Share

Part 64

Author: Khakalara
last update Last Updated: 2025-04-26 12:58:54

Happy Reading

Remaine tidak pernah menjadi tipe perempuan yang puas hanya dengan kemenangan kecil. Bagi sebagian orang, membuat Rehan berselingkuh dari Nara sudah cukup. Tapi bagi Remaine? Itu baru langkah pembuka.

Ia duduk di balik meja kaca di ruang kerjanya, mengenakan setelan hitam yang tajam dan lipstik merah gelap yang kontras dengan kulitnya. Di layar monitornya, tampak laporan keuangan perusahaan Rehan—informasi yang ia peroleh bukan secara legal. Tapi itu bukan masalah. Karena permainan yang sedang ia mainkan memang kotor sejak awal.

“Aku akan buat kamu kehilangan semuanya, Han,” gumamnya sambil menyesap espresso. “Bukan cuma Nara. Tapi juga nama baikmu. Bisnismu. Bahkan harga dirimu.”

Remaine membuka satu folder lagi. Di dalamnya, ada rekaman percakapan. Beberapa email pribadi. Serta laporan transaksi mencurigakan atas nama Rehan—yang sebenarnya adalah bagian dari jebakan yang ia atur sendiri sejak berbulan-bulan lalu.

Ya, jauh sebelum Rehan menyentuh tubuhnya, Remaine
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 65

    Happy Reading Hujan mengguyur atap kamar Nara malam itu, seolah ikut menekan beban yang menghantam dadanya. USB hitam yang tadi ia putar, kini tergeletak di atas meja. Tapi gema suara dalam video itu masih berputar di kepalanya: suara ayah Rehan, menyebut nama kakaknya, Aria, yang meninggal lima tahun lalu dalam kecelakaan misterius.“Ada yang disembunyikan... dan kamu tahu siapa yang harus bungkam kalau kita nggak mau semua terbongkar.”Kata-kata itu mengguncang dasar-dasar kepercayaan Nara. Ia tumbuh dalam keluarga sederhana, dan kehilangan kakaknya adalah pukulan terberat dalam hidupnya. Tapi tak pernah ia duga, kematian itu bisa jadi... **bukan kecelakaan**.Tangannya menekan layar ponsel yang kini menyala kembali. Ia menekan nama: **Bima**.Nada sambung panjang. Lalu suara berat menjawab, “Nara?”“Aku butuh ketemu. Sekarang.”***Di sebuah kafe tua pinggir jalan, mereka duduk berseberangan. Bima masih sama seperti dulu—tenang, penuh rahasia. Ia menatap Nara dengan sorot yang sul

    Last Updated : 2025-04-26
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 66

    Happy Reading Tiga minggu telah berlalu sejak Nara menyerahkan semua bukti kepada jurnalis investigatif yang bekerja secara independen. Sejak itu, berita tentang skandal Delta Five, manipulasi proyek nasional, hingga dugaan keterlibatan keluarga Rehan dalam kematian Aria tersebar luas. Nama-nama besar runtuh. Investor menarik diri. Dan satu per satu, kebenaran mulai muncul ke permukaan.Namun, di tengah kekacauan itu, Nara memilih diam.Ia meninggalkan kota tanpa kabar. Menonaktifkan semua media sosial, memutus kontak dari semua orang termasuk Rehan dan Bima. Ia butuh waktu. Butuh ruang. Butuh ketenangan untuk bertanya pada dirinya sendiri—**siapa aku sebenarnya jika tidak mencintai Rehan?**Kini, di sebuah desa kecil di pinggiran Bandung, Nara tinggal di rumah kayu sederhana milik bibinya yang sudah lama pensiun. Di sanalah, setiap pagi, ia bangun dengan suara ayam, bukan alarm. Minum kopi tanpa harus membaca notifikasi. Dan berjalan di bawah sinar matahari tanpa takut paparazzi mem

    Last Updated : 2025-04-26
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 67

    Happy Reading Tiga bulan sejak *Bersuara* resmi diluncurkan sebagai platform advokasi digital, pertumbuhannya melesat seperti meteor. Anggota aktif bertambah hingga tiga ribu orang, terdiri dari mahasiswa hukum, aktivis kampus, content creator, hingga jurnalis independen. Mereka bergerak cepat—membuat konten edukatif, menyebarkan laporan investigatif, dan bahkan turun langsung membantu warga dalam konflik agraria serta kasus pelecehan yang ditutupi kampus.Nara kini bukan sekadar sosok yang bangkit dari luka pribadi. Ia jadi wajah dari gelombang baru: **anak muda yang tidak takut melawan sistem, bahkan jika sistem itu dibungkus kemewahan dan kekuasaan.**Namun, semakin besar nama *Bersuara*, semakin banyak pula mata yang mengawasi.***Pada awal minggu ke-15, Nara mengadakan rapat internal bersama tim inti—kelompok 12 orang dari berbagai kota, semuanya bekerja secara daring.“Dua hari lalu, kita berhasil membantu publikasi kasus pelecehan di salah satu kampus swasta besar di Surabaya

    Last Updated : 2025-04-26
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 64

    Happy Reading Nara baru saja selesai rapat dengan tim *Bersuara*. Rencana besar yang sedang ia jalankan mulai menunjukkan hasil, namun tetap ada tantangan yang datang silih berganti. Malam itu, ia merasa lelah—lebih dari biasanya. Meski tubuhnya letih, pikirannya masih bergerak cepat, memikirkan bagaimana memperluas gerakan ini agar bisa menjangkau lebih banyak orang lagi.Dia menghirup udara malam yang segar dari balkon, memandang jalanan kota yang mulai sepi, saat tiba-tiba ponselnya berdering. Layar menunjukkan nama yang tidak pernah ia harapkan muncul di tengah malam seperti ini—**Ibu Rehan**.Jantung Nara berdebar keras. Tanpa berpikir panjang, ia segera mengangkat telepon tersebut.“Selamat malam, Ibu,” suara Nara terdengar sedikit bergetar meski ia berusaha untuk tenang. “Ada apa?”Terdengar isak tangis di ujung telepon, suara Ibu Rehan tercekat. “Nara... Rehan... dia kecelakaan. Dia sekarang di rumah sakit... koma.”Semua suara yang terdengar di sekitarnya seakan berhenti. Du

    Last Updated : 2025-04-26
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 69

    Happy Reading Lima bulan telah berlalu sejak kecelakaan itu. Lima bulan sejak Nara terakhir kali memegang tangan Rehan, berbisik padanya, berharap bahwa keajaiban akan terjadi, bahwa Rehan akan terbangun dan kembali kepadanya. Namun kenyataan jauh lebih kejam daripada harapan yang ia pelihara.Pagi itu, Nara kembali melangkah ke rumah sakit, langkahnya terasa berat, seakan ada beban yang semakin menggerogoti hatinya. Setiap kali ia melewati lorong rumah sakit, rasa cemasnya seakan semakin menggila. Rehan belum juga sadar, meskipun tim medis terus memberikan harapan bahwa keadaan fisiknya perlahan membaik. Tetapi keadaan mentalnya? Itu adalah sesuatu yang tidak bisa dijelaskan oleh siapa pun.Ruang ICU tempat Rehan dirawat masih sama seperti lima bulan yang lalu. Suara mesin yang monoton, selang-selang yang terhubung dengan tubuh Rehan, dan kesunyian yang mencekam. Nara tahu, semakin ia datang ke sini, semakin ia merasa terjebak dalam lingkaran yang tidak bisa ia putuskan. Apa yang ia

    Last Updated : 2025-04-26
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 70

    Happy ReadingSetelah kabar bahwa Rehan mungkin akan sadar segera, Nara merasa seperti ada sinar yang menyinari bagian terdalam hatinya, yang selama ini gelap dan penuh keraguan. Namun, sinar itu juga datang dengan bayang-bayang yang semakin panjang, menggoda dirinya untuk berpikir apakah ia siap menghadapi kenyataan jika Rehan benar-benar kembali. Setiap kali ia memasuki rumah sakit, ia merasakan kegelisahan yang tak pernah pergi. Ada harapan, tapi ada juga ketakutan. Selama lima bulan ini, Nara sudah cukup banyak belajar tentang dirinya sendiri, tentang apa yang sebenarnya ia inginkan, dan tentang betapa berbedanya perasaannya terhadap Rehan. Sebelumnya, ia hanya berpikir bahwa ia mencintai Rehan. Namun, seiring berjalannya waktu, Nara mulai merasakan sesuatu yang lebih kompleks—sesuatu yang jauh lebih dalam daripada sekadar cinta. Ia merasa terikat, bukan hanya oleh kenangan, tapi juga oleh harapan yang tak terucapkan.Hari itu, seperti biasanya, Nara datang ke rumah sakit setelah

    Last Updated : 2025-04-26
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 71

    Happy ReadingHari-hari Nara setelah meninggalkan rumah sakit tidak mudah. Di luar, semuanya terlihat baik-baik saja, seolah-olah Nara telah sepenuhnya pulih dari masa lalu yang begitu menyakitkan. Namun, di dalam, ia merasakan sebaliknya. Walaupun ia berhasil mengambil langkah besar dengan meninggalkan Rehan, kenyataan bahwa ia harus terus melangkah sendirian membuat tubuhnya lelah, baik fisik maupun mental.Setiap pagi, Nara bangun dengan perasaan berat. Langkah-langkahnya terasa lebih lambat, pikirannya lebih kosong. Dunia di luar tampak terlalu ramai, penuh dengan suara-suara yang menggema dalam kepalanya. Tugas-tugas yang sebelumnya ia lakukan dengan semangat, kini terasa seperti beban yang tak terangkat. Mengurus *Bersuara*, memimpin gerakan sosial yang kini semakin besar, dan mengelola bisnis fashionnya, semuanya mulai terasa seperti tugas yang menumpuk tanpa akhir.Pada suatu pagi yang cerah, Nara terbangun dengan pusing di kepalanya. Ia mencoba bangun dari tempat tidur, namun

    Last Updated : 2025-04-26
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 72

    Happy Reading Malam itu, Nara terbaring di tempat tidurnya, memikirkan semua yang telah terjadi. Rasa sakit yang ia rasakan bukan hanya karena tubuhnya yang lelah, tetapi juga karena beban yang ada di dalam dirinya. Setiap keputusan yang ia buat, setiap langkah yang ia ambil, terasa seperti beban yang semakin menumpuk. Terlalu banyak yang harus dipikirkan, dan kadang-kadang, ia merasa seperti kehilangan arah.Namun, keesokan paginya, Nara bangun dengan perasaan yang berbeda. Walaupun tubuhnya masih merasa lelah, ada tekad yang baru tumbuh di dalam dirinya. Ia tahu, ia tidak bisa terus terpuruk dalam bayang-bayang masa lalu. Ia tidak bisa terus membiarkan rasa cemas dan kesedihan menguasai hidupnya. Waktu untuk berlarut-larut dalam kesedihan sudah selesai.Nara mengatur nafasnya dalam-dalam dan berkomitmen pada dirinya sendiri untuk tidak lagi terjebak dalam kegelapan. "Aku akan lebih kuat. Aku akan kembali bangkit. Tidak ada waktu untuk menyerah," pikirnya.Setelah sarapan ringan, Na

    Last Updated : 2025-04-26

Latest chapter

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 88

    Happy ReadingHoneymoon Nara dan Aldo dimulai dengan antusiasme yang cukup besar. Setelah berbulan-bulan menjalani kehidupan yang penuh rutinitas, mereka memutuskan untuk pergi ke Turki, sebuah destinasi yang selalu Nara impikan sejak lama. Baginya, Turki bukan hanya sekadar tempat wisata, tetapi juga simbol dari kebebasan, petualangan, dan pengalaman baru. Aldo, yang sudah mengetahui betapa Nara sangat ingin mengunjungi tempat itu, akhirnya setuju untuk merencanakan perjalanan yang istimewa.Setibanya di Istanbul, Nara merasa seolah-olah dia memasuki dunia baru yang penuh keajaiban. Kota ini, dengan keindahan arsitektur Ottoman-nya, budaya yang kaya, dan suasana yang hidup, membuatnya terpesona. Aldo, yang meskipun terlihat sibuk dengan urusan bisnisnya, berusaha menyempatkan diri untuk menikmati momen bersama Nara. Ia tahu bahwa perjalanan ini sangat penting bagi istrinya, dan dia ingin membuatnya terasa spesial.Pada hari pertama, mereka mengunjungi Hagia Sophia, tempat yang sangat

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 87

    Happy ReadingKehidupan rumah tangga Nara dan Aldo berjalan dengan ritme yang teratur, hampir seperti mesin yang terus berputar tanpa henti. Setiap pagi, Nara bangun dengan rutinitas yang hampir sama: menyiapkan sarapan untuk Aldo, merapikan rumah, dan mempersiapkan dokumen-dokumen pekerjaan yang selalu menumpuk. Aldo, dengan sifatnya yang sibuk, sering kali pergi pagi-pagi buta untuk rapat atau pertemuan bisnis, meninggalkan Nara dalam kesendirian yang terkadang mencekam.Pada awalnya, Nara mencoba untuk meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Aldo adalah pria yang baik, penuh perhatian, dan sangat mencintainya. Keluarga mereka menyetujui hubungan ini, dan dia merasa ada rasa tanggung jawab untuk membuat pernikahannya berhasil. Tapi seiring berjalannya waktu, ada rasa kosong yang terus berkembang dalam dirinya. Kehidupan mereka terasa lebih seperti rutinitas yang tak terhindarkan, tanpa ada percikan gairah atau cinta yang menggebu seperti dulu bersama Rehan.Setiap kal

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 86

    Happy ReadingRehan duduk sendirian di sebuah bar yang remang-remang, memandang kosong ke arah gelas wine yang sudah hampir habis. Pikirannya kacau, berputar-putar dalam kekosongan yang semakin dalam. Di layar ponselnya, foto pernikahan Nara dengan Aldo terpampang jelas. Senyum Nara yang dulu selalu menjadi sumber kebahagiaannya kini justru menjadi pisau yang menusuk. Itu adalah foto yang diambil di hari bahagia mereka, momen yang harusnya penuh kebahagiaan, tetapi baginya malah membawa penderitaan.Jari-jarinya yang gemetar membuka foto itu lebih lebar, melihat wajah Nara yang begitu cantik dalam balutan gaun pengantin putih. Meski senyum itu tampak sempurna, ada sesuatu yang berbeda. Nara tampaknya sudah bukan lagi wanita yang dulu ia kenal, wanita yang pernah ia cintai dengan sepenuh hati. Rehan merasa hancur melihatnya, karena pada akhirnya, dia adalah orang yang melepaskan Nara. Ia tak pernah bisa memberikan apa yang Nara butuhkan.Di sekelilingnya, tawa teman-teman pelacur yang

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 85

    Happy ReadingMalam itu, resepsi pernikahan Nara dan Aldo berlangsung dengan penuh kemewahan dan kehangatan. Gedung besar tempat acara digelar dipenuhi dengan lampu-lampu kristal yang berkilau, dekorasi bunga-bunga mewah yang menghiasi setiap sudut, dan suasana yang penuh dengan tawa dan percakapan para tamu undangan. Musik yang merdu mengalun di seluruh ruangan, memberikan kesan elegan namun tetap intim. Namun, meskipun segala sesuatu tampak sempurna, Nara merasa ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya, seakan ada kekosongan yang tak bisa ia isi.Aldo, tampak begitu bahagia. Senyum lebar menghiasi wajahnya, sementara tangan kanannya menggenggam tangan Nara dengan penuh perhatian. "Kamu terlihat cantik sekali malam ini," kata Aldo dengan lembut, menatap Nara penuh kasih sayang.Nara membalas dengan senyuman tipis. "Terima kasih," jawabnya pelan, namun pikirannya kembali melayang ke masa lalu. Di tengah keramaian ini, ia merasa terasing. Pikirannya melayang pada Rehan, pria yang dulu

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 84

    Happy ReadingHari yang telah ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Tanggal yang ditetapkan untuk pernikahan Nara dan Aldo. Cuaca pagi itu cerah, matahari bersinar terang, dan angin sepoi-sepoi seolah menjadi pertanda baik bagi hari yang penuh makna ini. Segala persiapan telah dilakukan dengan sempurna, dan keluarga Nara serta Aldo siap untuk merayakan pernikahan yang dianggap sebagai sebuah kebahagiaan baru, sebuah langkah besar dalam hidup mereka.Namun, di balik kegembiraan itu, ada sebuah perasaan yang sulit untuk diungkapkan—sesuatu yang mengganjal di hati Nara. Hari ini, meskipun sudah lama dipersiapkan, tidak sepenuhnya membuat hatinya merasa lega. Nara duduk di ruang rias, mengenakan gaun pengantin yang indah, wajahnya dihiasi riasan tipis namun elegan. Ia memandang dirinya di cermin besar di depannya, mencoba mencerna semuanya.Saat ia menatap cermin, bayangan masa lalu muncul begitu saja. Rehan. Bayangan tentang bagaimana mereka dulu berbicara tentang masa depan, tentang impian yan

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 83

    Happy ReadingHari pernikahan Nara semakin dekat, hanya tinggal beberapa hari lagi. Persiapannya sudah hampir rampung—gaun pengantin telah selesai dijahit, catering telah dipilih, dan dekorasi sudah hampir selesai dipasang di gedung. Semua orang tampaknya sibuk menyusun detail kecil demi detail kecil yang akan membuat hari itu sempurna. Namun, ada satu hal yang tidak bisa dipersiapkan dengan baik: hati Nara.Pagi itu, Nara terbangun dengan perasaan yang campur aduk. Mimpinya yang buruk tentang Rehan masih menghantuinya, dan meskipun ia mencoba untuk terus maju dengan hidup barunya, bayangan masa lalu itu terus membayanginya. Rehan—laki-laki yang telah menjadi bagian dari cerita hidupnya, laki-laki yang entah kenapa masih memegang tempat khusus di hatinya—meskipun mereka sudah saling berpisah.Dengan cepat, Nara menyambar ponselnya yang tergeletak di meja samping tempat tidurnya. Ia melihat satu pesan yang membuat hatinya berhenti sejenak—sebuah pesan dari sebuah nomor yang tidak diken

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 82

    Happy ReadingHari pernikahan tinggal dua minggu lagi. Semua terasa bergerak cepat — undangan sudah tersebar, dekorasi dipilih, katering finalisasi menu, dan Nara seharusnya merasa bahagia.Tapi setiap malam, saat lampu kamar dipadamkan, ketenangan itu pecah.Nara kembali bermimpi. Dalam mimpinya, ia berdiri di tengah lorong panjang berwarna kelabu, mengenakan gaun pengantin putih yang kotor dan robek. Di ujung lorong, Rehan berdiri. Wajahnya pucat, matanya kosong. Ia mengulurkan tangan, memanggil Nara dengan suara serak."Kenapa kamu ninggalin aku?"Nara mencoba berlari, namun kakinya terasa berat, seperti terjebak lumpur. Suara Rehan menggema di dinding lorong."Kenapa kamu bohong soal bahagiamu?"Nara terbangun dengan nafas tersengal. Tubuhnya berkeringat dingin. Ia memeluk dirinya sendiri di dalam kegelapan, menahan gemetar yang mengalir dari dada hingga ke ujung jari.Itu hanya mimpi, bisiknya. Hanya mimpi. Tapi kenapa rasanya begitu nyata?***Keesokan harinya, Nara mencoba

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 81

    Happy ReadingHari itu, sinar matahari terasa lebih terik dari biasanya. Mungkin karena gugup yang tak tertahankan, atau mungkin karena hari itu adalah salah satu langkah besar dalam hidup Nara — fitting pakaian akad dan resepsi sekaligus sesi foto prewedding bersama Aldo.Di studio bridal ternama di pusat kota, Nara duduk di depan cermin besar dengan lampu bulat-bulat mengelilinginya. Rambutnya sedang ditata pelan oleh penata rias, sementara beberapa kain gaun putih dengan motif halus tergantung di belakangnya, menunggu dipilih.Aldo, yang baru saja tiba, melambaikan tangan kecil ke arah Nara dari pintu. Ia mengenakan kemeja putih santai dan jeans, tampak lebih santai dibandingkan Nara yang sudah berdebar sejak pagi.“Hari ini kamu cantik banget,” kata Aldo sambil mendekat.Nara tersenyum canggung. "Baru mulai dandan juga.""Udah kelihatan kok," Aldo mengedipkan mata bercanda, membuat Nara sedikit lega.*Gaun pertama yang dikenakan Nara adalah kebaya putih bersulam benang perak, dip

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 80

    Happy ReadingHari-hari setelah lamaran berlalu dengan tenang namun padat. Undangan mulai dicetak, gedung sudah dipesan, dan katering tengah melalui uji rasa. Persiapan pernikahan berjalan seperti alur yang sudah ditentukan. Tapi bagi Nara, setiap langkahnya seperti menapaki jalan baru yang belum sepenuhnya ia mengerti.Aldo, di sisi lain, tampak sabar dan penuh pengertian. Ia tidak pernah memaksa, tidak pernah terlalu mendesak. Ia hadir seperti air: mengalir, tenang, dan pelan-pelan mengisi ruang kosong yang ditinggalkan luka.*Pagi itu mereka bertemu di sebuah kafe yang tenang, dikelilingi jendela besar dan rak-rak buku. Aldo datang lebih dulu, mengenakan kemeja biru langit dan senyum yang tulus.“Aku udah pesenin teh chamomile buat kamu. Kamu suka itu, kan?” tanyanya begitu Nara duduk.Nara mengangguk pelan, sedikit terkejut. “Kamu masih ingat?”Aldo mengangkat bahu dengan senyum kecil. “Aku belajar memperhatikan.”Mereka tertawa ringan. Untuk pertama kalinya sejak lamaran, tawa i

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status