Aku Hampir Gila Memikirkanmu Sarra menangis sejati-jadinya meski tanpa suara, terlihat dari bahunya yang naik turun. Harry benar-benar telah pergi dan menyerah untuk mengejarnya.Hingga pesawat take off Sarra semakin terisak. Bodohnya dia. Harusnya ia jujur dengan Harry tentang ketakutannya. Sekarang semua terlambat karena kebungkamannya.Menyesal? Pasti, karena Sarra pun sangat mencintai Harry, bahkan di umurnya yang sudah tidak lagi muda hanya pria itu yang mampu menggetarkan hatinya, meski selama ini ia menutupinya dengan sikap jutek dan sok bersahabat.Puas menangisi kepergian Harry, Sarra bangkit dan akan pergi meninggalkan tempat terakhir pijakan sang pemilik hatinya. Entah kemana Sarra akan pergi. Dia butuh tempat yang bisa mendamaikan rasa yang seolah menuntutnya karena tidak bisa menuntaskan perasaannya.Sarra berjalan menuju mobilnya. Ia akan pergi, tapi bukan ke kantor lagi. Sarra ingin suasan tenang. Mungkin pantai bisa sedikit menguraikan rasa sesak di hatinya.Sarra
Prahara Cinta Harry Dan Sarra Hari ini Tania atau Selena akan di bawa oleh petugas kepolisian dari rumah sakit. Dia tidak memohon agar Lerina membebaskannya, Ia ikhlas menerima hukumannya.Hari ini juga, Tania mengakui kejahatannya tentang memberikan racun pada Lerina melalui cleaning service di perusahaan hingga ia di kenakan pasal berlapis dan mungkin akan menjalani hukuman yang lama tergantung dari keputusan pengadilan."Maafkan aku, Lerina! Tolong jangan katakan apapun pada orang tuaku. Aku tidak ingin mereka sedih!" Tania memohon dengan tangan yang telah di borgor sempurna. Saatnya ia kan menaiki mobil polisi.Lerina mengangguk. Dia menatap kepergian Tania, bukan tidak iba, namun hukum tetap berjalan. Lerina sudah memasrahkan pada Han tentang keputusan ini.Dia pun sudah mulai aktif kembali. Sarra menggantikan Tania untuk sementara karena diminta oleh Ayahnya sebelum mendapatkan sekretaris yang baru, tentu saja dia keberatan awalnya karena itu bukan pekerjaan mudah, ia past
Penolakan Harry Harry terlihat malas duduk di antara keluarga yang datang, dimana ada orang tua Angela dan ibunya Paula. Harry sama sekali tidak mengatakan apapun hanya sekedar anggukan dan gelengan saja bila ia di ajak bicara."Mereka terlihat serasi, bukan? Owh...! Rasanya aku sudah tidak sabar melihat kalian menikah." Decak kagum keluar dari bibir Paula. Terlalu berlebihan menurut Harry. Sampai seorang pelayan datang menghampiri Paula dan berbisik di telinga wanita itu.Ia mengangkat tangannya menyuruh pelayan itu pergi, sebaliknya ia kemudian menatap tamunya. "Sepertinya Anda kedatangan tamu penting, Nyonya Paula," tegur wanita paruh baya ibunya Angela."Hanya rekan kerja," jawabnya lalu memaksakan bibir untuk tersenyum, "Silahkan nikmati hidangannya dan Harry akan menemani kalian sebentar." Paula mengangkat tubuhnya, sedikit membungkuk lalu beranjak menuju ke depan.Tap tap tapSuara langkah kakinya terdengar menuju sebuah ruangan di bagian depan rumahnya. Terlihat wani
Siasat AntonioAntonio kembali lagi Ke Rusia, niatnya ingin menjemput Rivera dan bayi mereka. Ia akan membujuk ibu dari anaknya itu yang masih berstatus sebagai istri sahnya.Antonio membawa beberapa hadiah untuk mereka di antaranya titipan dari sang nenek. Sebenarnya Esme ingin sekali ikut, tapi dia ingin Antonio dan Rivera menyelesaikan dulu masalah mereka.Antonio sudah mendapatkan alamat Rivera dan sudah tidak sabar ingin menemui mereka. Ia menekan bel dua kali. Bi Minnie membukakan pintu.Dia melongo tak ingat siapa yang bertamu ke rumah majikannya.Antonio tersenyum, "Saya Antonio, suami Rivera," ucapnya memperkenalkan diri.Bi Minnie cukup terkejut, namun tidak tahu harus bagaimana selain membalas uluran tangan itu.Oek oek oek...Antonio tersentak mendengar suara tangisan dari dalam.Bi Minnie segera masuk dan mendiamkan Baby Alyona, ia berharap Antonio pergi. Entah apa nanti yang akan terjadi bila pria itu sampai masuk ke dalam.Lima menit sudah Bi Minnie mendiamkan Alyo
Anda Sudah Bangun Dengan perasaan sedih akhirnya Rivera menuruti permintaan Antonio, semata ia lakukan karena tidak ingin menyusahkan Dimitri. Rivera tidak ingin egois, biarlah ia mengorbankan perasaannya sendiri demi keluarga Dimitri. Di dalam pesawat bahkan ia tidak berbicara, Rivera hanya peduli pada bayinya saja meski begitu Antonio tidak pernah bosan menawarkannya apapun meski semuanya di tolak oleh Rivera.Hingga urusan mengganti popok, Antonio sudah mendekatkan diapers tanpa diminta oleh Rivera. Sejujurnya ia masih tidak nyaman berada di dekat pria yang pernah mematahkan hatinya lebih dari sekali itu. Mereka tiba sore hari dan disambut oleh seluruh keluarga di rumah Antonio. Banyak hadiah untuk Rivera, di antaranya perhiasan dan masih banyak lagi. Mereka bergantian menggendong Baby Alyona. Rivera tetap tersenyum meskipun hatinya sedih saat ini memikirkan keadaan Dimitri. Perhiasan pun tidak dapat mengobati perasaannya saat ini. Dimana tempat ia seharusnya berada, namun
Romantisme Han Dan Lerina Hari itu Rivera terlihat pucat, tubuhnya lesu, di tambah Alyona yang sedikit rewel. Antonio yang melihat itu datang menghampirinya. Gerakan Rivera yang tengah menggendong bayinya terhenti, ketika Antonio sudah berdiri di dekatnya."Wajahmu sangat pucat, kita pergi sekarang ya!" ucap Antonio seraya mengusap peluh di dahi sang istri. Mata Rivera terlihat sayu, ia mengangguk pelan. Antonio ingin mengambil alih bayi mereka. "Biar aku saja," tolak Rivera karena dia, tahu Antonio akan menyetir nanti.Antonio menggeleng, "Aku saja," katanya. Akhirnya Rivera menyerahkan Alyona pada ayahnya. Dia mengambil tas dan mengikuti Antonio yang telah berjalan ke mobil. Rupanya Antonio mempekerjakan seorang supir ia membukakan pintu untuk Rivera.Perlakuan Antonio sangat manis, mereka duduk di belakang.Kepala Rivera terasa semakin pusing hingga ia ingin memejamkan matanya. Antonio yang menyadari hal itu, menarik pelan kepala istrinya agar bersandar di lengannya saja.
Dendam Untuk Philip Kedua orang itu memasang kuda-kuda dengan mata menyorot tajam. Sarra terlihat acuh, tangannya, bersedekap."Sebaiknya tidak perlu adu kekuatan, pergilah katakan pada Paula agar berhenti menggangguku!" ucap Sarra. Kalau bisa tidak dengan kekerasan kenapa tidak. Pikirnya."Hah hah haha! Tidak perlu sombong untuk menutupi rasa takutmu. Its ok, tapi mari ikut dengan kami!" Mereka tentu tidak bodoh, tugas utama mereka adalah menangkap Sarra dan membawanya pada Paula. Yah, meskipun harus dengan pemaksaan dan sedikit kekerasan."Sayangnya aku tidak berminat bertemu dia." Sarra menggedikkan kefua bahunya tepat setelah itu dengan gerakan cepat salah satu dari mereka menyerang Sarra dengan tinju.Sarra merunduk lalu dengan cepat kakinya berpurar di bawah hingga menyebabkan pria itu jatuh terjengkang.Sarra berdiri dan membetulkan bajunya. Satu pria lagi ingin menyergapnya dari belakang. Sarra berputar dan menjulurkan tangannya hingga pukulan pria itu tidak mengenainya.A
Ketakutan Antonio Rivera tidak melakukan banyak hal, bukan karena tidak bisa, namun Antonio selalu mengawasinya, setiap dirinya ingin turun, suaminya langsung siaga bertanya apa maunya.Bukannya senang, yang ada justru Rivera merasa bosan dan jengah."Stop Antonio!" pekik Rivera. Ia sudah tidak tahan lagi dengan keposesifan pria itu."A-aku hanya ingin membantumu, katakan saja apa maumu, akan aku ambilkan."Dia ini tidak peka atau memang sangat keterlaluan."Jangan samakan aku dengan Alyona."Harusnya Antonio paham dengan kalimat itu, namun dia menanggapinya berbeda."Tentu saja tidak, Sayang. Alyona masih bayi dan Kau sudah besar." Jawaban memang benar, tapi semakin membuat Rivera kesal."Minggir!" Rivera sudah tidak tahan lagi."Mau kemana? Kau ingat kata dokter harus istirahat."Rivera bertambah pusing jadinya, "Antonio sebaiknya urusi pekerjaanmu, biar aku dan pengasuh yang mengurus Alyona," tegas Rivera."Lalu siapa yang mengurusmu?" CkPertanyaan macam apa itu. Rivera r