Maafkan Aku, Rivera! Baru saja Antonio akan merebahkan tubuhnya di samping sang putri, suara dering panggilan membuatnya kembali bangkit. Ia meraih benda pipih itu lalu menempelkannya di telinga."Ya Ayah?" sapanya. Ayahnyalah yang sedang menelponnya."Antonio, apa maksudmu menunda kepulangan? Kau tidak tahu bagaimana sekretarismu kewalahan mengurus perusahaanmu."Antonio menjauhkan sedikit ponselnya dari telinga."Kalau mau berlibur cari pengganti Win yang bisa Kau percaya." Tommy terdengar kesal di sana."Bukankah Ayah masih di sana?" Antonio malah menjawab dengan santai."Kau pikir aku pengangguran yang bisa Kau suruh mengurus perusahaanmu? Aku juga punya perusahaan yang harus ku urus.""Ayah, sebentar lagi saja. Aku sedang tidak ingin berada di sana." Bukannya merasa bersalah justru Antonio meminta waktu sedikit lagi."Antonio jangan macam-macam! Jangan melakukan hal buruk atau mengganggu rumah tangga mantan istrimu." Selain perusahaan inilah yang Tommy khawatirkan, men
Kenekatan Dokter Sam. "Maaf, Bi! Katakan pada Antonio aku sudah ada janji makan malam bersama keluarga pemilik rumah sakit. Aku tidak mungkin membatalkannya, sedangkan aku bekerja di rumah sakit itu." Rivera menyampaikan penolakannya. Rasanya tidak etis membatalkan janji dengan Nyonya Lucy karena Antonio. "Apa tidak sebaiknya Nyonya saja yang mengatakannya?" Bi Minnie tidak tega menyampaikan pada Antonio karena ini adalah idenya dan Berta. "Aku tidak sempat, sekarang aku harus pergi. Aku titip Alyona lagi, Bi!" kata Rivera yang sudah selesai merias wajahnya.Ia tampak lebih muda dan fress seperti masih remaja. Rivera menyampirkan blezer ke bahunya untuk menutupi bahu yang terbuka karena ia memakai gaun dengan atasan terbuka."Hati-hati Nyoya!" Bi Minnie mengiringi kepergian Rivera. Setelah mobil menghilang ia pun beranjak ke rumah Antonio. Melihat pria itu yang sudah rapi, Bi Minnie menjadi kasihan dan tidak tega menyampaikan bahwa Rivera telah pergi."Aku sudah melihat mob
Menjebloskan Rivera Dalam Penjara Seperti biasa Rivera berangkat ke rumah sakit setelah bermain sebentar dengan putrinya. Sebelum pergi ia menoleh ke arah Rumah Antonio.Sampai di rumah sakit ia segera masuk ke ruangannya untuk melihat daftar pasien yang harus ia periksa hari ini."Dokter, tolong gantikan Dokter Sam hari ini! Ada beberapa pasiennya yang harus di periksa sedangkan beliau tidak masuk hari ini." Suster yang biasa menemani Dokter Sam datang.Rivera yang memang baru saja selesai itu pun menjawab, "baiklah, ayo!" katanya. Rivera sudah menduga hal ini kalau dokter itu tidak akan masuk hari ini karena lebam di wajahnya pasti sangat kentara.Suster tersebut membawanya ke ruangan para pasien, memeriksa satu persatu. Setelahnya Rivera kembali ke ruangannya untuk beristirahat sejenak.Baru saja akan mendudukkan dirinya, sebuah ketukan terdengar dari luar."Masuk!" ucapnya dari dalam."Dokter, ada yang ingin bertemu dengan anda," lapor salah satu suster di rumah sakit i
Menikahlah Denganku! "Antonio Bardi!" Antonio menyebutkan namanya saat polisi bertanya."Ini adalah Nyonya Kimberly, ibu dari korban yang melaporkan penganiayaan ini." Polisi memperkenalkan Nyonya Kimberly.Ia berusaha terlihat tenang, meskipun sebenarnya hatinya merasa tidak akan baik-baik saja. Belum lagi tatapan tidak ramah Antonio."Saya yang menganiaya putra anda, saat ia akan melecehkan Dokter Rivera." Antonio mengakui perbuatannya di depan polisi dan Nyonya Kimberly."Bagaimana mungkin anda mengatakan pelecehan sedangkan mereka calon suami istri?" Polisi angkat bicara, menyampaikan seperti laporan Nyonya Kimberly."Siapa yang mengatakan mereka calon suami istri?" tanya Antonio sengit.Polisi itu langsung melirik Nyonya Kimberly yang mendadak jadi bingung. Dia belum tahu siapa Antonio, sedangkan dia hanya mengarang cerita agar Rivera segera ditangkap."Wah, kenapa diam? Pasti karena anda telah mengarang cerita? Saya tahu pasti siapa Rivera dan putra anda. Bagaimana kalau s
Kembali Kecewa Rivera terdiam cukup lama sampai rasanya Antonio ingin bangkit berdiri, namun sebisa mungkin ia hempas fikiran untuk menyerah, mungkin tidak dengan hari ini, tapi dia, tetap akan berusaha demi putrinya tercinta."Aku bersedia!"Sampai dua kata itu terucap ribuan bunga seolah bermekaran di taman hati Antonio. Matanya terpaku menatap kesungguhan dari ucapan Rivera.Wanita itu mengangguk meyakinkan bahwa ia benar-benar setuju dan menerima lamaran mantan suaminya itu.Antonio pun berdiri di ikuti oleh Rivera, mereka berdua semakin merapatkan tubuh mengikis jarak tubuh, sampai Antonio sedikit merunduk untuk dapat mencecap bibir manis Rivera.Pagutan lembut penuh dengan kehangatan serta cinta, tak kuasa bila Rivera tak membalasnya, mereka seolah berada di antara taman surga yang indah.Bi Minnie ternyata melakukan panggilan video kepada Dimitri. Pria itu menangis saat menyaksikan hal iru, tetapi kali ini dia tidak akan egois lagi. Rivera berhak untuk bahagia bersama
Ini Seperti Mimpi Diam-diam Rivera mengintip dari jendela. Sungguh dekorasi sederhana, namun elegan sesuai keinginannya. Ah, tetapi ini jauh lebih sakit dari pada gagal dengan Dimitri. Saat itu ia tidak melihat apapun berbeda dengan saat ini semua terpampang nyata di depan mata.Setiap kali melihat itu Bi Minnie hanya bisa diam dan turut merasakan perasaan Rivera. Untuk berbicara mem berikan semangatpun rasanya ia takut.Hanya doa tulus yang ia panjatkan, berharap ada keajaiban kepada Rivera.Malam ini malam yang seharusnya mendebarkan bagi calon pengantin, terasa menyiksa bagi Rivera. Hanya Alyona saja yang mampu menghadirkan senyum meski samar di bibirnya."Bibi, aku akan menjual rumah ini. Kita akan pindah ke kota lain," ucapnya. Kini mereka duduk di sofa, ada Berta juga yang sedang bertamu.Bukan tanpa alasan, mereka hanya takut bila Rivera nekat ingin mengakhiru hidupnya."Kalau kalian pindah, ak
Kado Spesial Dari Keluarga Zoku Suasana kembali khidmat saat mereka mengenang Nyonya Berliana. Rivera menjadi sedih karena tidak ikut menyaksikan saat nenek dari suaminya itu disemayamkan di peristirahatan terakhir.Antonio berjanji akan membawanya ziarah saat mereka Ke Minnesota."Aku ingin mengumumkan sesuatu untuk kalian," kata Kakek Zoku yang sudah berdiri di antara mereka.Semua menjadi diam dan fokus menghadap ke arah kakek."Sebagai hadiah untuk Antonio dan Rivera, keluarga Zoku akan memberikan lahan serta mendirikan rumah sakit untuk Rivera." "Kakek, itu terlalu berlebihan, aku tidak pantas menerimanya." Rivera merasa dirinya tidak layak."Siapa bilang menantuku tidak pantas? Di keluarga ini hanya Kau yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan. Terimalah, Nak!" Tommy ikut menimpali."Iya, terima, terima!" Anggota keluarga lain sangat mendukung keputusan kakek. Rivera tak kuasa menolak, air mata haru mengiringi anggukannya pertanda telah setuju.Antonio mengecup kening
Baby Queen Sudah seminggu pasca operasi Selena, namun wanita itu masih belum membuka matanya. Sedangkan putrinya sudah dibawa pulang.Sesuai kesepakatan mereka waktu itu anak itu akan dititipkan ke panti asuhan, tetapi Lerina berubah pikiran, dia menyukai bayi yang tidak jelas siapa ayahnya tersebut.Alhasil bayi itu masih berada di rumah mereka, belum lagi ke antusiasan Sean dan Rain yang begitu bahagia dengan kehadirannya.Han pun tidak melarang, mengingat sang istri yang tidak bisa lagi mengandung, namun satu hal yang ia takutkan akan terjadi, yaitu Barbara dan Robin yang bisa saja memanfaatkan bayi itu suatu saat nanti.Mereka pun sepakat memanggil Ursula kembali untuk mengasuh bayi yang belum diberi nama itu."Nyonya, ponsel anda berdering," ucapnya yang baru saja datang dari kamar bayi.Lerina yang sedang memangku bayi dari Selena tersebutpun mengambil benda pipih itu.Tertera nama dokter di sana. Mungkin kabar bahwa Selena telah bangun. Pikirnya."Halo, Dok!" sapa Ler