Sean Rindu Mommy! Polisi sudah menangkap pelaku yang di duga sengaja menabrak Lerina atas suruhan Sween dan Laura. Dia adalah Vincent Parta, pria bertato dan berambut gondrong itu tidak menyangkal sama sekali, dia di seret dari dalam club oleh dua orang polisi. Sween sangat gusar dan barang-barang di kamarnya telah berserakan akibat perbuatan tangannya sendiri bagaimana tidak? mata-matanya mengabarkan bahwa Vincent tidak pergi kemanapun, pria itu teramat santai padahal Sween sudah rela memberikan apa yang di mintanya, namun tetap saja pria bertato itu tidak meninggalkan Minnesota seperti kesepakatan awal. Kini pria itu telah tertangkap dan tidak akan menunggu waktu lama, polisi pasti akan menjemput dirinya. Lari bukanlah solusi karena bila orang tuanya tahu Sween melakukan kejahatan maka mereka sendirilah yang akan menyeretnya ke dalam penjara."Sialan!" makinya tertahan.Tak lupa dia menghubungi Laura atas tertangkapnya Vincent. "Jadi Bibi yang membocorkan nama Vincent?" Sween tid
Bab 69Usaha Barbara"A-aku hamil?" tanya Lerina sekali lagi dan Han mengangguk dengan cepat seraya tersenyum, tapi itu hanya sebentar saat melihat raut wajah Lerina yang tidak senang sedikitpun.Han kemudian mengingat kata-kata Lerina waktu itu, yang mengatakan bahwa dia tidak ingin hamil untuk saat ini.Wajah Han berubah sendu. Dia tahu Lerina memiliki alasan tersendiri.Saat hari hampir gelap, Sean di jemput oleh Jinli. Han menunggui Lerina yang lebih banyak termenung sejak tadi. Bahkan semalaman ini mereka jarang berbicara.Pagi harinya, Han menyeka tubuh istrinya dengan telaten, lalu membantu mengganti baju pasien yang ia kenakan."Suster, bisakah aku duduk?" tanya Lerina pada suster yang membantu Han."Tentu saja, sebentar saya rubah posisi brankarnya, Nyonya!" suster segera memutar alat pengaturnya."Nyonya, jangan terlalu banyak bergerak," pesan suster sebelum beranjak keluar.Han menyulangi Lerina makan, namun baru dua suap, dia merasakan mual luar biasa. Han segera berlar
Ibu, Tutup Mulutmu! Empat orang polisi kini telah berada di rumah Robin Smith, atas pengakuan pelaku yang mengatakan bahwa dia adalah orang suruhan Robin."Saya tidak tau apa-apa, Pak!" Robin berkilah saat polisi sudah menjabarkan tentang sebab di tangkapnya dia."Silahkan Anda jelaskan di kantor polisi!" Polisi memasang hendak borgol di tangan Robin. Robin berusaha melawan. "Tidak, saya tidak melakukan kesalahan apapun, saya tidak akan ke kantor polisi!" tegasnya lagi."Jangan mempersulit pekerjaan kami," tegas polisi. "Kalian tidak tahu berhadapan dengan siapa, jangan coba-coba menangkap saya!" Robin ingin menunjukkan siapa, dirinya. "Ringkus dia!" perintah polisi yang lebih tinggi pangkatnya dan Robin di pegangi hingga tidak bisa menghindar lagi. Dia di bawa dengan mobil polisi, para pelayan hanya diam membisu menyaksikan sang majikan di bawa oleh para polisi, sedangkan Manda menatap nanar ke arah pintu.Perasaan sakit itu memang ada, tapi biarlah Robin menanggung hasil perbua
Permintaan Maaf Laura "Apa? La-lalu siapa yang mencelakai Lerina?" Laura terkejut sekaligus senang mendengar cerita dari suaminya, tapi juga penasaran, siapa sebenarnya yang menabrak menantunya tersebut.Philip memilih menyesap kopinya lebih dulu hingga membuat Laura yang tak sabar berucap kembali, "Philip, aku yakin itu kecelakaan yang di sengaja." Laura dengan jelas melihat kejadian waktu itu saat mereka berdebat dengan Sween di dalam mobil. "Pamannya sendiri, Robin Smith," jawab Philip.Matanya menyipit, "Kenapa dia melakukannya?" Laura cukup heran."Harta. Lerina berhasil mengambil perusahaan mendiang ayahnya dan Robin tidak terima, lagi pula hubungan mereka selama ini tidak pernah baik. Lerina di usir dan harus berjuang di luar untuk bisa makan dan kuliah." Sedikit cerita tentang Lerina ia ketahui. "Astaga! Seberat itu perjuangannya?" Lagi-lagi Laura tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.Philip mengangkat kedua alisnya, lalu bersandar dan menyampirkan tangan di bahu sa
Bisakah Tidak Membahas Hal Itu?Lerina sudah di bawa pulang oleh Han. Kondisinya sudah lebih baik sekarang, rambut yang mulai tumbuh dan luka yang semakin menipis, tinggal menyembuhkan tulang lengan kirinya yang patah. Meski begitu Han tidak membiarkan istrinya berjalan memasuki rumah, dia menyediakan kursi roda untuknya."Mommy!" "Hati-hati, Sean! Lihat tangan mommy!" tegur Han saat anaknya itu berhambur kepelukan Lerina yang sedikit meringis, namun tetap membalas pelukan itu. "Sorry, mommy! Sean terlalu bahagia bisa melihat mommy setiap hari," ucap pria kecil itu lalu tersenyum. "Oh, Sayang, manis sekali!" Lerina mencubit pipi Sean gemas, melupakan rasa sakitnya karena bahagia melihat putranya lagi. CupSean mengecup pipinya hingga menimbulkan rona merah di pipi sang mommy.Han membawa Lerina ke kamar dan jadilah mereka berkurung seharian, bahkan Sean pun sama, selalu ada yang ia kisahkan pada Lerina tentang sekolahnya dan tidak pergi ke taman bermain lagi.Lerina begitu antusi
Bab 73Kisah Yang Hampir Serupa"Tidurlah, aku akan membersihkan diri sebentar!" Han tersenyum seraya mengusap pipi sang istri yang setengah terbaring di ranjang."Maafkan aku!" Dengan menyentuh tangan suaminya yang masih berada di pipi, "Karena keadaanku ...,""Stttt! Tidak ada yang menginginkan hal seperti ini, aku hanya bercanda, Sayang," menempelkan jarinya di bibir sang istri."Tapi, Kau tersiksa'kan?""Tidak, bila jauh darimu yang akan membuatku tersiksa, hal seperti itu masih bisa ku kendalikan, Kau lupa? Aku bahkan tidak pernah berniat untuk menikah, karena seks tidak ada di dalam daftar hidupku.""Saat bersama ibu Sean?" Lerina cukup penasaran seperti apa kisah Han dulu, adakah sama seperti dirinya. Han mengingat waktu itu. Saat sang kakek menuntutnya untuk menikah. "Sebenarnya apa yang kakek inginkan?" Karena tidak tahan dengan desakan sang kakek, Han mendatangi Zoku ke kediamannya."Penerus, apa lagi!" jawab Zoku cepat. Dia hanya memiliki Philip dan anaknya itu memiliki
Lepaskan Tangan Mommyku!. Barbara mengadukan hal itu pada suaminya, kini dia dan Jack tengah menjenguk Robin di penjara."Robin, uangku sudah habis, aku akan menjual rumah kita," keluh Barbara."Lalu kita akan tinggal dimana? Jangan konyol Barbara, aku tetap akan berusaha untuk mengambil alih perusahaan itu.""Dengan berada di penjara, apa yang bisa Kau lakukan? Robin, lawanmu bukan keponakan lugu itu, tapi Han, Han Zoku, Robin." Barbara menekan setiap kata-kata terakhirnya.Robin diam, yang di katakan istrinya memang benar. Dia tidak akan mampu melawan Han Zoku."Tuan, saya punya kenalan di rumah, Han, dia bekerja sebagai pelayan di sana." Tetiba Jack teringan dengan Fusultemannya."Ini bisa menjadi jalan untuk kita, Jack." Binar tak bisa di sembunyikan dari wajah Robin.Mereka bertiga sulit untuk menggunakan teman Jack itu. Keduanya memutuskan pulang karena jam besuk sudah usai.Di dalam mobil Jack, Barbara enggan turun, dia melingkarkan tangannya di lengan kurus Jack. "Jack, ayol
Kembalinya SelenaHan menghampiri keduanya dan menarik satu kursi yang sempat di duduki oleh Sam tadi."Stop! Daddy tidak boleh duduk di situ, kursi itu bekas paman genit yang menyentuh tangan mommy." Sean melontarkan larangan kepada Han, yang nyaris menempelkan bokongnya di kursi bekas Sam."Paman genit?" Kerutan muncul di kening Han. Memilih pura-pura tidak tahu."Em, itu, tidak ada Han. Sean hanya bercanda tadi, iya kan, Sayang?" Lerina menjawab lebih dulu.CkSean menepuk jidatnya pelan, "Astaga! Mommy ini tidak jujur. Apa Mommy tidak tahu, kata miss di sekolah Sean, kita harus berkata jujur." Sean menerapkan ajaran gurunya di hadapan kedua orang tuanya.Lerina tertohok dengan ucapan Sean sekaligus geli juga bangga. Itu artinya Sean telah belajar dengan baik dan mengingat pesan kebaikan dari gurunya.Han menutup mulutnya dengan satu tangan menyembunyikan senyumnya melihat reaksi sang istri yang di protes oleh Sean. Tentu saja ia cemburu melihat tangan istrinya di sentuh, tapi sepe