Dua Orang Pencuri Sudah seminggu Antonio Ke Minnesota karana urusan pekerjaan yang tidak bisa di wakilkan, Rivera dan Alyona masih tinggal di Rusia. Bi Minie tetap bersama mereka. Rivera kembali ke rumahnya.Sudah tiga hari pula kesehatan Rivera selalu terganggu, bangun tidur kepalanya selalu pusing, bagi seorang dokter sepertinya tentu paham apa yang terjadi.Rivera memilih tidak mengehecknya, dia hanya mulai menjaga pola makannya saja."Selamat Nyonya!" Bi Minnie turut bahagia mendengar penuturan Rivera, "Tuan Antonio pasti sangat bahagia." Ia begitu antusias."Aku juga bahagia, Bi," ucap Rivera dengan tatapan yang terlihat kosong, "semoga Dimitri merasakan hal yang sama, Bi." Entah kenapa ia mengingat pria itu lagi."Kenapa Nyonya masih memikirkannya?" Bi Minnie sedikit curiga kalau Rivera masih menyimpan rasa terhadap Dimitri."Aku hanya ingin dia mencintai istrinya, Bi.""Takdir memang tidak bisa di tebak, Nyonya ternyata kembali bersama Tuan Antonio dan Tuan Dimitri haru
Kabar Duka Dari Dellwood Pria itu semakin merapatkan tubuhnya, mengikis jarak antara, wajahnya dan wajah Rivera yang sedari terus bergerak, jangan sampai pria itu bisa menciumnya.Ia semakin kewalahan dalam melawan karena tenaga yang tidak sebanding, sebisa mungkin ia menghindari pria itu."Pada akhirnya Kau akan kalah, menurutlah perempuan bodoh!" Pria itu terus memakinya.HiaaatBrughTiba-tiba tubuhnya terpental ke lantai, sepasang mata penuh amarah menatap tajam pria itu. Antonio baru saja mendarat malam ini dari Minnesota, sebenarnya ia ingin menginap di hotel, tetapi ia selalu gelisah dan memikirkan Rivera juga putrinya, jadilah ia datang malam ini juga.BughBughTak ayal, Antonio tidak memberi kesempatan pada keduanya, ia menghajarnya tanpa ampun hingga mereka tidak berdaya.Ia pun menghubungi polisi agar segera datang, keduanya ia ikat denhan tali, barulah Antonio memeluk Rivera yang terlihat syock.Ia menangis, namun tanpa suara. Tidak menyangka suaminya akan datang
Mulai Bersemi Sudah dua kali Rivera pingsan sejak Antonio menyampaikan kabar duka itu. Dia terlalu lemah untuk mendengarnya, Rivera menyesali dirinya yang selama ini jauh dari orang tuanya. Semua keluarga berangkat siang itu juga, Antonio sudah mengutus orang untuk mengurus kedua mertuanya di rumah sakit. Rumah mereka telah di penuhi oleh karangan bunga berbagai ucapan bela sungkawa. "Ibu, Ayah!" ucap Rivera lirih. Tubuhnya jatuh bersimpuh dihadapan keduanya. Lerina yang menyaksikan itu teringat masa lalunya. Dia pernah berada di posisi Rivera saat masih kecil, saat tidak ada orang yang benar-benar tulus menyayanginya. Sekelabat kenangan itu kembali mengucurkan air matanya. Han mengusap kedua bahu istrinya. Mereka hanya datang berdua, sengaja tidak membawa anak-anak. "Aku tahu betapa hancurnya Rivera saat ini," ucapnya. Han menganggukinya, "semua orang akan melewati masa seperti ini, semua hanya masalah waktu," tambahnya. Memori masa lalu masih berputar di kepalanya. Uc
Kejutan Untuk Harry Sarra yang baru saja tiba terkejut saat melihat seorang gadis berkata sinis pada adik iparnya."Siapa Kau berani menahan tanganku?" Ruby menatap Sarra dengan tatapan tajam."Aku, orang yang akan mematahkan tangan yang sudah lancang ini." Sarra, sedikit memutarnya hingga Ruby mengaduh kesakitan.Awww"Sialan!" umpat Ruby setelah tangannya dilepaskan oleh Sarra.Nyonya Winter menyenggol Ruby putrinya, memperingatkan agar berlaku sopan pada Patricia, ia menatap Sarra dan Patricia bergantian. Ia menyadari keduanya bukanlah orang yang mudah ditindas."Maafkan kami, Nak!" Winter merubah ekspresinya, "Perkenalkan, aku ibunya Dimitri!" Ia mengulurkan tangannya pada Patricia.Patricia tidak mebalasnya, ia memilih untuk duduk di sofa, mereka mengikutinya."Ada apa kalian datang ke sini dan membuat keributan?" Dia sangat tidak ramah. "Ibu ingin meminta bantuanmu," kata Winter cepat.Ruby terlihat masih ketus, ia memilih tetap berdiri di sisi ibunya. "Ibu mohon ti
Kau Akan Membusuk Di Penjara. Kabar kecelakaan Sarra telah sampai Ke Minnesota. Laura, Philip dan Han segera terbang Ke Rusia.Sarra dinyatakan koma oleh dokter, satu hal lagi yang memukul Harry, yaitu keguguran yang di alami oleh Sarra.Sesampainya mereka Di Rusia Harry menyambutnya dengan permohonan maaf berkali-kali. Meski sedikit kecewa dengan Harry, mereka tetap tidak bisa marah karena tinggal Di Rusia adalah keinginan Sarra juga.Harry yang sudah mendengar kabar kalau anak buah ibunyalah yang menabrak istrinya, dengan tanpa pertimbangan lagi dia ingin agar Paula segera di tangkap, kali ini dia tidak akan membiarkan wanita yang sudah membesarkannya itu bebas.Tidak menunggu lama, kini Paula telah di tahan karena anak buahnya bersaksi bahwa dia melakukannya atas dasar perintah Paula."Kali ini aku tidak akan mengampunimu lagi, Bu," desis Harry. Ia menatap dengan sorot kebencian pada wanita yang tangannya sudah di borgol oleh polisi.Paula menyunggingkan bibirnya, "Setid
Persalinan Patricia "Cepat cari tahu ke mana putraku membawa istri sialannya itu!" Paula langsung menelpon anak buahnya.Kenapa sulit sekali menyibgkirkan Sarra dari hidup Harry, putranya. Kebencian sudah mengakar keseluruh sendi tubuhnya sehingga ia tidak dapat menyukai pilihan Harry. Masa lalu selalu ia jadikan alasan untuk membenci wanita itu. "Baik Nyonya!" Jawaban itu cukup baginya untuk saat ini. Paula yang masih ada di toilet rumah sakit itu segera melepas rambutnya, menghapus make up yang menyamarkan wajahnya.Sia-sia dia membeli semua itu demi rencana untuk menghabisi Sarra.Ia pun langsung pulang ke rumah dan terkejut melihat ada mobil Harry terparkir di halaman rumahnya. Paula langsung masuk ke dalam."Kau pasti tidak menyangka aku bisa bebas dengan mudah, bukan?" Paula tersenyum mengejek."Tidak juga," jawab Harry santai, "Sebagai seorang anak yang sudah tinggal bersama ibunya selama bertahun-tahun pasti sudah tahu seperti apa kemampuan ibunya dalam menghadapi poli
Simpan Uangmu Patricia melakukan video call pada Harry yang berada jauh di sana, ia menunjukkan wajah putranya pada pamannya. Harry bahagia melihat keponakannya, namun hatinya kembali meringis kala mengingat calon bayinya yang telah pergi."Kak, aku ingin melihat wajah kakak ipar," kata Patricia mengalihkan pembicaraan, dia tahu kakaknya itu sedang sedih saat ini.Harry mengarahkan camera ke wajah istrinya. "Kakak ipar, bangunlah! Kami merindukanmu!" Patricia berucap dengan menahan tangisan.Setelah melakukan panggilan ia pun kembali menyerahkan putranya pada perawat yang ada di sana.Patricia akan kembali sore ini, karena persalinan yang normal tidak mengharuskan ia di rawat lebih lama. Ia tinggal menunggu kedatangan suaminya saja, namun hingga pukul lima sore Dimitri belum juga datang. Patricia mengambil kembali benda pipih yang sudah ia letakkan di nakas. Ia ingin menghubungi Dimitri, tapi dia tidak mengangkatnya. Seharusnya mereka sudah keluar sejak satu jam yang lalu, t
Karma Menghampiri Paula Siang itu juga Antonio membawa istrinya kerumah sakit untuk memeriksakan kehamilannya karena selama ini Rivera lebih banyak mengurung diri. Dia sebenarnya merasa kalau kandungannya baik-baik saja, tetapi Antonio tidak cukup hanya dengan perkiraan istrinya meskipun seorang dokter.Antonio tetap ingin melihat perkembangan bayi di dalam perut istrinya."Selamat siang, Dokter!" sapa mereka begitu bertemu dengan dokter di lobby."Selamat siang, senang bertemu denganmu Rivera!" balas dokter tersebut yang sudah mengenal Rivera sebelumnya.Rivera tersenyum mereka berdua saling memeluk."Ini putrimu?" Ia menatap Alyona yang anteng di gendongan Antonio.Rivera mengangguk, "dan aku ingin memeriksakan calon adiknya," kata Rivera seraya mengelus perutnya."Wow! Kau kejar target?" Dokter tersebut berdecak lalu tertawa melihat Alyona yang belum bisa berjalan kini Rivera sudah hamil lagi."Menjadi anak tunggal itu sering kesepian dan kami ingin memiliki anak yang banyak
Ending Malam itu Lucia tertidur di sofa sedangkan Sean masih terjaga di dekat box kedua bayinya. Sean menoleh pada istrinya yang tampak kedinginan, ia pun berdiri dan menutupkan jasnya di tubuh Lucia.Malam itu Sean tidak tidur, ia fokus menjaga keduanya, mengabaikan rasa lelah yang mendera tubuhnya juga membiarkan Lucia terlelap, karena besok Sean harus ke perusahaan. Setidaknya istrinya istirahat dengan cukup. "Selamat pagi Tuan!" Seorang suster datang memeriksa keadaan si kembar."Pagi!" balas Sean.Suster tersebut menyentuh kulit Vin dan Van, "Sudah tidak demam, sebentar lagi dokter akan datang memeriksa." Suster tersebut keluar lagi.Sean melihat istrinya yang masih tertidur, dia melihat jam yang sudah menunjuk pukul tujuh. Sean akan tinggal sampai Lucia bangun, setidaknya di rapat kemarin dia sudah memperingatkan para staff untuk melapor padanya atas kebijakan Rain yang mungkin akan berpotensi merugikan perusahaan.Sean menunggu hingga satu jam kemudian Lucia bangun. Se
Vin Dan Van Demam Bibir Rain menyeringai saat menuruni anak tangga, ia sempat mendengar pembicaraan Sean dan Lucia. Entah apa maksudnya, keributan pasangan suami istri itu seolah menjadi hiburan baginya. Ke esokan paginya, Lucia masih mendiamkan Sean, ia hanya fokus kepada bayi kembarnya. Sean memaklumi hal itu, dia yang salah karena belakangan ini sering pulang terlambat. Wajar saja Lucia pasti lelah menjaga dua bayinya meski Vin dan Van bukan termasuk bayi yang rewel. Sean tetap membantu Lucia mengurus Vin dan Van sebelum berangkat ke perusahaan . Dia sengaja datang sedikit siang hari ini. "Aku pergi!" pamitnya pada Lucia yang hanya di balas dengan deheman, "aku janji akan pulang lebih awal," katanya seraya tersenyum, namun lagi-lagi Lucia hanya diam. Sean melangkah meninggalkan kamar dan ketiga makhluk pengisi hatinya. Di perusahaan baru saja di adakan rapat yang di pimpin oleh Rain. Padahal rapat itu di rencanakan oleh Sean kemarin, namun Rain mengganti jadwalnya atas
Ada Apa Dengan Rain? "Sana, pergi dari sini! Dasar mesum!" Alyona mengusir Dario yang sudah lancang memeluknya tadi."Nona, aku bisa jelaskan," kata Dario seraya mundur kebelakang, karena Alyona mengusirnya dengan sapu, "Aku sempat mengira anda laki-laki," ucap Dario mengklarifikasi."Alyona, tidak perlu pakai sapu, dia pasti pergi," kata Rivera pada putrinya. Alyona sangat kasar terhadap orang yang ia benci."Mom, pria mesum seperti ini memang pantas di kasari." Gadis itu tidak paduli, ia terus mengacungkan sapu ke arah Dario yang sudah keluar dari pintu utama. Dia sudah seperti tersangka."Sana, tidak ada yang sudi mempekerjakan orang mesum sepertimu!" ucap Alyona seraya memelototi Dario. Dia masih berpikir kalau pria yang berasal dari Milan Itu adalah pekerja di rumah kakek besar. "Siapa yang mesum?" Sean yang baru saja turun sempat mendengar ucapan adik sepupunya itu. Ia mengeryitkan dahi saat melihat Alyona menghardik temannya dengan gagang sapu. "Kakak, kebetulan sekal
Sudah Pelayan Mesum Lagi Berita duka baru saja datang dari Dellwood. Kakek Zoku dinyatakan meninggal dunia pagi ini. Pria yang paling banyak berjasa untuk keluarga mereka yang selalu memastikan keluarganya hidup dengan baik dan layak.Masing-masing keluarga sudah di hubungi oleh Ben sang asisten. Termasuk Han yang masih ada di Kota Milan. Kesedihan merayapi hati setiap jiwa yang terikat dengannya. Mendengar hal itu, Sean langsung mendatangi dokter untuk menanyakan perihal putranya yang akan melakukan perjalanan udara.Pesawat pribadi menjadi pilihan mereka, sore nanti mereka akan terbang dari Milan menuju Minnesota, di lanjut dengan perjalanan darat kurang lebih dua jam lagi.Keluarga Zoku di liputi duka mendalam akibat kepergian sesepuh mereka, Zoku.Banyak para pelayat yang datang, terutama dikalangan pengusaha bahkan ada yang dari luar negeri.Mereka bergantian memberikan salam penghormatan, mencium untuk yang terakhir kalinya. Sampai saatnya Kakek Zoku di antar ke per
Nasib Pernikahan Luisa Ludwig di vonis penjara selama dua puluh tahun atas percobaan pembunuhan juga kasus penculikan Lucia dulu.Dia memohon untuk di ampuni dan di keluarkan dari dalam penjara."Valdez, aku mohon keluarkan aku dari sini!" pintanya saat sidang kasusnya baru saja selesai.Valdez hari itu hadir bersama pengacaranya. "Kau tidak malu memintaku untuk mengeluarkanmu, ingat kesalahanmu Lud, hampir dua puluh tahun Kau pisahkan aku dari putriku. Sedangkan aku memperlakukanmu layaknya keluarga, di mana hati nuranimu?" Masih ada emosi di hati Valdez terhadap orang yang pernah sangat dipercayainya itu.Kini dengan mudahnya Ludwig meminta untuk di keluarkan dari penjara. "Val, aku punya alasan untuk itu," sela Ludwig seraya memikirkan alaaannya. "Karena Kau mencintai istriku sampai saat ini bukan?" potong Valdez hingga membuat Ludwig membulatkan matanya.Dia terhenyak mendengar jawaban Valdez, jadi dia tahu tentang perasaannya, "Kau salah, Val," sangkalnya, "It-itu tid
Luisa Lari! Balon-balon yang di dominasi warna biru tampak menempel di beberapa tempat, termasuk tangga hingga ke ujung, juga di dekat sofa dan di beberapa dinding, di tambah sedikit bunga hingga menambah keindahan ruangan tersebut. Di tengah ruangan itu terdapat karpet yang terhubung ke ayunan si kembar, juga beberapa foto mungil mereka tak lupa di tempelkan di sisi ayunan.Lucia akan di sulap secantik mungkin. Sebagai orang yang sangat berpengalaman, Luisa yang akan mendandani kembarannya itu agar terlihat semakin cantik saat menyambut dua keponakannya.Meski masih ada rasa canggung, keduanya tampak cocok. Mereka berdua sama-sama memiliki hati yang baik. Meski hidup bergelimang harta tak membuat Luisa sombong. Ia bahkan berencana membagi warisannya untuk Lucia nantinya."Lucia, aku tidak bisa mengungkapkan rasa bahagia ini karena menemukanmu," kata Luisa setelah selesai merias wajah kembarannya tersebut.Lucia mengulas senyum menanggapinya. "Maaf untuk hidupmu selama
Kau Memang Putriku, Lucia! Lerina menyampaikan kedatangan Luisa dan telpon dari Tuan Valdez tadi. Bohong kalau Lucia tidak merasa bersalah, namun ketakutan terhadap Ludwig juga tak bisa dipungkirinya."Mom aku takut," keluhnya. Meski sesungguhnya ia tidak tega mendengar hal yang terjadi pada Nyonya Valdez. Luisa baru saja menghubungi Lerina terkait ibunya yang menggores pergelangan tangannya dengan pisau.Rasa kemanusiaan Lerina yang begitu kuat menggerakkan hatinya agar membujuk menantunya menjenguk wanita yang mengaku sebagai besannya tersebut."Lucia, mommy tahu seperti apa hatimu," kata Lerina menatap Lucia dengan lembut."Bagaimana kalau Tuan Ludwig ada di sana?" Membicarakannya saja Lucia sudah takut."Kami akan menemanimu, Kau bisa putuskan agar mommy menghubungi daddy dan suamimu," usul Lerina. Dia paham ketakutan Lucia dan mereka juga akan berusaha agar selalu ada di sampingnya.Han dan Sean ternyata bertemu dengan Alberto. Pria itu memohon maaf pada Han dan Sean. Di
Menjenguk Neve Selain bersama suaminya, Nyonya Valdez ternyata berulang kali mencoba datang untuk menemui Lucia, namun berakhir di tolak hingga membuatnya jatuh sakit.Ia di rawat di rumah sakit dalam keadaan lemah, tiada hari tanpa memikirkan Lucia.Tuan Carlos yang sudah sempat pulang ke Spanyol kini datang lagi menjenguk sang adik.Ia berjanji akan menemui keluarga Han untuk meminta agar Lucia melakukan tes dna. Sedangkan Valdez sibuk mengurusi Ludwig yang ada di penjara.Mereka masih mempercayai pria itu dan menganggap Lucia hanya sedang mengalami baby blues pasca melahirkan sehingga sembarangan menuduh Ludwig yang ingin membunuhnya. Pria itu dinyatakan bebas sebab kurangnya bukti, cctv di ruangan Lucia saat itu lagi-lagi dalam keadaan mati.Ludwig merasa senang, tanpa mereka tahu dia sudah menyusun rencana baru untuk menyingkirkan Lucia.Sesuai janjinya Tuan Carlos datang bertamu ke rumah yang ditinggali oleh leluarga Han saat ini.Dia di sambut baik dan di persilahkan m
Penolakan Lucia Han dan Lerina tiba lebih dulu di rumah sakit, Sean menceritakan apa yang ia lihat tadi. Tentu saja hal itu membuat mereka geram, kini hanya tinggal menunggu kedatangan Keluarga Valdez untuk menyelesaikan masalah yang tidak sederhana ini. Terlihat dua polisi yang dipanggil Sean berdiri di sebelah kiri dan kanan Ludwig. Dalam hati pria itu merutuki kebodohannya yang meninggalkan Lucia di laut tanpa memastikan kematiannya.Beberapa saat kemudian pasangan Valdez pun datang, mereka terkejut melihat keadaan Ludwig yang babak belur, tapi sekaligus senang karena Lucia telah di temukan.Nyonya Valdez mendekat ke ranjang Lucia, namun segera di cegah oleh Sean."Nyonya, sebaiknya anda tidak mendekati istri saya!" kata Sean tanpa ragu.Nyonya Valdez cukup heran, kenapa dia di larang menghampiri Lucia. Kemudian datanglah Tuan Carlos bersama asistennya."Apa yang terjadi, kenapa Ludwig di awasi polisi?" Tuan Carlos cukup heran melihat banyak orang di ruangan wanita yang d