Share

Part 60

Author: Khakalara
last update Last Updated: 2025-04-26 12:44:08

Happy Reading

Langit Jakarta sore itu berwarna kelabu. Udara terasa lembap, dan jalanan macet seperti biasa. Tapi bagi Nara, kemacetan hari itu tak seberapa dibanding macetnya pikirannya sendiri.

Sudah tiga hari berturut-turut Rehan tidak membalas pesannya dengan utuh. Hanya balasan singkat seperti, “Oke.” atau “Nanti ya.”

Bahkan semalam, panggilannya ditolak. Padahal sebelumnya, Rehan selalu menjadi tempat pulang paling nyaman setelah hari yang melelahkan.

Nara duduk di ruang belakang toko Ateliera, membuka ponsel untuk kesekian kalinya, menatap chat yang menggantung tanpa kejelasan. Di benaknya, mulai tumbuh pertanyaan yang menakutkan: Apakah dia mulai menjauh? Atau... sudah ada yang menggantikan?

Sore itu, tanpa pikir panjang, ia memutuskan untuk datang ke kantor Rehan.

***

Di gedung tinggi tempat Rehan bekerja, Nara menunggu di lobi selama hampir satu jam. Ia menolak pulang meski resepsionis bilang Rehan sedang rapat dan belum bisa diganggu. Akhirnya, saat jarum jam menyentuh angk
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 61

    Happy ReadingSudah dua bulan sejak Rehan dan Nara putus. Dan seperti yang Nara takutkan, Rehan berubah—atau mungkin, kembali ke versi dirinya yang dulu. Versi yang dingin, tidak peduli, dan memperlakukan hubungan seperti permainan catur. Bar malam di kawasan SCBD menjadi tempat pelarian barunya. Setiap akhir pekan, bahkan kadang di malam kerja, Rehan ada di sana—minuman di tangan, perempuan berbeda di sisi. Teman-teman lamanya yang dulu sempat menjauh saat ia bersama Nara, kini kembali mengelilinginya.“Lu balik lagi, Han. Ini baru Rehan yang gue kenal!” seru Bagas, menepuk punggung Rehan keras-keras.Rehan hanya tertawa kecil. Di depannya duduk seorang perempuan muda dengan mata tajam dan senyum yang mencurigakan. Namanya *Remaine*—model, influencer, dan gadis yang tak asing dengan permainan kuasa.“Jadi ini kamu yang katanya dulu kalem banget pas pacaran?” tanya Remaine sambil menyedot minuman dengan sedotan logamnya. “Gue nggak percaya.”Rehan menoleh, ekspresinya datar. “Pacaran

    Last Updated : 2025-04-26
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 62

    Happy ReadingLangit Jakarta malam itu terasa berat. Angin panas menyelinap lewat jendela tinggi apartemen Remaine di kawasan pusat kota, membawa aroma hujan yang belum jatuh juga. Di dalam, lampu-lampu kuning redup menciptakan bayangan yang panjang di dinding. Dan di tengah ruang tamu yang berantakan oleh botol anggur kosong dan kertas kerja, duduklah Rehan — diam, dengan rahang mengeras dan mata menatap kosong ke arah balkon.Remaine berdiri di belakangnya, menyender pada dinding dengan gelas wine di tangan, mengenakan gaun satin merah marun yang terlalu tipis untuk malam sedingin itu."Aku selalu suka versi kamu yang begini, Han," ucapnya pelan, senyum kecil muncul di sudut bibirnya. “Dingin. Brengsek. Nggak peduli.”Rehan tidak menjawab. Sudah lewat tengah malam. Ia bahkan tidak tahu kenapa kakinya membawanya ke sini, ke tempat yang seharusnya ia hindari. Tapi sejak perpisahannya dengan Nara—yang berakhir dengan pesan pendek dan panggilan tak terjawab selama tiga hari berturut-tur

    Last Updated : 2025-04-26
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 63

    Happy ReadingSudah tiga hari sejak malam itu. Tiga hari sejak Rehan bangun dari ranjang Remaine dengan kepala penuh penyesalan… dan entah kenapa, sedikit kenikmatan gelap yang tak mau hilang. Ia mencoba melanjutkan harinya seperti biasa—meeting, deadline, dan segunung laporan. Tapi bayangan Remaine, suaranya yang berbisik di telinga, dan tatapan Nara yang selalu ia ingat tiap malam sebelum tidur, membuat pikirannya terkoyak habis-habisan.Nara, di sisi lain, merasa ada yang berubah. Bukan hanya karena Rehan mulai sulit dihubungi, tapi juga karena setiap kali mereka bicara—kalaupun sempat—nada Rehan terdengar datar, seperti sedang menyimpan sesuatu yang ia sendiri belum siap akui.Pagi itu, Nara duduk sendirian di kafe tempat mereka biasa bertemu. Ia menatap ke luar jendela sambil menggenggam cangkir kopi yang sudah mendingin. Ia mencoba menghubungi Rehan dua kali sejak semalam, tapi tak ada balasan. Entah kenapa, dada Nara terasa sesak.Bersamaan dengan itu, di seberang kota, Remai

    Last Updated : 2025-04-26
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 64

    Happy Reading Remaine tidak pernah menjadi tipe perempuan yang puas hanya dengan kemenangan kecil. Bagi sebagian orang, membuat Rehan berselingkuh dari Nara sudah cukup. Tapi bagi Remaine? Itu baru langkah pembuka. Ia duduk di balik meja kaca di ruang kerjanya, mengenakan setelan hitam yang tajam dan lipstik merah gelap yang kontras dengan kulitnya. Di layar monitornya, tampak laporan keuangan perusahaan Rehan—informasi yang ia peroleh bukan secara legal. Tapi itu bukan masalah. Karena permainan yang sedang ia mainkan memang kotor sejak awal.“Aku akan buat kamu kehilangan semuanya, Han,” gumamnya sambil menyesap espresso. “Bukan cuma Nara. Tapi juga nama baikmu. Bisnismu. Bahkan harga dirimu.”Remaine membuka satu folder lagi. Di dalamnya, ada rekaman percakapan. Beberapa email pribadi. Serta laporan transaksi mencurigakan atas nama Rehan—yang sebenarnya adalah bagian dari jebakan yang ia atur sendiri sejak berbulan-bulan lalu. Ya, jauh sebelum Rehan menyentuh tubuhnya, Remaine

    Last Updated : 2025-04-26
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 65

    Happy Reading Hujan mengguyur atap kamar Nara malam itu, seolah ikut menekan beban yang menghantam dadanya. USB hitam yang tadi ia putar, kini tergeletak di atas meja. Tapi gema suara dalam video itu masih berputar di kepalanya: suara ayah Rehan, menyebut nama kakaknya, Aria, yang meninggal lima tahun lalu dalam kecelakaan misterius.“Ada yang disembunyikan... dan kamu tahu siapa yang harus bungkam kalau kita nggak mau semua terbongkar.”Kata-kata itu mengguncang dasar-dasar kepercayaan Nara. Ia tumbuh dalam keluarga sederhana, dan kehilangan kakaknya adalah pukulan terberat dalam hidupnya. Tapi tak pernah ia duga, kematian itu bisa jadi... **bukan kecelakaan**.Tangannya menekan layar ponsel yang kini menyala kembali. Ia menekan nama: **Bima**.Nada sambung panjang. Lalu suara berat menjawab, “Nara?”“Aku butuh ketemu. Sekarang.”***Di sebuah kafe tua pinggir jalan, mereka duduk berseberangan. Bima masih sama seperti dulu—tenang, penuh rahasia. Ia menatap Nara dengan sorot yang sul

    Last Updated : 2025-04-26
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 66

    Happy Reading Tiga minggu telah berlalu sejak Nara menyerahkan semua bukti kepada jurnalis investigatif yang bekerja secara independen. Sejak itu, berita tentang skandal Delta Five, manipulasi proyek nasional, hingga dugaan keterlibatan keluarga Rehan dalam kematian Aria tersebar luas. Nama-nama besar runtuh. Investor menarik diri. Dan satu per satu, kebenaran mulai muncul ke permukaan.Namun, di tengah kekacauan itu, Nara memilih diam.Ia meninggalkan kota tanpa kabar. Menonaktifkan semua media sosial, memutus kontak dari semua orang termasuk Rehan dan Bima. Ia butuh waktu. Butuh ruang. Butuh ketenangan untuk bertanya pada dirinya sendiri—**siapa aku sebenarnya jika tidak mencintai Rehan?**Kini, di sebuah desa kecil di pinggiran Bandung, Nara tinggal di rumah kayu sederhana milik bibinya yang sudah lama pensiun. Di sanalah, setiap pagi, ia bangun dengan suara ayam, bukan alarm. Minum kopi tanpa harus membaca notifikasi. Dan berjalan di bawah sinar matahari tanpa takut paparazzi mem

    Last Updated : 2025-04-26
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 67

    Happy Reading Tiga bulan sejak *Bersuara* resmi diluncurkan sebagai platform advokasi digital, pertumbuhannya melesat seperti meteor. Anggota aktif bertambah hingga tiga ribu orang, terdiri dari mahasiswa hukum, aktivis kampus, content creator, hingga jurnalis independen. Mereka bergerak cepat—membuat konten edukatif, menyebarkan laporan investigatif, dan bahkan turun langsung membantu warga dalam konflik agraria serta kasus pelecehan yang ditutupi kampus.Nara kini bukan sekadar sosok yang bangkit dari luka pribadi. Ia jadi wajah dari gelombang baru: **anak muda yang tidak takut melawan sistem, bahkan jika sistem itu dibungkus kemewahan dan kekuasaan.**Namun, semakin besar nama *Bersuara*, semakin banyak pula mata yang mengawasi.***Pada awal minggu ke-15, Nara mengadakan rapat internal bersama tim inti—kelompok 12 orang dari berbagai kota, semuanya bekerja secara daring.“Dua hari lalu, kita berhasil membantu publikasi kasus pelecehan di salah satu kampus swasta besar di Surabaya

    Last Updated : 2025-04-26
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 64

    Happy Reading Nara baru saja selesai rapat dengan tim *Bersuara*. Rencana besar yang sedang ia jalankan mulai menunjukkan hasil, namun tetap ada tantangan yang datang silih berganti. Malam itu, ia merasa lelah—lebih dari biasanya. Meski tubuhnya letih, pikirannya masih bergerak cepat, memikirkan bagaimana memperluas gerakan ini agar bisa menjangkau lebih banyak orang lagi.Dia menghirup udara malam yang segar dari balkon, memandang jalanan kota yang mulai sepi, saat tiba-tiba ponselnya berdering. Layar menunjukkan nama yang tidak pernah ia harapkan muncul di tengah malam seperti ini—**Ibu Rehan**.Jantung Nara berdebar keras. Tanpa berpikir panjang, ia segera mengangkat telepon tersebut.“Selamat malam, Ibu,” suara Nara terdengar sedikit bergetar meski ia berusaha untuk tenang. “Ada apa?”Terdengar isak tangis di ujung telepon, suara Ibu Rehan tercekat. “Nara... Rehan... dia kecelakaan. Dia sekarang di rumah sakit... koma.”Semua suara yang terdengar di sekitarnya seakan berhenti. Du

    Last Updated : 2025-04-26

Latest chapter

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 93

    Happy ReadingMalam itu, Nara duduk di ruang tamu dengan gelisah. Ia memandangi layar ponselnya yang sunyi, menunggu sesuatu — mungkin pesan dari Aldo, mungkin sebuah kejelasan. Setelah panggilan singkat yang dingin itu, ia tak tahu apa yang akan terjadi.Tiba-tiba suara pintu dibuka terdengar. Aldo masuk, mengenakan kemeja putih yang sedikit kusut, dasi tergantung longgar di lehernya. Tatapannya menatap Nara dalam-dalam.Nara langsung berdiri, refleks.Mereka saling memandang dalam diam. Dalam ketegangan.Aldo yang pertama bergerak. Ia mendekat, tanpa kata-kata, dan memeluk Nara erat. Hangat. Mengejutkan.Nara membeku, tak tahu harus bagaimana. Dadanya berdegup kencang."Maaf," gumam Aldo di telinganya. "Aku salah."Nara mengerjap, tak percaya.Aldo melepaskan pelukannya perlahan, menatapnya dengan mata yang penuh ketulusan — dan rasa takut."Aku terlalu mengekang kamu, Ra. Aku sadar... aku bukan suamimu, aku malah jadi penjaramu," katanya dengan suara berat.Nara masih terdiam

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 92

    Happy ReadingMalam itu, Nara duduk sendirian di balkon rumahnya, memandangi langit gelap yang dihiasi bintang-bintang kecil. Angin malam mengacak-acak rambutnya, tapi ia nyaris tidak bergerak. Di tangan kanannya, secangkir teh hangat yang sudah mendingin. Di dadanya, sebuah pertarungan yang tidak lagi bisa diabaikan.Suaranya menggema di benaknya sendiri: Apakah aku benar-benar bahagia?Sejak insiden tadi sore, Nara tidak lagi bisa berpura-pura. Ia merasa seperti burung dalam sangkar emas: diberi makan, diberi pujian, disayang — tapi tidak pernah diberi kebebasan. Cinta Aldo bukan lagi tempat perlindungan, tapi pagar tinggi yang menghalanginya melihat dunia.Nara memejamkan mata, mengingat saat-saat ketika dirinya penuh gairah, penuh semangat, bermimpi besar membangun "Bersuara", organisasi yang ia dirikan untuk membantu mereka yang tak punya suara. Dulu, dunia terasa luas, penuh warna.Sekarang, semuanya sempit.Dering ponselnya membuatnya terkejut. Ia melihat nama "Aldo" terpam

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 91

    Happy ReadingHari-hari setelah insiden konferensi itu, perubahan kecil mulai terasa dalam rumah tangga Nara dan Aldo. Pada awalnya, Nara mencoba mengabaikannya, menganggap semua itu sebagai bentuk kekhawatiran Aldo, sebagai bukti cinta. Namun, lama-kelamaan, cinta itu terasa semakin berat, semakin mengekang.Itu dimulai dari hal-hal sepele.“Nara, jangan lupa kirim lokasi kamu ya begitu sampai di kantor,” kata Aldo pagi itu, sambil mengenakan jas kerjanya.Nara tersenyum lembut, mengira itu hanya permintaan biasa. “Iya, Aldo. Aku kabari nanti.”Namun tak lama setelah ia tiba, satu pesan masuk.**Aldo:** _Kamu udah sampai? Kirim lokasi sekarang._Nara menelan ludah. Ia baru saja menginjakkan kaki di kantornya. Dengan cepat, ia kirimkan lokasinya, meski hatinya terasa sedikit tertekan.Hari berganti, sikap Aldo semakin intens.Saat Nara hendak rapat dengan klien di luar kantor, ia menerima panggilan video mendadak dari Aldo. Bukan sekali, tapi berulang-ulang.“Aku cuma mau lihat kamu

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 90

    Happy ReadingSetelah kesuksesan besar yang diraih Rehan Abimanyu Grendra di dunia bisnis, namanya menjadi sorotan utama di berbagai media. Perusahaannya, Grendra Corp, mengalami lonjakan saham yang luar biasa, menjadikannya salah satu pengusaha muda paling berpengaruh di Asia Tenggara. Artikel-artikel bisnis memuji strategi dan ketajaman bisnisnya, menggambarkan Rehan sebagai sosok yang bangkit dari keterpurukan menjadi raja bisnis teknologi hijau.Di sisi lain, Nara dan Aldo baru saja kembali dari bulan madu mereka di Turki. Kehidupan rumah tangga mereka tampak harmonis di permukaan, namun Nara masih sering teringat akan masa lalunya bersama Rehan. Meskipun ia berusaha untuk fokus pada pernikahannya, bayangan Rehan sesekali muncul dalam pikirannya, terutama ketika melihat berita tentang kesuksesan mantan kekasihnya itu.Suatu hari, Nara menerima undangan untuk menghadiri konferensi bisnis internasional di Jakarta, yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 89

    Happy ReadingSetelah kejatuhan besar yang pernah hampir menghancurkan hidupnya, Rehan kini seperti terlahir kembali. Ia tenggelam dalam kesibukan, membenamkan dirinya dalam tumpukan proyek, rapat, dan negosiasi tanpa henti. Kantornya di pusat kota Jakarta tak pernah sepi dari lalu-lalang asistennya, tim legal, hingga para investor yang berusaha mencuri sedikit waktu dari kesibukannya.Sejak hari ia melihat foto pernikahan Nara dan Aldo, Rehan memutuskan satu hal: ia tidak akan membiarkan dirinya jatuh lagi karena cinta. Dunia bisnis adalah satu-satunya yang bisa ia kendalikan, satu-satunya tempat di mana ia bisa menang tanpa harus mempertaruhkan hatinya lagi.Siang itu, di ruangan rapat berlantai kaca dengan pemandangan gedung pencakar langit, Rehan memimpin pertemuan besar. Presentasinya tajam, strateginya brilian. Semua mata tertuju padanya, terpukau akan bagaimana pria itu mengubah keterpurukan pribadinya menjadi energi yang membakar semangat semua yang ada di ruangan.“Target kit

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 88

    Happy ReadingHoneymoon Nara dan Aldo dimulai dengan antusiasme yang cukup besar. Setelah berbulan-bulan menjalani kehidupan yang penuh rutinitas, mereka memutuskan untuk pergi ke Turki, sebuah destinasi yang selalu Nara impikan sejak lama. Baginya, Turki bukan hanya sekadar tempat wisata, tetapi juga simbol dari kebebasan, petualangan, dan pengalaman baru. Aldo, yang sudah mengetahui betapa Nara sangat ingin mengunjungi tempat itu, akhirnya setuju untuk merencanakan perjalanan yang istimewa.Setibanya di Istanbul, Nara merasa seolah-olah dia memasuki dunia baru yang penuh keajaiban. Kota ini, dengan keindahan arsitektur Ottoman-nya, budaya yang kaya, dan suasana yang hidup, membuatnya terpesona. Aldo, yang meskipun terlihat sibuk dengan urusan bisnisnya, berusaha menyempatkan diri untuk menikmati momen bersama Nara. Ia tahu bahwa perjalanan ini sangat penting bagi istrinya, dan dia ingin membuatnya terasa spesial.Pada hari pertama, mereka mengunjungi Hagia Sophia, tempat yang sangat

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 87

    Happy ReadingKehidupan rumah tangga Nara dan Aldo berjalan dengan ritme yang teratur, hampir seperti mesin yang terus berputar tanpa henti. Setiap pagi, Nara bangun dengan rutinitas yang hampir sama: menyiapkan sarapan untuk Aldo, merapikan rumah, dan mempersiapkan dokumen-dokumen pekerjaan yang selalu menumpuk. Aldo, dengan sifatnya yang sibuk, sering kali pergi pagi-pagi buta untuk rapat atau pertemuan bisnis, meninggalkan Nara dalam kesendirian yang terkadang mencekam.Pada awalnya, Nara mencoba untuk meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Aldo adalah pria yang baik, penuh perhatian, dan sangat mencintainya. Keluarga mereka menyetujui hubungan ini, dan dia merasa ada rasa tanggung jawab untuk membuat pernikahannya berhasil. Tapi seiring berjalannya waktu, ada rasa kosong yang terus berkembang dalam dirinya. Kehidupan mereka terasa lebih seperti rutinitas yang tak terhindarkan, tanpa ada percikan gairah atau cinta yang menggebu seperti dulu bersama Rehan.Setiap kal

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 86

    Happy ReadingRehan duduk sendirian di sebuah bar yang remang-remang, memandang kosong ke arah gelas wine yang sudah hampir habis. Pikirannya kacau, berputar-putar dalam kekosongan yang semakin dalam. Di layar ponselnya, foto pernikahan Nara dengan Aldo terpampang jelas. Senyum Nara yang dulu selalu menjadi sumber kebahagiaannya kini justru menjadi pisau yang menusuk. Itu adalah foto yang diambil di hari bahagia mereka, momen yang harusnya penuh kebahagiaan, tetapi baginya malah membawa penderitaan.Jari-jarinya yang gemetar membuka foto itu lebih lebar, melihat wajah Nara yang begitu cantik dalam balutan gaun pengantin putih. Meski senyum itu tampak sempurna, ada sesuatu yang berbeda. Nara tampaknya sudah bukan lagi wanita yang dulu ia kenal, wanita yang pernah ia cintai dengan sepenuh hati. Rehan merasa hancur melihatnya, karena pada akhirnya, dia adalah orang yang melepaskan Nara. Ia tak pernah bisa memberikan apa yang Nara butuhkan.Di sekelilingnya, tawa teman-teman pelacur yang

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 85

    Happy ReadingMalam itu, resepsi pernikahan Nara dan Aldo berlangsung dengan penuh kemewahan dan kehangatan. Gedung besar tempat acara digelar dipenuhi dengan lampu-lampu kristal yang berkilau, dekorasi bunga-bunga mewah yang menghiasi setiap sudut, dan suasana yang penuh dengan tawa dan percakapan para tamu undangan. Musik yang merdu mengalun di seluruh ruangan, memberikan kesan elegan namun tetap intim. Namun, meskipun segala sesuatu tampak sempurna, Nara merasa ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya, seakan ada kekosongan yang tak bisa ia isi.Aldo, tampak begitu bahagia. Senyum lebar menghiasi wajahnya, sementara tangan kanannya menggenggam tangan Nara dengan penuh perhatian. "Kamu terlihat cantik sekali malam ini," kata Aldo dengan lembut, menatap Nara penuh kasih sayang.Nara membalas dengan senyuman tipis. "Terima kasih," jawabnya pelan, namun pikirannya kembali melayang ke masa lalu. Di tengah keramaian ini, ia merasa terasing. Pikirannya melayang pada Rehan, pria yang dulu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status