Rachel memang tidak tahu pasti seberapa dalam luka Marcus yang tersembunyi di balik sikap kasar dan gilanya. Yang sangat Rachel tahu adalah ia telah membuat kesalahan dengan membandingkan pria itu dengan Alex. Semua orang juga benci dibandingkan, tapi sepertinya Marcus punya trauma mendalam dengan yang namanya dibandingkan.
Melihat tatapan Marcus saat ini membuat Rachel ikut sedih. Ada banyak orang yang membenci pria kasar dan gila seperti Marcus, termasuk dirinya. Hanya membenci, bukannya melihat lebih dalam seperti apa isi hati dari pria yang seperti itu, karena di balik sifatnya yang menjengkelkan ternyata ada banyak luka di sana.
“Maaf, aku tidak akan melakukannya lagi. Mengatakan rasa sakit yang kau rasakan bukanlah dosa. Jangan menahannya sendiri, karena itu hanya akan membuat orang lain salah paham padamu. Orang lain akan membencimu, padahal sebenarnya mungkin kau seharusnya diberi pelukan.” Rachel menatap lekat Marcus.
Bersambung ...
Selama presentasi berlansung, Rachel tidak pernah merasa tenang sedikit pun, karena pikirannya hanya tertuju pada Marcus. Semoga yang tadi meneleponnya tidak serius dengan ucapannya. Marcus adalah pria gila yang kadang kasar, maka seharusnya tidak semudah itu untuk mencelakainya. Rachel yakin dengan hal itu. Dan di suatu tempat yang merupakan pabrik tua terbengkalai, Marcus Cho, pria itu tergeletak di lantai yang dingin, dan kotor dengan luka di bagian kepalanya. Tidak ada yang membawanya ke rumah sakit, sebab sang penabrak membawanya ke tempat ini, lalu mengelilingi dan menyiramnya dengan bensin. Si penabrak yang merupakan seorang pria saat ini tengah menatap lekat Marcus. Pria ini mengeluarkan pemantik api, siap untuk membakar Marcus. Marcus terlalu banyak berkuasa, merebut segala hal yang dulu menjadi miliknya. Ia benci melihat Marcus menjadi lebih baik darinya. “Selamat tinggal, Marcus Cho.” Pria yang memaka
Rachel yang tadinya sudah memiliki janji dengan Marcus di rumah mewahnya, menjadi sedikit bingung ketika mendapati yang datang bukanlah Marcus, melainkan William. Ia sudah menunggu di depan rumah pria itu sejak beberapa saat yang lalu dan agak mengesalkan karena bukan si pemilik rumah yang datang. Namun, setelah William menjelaskan kenapa bukan Marcus yang datang, Rachel seketika menjadi sangat khawatir. Pria itu mengatakan kalau Marcus memintanya untuk datang kemari, mengatakan kalau janji hari ini dibatalkan. “Tolong antar aku dan Ji Ho ke Rumah Sakit,” ucap Rachel pada William. Ia sangat ingin melihat keadaan Marcus. Dan William setuju untuk mengantar Rachel dan Ji Ho ke rumah sakit. Setelah mendapat persetujuan itu, Rachel langsung mengetuk pintu rumah Marcus untuk memanggil Ji Ho. Ketiga orang itu pergi, tanpa menyadari kalau ada seseorang yang memperhatikan gerak gerik mereka. Ora
Demi keamanannya, Rachel memilih untuk membatalkan niatnya untuk masuk ke dalam rumah dan ia akan menelepon polisi. Namun, pintu itu kini terbuka, lalu seseorang menarik wanita ini masuk. Ini sangat menakutkan untuknya, tapi setelah melihat siapa yang menariknya, ia malah menjadi bingung. “Kenapa kau disini? Kau seharusnya di rumah sakit.” Rachel bicara pada Marcus, pria yang masuk ke dalam rumahnya, tidak, ini sebenarnya rumah milik pria itu. “Kau ingin pergi ke mana? Kau tidak merasa aman lagi denganku?” Marcus bicara dengan nada yang terdengar begitu serius. Ingin rasanya Rachel mengatakan kalau ia sangat ketakutan saat tidak bersama Marcus. Hanya saja, ia tidak bisa mengantisipasi hal buruk yang akan terjadi pada pria yang dekat dengannya, jadi akan lebih baik jika ia sendiri saja. “Kau selalu mengusirku, kenapa sekarang kau malah datang kemari? Ini memang rumahmu, hanya saja ....” &nbs
Dengan cara berjalan yang agak pincang, Alex berjalan keluar dari sel tahanan karena ada seseorang yang ingin bertemu dengannya, entah siapa orang itu. Satu hal yang ia sadari setelah mengalami ini semua adalah kesalahannya dalam memilih cara untuk melenyapkan Marcus. Pria itu terlalu gila hingga terlihat seakan baik-baik bahkan setelah di tabrak. Lalu, ada senyuman sinis muncul di bibir Alex ketika melihat siapa yang datang untuk menemuinya. Marcus, itulah orangnya. “Aku kira yang datang adalah Rachel. Aku sangat merindukannya," ucap Alex yang membuat tatapan tajam Marcus semakin menjadi. “Jangan berharap bisa bertemu dengannya. Aku akan membunuh siapa pun yang berani menyakitinya!” Marcus bicara dengan tegas dan Alex tampak tertawa. “Aku menyakiti Rachel? Kapan aku melakukannya? Bukankah kau yang melakukannya? Kau menghancurkan hidup Rachel, karena kau tahu kalau aku mencintainya. Jika ingin balas dendam, kau seharu
Rachel menidurkan kepalanya di atas meja setelah menemani Ji Ho belajar. Lalu, ucapan Marcus tentang Tian yang mengkhianatinya kini kembali terngiang di benaknya. Sungguh, ia tidak ingin mempercayai hal itu, tapi Marcus tidak terlihat seperti orang yang sedang berbohong. Marcus mengatakan tahu di mana Tian berada dan ingin mengajak Rachel ke sana untuk memastikan semuanya. Itu membuktikan kalau Marcus mungkin memang benar tentang semuanya. Tapi, ia tidak memberikan jawaban dan memilih menghindari Marcus. Ia sangat ingin bertemu dengan Tian, tapi takut jika fakta yang ia terima sesuai dengan ucapan Marcus. Itu akan sangat menyakitkan untuknya. “Kakak baik-baik saja?” Ji Ho bertanya pada Rachel setelah membereskan bukunya. Rachel mengangkat kepalanya dan berusaha tersenyum pada Ji Ho. “Aku baik-baik saja. Ini sudah malam. Tidurlah,” ucap Rachel dan Ji Ho tampak mengangguk. “Baiklah. Selamat m
Setelah menyelesaikan rapat, Marcus langsung kembali ke ruangannya. Ia membuka laptop dan mencari tempat untuk senam hamil yang paling bagus. Ya, ia berniat membawa Rachel ke sana. Sebagai seorang ayah yang pernah jahat pada calon anaknya, mulai sekarang, ia akan memberikan semua yang terbaik untuk anak-anaknya. Ada banyak rekomendasi tempat yang bagus dan itu membuat Marcus bingung untuk memilih tempat yang pas. Karena terlalu sulit untuk memilih, membuat pria ini akhirnya memanggil William agar masuk ke ruangannya. Ia tidak tahu sekretarisnya paham atau tidak dengan hal seperti ini, tapi ia berharap William bisa membantunya. “Kenapa Anda memanggil saya? Ada yang perlu dibantu?” tanya William begitu tiba di ruangan Marcus. “Ya, kau harus membantuku memilih tempat senam hamil yang paling bagus. Ini terlalu sulit untukku.” Dan jawaban dari Marcus membuat William terlihat mengerutkan dahi. “Ken
“Makanlah denganku dan Ji Ho karena aku juga masak untukmu. Ayo duduk.” Rachel menarik tangan Marcus dan mengajak pria itu duduk di sebuah kursi, kemudian ia pergi untuk kembali melanjutkan kegiatannya membuat makanan lezat. Melihat Rachel masak dengan perut yang mulai buncit adalah sesuatu yang tidak pernah Marcus bayangkan sebelumnya, bahkan tinggal dengan wanita pun tidak pernah ia pikirkan di masa lalu. Ia sangat benci pada wanita, tapi malah dengan mudahnya jatuh cinta pada Rachel. Memiliki gangguan tidur, tapi ketika bersama Rachel semua gangguan itu seketika hilang. Semua terjadi begitu saja dan Rachel perlahan mewarnai hidupnya yang gelap dan suram. “Besok, kau akan ikut kelas senam hamil.” Marcus tiba-tiba bersuara dan membuat Rachel terkejut. “Wanita yang datang ke sana biasanya bersama suami mereka. Aku merasa tidak nyaman jika datang sendiri,” ucap Rachel. “Benarkah?” dan Marcus yang tida
Seperti yang sudah Marcus katakan dengan sangat tegas kalau ia akan menemani Rachel mengikuti kelas senam hamil, maka ia melakukannya dan benar saja kalau semua anggota senam membawa suami mereka, hampir saja Rachel terlihat aneh karena datang sendiri. Walau Marcus bukanlah suaminya dan ia bukanlah nyonya Cho, tapi bagi Rachel ini terlihat jauh lebih baik daripada datang sendiri. Meski begitu, ia bisa melihat kalau Marcus merasa tidak nyaman berada di sini apalagi para wanita berkerumun mendekatinya karena dia adalah pria yang paling tampan di sini. Mereka beralasan ingin berkenalan, tapi kenyataannya tidak terlihat seperti itu. Dan Rachel tahu kalau ini membuat Marcus merasa semakin tidak nyaman. “Hentikan!” lalu, Rachel bicara dengan agak meninggikan suaranya dan sampai berdiri di hadapan Marcus agar para wanita itu tidak berkerumun di hadapan pria itu, karena bukan seperti ini caranya menyembuhkan Marcus. &nb