Hai readersku yang setia! Di mana pun kalian berada aku doakan semoga sehat dan bahagia. Kisah Sam dan Jeslyn hanya pelengkap saja sebelum Antonio dan Rivera bersatu. Cuman sekarang aku lagi mikir gimana membuat kisah mereka menjadi sangat romantis. Hehe.. Maklum, dikehidupan nyata aku ini orangnya kaku, jadi rada-rada syusah mendeskripsikannya.
Salah Persepsi Patricia tidak mengindahkan ucapan Dimitri tentang menyiapkan seorang asisten rumah tangga, bukan tanpa alasan. Ia hanya ingin pria itu mengkhawatirkannya dan pulang ke rumah.Apa sebenarnya alasan Patricia. Dia selalu ingin menang sendiri dan tidak memikirkan keadaan Dimitri yang harus bekerja setiap hari dengan jarak yang cukup jauh.Kali ini Dimitri membawakan wanita paruh baya ke apartemen, tapi justru menimbulkan pertengkaran di antara mereka."Sebenarnya apa maumu, Patricia?" Dimitri menyugar rambutnya kebelakang, "jangan semaumu sendiri, pikirkan bayi kita. Kondisimu lemah dan butuh orang lain untuk membantumu di sini." Dimitri melempar tatapan kesal.Mimpi apa dia bisa memiliki istri sekeras kepala Patricia. Hanya untuk hal kecil seperti saat ini saja dia tidak bisa menuruti kemauan Dimitri.Wanita paruh baya itu menjadi tidak enak karena menjadi bahan perdebatan, ia pun memberanikan diri, "Tuan, ma-af saya akan pergi, tidak jadi juga tidak apa-apa," uc
Jaga Batasanmu, Nona! Rivera masih saja memikirkan tentang pembicaraan nenek dari Dokter Sam tadi. Wanita itu ternyata bukan ingin melabraknya, namun justru sebaliknya sampai-sampai oa tidak menyadari Dokter Sam sudah berdiri di dekatnya. Rivera menoleh dan terlonjak sambil memegangi dadanya."Bagaimana pertemuanmu dengan nenekku?" Dokter Sam terlihat semringah. Dia lah yang meminta neneknya datang ke rumah sakit bukan ibunya."Oh, baik." Rivera menjawab singkat. "Apa yang kalian bicarakan?" "Dokter pasti sudah tahu," tebak Rivera. Dokter Sam memegang tengkuknya yang tidak gatal.Melihat ekspresi Rivera yang biasa saja cukup melenyapkan senyumnya."Dokter, Tuan Antonio datang melakukan chek-up!" Seorang suster menghampiri mereka."Ya, saya akan segera ke sana," kata Dokter Sam. Ia meninggalkan Rivera sendiri.Antonio sudah menunggu diruangannya, pria itu sudah tampak lebih sehat, luka lecetnya juga sudah sembuh. "Semua baik, tidak ada yang perlu ditakutkan."Antonio duduk
Kepanikan Rivera Sampai keesokan harinya Rivera, masih dilanda curiga oleh tetangga baru itu. Sebelum berangkat ke rumah sakit ia terus mengingatkan Bibi Minnie agar berhati-hati terhadap pria itu."Iya. Bibi pasti akan menjaga Alyona, pergilah!" Bibi Minnie mengambil alih Alyona dari gendongan ibunya. Rivera yang belum puas pun kembali mencium pipi Alyona hingga bayi itu mengeluarkan suara dan tangannya menyentuh pipinya. "Kau tidak mau dicium ibu?" Rivera memasang tampang marah. Alyona kembali berkicau seolah sedang menjawab pertanyaan ibunya. Mereka berdua tertawa melihat kelucuan Alyona. "Bay sayang!" Rivera melambaikan tangannya. Bi Minnie membalasnya dengan lambaian dari Alyona.Mobil Rivera sudah menghilang, tinggallah mereka berdua di rumah. Bi Minnie menatap rumah di depan sebentar lalu mengunci pagar."Hei, Minnie, kenapa mengunci pagarmu?" Suara tetangga yang sebayanya datang."Oh, hehe." Bi Minnie menjadi sedikit tidak enak."Komplek ini aman, Kau tidak perlu
Pria Misterius Antonio izin pulang karena malam sudah semakin larut, Alyona dan Bi Minnie pun sudah tidur lebih dulu."Aku pulang," kata Antonio pamit."Sudah jam sepuluh, mungkin tidak ada taksi yang bersedia datang ke sini." Rivera menatap jam di dinding.Antonio hanya menggedikkan bahunya."Kau bawa saja mobilku," usul Rivera."Kau juga membutuhkannya bukan? aku akan mencari jalanku sendiri." Antonio menolak. Sampai sekarang dia tidak mengatakan bahwa dirinyalah tetangga baru mereka.Antonio tertawa mengingat tadi Rivera, menceritakan tentang tetangga misterius itu."Kenapa Kau tertawa?" Rivera mengeryit."Ah, tidak aku hanya teringat dengan putri kita. Sekarang dia bertambah lucu," katanya beralasan, padahal dalam hatinya menertawakan Rivera yang mencurigai tetangganya."Pergilah, malam semakin larut." Rivera mengingatkan Antonio yang belum beranjak pergi. Baru akan melangkah suara dering ponsel Rivera terdengar. Rivera segera mengambilnya di atas meja.Nomor baru? Rivera
Maafkan Aku, Rivera! Baru saja Antonio akan merebahkan tubuhnya di samping sang putri, suara dering panggilan membuatnya kembali bangkit. Ia meraih benda pipih itu lalu menempelkannya di telinga."Ya Ayah?" sapanya. Ayahnyalah yang sedang menelponnya."Antonio, apa maksudmu menunda kepulangan? Kau tidak tahu bagaimana sekretarismu kewalahan mengurus perusahaanmu."Antonio menjauhkan sedikit ponselnya dari telinga."Kalau mau berlibur cari pengganti Win yang bisa Kau percaya." Tommy terdengar kesal di sana."Bukankah Ayah masih di sana?" Antonio malah menjawab dengan santai."Kau pikir aku pengangguran yang bisa Kau suruh mengurus perusahaanmu? Aku juga punya perusahaan yang harus ku urus.""Ayah, sebentar lagi saja. Aku sedang tidak ingin berada di sana." Bukannya merasa bersalah justru Antonio meminta waktu sedikit lagi."Antonio jangan macam-macam! Jangan melakukan hal buruk atau mengganggu rumah tangga mantan istrimu." Selain perusahaan inilah yang Tommy khawatirkan, men
Kenekatan Dokter Sam. "Maaf, Bi! Katakan pada Antonio aku sudah ada janji makan malam bersama keluarga pemilik rumah sakit. Aku tidak mungkin membatalkannya, sedangkan aku bekerja di rumah sakit itu." Rivera menyampaikan penolakannya. Rasanya tidak etis membatalkan janji dengan Nyonya Lucy karena Antonio. "Apa tidak sebaiknya Nyonya saja yang mengatakannya?" Bi Minnie tidak tega menyampaikan pada Antonio karena ini adalah idenya dan Berta. "Aku tidak sempat, sekarang aku harus pergi. Aku titip Alyona lagi, Bi!" kata Rivera yang sudah selesai merias wajahnya.Ia tampak lebih muda dan fress seperti masih remaja. Rivera menyampirkan blezer ke bahunya untuk menutupi bahu yang terbuka karena ia memakai gaun dengan atasan terbuka."Hati-hati Nyoya!" Bi Minnie mengiringi kepergian Rivera. Setelah mobil menghilang ia pun beranjak ke rumah Antonio. Melihat pria itu yang sudah rapi, Bi Minnie menjadi kasihan dan tidak tega menyampaikan bahwa Rivera telah pergi."Aku sudah melihat mob
Menjebloskan Rivera Dalam Penjara Seperti biasa Rivera berangkat ke rumah sakit setelah bermain sebentar dengan putrinya. Sebelum pergi ia menoleh ke arah Rumah Antonio.Sampai di rumah sakit ia segera masuk ke ruangannya untuk melihat daftar pasien yang harus ia periksa hari ini."Dokter, tolong gantikan Dokter Sam hari ini! Ada beberapa pasiennya yang harus di periksa sedangkan beliau tidak masuk hari ini." Suster yang biasa menemani Dokter Sam datang.Rivera yang memang baru saja selesai itu pun menjawab, "baiklah, ayo!" katanya. Rivera sudah menduga hal ini kalau dokter itu tidak akan masuk hari ini karena lebam di wajahnya pasti sangat kentara.Suster tersebut membawanya ke ruangan para pasien, memeriksa satu persatu. Setelahnya Rivera kembali ke ruangannya untuk beristirahat sejenak.Baru saja akan mendudukkan dirinya, sebuah ketukan terdengar dari luar."Masuk!" ucapnya dari dalam."Dokter, ada yang ingin bertemu dengan anda," lapor salah satu suster di rumah sakit i
Menikahlah Denganku! "Antonio Bardi!" Antonio menyebutkan namanya saat polisi bertanya."Ini adalah Nyonya Kimberly, ibu dari korban yang melaporkan penganiayaan ini." Polisi memperkenalkan Nyonya Kimberly.Ia berusaha terlihat tenang, meskipun sebenarnya hatinya merasa tidak akan baik-baik saja. Belum lagi tatapan tidak ramah Antonio."Saya yang menganiaya putra anda, saat ia akan melecehkan Dokter Rivera." Antonio mengakui perbuatannya di depan polisi dan Nyonya Kimberly."Bagaimana mungkin anda mengatakan pelecehan sedangkan mereka calon suami istri?" Polisi angkat bicara, menyampaikan seperti laporan Nyonya Kimberly."Siapa yang mengatakan mereka calon suami istri?" tanya Antonio sengit.Polisi itu langsung melirik Nyonya Kimberly yang mendadak jadi bingung. Dia belum tahu siapa Antonio, sedangkan dia hanya mengarang cerita agar Rivera segera ditangkap."Wah, kenapa diam? Pasti karena anda telah mengarang cerita? Saya tahu pasti siapa Rivera dan putra anda. Bagaimana kalau s
Ending Malam itu Lucia tertidur di sofa sedangkan Sean masih terjaga di dekat box kedua bayinya. Sean menoleh pada istrinya yang tampak kedinginan, ia pun berdiri dan menutupkan jasnya di tubuh Lucia.Malam itu Sean tidak tidur, ia fokus menjaga keduanya, mengabaikan rasa lelah yang mendera tubuhnya juga membiarkan Lucia terlelap, karena besok Sean harus ke perusahaan. Setidaknya istrinya istirahat dengan cukup. "Selamat pagi Tuan!" Seorang suster datang memeriksa keadaan si kembar."Pagi!" balas Sean.Suster tersebut menyentuh kulit Vin dan Van, "Sudah tidak demam, sebentar lagi dokter akan datang memeriksa." Suster tersebut keluar lagi.Sean melihat istrinya yang masih tertidur, dia melihat jam yang sudah menunjuk pukul tujuh. Sean akan tinggal sampai Lucia bangun, setidaknya di rapat kemarin dia sudah memperingatkan para staff untuk melapor padanya atas kebijakan Rain yang mungkin akan berpotensi merugikan perusahaan.Sean menunggu hingga satu jam kemudian Lucia bangun. Se
Vin Dan Van Demam Bibir Rain menyeringai saat menuruni anak tangga, ia sempat mendengar pembicaraan Sean dan Lucia. Entah apa maksudnya, keributan pasangan suami istri itu seolah menjadi hiburan baginya. Ke esokan paginya, Lucia masih mendiamkan Sean, ia hanya fokus kepada bayi kembarnya. Sean memaklumi hal itu, dia yang salah karena belakangan ini sering pulang terlambat. Wajar saja Lucia pasti lelah menjaga dua bayinya meski Vin dan Van bukan termasuk bayi yang rewel. Sean tetap membantu Lucia mengurus Vin dan Van sebelum berangkat ke perusahaan . Dia sengaja datang sedikit siang hari ini. "Aku pergi!" pamitnya pada Lucia yang hanya di balas dengan deheman, "aku janji akan pulang lebih awal," katanya seraya tersenyum, namun lagi-lagi Lucia hanya diam. Sean melangkah meninggalkan kamar dan ketiga makhluk pengisi hatinya. Di perusahaan baru saja di adakan rapat yang di pimpin oleh Rain. Padahal rapat itu di rencanakan oleh Sean kemarin, namun Rain mengganti jadwalnya atas
Ada Apa Dengan Rain? "Sana, pergi dari sini! Dasar mesum!" Alyona mengusir Dario yang sudah lancang memeluknya tadi."Nona, aku bisa jelaskan," kata Dario seraya mundur kebelakang, karena Alyona mengusirnya dengan sapu, "Aku sempat mengira anda laki-laki," ucap Dario mengklarifikasi."Alyona, tidak perlu pakai sapu, dia pasti pergi," kata Rivera pada putrinya. Alyona sangat kasar terhadap orang yang ia benci."Mom, pria mesum seperti ini memang pantas di kasari." Gadis itu tidak paduli, ia terus mengacungkan sapu ke arah Dario yang sudah keluar dari pintu utama. Dia sudah seperti tersangka."Sana, tidak ada yang sudi mempekerjakan orang mesum sepertimu!" ucap Alyona seraya memelototi Dario. Dia masih berpikir kalau pria yang berasal dari Milan Itu adalah pekerja di rumah kakek besar. "Siapa yang mesum?" Sean yang baru saja turun sempat mendengar ucapan adik sepupunya itu. Ia mengeryitkan dahi saat melihat Alyona menghardik temannya dengan gagang sapu. "Kakak, kebetulan sekal
Sudah Pelayan Mesum Lagi Berita duka baru saja datang dari Dellwood. Kakek Zoku dinyatakan meninggal dunia pagi ini. Pria yang paling banyak berjasa untuk keluarga mereka yang selalu memastikan keluarganya hidup dengan baik dan layak.Masing-masing keluarga sudah di hubungi oleh Ben sang asisten. Termasuk Han yang masih ada di Kota Milan. Kesedihan merayapi hati setiap jiwa yang terikat dengannya. Mendengar hal itu, Sean langsung mendatangi dokter untuk menanyakan perihal putranya yang akan melakukan perjalanan udara.Pesawat pribadi menjadi pilihan mereka, sore nanti mereka akan terbang dari Milan menuju Minnesota, di lanjut dengan perjalanan darat kurang lebih dua jam lagi.Keluarga Zoku di liputi duka mendalam akibat kepergian sesepuh mereka, Zoku.Banyak para pelayat yang datang, terutama dikalangan pengusaha bahkan ada yang dari luar negeri.Mereka bergantian memberikan salam penghormatan, mencium untuk yang terakhir kalinya. Sampai saatnya Kakek Zoku di antar ke per
Nasib Pernikahan Luisa Ludwig di vonis penjara selama dua puluh tahun atas percobaan pembunuhan juga kasus penculikan Lucia dulu.Dia memohon untuk di ampuni dan di keluarkan dari dalam penjara."Valdez, aku mohon keluarkan aku dari sini!" pintanya saat sidang kasusnya baru saja selesai.Valdez hari itu hadir bersama pengacaranya. "Kau tidak malu memintaku untuk mengeluarkanmu, ingat kesalahanmu Lud, hampir dua puluh tahun Kau pisahkan aku dari putriku. Sedangkan aku memperlakukanmu layaknya keluarga, di mana hati nuranimu?" Masih ada emosi di hati Valdez terhadap orang yang pernah sangat dipercayainya itu.Kini dengan mudahnya Ludwig meminta untuk di keluarkan dari penjara. "Val, aku punya alasan untuk itu," sela Ludwig seraya memikirkan alaaannya. "Karena Kau mencintai istriku sampai saat ini bukan?" potong Valdez hingga membuat Ludwig membulatkan matanya.Dia terhenyak mendengar jawaban Valdez, jadi dia tahu tentang perasaannya, "Kau salah, Val," sangkalnya, "It-itu tid
Luisa Lari! Balon-balon yang di dominasi warna biru tampak menempel di beberapa tempat, termasuk tangga hingga ke ujung, juga di dekat sofa dan di beberapa dinding, di tambah sedikit bunga hingga menambah keindahan ruangan tersebut. Di tengah ruangan itu terdapat karpet yang terhubung ke ayunan si kembar, juga beberapa foto mungil mereka tak lupa di tempelkan di sisi ayunan.Lucia akan di sulap secantik mungkin. Sebagai orang yang sangat berpengalaman, Luisa yang akan mendandani kembarannya itu agar terlihat semakin cantik saat menyambut dua keponakannya.Meski masih ada rasa canggung, keduanya tampak cocok. Mereka berdua sama-sama memiliki hati yang baik. Meski hidup bergelimang harta tak membuat Luisa sombong. Ia bahkan berencana membagi warisannya untuk Lucia nantinya."Lucia, aku tidak bisa mengungkapkan rasa bahagia ini karena menemukanmu," kata Luisa setelah selesai merias wajah kembarannya tersebut.Lucia mengulas senyum menanggapinya. "Maaf untuk hidupmu selama
Kau Memang Putriku, Lucia! Lerina menyampaikan kedatangan Luisa dan telpon dari Tuan Valdez tadi. Bohong kalau Lucia tidak merasa bersalah, namun ketakutan terhadap Ludwig juga tak bisa dipungkirinya."Mom aku takut," keluhnya. Meski sesungguhnya ia tidak tega mendengar hal yang terjadi pada Nyonya Valdez. Luisa baru saja menghubungi Lerina terkait ibunya yang menggores pergelangan tangannya dengan pisau.Rasa kemanusiaan Lerina yang begitu kuat menggerakkan hatinya agar membujuk menantunya menjenguk wanita yang mengaku sebagai besannya tersebut."Lucia, mommy tahu seperti apa hatimu," kata Lerina menatap Lucia dengan lembut."Bagaimana kalau Tuan Ludwig ada di sana?" Membicarakannya saja Lucia sudah takut."Kami akan menemanimu, Kau bisa putuskan agar mommy menghubungi daddy dan suamimu," usul Lerina. Dia paham ketakutan Lucia dan mereka juga akan berusaha agar selalu ada di sampingnya.Han dan Sean ternyata bertemu dengan Alberto. Pria itu memohon maaf pada Han dan Sean. Di
Menjenguk Neve Selain bersama suaminya, Nyonya Valdez ternyata berulang kali mencoba datang untuk menemui Lucia, namun berakhir di tolak hingga membuatnya jatuh sakit.Ia di rawat di rumah sakit dalam keadaan lemah, tiada hari tanpa memikirkan Lucia.Tuan Carlos yang sudah sempat pulang ke Spanyol kini datang lagi menjenguk sang adik.Ia berjanji akan menemui keluarga Han untuk meminta agar Lucia melakukan tes dna. Sedangkan Valdez sibuk mengurusi Ludwig yang ada di penjara.Mereka masih mempercayai pria itu dan menganggap Lucia hanya sedang mengalami baby blues pasca melahirkan sehingga sembarangan menuduh Ludwig yang ingin membunuhnya. Pria itu dinyatakan bebas sebab kurangnya bukti, cctv di ruangan Lucia saat itu lagi-lagi dalam keadaan mati.Ludwig merasa senang, tanpa mereka tahu dia sudah menyusun rencana baru untuk menyingkirkan Lucia.Sesuai janjinya Tuan Carlos datang bertamu ke rumah yang ditinggali oleh leluarga Han saat ini.Dia di sambut baik dan di persilahkan m
Penolakan Lucia Han dan Lerina tiba lebih dulu di rumah sakit, Sean menceritakan apa yang ia lihat tadi. Tentu saja hal itu membuat mereka geram, kini hanya tinggal menunggu kedatangan Keluarga Valdez untuk menyelesaikan masalah yang tidak sederhana ini. Terlihat dua polisi yang dipanggil Sean berdiri di sebelah kiri dan kanan Ludwig. Dalam hati pria itu merutuki kebodohannya yang meninggalkan Lucia di laut tanpa memastikan kematiannya.Beberapa saat kemudian pasangan Valdez pun datang, mereka terkejut melihat keadaan Ludwig yang babak belur, tapi sekaligus senang karena Lucia telah di temukan.Nyonya Valdez mendekat ke ranjang Lucia, namun segera di cegah oleh Sean."Nyonya, sebaiknya anda tidak mendekati istri saya!" kata Sean tanpa ragu.Nyonya Valdez cukup heran, kenapa dia di larang menghampiri Lucia. Kemudian datanglah Tuan Carlos bersama asistennya."Apa yang terjadi, kenapa Ludwig di awasi polisi?" Tuan Carlos cukup heran melihat banyak orang di ruangan wanita yang d