, catering telah dipilih, dan dekorasi sudah hampir selesai dipasang di gedung. Semua orang tampaknya sibuk menyusun detail kecil demi detail kecil yang akan membuat hari itu sempurna. Namun, ada satu hal yang tidak bisa dipersiapkan dengan baik: hati Nara.Pagi itu, Nara terbangun dengan perasaan yang campur aduk. Mimpinya yang buruk tentang Rehan masih menghantuinya, dan meskipun ia mencoba untuk terus maju dengan hidup barunya, bayangan masa lalu itu terus membayanginya. Rehan—laki-laki yang telah menjadi bagian dari cerita hidupnya, laki-laki yang entah kenapa masih memegang tempat khusus di hatinya—meskipun mereka sudah saling berpisah.Dengan cepat, Nara menyambar ponselnya yang tergeletak di meja samping tempat tidurnya. Ia melihat satu pesan yang membuat hatinya berhenti sejenak—sebuah pesan dari sebuah nomor yang tidak diken

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 82

    Happy ReadingHari pernikahan tinggal dua minggu lagi. Semua terasa bergerak cepat — undangan sudah tersebar, dekorasi dipilih, katering finalisasi menu, dan Nara seharusnya merasa bahagia.Tapi setiap malam, saat lampu kamar dipadamkan, ketenangan itu pecah.Nara kembali bermimpi. Dalam mimpinya, ia berdiri di tengah lorong panjang berwarna kelabu, mengenakan gaun pengantin putih yang kotor dan robek. Di ujung lorong, Rehan berdiri. Wajahnya pucat, matanya kosong. Ia mengulurkan tangan, memanggil Nara dengan suara serak."Kenapa kamu ninggalin aku?"Nara mencoba berlari, namun kakinya terasa berat, seperti terjebak lumpur. Suara Rehan menggema di dinding lorong."Kenapa kamu bohong soal bahagiamu?"Nara terbangun dengan nafas tersengal. Tubuhnya berkeringat dingin. Ia memeluk dirinya sendiri di dalam kegelapan, menahan gemetar yang mengalir dari dada hingga ke ujung jari.Itu hanya mimpi, bisiknya. Hanya mimpi. Tapi kenapa rasanya begitu nyata?***Keesokan harinya, Nara mencoba

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 81

    Happy ReadingHari itu, sinar matahari terasa lebih terik dari biasanya. Mungkin karena gugup yang tak tertahankan, atau mungkin karena hari itu adalah salah satu langkah besar dalam hidup Nara — fitting pakaian akad dan resepsi sekaligus sesi foto prewedding bersama Aldo.Di studio bridal ternama di pusat kota, Nara duduk di depan cermin besar dengan lampu bulat-bulat mengelilinginya. Rambutnya sedang ditata pelan oleh penata rias, sementara beberapa kain gaun putih dengan motif halus tergantung di belakangnya, menunggu dipilih.Aldo, yang baru saja tiba, melambaikan tangan kecil ke arah Nara dari pintu. Ia mengenakan kemeja putih santai dan jeans, tampak lebih santai dibandingkan Nara yang sudah berdebar sejak pagi.“Hari ini kamu cantik banget,” kata Aldo sambil mendekat.Nara tersenyum canggung. "Baru mulai dandan juga.""Udah kelihatan kok," Aldo mengedipkan mata bercanda, membuat Nara sedikit lega.*Gaun pertama yang dikenakan Nara adalah kebaya putih bersulam benang perak, dip

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 80

    Happy ReadingHari-hari setelah lamaran berlalu dengan tenang namun padat. Undangan mulai dicetak, gedung sudah dipesan, dan katering tengah melalui uji rasa. Persiapan pernikahan berjalan seperti alur yang sudah ditentukan. Tapi bagi Nara, setiap langkahnya seperti menapaki jalan baru yang belum sepenuhnya ia mengerti.Aldo, di sisi lain, tampak sabar dan penuh pengertian. Ia tidak pernah memaksa, tidak pernah terlalu mendesak. Ia hadir seperti air: mengalir, tenang, dan pelan-pelan mengisi ruang kosong yang ditinggalkan luka.*Pagi itu mereka bertemu di sebuah kafe yang tenang, dikelilingi jendela besar dan rak-rak buku. Aldo datang lebih dulu, mengenakan kemeja biru langit dan senyum yang tulus.“Aku udah pesenin teh chamomile buat kamu. Kamu suka itu, kan?” tanyanya begitu Nara duduk.Nara mengangguk pelan, sedikit terkejut. “Kamu masih ingat?”Aldo mengangkat bahu dengan senyum kecil. “Aku belajar memperhatikan.”Mereka tertawa ringan. Untuk pertama kalinya sejak lamaran, tawa i

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status