Kakek Zoku Dan TommyBug bugh bughPhilip yang sejak tadi diam sudah tidak bisa lagi menahan diri untuk tidak menghajar Tommy.nilainya tidak menghormati ayahnya. "Ayah, hentikan!""Tuan!"Han dan Ben menahan tubuhnya, Tommy yang tidak siap pun tak sempat melawan, kini dia hanya bisa memegangi perutnya yang terasa perih."Philip, apa yang kau lakukan?" Kakek Zoku sangat sedih hari ini di tambah kelakuan Philip yang telah menghajar Tommy. Nyonya Berliana mendekat ingin membantu Tommy, namun ia menghalaunya dengan tangannya pertanda tak ingin di dekati. Alhasil wanita yang bergelar sebagai ibunya itu hanya bisa menangis. Lerina datang memeluknya dari belakang.Tommy menegakkan kembali tubuhnya. Tidak ada lagi yang bersuara, sedangkan Philip masih di pegang oleh Ben dan Han.Suasana masih terasa tegang, belum lagi Philip yang masih memancarkan kemarahan. Sedangkan kakek Zoku merasa dirinya tak berdaya, inilah akibat dari kesalahan di masa lalu. Harapannya akan keluarga yang damai dan sa
Kedatangan AntonioKeheningan malam itu menyelimuti balkon kamar yang di tempati oleh Tommy. Malam ini mereka semua berkumpul di rumah besar Kakek Zoku. Untuk merayakan kembalinya ia dan ibunya. Tommy terlalu lama menatap ke atas langit, dimana banyak bintang yang sedang berpendar menyempurnakan malam yang kian pekat.Beberapa langkah terdengar dari dalam, langkah lamban, namun pasti, Tommy tahu itu bukan ibunya. Ia berbalik dan matanya bertemu dengan manik Philip. Philip sengaja datang dan ingin berbicara dengan adik beda ibunya itu.Keduanya telah berdiri sejajar di tepi pagar pembatas, "Udaranya begitu dingin," ucap Philip memulai."Tidak mengapa, aku suka suasananya, di singapura aku terbiasa kepanasan," ujar Tommy tanpa menoleh ke samping.Hening kembali, keduanya sibuk menikmati kemerlap bintang dan menyelami pikiran masing-masing."Maafkan aku, karena sudah memukulmu waktu itu!" Kalimat itu meluncur dari bibir Philip setelah hembusan napasnya yang terdengar berat. "Aku menge
Rasa Yang Tak Lagi SamaUntuk beberapa saat mereka diam, Han tidak memberikan tanggapan apa pun hingga membuat Lerina berpikir suaminya akan menolak untuk pulang.Lerina meletakkan pakaian agak kasar di atas tempat tidur, lalu duduk di atas ranjang dengan pikiran yang tidak menentu.Han mendekatinya berdiri tepat di hadapannya "Kita harus pamit pada kakek," kata Han pelan. Lerina mendongak ke atas menatap wajah sang suami."Kau juga akan pulang?" Lerina ingin memastikan apa yang baru saja ia dengar. Han mengangguk tanpa ragu.Lerina melingkarkan tangannya di pinggang suami, "terimakasih, Sayang!" katanya senang.Mereka sudah selesai berkemas, begitu juga dengan Nanny dan Ursula. Anak-anak juga telah rapi."Ayo kita pamit kepada kakek!" ajak Lerina pada Sean.Anak itu tidak menolak, Lerina mengambil Rain dari gendongan pengasuhnya untuk ikut berpamitan. Mereka berempat berjalan ke taman belakang, dimana keluarga sedang berkumpul di atas gazebo.“Han, Lerina, sini! Kalian kenapa baru
Kedatangan AntonioSeminggu setelah mereka kembali ke rumah, Han dan Lerina sepakat untuk tidak membahas Antonio lagi. Hari ini mereka sudah kembali beraktivitas seperti biasa. Kembali kekantor sebagai pemimpin perusahaan masing-masing setelah drama hidup yang panjang. "Selamat pagi, Norin, Tania!" Lerina mengejutkan dua orang yang sedang membahas masalah pekerjaan di meja Norin.Keduanya sontak berdiri, "Selamat pagi! Selamat datang, Nyonya!" balas keduanya kompak."Tania, bacakan jadwalku hari ini!" perintah Lerina yang segera berlalu menuju ruangannya. "Baik, Nyonya!" Tania mengangguk.Lerina masuk ke dalam ruangan yang sudah lama tidak di pakainya. Permasalahan demi permasalahan membuat mereka sibuk dan sering meninggalkan pekerjaan belakangan ini. Lerina menyerahkan pada Norin dan Tania. Tania mengikutinya dari belakang sambil membawa notepad di tangannya, "Pagi ini kita kedatangan Presdir Bardi untuk menyerahkan keuntungan proyek yang telah rampung." Tania membacakan jadwa
Romantisme Lerina Dan HanAaa... Han mengeluarkan sendawanya karena kenyang, Lerina menatapnya tersenyimlalu mereka tertawa bersama, seolah itu hal yang lucu.Han sangat bersemangat hingga menghabiskan banyak daging, mereka juga memesan bir sebagai teman minumnya.Tapi, bukan Han namanya kalau membiarkan istrinya meminum bir itu. "Eittt, kamu tidak boleh meminumnya." Han menarik gelas dari tangan Lerina."Oh, Han, ayolah! Sedikit saja." Lerina memelas.Han menggerakkan telunjuknya pertanda tidak mengizinkan Lerina meminumnya, "Kau masih menyusui," katanya. Han tidak akan mengambil resiko dengan mengizinkan istrinya ikut meminum bir."Itu tidak berpengaruh. Ayolah, sedikit saja!" Lerina memelas sangat ingin merasakan minuman itu."Tetap tidak boleh, Sayang," tekan Han.Lerina mencebik kesal."Dasar pelit!" rutuknya. Han tidak peduli, dia malah tertawa dan kembali menikmati hidangan daging panggang di hadapannya. Diam-diam Lerina memperhatikannya dengan senyuman, dia begitu lahap me
Jangan Pura-Pura Tidak Tahu Jinli baru saja kembali dari apotik, Han menyuruhnya membeli obat yang di resepkan oleh Dokter Ferihana tadi. Lerina segera memberikannya pada Rain.Setelah beberapa saat bayi itu akhirnya tertidur kembali. Ia bernapas lega, baru saja sehari bekerja kini ia harus kembali berada di rumah menjaga bayinya."Sayang, dia itu ...," ucap Han menggantung."Kekasihmu saat di sekolah?" Lerina memotong ucapan Han.Setelah kepulangan Dokter Ferihana, Lerina enggan menatap Han, dia teramat kesal dengan suaminya itu."Tidak, kami, kami hanya berteman," sangkal Han, namun karena ia terlihat gugup. Lerina jadi curiga. "Berteman, tapi menyimpan perasaan?" tandas Lerina. "Apa maksudmu? Aku tidak pernah menyukai perempuan manapun selain dirimu, Sayang." Han menghampiri Lerina yang tetap fokus memisah-misahkan baju Rain di tempatnya. "Kenapa Kau tidak menjawab pertanyaannya tadi?" sengit Lerina yang terlihat masih kesal."Bukankah Kau sudah menjawabnya?" Han balik bertany
Lepaskan Daddyku! Dokter Ferihana bertanya pada pelayan di rumah itu, kemana Han pergi. Pelayan itu menunjuk ke arah taman."Han!"Han cukup terkejut mendengar namanya di sebut. Ia menoleh sekilas. "Setelah sekian lama, akhirnya kita bertemu lagi," ucapnya setelah berdiri tepat di samping Han.Han tidak menanggapi, tatapannya fokus ke depan dengan kedua tangan berada di dalam saku celana."Han, aku benar-benar bahagia saat ini," katanya lagi. Ia tidak menyerah untuk mengajak Han bicara."Dokter Ferihana, Bisa Kau tinggalkan aku?" Suara Han terdengar dingin. Ferihana merasa kalau Han tidak merindukannya, seketika ia menjadi sedih. Padahal mereka tidak pernah bertemu setelah Han pergi keluar negeri. "A-aku hanya ingin menanyakan sesuatu, Han." Ia enggan untuk beranjak.Han membalik tubuhnya dan menatap Ferihana dengan tajam, "Jangan membuat istriku salah paham," jelas Han agar Ferihana mengerti dan pergi dari sini. Ferihana tersenyum masam, " aku sudah meminta izin padanya," jawabny
Kenyataan Yang Di Sembunyikan Rivera Begitu sampai di rumah, Antonio langsung turun dan masuk ke dalam, tanpa menunggu Rivera yang sedikit kesulitan untuk turun.Jangankan membantu untuk turun, melirik Rivera pun ia tidak sudi. HufffttIa menahan napas setelah berhasil turun melangkah perlahan ke dalam, pelan-pelan menaiki anak tangga, sampai di kamar ia melihat Antonio sudah berbaring di atas tempat tidur. Rivera mengambil baju tidurnya dan mengganti baju yang terasa kurang nyaman di pakainya. Ia mencuci kaki dan menggosok gigi sebelum tidur.Rivera menyandarkan bobotnya di headboard ranjang karena belum mengantuk. Ia mengambil novel yang ada di nakas. Rivera kembali turun dan pindah ke sofa membaca novel yang belum selesai. Antonio berbalik gelisah, sedari tadi ia hanya memejamkan mata tanpa tidur. Ia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, ia memutuskan untuk bangkit, mengambil jaketnya lalu menyambar kunci mobil di atas nakas. Rivera menghentikan bacaannya,
Ending Malam itu Lucia tertidur di sofa sedangkan Sean masih terjaga di dekat box kedua bayinya. Sean menoleh pada istrinya yang tampak kedinginan, ia pun berdiri dan menutupkan jasnya di tubuh Lucia.Malam itu Sean tidak tidur, ia fokus menjaga keduanya, mengabaikan rasa lelah yang mendera tubuhnya juga membiarkan Lucia terlelap, karena besok Sean harus ke perusahaan. Setidaknya istrinya istirahat dengan cukup. "Selamat pagi Tuan!" Seorang suster datang memeriksa keadaan si kembar."Pagi!" balas Sean.Suster tersebut menyentuh kulit Vin dan Van, "Sudah tidak demam, sebentar lagi dokter akan datang memeriksa." Suster tersebut keluar lagi.Sean melihat istrinya yang masih tertidur, dia melihat jam yang sudah menunjuk pukul tujuh. Sean akan tinggal sampai Lucia bangun, setidaknya di rapat kemarin dia sudah memperingatkan para staff untuk melapor padanya atas kebijakan Rain yang mungkin akan berpotensi merugikan perusahaan.Sean menunggu hingga satu jam kemudian Lucia bangun. Se
Vin Dan Van Demam Bibir Rain menyeringai saat menuruni anak tangga, ia sempat mendengar pembicaraan Sean dan Lucia. Entah apa maksudnya, keributan pasangan suami istri itu seolah menjadi hiburan baginya. Ke esokan paginya, Lucia masih mendiamkan Sean, ia hanya fokus kepada bayi kembarnya. Sean memaklumi hal itu, dia yang salah karena belakangan ini sering pulang terlambat. Wajar saja Lucia pasti lelah menjaga dua bayinya meski Vin dan Van bukan termasuk bayi yang rewel. Sean tetap membantu Lucia mengurus Vin dan Van sebelum berangkat ke perusahaan . Dia sengaja datang sedikit siang hari ini. "Aku pergi!" pamitnya pada Lucia yang hanya di balas dengan deheman, "aku janji akan pulang lebih awal," katanya seraya tersenyum, namun lagi-lagi Lucia hanya diam. Sean melangkah meninggalkan kamar dan ketiga makhluk pengisi hatinya. Di perusahaan baru saja di adakan rapat yang di pimpin oleh Rain. Padahal rapat itu di rencanakan oleh Sean kemarin, namun Rain mengganti jadwalnya atas
Ada Apa Dengan Rain? "Sana, pergi dari sini! Dasar mesum!" Alyona mengusir Dario yang sudah lancang memeluknya tadi."Nona, aku bisa jelaskan," kata Dario seraya mundur kebelakang, karena Alyona mengusirnya dengan sapu, "Aku sempat mengira anda laki-laki," ucap Dario mengklarifikasi."Alyona, tidak perlu pakai sapu, dia pasti pergi," kata Rivera pada putrinya. Alyona sangat kasar terhadap orang yang ia benci."Mom, pria mesum seperti ini memang pantas di kasari." Gadis itu tidak paduli, ia terus mengacungkan sapu ke arah Dario yang sudah keluar dari pintu utama. Dia sudah seperti tersangka."Sana, tidak ada yang sudi mempekerjakan orang mesum sepertimu!" ucap Alyona seraya memelototi Dario. Dia masih berpikir kalau pria yang berasal dari Milan Itu adalah pekerja di rumah kakek besar. "Siapa yang mesum?" Sean yang baru saja turun sempat mendengar ucapan adik sepupunya itu. Ia mengeryitkan dahi saat melihat Alyona menghardik temannya dengan gagang sapu. "Kakak, kebetulan sekal
Sudah Pelayan Mesum Lagi Berita duka baru saja datang dari Dellwood. Kakek Zoku dinyatakan meninggal dunia pagi ini. Pria yang paling banyak berjasa untuk keluarga mereka yang selalu memastikan keluarganya hidup dengan baik dan layak.Masing-masing keluarga sudah di hubungi oleh Ben sang asisten. Termasuk Han yang masih ada di Kota Milan. Kesedihan merayapi hati setiap jiwa yang terikat dengannya. Mendengar hal itu, Sean langsung mendatangi dokter untuk menanyakan perihal putranya yang akan melakukan perjalanan udara.Pesawat pribadi menjadi pilihan mereka, sore nanti mereka akan terbang dari Milan menuju Minnesota, di lanjut dengan perjalanan darat kurang lebih dua jam lagi.Keluarga Zoku di liputi duka mendalam akibat kepergian sesepuh mereka, Zoku.Banyak para pelayat yang datang, terutama dikalangan pengusaha bahkan ada yang dari luar negeri.Mereka bergantian memberikan salam penghormatan, mencium untuk yang terakhir kalinya. Sampai saatnya Kakek Zoku di antar ke per
Nasib Pernikahan Luisa Ludwig di vonis penjara selama dua puluh tahun atas percobaan pembunuhan juga kasus penculikan Lucia dulu.Dia memohon untuk di ampuni dan di keluarkan dari dalam penjara."Valdez, aku mohon keluarkan aku dari sini!" pintanya saat sidang kasusnya baru saja selesai.Valdez hari itu hadir bersama pengacaranya. "Kau tidak malu memintaku untuk mengeluarkanmu, ingat kesalahanmu Lud, hampir dua puluh tahun Kau pisahkan aku dari putriku. Sedangkan aku memperlakukanmu layaknya keluarga, di mana hati nuranimu?" Masih ada emosi di hati Valdez terhadap orang yang pernah sangat dipercayainya itu.Kini dengan mudahnya Ludwig meminta untuk di keluarkan dari penjara. "Val, aku punya alasan untuk itu," sela Ludwig seraya memikirkan alaaannya. "Karena Kau mencintai istriku sampai saat ini bukan?" potong Valdez hingga membuat Ludwig membulatkan matanya.Dia terhenyak mendengar jawaban Valdez, jadi dia tahu tentang perasaannya, "Kau salah, Val," sangkalnya, "It-itu tid
Luisa Lari! Balon-balon yang di dominasi warna biru tampak menempel di beberapa tempat, termasuk tangga hingga ke ujung, juga di dekat sofa dan di beberapa dinding, di tambah sedikit bunga hingga menambah keindahan ruangan tersebut. Di tengah ruangan itu terdapat karpet yang terhubung ke ayunan si kembar, juga beberapa foto mungil mereka tak lupa di tempelkan di sisi ayunan.Lucia akan di sulap secantik mungkin. Sebagai orang yang sangat berpengalaman, Luisa yang akan mendandani kembarannya itu agar terlihat semakin cantik saat menyambut dua keponakannya.Meski masih ada rasa canggung, keduanya tampak cocok. Mereka berdua sama-sama memiliki hati yang baik. Meski hidup bergelimang harta tak membuat Luisa sombong. Ia bahkan berencana membagi warisannya untuk Lucia nantinya."Lucia, aku tidak bisa mengungkapkan rasa bahagia ini karena menemukanmu," kata Luisa setelah selesai merias wajah kembarannya tersebut.Lucia mengulas senyum menanggapinya. "Maaf untuk hidupmu selama
Kau Memang Putriku, Lucia! Lerina menyampaikan kedatangan Luisa dan telpon dari Tuan Valdez tadi. Bohong kalau Lucia tidak merasa bersalah, namun ketakutan terhadap Ludwig juga tak bisa dipungkirinya."Mom aku takut," keluhnya. Meski sesungguhnya ia tidak tega mendengar hal yang terjadi pada Nyonya Valdez. Luisa baru saja menghubungi Lerina terkait ibunya yang menggores pergelangan tangannya dengan pisau.Rasa kemanusiaan Lerina yang begitu kuat menggerakkan hatinya agar membujuk menantunya menjenguk wanita yang mengaku sebagai besannya tersebut."Lucia, mommy tahu seperti apa hatimu," kata Lerina menatap Lucia dengan lembut."Bagaimana kalau Tuan Ludwig ada di sana?" Membicarakannya saja Lucia sudah takut."Kami akan menemanimu, Kau bisa putuskan agar mommy menghubungi daddy dan suamimu," usul Lerina. Dia paham ketakutan Lucia dan mereka juga akan berusaha agar selalu ada di sampingnya.Han dan Sean ternyata bertemu dengan Alberto. Pria itu memohon maaf pada Han dan Sean. Di
Menjenguk Neve Selain bersama suaminya, Nyonya Valdez ternyata berulang kali mencoba datang untuk menemui Lucia, namun berakhir di tolak hingga membuatnya jatuh sakit.Ia di rawat di rumah sakit dalam keadaan lemah, tiada hari tanpa memikirkan Lucia.Tuan Carlos yang sudah sempat pulang ke Spanyol kini datang lagi menjenguk sang adik.Ia berjanji akan menemui keluarga Han untuk meminta agar Lucia melakukan tes dna. Sedangkan Valdez sibuk mengurusi Ludwig yang ada di penjara.Mereka masih mempercayai pria itu dan menganggap Lucia hanya sedang mengalami baby blues pasca melahirkan sehingga sembarangan menuduh Ludwig yang ingin membunuhnya. Pria itu dinyatakan bebas sebab kurangnya bukti, cctv di ruangan Lucia saat itu lagi-lagi dalam keadaan mati.Ludwig merasa senang, tanpa mereka tahu dia sudah menyusun rencana baru untuk menyingkirkan Lucia.Sesuai janjinya Tuan Carlos datang bertamu ke rumah yang ditinggali oleh leluarga Han saat ini.Dia di sambut baik dan di persilahkan m
Penolakan Lucia Han dan Lerina tiba lebih dulu di rumah sakit, Sean menceritakan apa yang ia lihat tadi. Tentu saja hal itu membuat mereka geram, kini hanya tinggal menunggu kedatangan Keluarga Valdez untuk menyelesaikan masalah yang tidak sederhana ini. Terlihat dua polisi yang dipanggil Sean berdiri di sebelah kiri dan kanan Ludwig. Dalam hati pria itu merutuki kebodohannya yang meninggalkan Lucia di laut tanpa memastikan kematiannya.Beberapa saat kemudian pasangan Valdez pun datang, mereka terkejut melihat keadaan Ludwig yang babak belur, tapi sekaligus senang karena Lucia telah di temukan.Nyonya Valdez mendekat ke ranjang Lucia, namun segera di cegah oleh Sean."Nyonya, sebaiknya anda tidak mendekati istri saya!" kata Sean tanpa ragu.Nyonya Valdez cukup heran, kenapa dia di larang menghampiri Lucia. Kemudian datanglah Tuan Carlos bersama asistennya."Apa yang terjadi, kenapa Ludwig di awasi polisi?" Tuan Carlos cukup heran melihat banyak orang di ruangan wanita yang d