Mendengar Andini mencela Dianti, Nayshila langsung menyanggah, "Jangan bicara sembarangan! Dian bukan orang seperti itu!"Andini menimpali sembari mengangkat alis, "Oh, ya? Sepertinya kamu sudah lupa semuanya."Ucapan Andini membuat Nayshila mulai memikirkan kejadian setelah dia jatuh ke dalam air. Kala itu, Nayshila hampir tenggelam. Dia ingat Rangga dan Abimana hendak menyelamatkannya.Namun, kenapa akhirnya mereka berhenti? Nayshila teringat sosok yang berjalan keluar dengan terhuyung-huyung. Jantungnya berdegup kencang. Apa Dianti yang menghentikan mereka?Melihat perubahan ekspresi Nayshila, Andini tersenyum dan berucap, "Dianti mengkhawatirkan reputasimu, jadi dia menghentikan Jenderal Rangga dan Tuan Abimana. Tapi, aku merasa nyawa seseorang lebih penting daripada reputasinya."Kemudian, Andini mengambil obat di meja dan menyodorkannya kepada Nayshila sambil menjelaskan, "Apalagi, Jenderal Rangga itu kakakmu. Memangnya ada yang berani berkomentar kalau dia mempertaruhkan nyawa u
Setelah mendengar perkataan Andini, Nayshila tidak memikirkan tentang Dianti lagi. Dia bertanya seraya mengernyit, "Kamu benar-benar mau menikah dengan Pangeran Baskoro?"Andini tidak menyangka Nayshila tiba-tiba menanyakan hal ini. Dia tertegun sejenak sebelum duduk tegak dan membalas, "Ini perintah Kaisar. Aku nggak mungkin melawannya."Nayshila mencebik, lalu turun dari tempat tidur dan menimpali, "Tapi, sebelumnya kakakku sudah pernah membujukmu. Kakakku bilang kamu yang bertekad untuk menikah dengan Pangeran Baskoro.""Jangan kira kamu sudah berhasil menggaet keluarga kekaisaran. Pangeran Baskoro bukan pria baik-baik! Dia memang melindungimu di depan orang lain, tapi kamu kira orang lain merasa iri padamu? Sebenarnya mereka diam-diam mentertawakan dan mengasihanimu," lanjut Nayshila.Saat berjalan melewati Andini, Nayshila berhenti dan menambahkan, "Kamu nggak berharap aku dipermainkan seperti orang bodoh. Tentu saja, aku juga nggak berharap kamu dibohongi. Andini, kalau suatu har
Tentu saja Nayshila tidak salah dengar. Waktu itu, Dianti belum sempat bicara. Namun, Andini sudah melompat ke danau.Andini diam-diam tersenyum sinis saat melihat ekspresi Dianti yang canggung. Sepertinya tebakan Andini benar.Awalnya, Andini tidak ingin menyelamatkan Nayshila. Bagaimanapun, Nayshila yang mencelakai Andini terlebih dahulu. Jadi, Nayshila pantas merasakan akibatnya.Akan tetapi, Andini merasa ada yang tidak beres setelah mendengar perkataan Dianti. Semua pria di tempat bisa berenang, apalagi tukang perahu. Hanya saja, Dianti melarang mereka menyelamatkan Nayshila karena takut reputasi Nayshila rusak.Selain para pria, hanya tersisa Dianti dan Andini. Tentu saja, Andini yang bisa berenang harus menyelamatkan Nayshila.Jika Andini menunggu Dianti memintanya untuk menyelamatkan Nayshila, nantinya Andini yang akan kelelahan dan Dianti yang akan dipuji.Untung saja, sekarang Dianti tidak bisa membantah lagi. Dia hanya bisa menangis. Ekspresinya benar-benar kasihan.Abimana
Selesai bicara, Nayshila langsung berlari keluar. Dianti memanggil, "Shila!"Namun, Nayshila mengabaikan Dianti. Jadi, Dianti menarik Rangga dan memohon, "Kak Rangga, cepat kejar Shila!""Nggak usah pedulikan Nayshila. Dia harus diberi pelajaran!" timpal Rangga. Dia merasa cepat atau lambat Nayshila akan membuat masalah karena ucapannya. Jadi, Rangga harus memberi Nayshila pelajaran.Dianti berucap dengan ekspresi cemas, "Tapi, Shila baru sadar. Aku nggak tenang biarkan dia pergi begitu saja. Kak Rangga, aku mohon cepat kejar Shila."Melihat Dianti yang berlinang air mata, hati Rangga luluh. Rangga mengernyit. Dia melihat Andini sekilas, lalu mengejar Nayshila.Setelah Rangga pergi, Dianti masih belum berhenti menangis. Sementara itu, Abimana menyalahkan Andini, "Lihat masalah yang kamu buat!"Andini memandang Abimana dan bertanya sembari mengangkat alis, "Memangnya aku buat masalah apa?"Abimana menunjuk Andini seraya menegur, "Kalau kamu nggak hasut Nayshila, mana mungkin Nayshila me
Meskipun Andini berpura-pura, semua orang tahu dia dan Nayshila sama-sama diangkat ke Kediaman Adipati. Andini dan Nayshila juga diobati oleh tabib kediaman.Namun, kenapa sekarang Abimana mengasihani Dianti dan mengkhawatirkan Nayshila yang tidak mempunyai hubungan apa pun dengannya? Abimana sama sekali tidak memperhatikan Andini yang pernah dia anggap sebagai adik kandungnya.Bukannya dulu Abimana sangat menyayangi Andini? Abimana rela mencari barang paling bagus di dunia dan berkelahi dengan orang lain demi Andini. Kenapa sekarang Abimana memperhatikan semua orang dan mengabaikan Andini?Sementara itu, Abimana juga merasa bersalah setelah mendengar pertanyaan Andini. Bahkan, Abimana tidak berani bertatapan dengan Andini dan tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaannya.Akan tetapi, Dianti terus menangis tersedu-sedu sambil bersandar di tubuh kakaknya. Abimana tahu hari ini Dianti sangat sedih.Abimana teringat tadi Dianti dimarahi sahabatnya karena Andini. Perasaan bersalah Abimana k
Kasim langsung pergi. Andini menarik napas dalam-dalam. Kenapa Rangga menghalanginya? Apa karena Nayshila?Apa terjadi sesuatu pada Nayshila setelah dia pergi? Apa Rangga mencari Andini karena Dianti? Andini merasa kemungkinan besar Rangga mencarinya karena Dianti.Andini menunduk dan tidak berbicara. Dia ingin segera pergi setelah menunggu Rangga selesai bicara. Siapa sangka, Andini melihat sepatu Rangga.Andini mencium aroma yang familier. Dia terkejut. Andini mendongak dan melihat Rangga sudah mendekatinya. Jika orang lain melihat mereka, pasti mereka akan digunjing.Andini hendak menjaga jarak dengan Rangga. Dia segera mundur. Tiba-tiba, telinganya terasa sakit.Andini memegang telinganya. Dia baru menyadari sekarang dirinya memakai anting. Hari ini, dandanan Andini saat masuk ke istana sangat sederhana. Dia tidak memakai perhiasan apa pun.Jadi, tadi Rangga yang memakaikan anting pada Andini? Hal ini membuat Andini kaget. Dia memandang Rangga dan melihat dia masih memegang sebuah
Rangga langsung pergi setelah selesai bicara. Sepertinya dia tidak peduli Andini akan memakai anting atau tidak.Kemudian, Andini melihat kasim yang membawanya masuk ke istana masih menunggunya di depan. Kasim itu terus memperhatikan Andini.Andini baru paham kasim itu sudah mendapatkan perintah dari Rangga. Seharusnya tebakan Andini benar. Kasim yang diutus Haira sama sekali tidak menolak saat Rangga menghalanginya.Ketika bekerja di penatu istana, Andini sudah mendengar sekarang Rangga sangat berkuasa. Tidak disangka, dia juga bisa mengendalikan bawahan para selir.Andini menarik napas dalam-dalam, lalu memakai anting itu. Kasim baru menghampiri Andini. Dia memberi hormat kepada Andini dan lanjut membawanya ke istana Haira.Tampaknya, Haira sudah menunggu Andini dari tadi. Sebelum Andini sempat memberi hormat, Haira langsung menyambutnya dengan ramah, "Ke depannya kita akan jadi keluarga. Kamu nggak usah memberi hormat padaku lagi."Haira menarik Andini dan melanjutkan dengan ekspres
Haira bersikap seolah-olah anting itu tidak penting lagi. Andini mengernyit dan tidak berbicara.Baskoro menggandeng tangan Andini, lalu menghampiri Haira. Dia melihat-lihat kain di meja dan bertanya, "Semua ini kain yang paling bagus?""Bukan termasuk yang paling bagus, tapi sudah cukup bagus," timpal Haira. Dia mendesah dan melanjutkan, "Apa kamu nggak tahu kondisi kita sekarang? Beraninya kamu meminta kain yang paling bagus!"Baskoro adalah pangeran yang akan diasingkan dan tidak mempunyai kekuasaan penting. Dia sudah cukup beruntung bisa mendapatkan kain dengan kualitas seperti ini.Baskoro tidak menanggapi perkataan Haira, tetapi dia menggenggam tangan Andini lebih erat. Andini merasa kesakitan karena ruam di tangannya belum sembuh total. Namun, Andini hanya terdiam.Haira tidak menyadari ada yang tidak beres dengan Baskoro. Dia fokus memilih kain, lalu menunjukkannya kepada Andini dan Baskoro. Haira menceletuk, "Aku merasa 2 kain ini lumayan bagus. Bagaimana menurut kalian?"Bask
Andini tidak bisa menjawab pertanyaan Laras. Tentu saja dia tidak ingin Laras terancam bahaya. Namun, Andini tidak tega meninggalkan Laras begitu memikirkan Laras akan menangis histeris setelah dirinya pergi.Melihat Andini tidak langsung menjawab, Laras melepaskan Andini. Dia memandangi Andini dan bertanya lagi sambil berlinang air mata, "Nona nggak akan tinggalkan hamba, 'kan?"Akhirnya hati Andini luluh saat melihat ekspresi Laras yang kasihan. Dia menyahut, "Nggak akan.""Kalau begitu, hamba bereskan barang-barang sekarang," timpal Laras. Dia segera melepaskan diri dari pelukan Andini, lalu masuk ke kamar sembari menyeka air mata.Melihat Laras begitu semangat, Andini menggeleng. Dia memutuskan untuk membiarkan Laras mengikutinya. Nanti Andini akan berusaha untuk melindungi Laras.Laras menghabiskan waktu 4 jam untuk membereskan barang-barang. Dia juga mencari Rama untuk menyerahkan kunci kediaman kepadanya.Saat sore hari, Andini dan Laras baru menunggangi kuda. Kala ini, Andini s
Andini tidak suka mendengar nada bicara Rangga yang dingin seperti ini. Dia merasa Rangga seperti mendesaknya. Namun, apa urusan Andini berhubungan dengan Rangga?Ekspresi Andini menjadi masam. Hanya saja, sebentar lagi Andini akan meninggalkan ibu kota. Jadi, dia tidak perlu berdebat dengan Rangga lagi.Andini menjawab, "Byakta meninggalkan surat untuk Kak Kalingga, jadi aku datang untuk mengantar surat itu."Kemudian, Andini memberi hormat kepada Rangga dan berpamitan, "Aku nggak mau ganggu Jenderal Rangga lagi. Aku pergi dulu."Selesai bicara, Andini langsung pergi. Dia tidak ingin bicara panjang lebar dengan Rangga.Rangga mengernyit saat melihat sosok Andini yang pergi menjauh. Dia berbalik, lalu melihat Kalingga sedang minum teh.Rangga berjalan masuk ke paviliun. Dia bertanya setelah melihat cangkir teh di depan Kalingga, "Untuk apa dia datang?"Kalingga tidak melihat Rangga. Dia hanya menjawab, "Dia mengantar surat dari Byakta."Kalingga memandang Rangga dengan ekspresi bingung
Andini takut menghadapi bahaya di perjalanan. Dia tidak ingin mencelakai Laras. Andini sudah mencelakai banyak orang, jadi dia tidak akan membiarkan Laras mengikutinya.Laras hampir menangis. Dia menolak, "Kalau Nona mau cari orang untuk menjaga kediaman dan bunga plum, aku bisa carikan. Nona, tolong bawa hamba. Pokoknya hamba nggak ingin berpisah dengan Nona."Andini merasa tidak berdaya saat melihat Laras yang keras kepala. Dia tidak ingin Laras terlalu sedih. Setelah berpikir sejenak, Andini terpaksa mengalihkan topik pembicaraan, "Kalau begitu, nanti baru kita bicarakan lagi. Kamu beli 2 potong baju pria untukku dulu, ya?"Sebaiknya mereka memakai baju pria ketika jalan-jalan di luar. Laras baru menyeka air matanya, lalu mengangguk dan menyahut, "Kalau begitu, hamba pergi sekarang. Hamba akan segera kembali.""Oke," balas Andini.Setelah Laras pergi, Andini baru kembali ke kamar. Dia berencana membereskan barang-barangnya, tetapi dia tidak sengaja melihat surat dari Byakta untuk Ka
Tujuh hari kemudian. Andini sedang duduk di dalam kamar. Saat Laras masuk, dia melihat Andini memandangi halaman sambil melamun.Selama 7 hari, Andini tidak melakukan apa pun setelah bangun. Dia hanya melamun. Wajahnya sangat pucat.Laras tahu kematian Ainun dan Byakta membuat Andini makin terpuruk. Sekarang hanya Laras yang bisa menyelamatkan Andini.Laras segera menarik Andini keluar dan berujar, "Nona, ikut hamba ke suatu tempat."Tenaga Laras sangat kuat. Andini terpaksa mengikuti Laras. Untung saja, mereka tidak pergi terlalu jauh. Laras membawa Andini ke taman bunga.Sekarang sudah bulan Mei. Di bawah cahaya matahari, bunga-bunga yang bermekaran tampak indah. Namun, keindahan bunga tidak membuat hati Andini tergerak.Andini hanya mengernyit. Dia tidak ingin mengecewakan Laras, tetapi dia hanya ingin duduk di dalam kamar.Tiba-tiba, Laras berlari ke suatu tempat dan berseru pada Andini, "Nona, lihat apa ini?"Laras menunjuk pohon di sampingnya. Pohon itu tak berdaun. Dibandingkan
Namun, lengan itu mengeluarkan bau tidak sedap karena disimpan terlalu lama. Tidak seperti jasad Byakta, mereka memasukkan kapur ke dalam peti matinya.Kaisar yang merasa terganggu menutup hidungnya. Dia bertanya, "Apa yang ingin kamu tunjukkan padaku?"Rangga menjawab, "Apa Kaisar nggak merasa tato di lengan ini sangat familier?"Mendengar jawaban Rangga, Kaisar melihat lengan itu lagi. Ternyata ada tato kepala harimau di lengan tersebut.Rangga menjelaskan, "Dulu, salah satu bandit yang membunuh Pangeran Baskoro juga punya tato ini. Awalnya saya nggak menganggapnya serius, tapi saya menemukan beberapa bandit Yolasa yang menguasai ilmu bela diri mempunyai tato kepala harimau ini."Kaisar menghampiri lengan itu, lalu berjongkok dan memeriksanya. Dia mendengar Rangga bertanya dengan dingin, "Apa Kaisar nggak kepikiran dengan Pasukan Harimau?"Begitu mendengar "Pasukan Harimau", Kaisar langsung terduduk di lantai saking kagetnya. Kasim buru-buru memapah Kaisar, tetapi Kaisar menolak.Kai
Setelah kembali ke kamar, kemarahan dan kesedihan Andini masih belum menghilang. Dia merasa dirinya pasti berutang nyawa pada Abimana di kehidupan sebelumnya.Kalau tidak, kenapa Abimana selalu menghancurkan harapan Andini setiap Andini merasakan perubahan dalam hidupnya? Sebelumnya Baskoro tertimpa masalah, sekarang giliran Byakta.Hanya saja, jika Andini benar-benar berutang pada Abimana di kehidupan sebelumnya, seharusnya Andini yang membayarnya sendiri. Kenapa harus melibatkan Byakta?Air mata Andini mengalir. Laras merasa kasihan pada Andini, tetapi dia tiba-tiba teringat sesuatu. Laras menunjuk barang di meja dan bertanya, "Nona, coba lihat apa itu?"Andini melihat ke arah yang ditunjuk Laras dan menemukan sepucuk surat. Namun, surat itu ditujukan pada Kalingga, bukan Andini.Andini merasa kecewa. Dia berucap, "Kenapa cuma ada satu surat? Jelas-jelas Gayatri bilang Byakta meninggalkan sesuatu untukku."Apa Byakta hanya meninggalkan surat untuk Kalingga? Tangisan Andini makin menj
Andini tahu Kirana datang untuk menghiburnya. Hanya saja, Andini malah menganggap ucapan Kirana tidak enak didengar. Semua ini takdir? Apa Kirana merasa Byakta pantas mati?Andini mengernyit, tetapi dia tidak mampu berdebat dengan mereka lagi. Andini menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, "Aku sudah putus hubungan dengan Keluarga Adipati. Apa pun yang terjadi padaku nggak ada hubungannya dengan kalian. Aku harap ke depannya kalian jangan datang lagi."Selesai bicara, Andini langsung berjalan masuk ke kediaman. Abimana marah-marah, "Andini! Jangan nggak tahu diri! Biasanya Ibu jarang keluar, dia datang karena mengkhawatirkanmu!"Langkah Andini terhenti. Dia mengepalkan tangannya dengan erat, lalu bertanya, "Bagaimana dengan kamu?"Mendengar ucapan Andini, Abimana terdiam. Dia tidak memahami maksud Andini.Andini tiba-tiba berbalik dan lanjut bertanya seraya menatap Abimana, "Kenapa kamu datang kemari? Kamu memperhatikanku atau merasa bersalah?"Sebenarnya Andini tidak memahami satu ha
Yudha hanya ingin membawa Byakta pulang bersama keluarganya tanpa Rangga dan Andini. Mulai saat ini, para bangsawan dari ibu kota tidak berhubungan dengan Keluarga Muhadir lagi.Rangga mengangguk. Dia bisa memahami pemikiran Yudha. Tentu saja, Rangga tidak memaksakan kehendaknya.Andini juga mengerti. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu menghampiri Ajeng dan melepaskan gelang gioknya. Andini berucap, "Aku nggak pantas terima gelang ini ...."Sebelum Andini menyelesaikan ucapannya, Ajeng menahan tangan Andini. Ajeng tampak kelelahan, tetapi dia tetap tersenyum kepada Andini dan menimpali, "Gelang ini sudah menjadi milikmu. Kalau kamu kembalikan padaku, Byakta pasti sedih."Andini memandang Ajeng dengan ekspresi kaget. Jika Ajeng masih meminta Andini menyimpan gelang ini, berarti Keluarga Muhadir masih mengakui Andini.Andini tidak menyangka sekarang Keluarga Muhadir masih menerimanya. Dia merasa sangat sedih. Andini memeluk Ajeng dengan erat. Dia merasa bersyukur dan juga bersalah.Ajen
Andini yang menyebabkan Yudha dan Ajeng kehilangan putranya. Dia juga menyebabkan Gayatri kehilangan kakaknya. Semua ini salah Andini.Tangisan Gayatri makin menjadi-jadi. Dia berujar, "Tapi, Kak Byakta pasti marah kalau lihat aku salahkan kamu ...."Ucapan Gayatri membuat hati Andini terasa sakit. Andini kewalahan melihat Gayatri yang menangis histeris.Gayatri tetap berusaha berbicara, "Sebelum pergi, kakakku bilang padaku dia nggak pernah begitu menyayangi seorang wanita selama hidupnya. Dia cuma ingin kamu aman dan bahagia. Biarpun harus mengorbankan nyawanya, dia juga rela."Gayatri menambahkan, "Andini, kakakku benar-benar mengorbankan nyawanya. Jadi, kamu harus aman dan bahagia! Kalau nggak, aku nggak akan ampuni kamu!"Ini adalah keinginan terakhir Byakta. Gayatri tidak bisa bicara lagi. Dia terus menangis. Gayatri tidak mengerti kenapa di dunia ini ada orang yang begitu bodoh hingga rela mengorbankan nyawanya demi keselamatan dan kebahagiaan orang lain.Namun, Gayatri tidak be