Share

Bab 62

Author: Zaina Aulia
Bagaimanapun juga, kehormatan seorang wanita adalah hal yang paling penting. Namun, semua orang yang hadir di tempat itu tahu bahwa apa yang baru saja diucapkan bukanlah kenyataan.

Rangga menunduk dengan sopan, lalu menatap Andini sambil berujar, "Kenapa kedai teh yang disebut oleh Pangeran Baskoro adalah Kedai Teh Vata, tapi yang kamu datangi malah Kedai Teh Fortu?"

Saat itu, Andini duduk di samping. Dia menahan rasa sakit di tangannya yang sudah diperban, tetapi itu tetap terasa nyeri setiap kali dia bergerak.

Tabib kediaman mengatakan bahwa meskipun lukanya tidak terlalu parah, Andini tetap harus berhati-hati. Paling tidak, selama sebulan ini dia tidak boleh menggunakan kekuatan pada tangan kirinya.

Mendengar pertanyaan Rangga, Andini berdiri perlahan. Dia menjawab dengan sopan, "Ketika aku menerima surat itu, yang tertulis memang Kedai Teh Fortu. Surat itu mungkin masih ada di atas meja riasku."

Setelah menjawab, Andini mengalihkan pandangannya kepada Abimana. Saat itu, Abimana ber
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Roroh Siti Rochmah
hmmm klo smpai bneran abimana keterlaluan,, kshn bngt andini. trus bertubi2 dpt kmlngn oleh kluarga adipati
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 63

    Abimana tetap tidak mengucapkan sepatah kata pun. Namun, Kirana yang tubuhnya mulai gemetar perlahan berjalan mendekatinya.Kirana mengulurkan tangan, lalu menarik-narik ujung baju Abimana dengan lembut sambil berujar, "Abi, cepat beri tahu adikmu bahwa ini semua cuma kesalahpahaman."Abimana tetap memasang wajah dingin dan diam. Melihat putranya seperti ini, Kirana sangat sedih. Tarikan tangannya pada Abimana pun makin kuat hingga akhirnya berubah menjadi dorongan kecil."Katakan sesuatu! Cepat katakan sesuatu!" Suara Kirana mulai bercampur dengan tangisan.Melihat ibunya begitu terpukul, Dianti segera maju untuk memeluknya. Dia berusaha menenangkan dengan berucap, "Bu, jangan begini. Duduklah dan biarkan Kak Abimana perlahan menjelaskan. Aku yakin dia pasti punya alasan sendiri!"Mendengar ucapan itu, Andini memandang Dianti dengan tatapan tidak percaya. Abimana telah menyewa orang untuk menghancurkan reputasinya, tetapi Dianti malah berkata bahwa tindakan Abimana pasti memiliki alas

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 64

    Andini berucap, "Karena lebih gampang menyerangku. Karena aku ini gampang ditindas. Kamu bilang semua ini demi kebahagiaanku di masa depan, tapi kamu malah menghabiskan 1.000 tahil untuk suruh dua pria dewasa menghancurkan reputasiku. Apa ucapanmu ini nggak terdengar lucu?""Abimana, nggak usah sok baik! Kamu sama sekali nggak peduli padaku. Kamu cuma nggak mau aku berdiri lebih tinggi darimu! Kamu nggak pernah ingin aku hidup bahagia. Kamu cuma nggak tahan melihatku sukses!" seru Andini.Kata-kata sederhana itu dengan mudah membongkar sisi tergelap hati Abimana. Namun, Abimana tidak mau mengakuinya. Dia segera menyangkal, "Mana mungkin aku nggak tahan melihatmu bahagia? Memangnya kamu bakal bahagia setelah nikah dengan Pangeran Baskoro?""Sekalipun kamu kehilangan reputasi, apa bedanya? Dengan dukungan Keluarga Adipati, kamu pikir nggak ada pria lain yang mau menikahimu?" Setelah kata-kata Abimana selesai, aula utama menjadi sunyi. Selain suara isak tangis Dianti yang tak kunjung berh

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 65

    Usai berucap demikian, Andini jelas bisa melihat perubahan pada wajah Abimana yang sebelumnya penuh keyakinan berubah menjadi penuh kebingungan. Lucu sekali!Saat berusaha menghancurkan dirinya, Abimana penuh dengan percaya diri dan alasan yang kuat. Begitu masalah ini mulai melibatkan dirinya, dia langsung panik. Bukan hanya Abimana yang cemas, hampir semua anggota Keluarga Biantara terlihat gelisah.Ketika suasana menegang, Dianti yang sebelumnya terus menangis akhirnya berdiri dan berucap dengan lembut kepada Andini, "Kak, hari ini kamu sudah cukup menderita. Sebaiknya kamu kembali beristirahat lebih awal. Lagian, waktu sudah malam. Gimana kalau besok baru kita bicarakan lagi?"Mendengar ucapan itu, Kirana juga buru-buru menimpali, "Benar, Andin. Lihat saja, sekarang sudah sangat larut. Bahkan, Jenderal Rangga pun belum pulang. Gimana kalau kita membicarakan ini besok pagi saja?"Saat itu, Andini seolah baru teringat bahwa ada seseorang lain di dalam ruangan, yaitu Rangga. Dia menol

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 66

    "Benar. Semuanya, kasih ruang!"Para pelayan berbicara bersahut-sahutan dan menciptakan suasana yang cukup riuh. Namun bagi Andini, suasana ini justru terasa hangat. Dia selalu merasa bahwa Kediaman Adipati terlalu dingin.Satu-satunya tempat di mana Andini bisa merasakan sedikit kehangatan adalah di sisi neneknya. Hanya Ainun yang bisa membuat hatinya tenang. Namun karena kesehatan neneknya yang buruk, Andini tidak pernah berani mengungkapkan rasa sakit atau keluhannya pada Ainun.Awalnya, Andini pikir malam ini dia akan menghadapi semua emosi ini sendirian dan menelannya bulat-bulat seperti biasa. Tidak disangka begitu dia melangkahkan kakinya ke Paviliun Ayana, hatinya yang dingin perlahan mulai mencair.Meskipun yang terluka adalah tangannya, Laras tetap bersikeras membantu Andini berjalan masuk ke kamarnya. Begitu dia duduk, salah satu pelayan membawakan teh hangat."Nona pasti sangat terkejut hari ini. Ini teh penenang yang baru saja kubuat. Minumlah, Nona. Setelah itu, tidurlah

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 67

    Andini bergerak begitu cepat. Cara dia menerjang Dianti persis seperti saat dia melawan para dayang yang dulu pernah menindasnya, begitu cepat, ganas, dan penuh keberanian.Bahkan, Kirana hanya merasa ada sesuatu yang melintas di depan matanya. Ketika dia tersadar, Dianti sudah terkapar di bawah tubuh Andini."Aaargh!" Dianti menjerit kaget, tetapi suaranya segera teredam karena Andini menutup mulutnya rapat-rapat.Ainun masih beristirahat di dalam kamar. Dia tidak bisa membiarkan Dianti mengganggu ketenangan Ainun. Namun, amarah yang membara di dalam dadanya juga tidak bisa dia pendam begitu saja.Sambil menutup mulut Dianti dengan satu tangan, Andini juga menahan tubuhnya agar Dianti tidak bisa bergerak. Tangan satunya sudah siap melayang. Tanpa ragu, dia menampar wajah Dianti dengan keras.Sudah lama Andini ingin melakukan ini. Sebelumnya, dia selalu menahan diri. Meski Dianti menyebalkan dan membuatnya marah, dia coba meyakinkan dirinya bahwa mungkin sifat Dianti memang seperti itu

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 68

    Farida hanya memandang dingin dari samping. Namun tiba-tiba, dia melihat Kirana berlari ke arah lain. Apakah dia hendak mencari bala bantuan?Sebelum selesai menduga-duga, Kirana kembali muncul. Kali ini, dia membawa sebongkah batu besar di tangannya.Farida terkejut. Sebelum sempat bereaksi, dia sudah mendengar Kresna berseru, "Jangan!" Sayangnya, teriakannya terlambat. Batu besar itu sudah menghantam kepala Andini dengan keras.Andini merasa seluruh kepalanya mendadak kosong. Dalam sekejap, dia tidak bisa mendengar apa-apa kecuali dengungan tajam yang menyakitkan telinga. Perlahan, setetes darah mengalir dari sudut matanya, disusul tetes kedua, ketiga ....Barulah Andini sadar apa yang baru saja terjadi. Dia mendongak perlahan dan menatap Kirana yang berdiri di dekatnya. Tatapan itu membuat Kirana panik. Dia seolah tersadar akan sesuatu, lalu buru-buru membuang batu di tangannya.Suara Kirana gemetar hebat ketika berujar, "Bukan ... bukan begitu, Andin. Dengarkan penjelasan Ibu. Ibu

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 69

    Kalimat itu seperti menusuk langsung ke dalam hati Kirana. Itu membuat matanya membelalak seketika dan air matanya tak henti-hentinya mengalir.Kirana menunjuk Abimana, lalu berbicara dengan suara bergetar hebat, "Ka ... kapan aku pernah berniat membunuh Andin? Dia adalah anak yang aku besarkan sendiri dengan tanganku!"Pada akhirnya, suara Kirana sudah berubah menjadi tangisan tersedu-sedu. Melihat ibunya seperti itu, Abimana pun panik. Dia segera meminta maaf, "Bu, aku salah bicara. Tolong jangan marah. Ini salahku!"Meskipun Abimana sudah meminta maaf, Kirana tetap memunggungi dirinya seolah tidak ingin mendengar satu kata pun darinya.Melihat itu, Abimana mengernyit dengan kesal. Dia melirik wajah Dianti yang bengkak dan berucap dengan nada dingin, "Kalau dipikir-pikir, ini semua tetap salah Andin. Mana boleh dia begitu kejam? Tega banget dia memukul Dian sampai seperti ini."Wajah Dianti yang semula cantik, kini menjadi memar parah akibat tamparan keras itu. Namun, suara dingin da

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 70

    Di sisi lain, Kirana segera ikut membujuk, "Dian cuma bermaksud baik meskipun hasilnya buruk. Lihatlah, Andin sudah memukulnya sampai seperti ini. Masa kamu tega menghukumnya lagi?"Tatapan Kresna jatuh pada wajah Dianti yang separuh bengkak. Dia tiba-tiba teringat kembali kondisi Dianti tiga tahun lalu saat baru kembali ke kediaman ini. Dia begitu kurus hingga hanya terlihat kulit membungkus tulang.Dianti adalah putri mereka yang telah hilang selama 15 tahun. Dalam 15 tahun itu, dia hidup menderita. Benar juga, bagaimana mungkin dia tega menghukumnya?Usai menarik napas dalam-dalam, Kresna akhirnya mengalihkan pandangannya ke arah Abimana. Tanpa banyak bicara, dia langsung menendang Abimana dengan keras sembari berujar, "Dasar bocah nakal! Semua masalah ini berawal dari ulahmu!"Namun, kali ini Abimana tampaknya sudah siap. Dia menghindar dari tendangan itu dengan lincah. Kresna yang gagal mengenai sasarannya langsung bersiap untuk menendang lagi.Namun, Abimana segera bersembunyi di

Latest chapter

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 554

    Keesokan hari saat Andini bangun, sosok Surya sudah tak terlihat. Sementara itu, Endah tengah sibuk di dapur.Dengan kaki yang masih pincang, Andini berjalan ke ambang pintu, menatap Endah dengan heran, "Bibi Endah, kok hari ini bangunnya pagi sekali?"Matahari bahkan belum sepenuhnya terbit!Endah menyiapkan air untuk Andini mencuci muka, lalu menjawab, "Arjuna sudah pergi ke gunung sejak fajar bersama Anom. Aku hari ini nggak ada pekerjaan di ladang, jadi mampir ke sini untuk bantu-bantu sebentar."Saat berbicara, sudut bibir Endah menyiratkan senyuman kecil.Mengingat kejadian kemarin, Andini pun merasa perlu meminta maaf. "Maaf ya, Bi Endah. Kemarin aku asal bicara cuma untuk menakut-nakuti Anom."Endah buru-buru mengangguk. "Iya, aku tahu. Anak bandel itu memang perlu ditakut-takuti! Setelah pulang kemarin, dia nangis-nangis sambil janji nggak akan berjudi lagi.""Pagi ini juga semangat banget bangunnya. Kalau dia bisa meninggalkan kebiasaan buruk itu, lalu ikut Arjuna berburu, it

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 553

    Rangga pernah menculik Andini dan akhirnya membuat Andini terjatuh ke Sungai Mentari. Dendam itu masih terus disimpan Laras di dalam hati sampai sekarang.Meskipun statusnya hanyalah seorang pelayan biasa dan tak bisa berbuat apa-apa pada Rangga, jangan harap dia bersedia mengikuti Rangga!Selesai bicara, Laras pun membalikkan badan dan melangkah ke arah Kalingga. Kalingga masih tidak mengatakan apa-apa. Setelah mendengar kata-kata Laras barusan, seulas senyuman tipis tidak bisa disembunyikan dari wajahnya.Senyuman ringan itu, sekalipun sangat tipis, tetap menyakitkan mata Rangga. Dia tidak mengerti. Kenapa Andini tidak mau bersamanya, bahkan pelayannya pun menolaknya?Rangga sontak melangkah maju, hendak menarik tangan Laras. Namun, baru satu langkah diambil, terdengar suara Kalingga yang datar. "Rangga."Hanya satu panggilan pelan, tetapi makna ancamannya sangat jelas. Apabila Rangga benar-benar menahan Laras, Kalingga pasti akan bertindak.Rangga pun berhenti. Aura yang dipancarkan

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 552

    Jabal mencari tiga kuda terbaik dari kediaman dan berangkat malam itu juga menuju lokasi yang berjarak lebih dari 50 kilometer.Perjalanan tidak sepenuhnya mulus. Mayat perempuan itu ditemukan di sebuah desa kecil. Ketika mereka tiba, matahari sudah bersinar terik.Di luar desa, anak buah mereka sudah menunggu. Begitu turun dari kuda, Kalingga segera masuk ke desa. "Di mana?""Masih di tepi sungai," kata anak buah itu sambil menurunkan suaranya. "Jenderal Rangga juga ada di sana."Mendengar itu, Kalingga sempat tercengang sejenak. Dia mengikuti arah yang ditunjuk. Benar saja, di tepi sungai tak jauh dari sana, terlihat Rangga sedang membuka kain putih penutup mayat. Wajahnya memperlihatkan ekspresi jijik.Melihat itu, Kalingga merasa lega. Dari ekspresi Rangga, seharusnya itu bukan Andini. Namun, detik berikutnya, hatinya kembali diliputi amarah. Informasi itu datang dari bawahannya sendiri, kenapa Rangga bisa lebih dulu sampai di sini?Di belakang, Laras yang melihat mayat tertutup ka

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 551

    Tingkah mereka yang berpura-pura mabuk tadi memang tak terlihat mencurigakan. Namun, akting setelah mereka "sadar" barusan sungguh buruk. Beberapa dari mereka bahkan langsung terbangun, padahal tidak disiram.Andini mengernyit pelan saat memikirkan hal ini, lalu secara refleks menoleh ke arah jendela. Di sana, dia melihat sosok tinggi besar itu berjalan ke arah barat, menuju ke bawah atap.Dia tak ingin berpikiran buruk tentang orang lain, tetapi saat itu di halaman hanya ada dia seorang yang bukan dari kalangan mereka. Mereka semua pura-pura mabuk, jelas-jelas untuk diperlihatkan kepadanya.Kenapa? Sedang mengujinya? Apakah karena sebelumnya dia secara tidak sengaja menunjukkan sedikit kemampuan bela dirinya?Namun, jika Surya hanya pemburu biasa, bagaimana mungkin dia bisa terpikir menggunakan cara semacam ini? Jangan-jangan identitasnya pun tidak sesederhana itu?Begitu benih kecurigaan tertanam, hal itu mulai tumbuh liar dalam hati. Andini berusaha keras mengingat semua kejadian se

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 550

    Andini sama sekali tidak menyadari apa yang terjadi di belakangnya. Begitu keluar dari pagar bambu, kaki kirinya terasa sakit lagi. Langkahnya semakin pincang. Sebelum berjalan jauh, dia sudah mulai memanggil, "Bi Endah! Bi Endah!"Dia sama sekali tidak tahu, sebelum dia membuka mulut, sebilah belati nyaris menyentuh leher putihnya dari belakang, hanya sedikit lagi sudah akan menggorok tenggorokannya.Namun, saat dia memanggil nama Endah, belati itu tiba-tiba ditarik mundur, lalu pemiliknya buru-buru kembali ke dalam halaman.Tak lama kemudian, lampu di rumah Endah kembali menyala. Wanita itu bertanya, "Ada apa? Ada apa ini?"Andini memandang Endah dengan wajah penuh rasa bersalah. "Kak Arjuna dan teman-temannya mabuk semua, mereka tidur di luar. Aku khawatir mereka masuk angin kalau tidur di luar. Bisa Bibi bantu aku?"Di dalam pagar, para pria yang mendengarnya saling melirik, masing-masing mulai merasa bersalah."Aduh, ya sudah, aku ke sana sekarang!" sahut Endah cepat-cepat. Tak la

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 549

    Kata "orang kasar" benar-benar mewujud saat ini. Andini sempat terpaku menatap mereka.Surya membelakangi Andini, tentu saja tidak menyadarinya. Namun, pria yang duduk di depannya melihat tatapan Andini, lalu melirik ke arah Surya dan mengangkat dagunya sedikit.Surya pun menoleh. Ketika melihat Andini sedang tersenyum sendiri ke arah mereka, Surya seperti baru menyadari sesuatu. Dia mendorong pria di sampingnya. "Tenang sedikit."Baru saat itu, rombongan pria itu menyadari bahwa masih ada seorang perempuan di sini. Mereka buru-buru minta maaf."Maaf ya, Nona. Kami ini orang-orang kasar, mulut kami kadang suka seenaknya!""Iya, Nona. Kalau tadi ada kata-kata yang nggak enak didengar, anggap saja kami cuma kentut!""Kamu yang kentutnya paling bau, hahahaha!""Sialan kamu!"Suasana kembali ceria, penuh tawa dan canda. Andini memandangi para pria itu. Meskipun kasar dan berisik, kehangatan dan keharmonisan ini adalah sesuatu yang belum pernah dia lihat sebelumnya.Andini pun tersenyum lem

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 548

    Surya pertama kali turun ke medan perang saat usianya baru enam belas tahun.Sebagai seorang pangeran, ibunya tidak memiliki latar belakang yang kuat. Dia tahu dalam perebutan takhta, dirinya tak mungkin bisa menyaingi para kakaknya. Jika terus tinggal di ibu kota, mungkin suatu hari nanti dia akan menjadi mangsa di tangan orang lain.Karena itu, dia mengajukan diri untuk menjadi prajurit garis depan di bawah komando jenderal besar saat itu.Tahun itu, suku Tru sering mengganggu perbatasan. Rakyat Negara Darsa sangat menderita karena kekacauan itu.Dia memacu kuda di barisan paling depan, menyerbu ke medan perang. Pedang besarnya berayun liar. Saat bilah tajam itu menebas tubuh musuh, dia bahkan bisa mendengar jelas suara tulang yang terbelah.Darah hangat memercik ke wajahnya, dunia seolah-olah berubah merah seketika. Dia mendengar detak jantungnya sendiri begitu keras, tetapi tak bisa membedakan apakah itu karena takut atau justru karena gairah.Di medan perang yang kejam, di mana hi

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 547

    Sambil bicara, Surya menoleh ke arah para pria kekar di belakang Anom, lalu berkata, "Kalian lakukan sendiri. Di sana ada kapak dan parang."Setelah itu, dia pun berbalik dan berjalan ke samping. Beberapa pria itu langsung maju dan menangkap Anom.Anom ketakutan setengah mati, berteriak dan menangis sambil terus memohon ampun. Namun, kekuatan para pria itu terlalu besar. Tangan Anom ditarik dan ditekan ke tanah.Kapak pun diangkat tinggi-tinggi, memantulkan kilatan dingin cahaya, lalu dihantamkan dengan keras."Argh!" Anom menjerit. Bagian selangkangannya langsung terasa hangat, seluruh tubuhnya jatuh lemas ke tanah. Namun ... ternyata tangannya masih utuh.Salah satu pria berkata dengan dingin, "Kalau masih berani ulangi lagi, kami nggak akan biarkan begitu mudah!"Pria lain mengeluarkan kantong uang dari balik bajunya dan menyerahkannya kepada Surya. "Ini, Kak.""Terima kasih. Kalian makan saja dulu sebelum pergi," ucap Surya."Siap! Nanti teman kita akan bawa daging dan arak ke sini

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 546

    Endah masih terus menangis. Surya tidak tahu harus bagaimana menenangkannya. Meskipun sosoknya besar dan kekar, dia justru tampak kewalahan saat berdiri di samping Endah.Akhirnya, Andini yang menenangkan Endah untuk beberapa saat. Suasana hati Endah pun membaik. Melihat waktu sudah tidak pagi lagi dan dia masih harus turun ke ladang, Endah pun tidak berlama-lama di situ.Setelah mengantar Endah pergi, Surya menuju ke sisi barat halaman dan mulai sibuk bekerja. Dia berencana membangun atap untuk berteduh. Soalnya kalau hujan turun, dia tidak punya tempat untuk tidur.Melihat Surya sesibuk seperti itu, Andini akhirnya tak tahan untuk bertanya, "Kak Arjuna, kamu benar-benar percaya kalau Anom ambil uang itu buat bayar utang?"Uang itu bukan hasil kerja Andini, jadi dia merasa tidak berhak ikut campur. Namun, dia juga tidak tega melihat penyelamatnya ditipu.Tangan Surya tak berhenti bekerja, suaranya terdengar dalam dan tenang. "Dia pergi judi."Mendengar itu, Andini terkejut. "Kalau beg

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status