Marcus terus memandangi foto Jira yang berada di tengah-tengah karangan bunga. Sejak mengetahui Jira meningggal, Ji Ho selalu menangis dengan kepala yang tertunduk. Marcus ingin menenangkan Ji Ho, tapi tidak tahu bagaimana caranya, dan pada akhirnya hanya Hwan Gi yang memeluk Ji Ho.
Pria ini, Marcus Cho, bukanlah orang yang tahu cara mendekatkan diri pada orang lain, bahkan jika orang itu adalah anaknya sendiri. Marcus bukanlah tipe orang yang pandai berkata-kata untuk memperbaiki suasana hati seseorang, karena sesungguhnya ia tahu kata-kata tidak pernah benar-benar bisa memperbaiki suasana hati seseorang yang ditinggalkan oleh orang yang sangat berharga untuknya.
"Jangan menangis. Semua akan baik-baik saja."
"Tidak apa-apa. Aku akan selalu bersamamu."
"Dia pergi karena Tuhan sayang padanya."
Marcus sungguh benci pada kalimat seperti itu, sebab tidak ada yang akan baik-baik
Bersambung ....
Rachel memang tidak tahu pasti seberapa dalam luka Marcus yang tersembunyi di balik sikap kasar dan gilanya. Yang sangat Rachel tahu adalah ia telah membuat kesalahan dengan membandingkan pria itu dengan Alex. Semua orang juga benci dibandingkan, tapi sepertinya Marcus punya trauma mendalam dengan yang namanya dibandingkan. Melihat tatapan Marcus saat ini membuat Rachel ikut sedih. Ada banyak orang yang membenci pria kasar dan gila seperti Marcus, termasuk dirinya. Hanya membenci, bukannya melihat lebih dalam seperti apa isi hati dari pria yang seperti itu, karena di balik sifatnya yang menjengkelkan ternyata ada banyak luka di sana. “Maaf, aku tidak akan melakukannya lagi. Mengatakan rasa sakit yang kau rasakan bukanlah dosa. Jangan menahannya sendiri, karena itu hanya akan membuat orang lain salah paham padamu. Orang lain akan membencimu, padahal sebenarnya mungkin kau seharusnya diberi pelukan.” Rachel menatap lekat Marcus.
Selama presentasi berlansung, Rachel tidak pernah merasa tenang sedikit pun, karena pikirannya hanya tertuju pada Marcus. Semoga yang tadi meneleponnya tidak serius dengan ucapannya. Marcus adalah pria gila yang kadang kasar, maka seharusnya tidak semudah itu untuk mencelakainya. Rachel yakin dengan hal itu. Dan di suatu tempat yang merupakan pabrik tua terbengkalai, Marcus Cho, pria itu tergeletak di lantai yang dingin, dan kotor dengan luka di bagian kepalanya. Tidak ada yang membawanya ke rumah sakit, sebab sang penabrak membawanya ke tempat ini, lalu mengelilingi dan menyiramnya dengan bensin. Si penabrak yang merupakan seorang pria saat ini tengah menatap lekat Marcus. Pria ini mengeluarkan pemantik api, siap untuk membakar Marcus. Marcus terlalu banyak berkuasa, merebut segala hal yang dulu menjadi miliknya. Ia benci melihat Marcus menjadi lebih baik darinya. “Selamat tinggal, Marcus Cho.” Pria yang memaka
Rachel yang tadinya sudah memiliki janji dengan Marcus di rumah mewahnya, menjadi sedikit bingung ketika mendapati yang datang bukanlah Marcus, melainkan William. Ia sudah menunggu di depan rumah pria itu sejak beberapa saat yang lalu dan agak mengesalkan karena bukan si pemilik rumah yang datang. Namun, setelah William menjelaskan kenapa bukan Marcus yang datang, Rachel seketika menjadi sangat khawatir. Pria itu mengatakan kalau Marcus memintanya untuk datang kemari, mengatakan kalau janji hari ini dibatalkan. “Tolong antar aku dan Ji Ho ke Rumah Sakit,” ucap Rachel pada William. Ia sangat ingin melihat keadaan Marcus. Dan William setuju untuk mengantar Rachel dan Ji Ho ke rumah sakit. Setelah mendapat persetujuan itu, Rachel langsung mengetuk pintu rumah Marcus untuk memanggil Ji Ho. Ketiga orang itu pergi, tanpa menyadari kalau ada seseorang yang memperhatikan gerak gerik mereka. Ora
Demi keamanannya, Rachel memilih untuk membatalkan niatnya untuk masuk ke dalam rumah dan ia akan menelepon polisi. Namun, pintu itu kini terbuka, lalu seseorang menarik wanita ini masuk. Ini sangat menakutkan untuknya, tapi setelah melihat siapa yang menariknya, ia malah menjadi bingung. “Kenapa kau disini? Kau seharusnya di rumah sakit.” Rachel bicara pada Marcus, pria yang masuk ke dalam rumahnya, tidak, ini sebenarnya rumah milik pria itu. “Kau ingin pergi ke mana? Kau tidak merasa aman lagi denganku?” Marcus bicara dengan nada yang terdengar begitu serius. Ingin rasanya Rachel mengatakan kalau ia sangat ketakutan saat tidak bersama Marcus. Hanya saja, ia tidak bisa mengantisipasi hal buruk yang akan terjadi pada pria yang dekat dengannya, jadi akan lebih baik jika ia sendiri saja. “Kau selalu mengusirku, kenapa sekarang kau malah datang kemari? Ini memang rumahmu, hanya saja ....” &nbs
Dengan cara berjalan yang agak pincang, Alex berjalan keluar dari sel tahanan karena ada seseorang yang ingin bertemu dengannya, entah siapa orang itu. Satu hal yang ia sadari setelah mengalami ini semua adalah kesalahannya dalam memilih cara untuk melenyapkan Marcus. Pria itu terlalu gila hingga terlihat seakan baik-baik bahkan setelah di tabrak. Lalu, ada senyuman sinis muncul di bibir Alex ketika melihat siapa yang datang untuk menemuinya. Marcus, itulah orangnya. “Aku kira yang datang adalah Rachel. Aku sangat merindukannya," ucap Alex yang membuat tatapan tajam Marcus semakin menjadi. “Jangan berharap bisa bertemu dengannya. Aku akan membunuh siapa pun yang berani menyakitinya!” Marcus bicara dengan tegas dan Alex tampak tertawa. “Aku menyakiti Rachel? Kapan aku melakukannya? Bukankah kau yang melakukannya? Kau menghancurkan hidup Rachel, karena kau tahu kalau aku mencintainya. Jika ingin balas dendam, kau seharu
Rachel menidurkan kepalanya di atas meja setelah menemani Ji Ho belajar. Lalu, ucapan Marcus tentang Tian yang mengkhianatinya kini kembali terngiang di benaknya. Sungguh, ia tidak ingin mempercayai hal itu, tapi Marcus tidak terlihat seperti orang yang sedang berbohong. Marcus mengatakan tahu di mana Tian berada dan ingin mengajak Rachel ke sana untuk memastikan semuanya. Itu membuktikan kalau Marcus mungkin memang benar tentang semuanya. Tapi, ia tidak memberikan jawaban dan memilih menghindari Marcus. Ia sangat ingin bertemu dengan Tian, tapi takut jika fakta yang ia terima sesuai dengan ucapan Marcus. Itu akan sangat menyakitkan untuknya. “Kakak baik-baik saja?” Ji Ho bertanya pada Rachel setelah membereskan bukunya. Rachel mengangkat kepalanya dan berusaha tersenyum pada Ji Ho. “Aku baik-baik saja. Ini sudah malam. Tidurlah,” ucap Rachel dan Ji Ho tampak mengangguk. “Baiklah. Selamat m
Setelah menyelesaikan rapat, Marcus langsung kembali ke ruangannya. Ia membuka laptop dan mencari tempat untuk senam hamil yang paling bagus. Ya, ia berniat membawa Rachel ke sana. Sebagai seorang ayah yang pernah jahat pada calon anaknya, mulai sekarang, ia akan memberikan semua yang terbaik untuk anak-anaknya. Ada banyak rekomendasi tempat yang bagus dan itu membuat Marcus bingung untuk memilih tempat yang pas. Karena terlalu sulit untuk memilih, membuat pria ini akhirnya memanggil William agar masuk ke ruangannya. Ia tidak tahu sekretarisnya paham atau tidak dengan hal seperti ini, tapi ia berharap William bisa membantunya. “Kenapa Anda memanggil saya? Ada yang perlu dibantu?” tanya William begitu tiba di ruangan Marcus. “Ya, kau harus membantuku memilih tempat senam hamil yang paling bagus. Ini terlalu sulit untukku.” Dan jawaban dari Marcus membuat William terlihat mengerutkan dahi. “Ken
“Makanlah denganku dan Ji Ho karena aku juga masak untukmu. Ayo duduk.” Rachel menarik tangan Marcus dan mengajak pria itu duduk di sebuah kursi, kemudian ia pergi untuk kembali melanjutkan kegiatannya membuat makanan lezat. Melihat Rachel masak dengan perut yang mulai buncit adalah sesuatu yang tidak pernah Marcus bayangkan sebelumnya, bahkan tinggal dengan wanita pun tidak pernah ia pikirkan di masa lalu. Ia sangat benci pada wanita, tapi malah dengan mudahnya jatuh cinta pada Rachel. Memiliki gangguan tidur, tapi ketika bersama Rachel semua gangguan itu seketika hilang. Semua terjadi begitu saja dan Rachel perlahan mewarnai hidupnya yang gelap dan suram. “Besok, kau akan ikut kelas senam hamil.” Marcus tiba-tiba bersuara dan membuat Rachel terkejut. “Wanita yang datang ke sana biasanya bersama suami mereka. Aku merasa tidak nyaman jika datang sendiri,” ucap Rachel. “Benarkah?” dan Marcus yang tida
Setelah banyak waktu berlalu, kini Marcus tidak dapat menahan senyuman bahagianya saat bersama wanita yang berhasil mengubur dalam-dalam kebenciannya. Saat ini, Marcus menidurkan Rachel di atas ranjang, lalu naik ke atas tubuh wanita cantik itu. Marcus membelai pipi Rachel, sedangkan bibirnya mulai mencium hangat bibir wanita itu. Ini adalah ciuman menuntut, Rachel bisa merasakannya. Tidak masalah, karena Rachel akan memberikan apapun yang Marcus inginkan. Tangan Marcus yang tadi membelai pipi Rachel, kini perlahan turun untuk membuka kancing baju sang istri dan bibirnya pindah ke dada Rachel yang mulai terlihat karena kancing bagian atas bajunya sudah terbuka. Marcus menatap Rachel saat satu tanganya membuka satu persatu kancing baju istrinya, lalu pria ini memberikan senyum nakalnya setelah berhasil membuka semua kancing baju Rachel. Marcus membisikan sesuatu di telinga Rachel yang membuat mata wanita cantik itu membulat. “Jangan main-main! Jukyung
Pada akhirnya, Hong Seung Jo dan Jang Min Ji dijatuhi hukuman mati atas kejahatan mereka. Tidak hanya Seung Jo dan Min Ji, tapi pria yang memperkosa korban juga telah ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara. Itu setimpal untuk segala perbuatan mereka. Min Ji hanya bisa menangis ketika dirinya dijatuhi hukuman mati. Kalau saja waktu bisa diulang, maka Min Ji tidak akan pernah terlibat dalam kejahatan Seung Jo. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Mengulang waktu adalah hal yang tidak mungkin bisa dilakukan. Sedangkan Seung Jo hanya memperlihatkan ekspresi datar saat dibawa keluar dari ruang sidang. Walau terlihat datar, bukan berarti Seung Jo tidak merasakan apa-apa. Mata Seung Jo terlihat sembab karena menangis semalaman setelah membaca buku diary milik ibunya yang dikirim oleh Aaron. Seung Jo tidak pernah mengira jika ibunya ternyata merasa sangat bersalah padanya. Kalimat di lembar terakhir yang membuat air mata Seung Jo tumpah dan akhirnya menangis semalaman pa
Seung Jo sadar jika dirinya diikuti oleh Tae Woo. Ini membuatnya mengumpat, lalu menambah kecepatan mobilnya. Namun, Seung Jo harus mengakui bahwa Tae Woo sangat handal dalam mengemudi hingga sangat sulit untuk melarikan diri darinya. Saat ini, Tae Woo masih terhubung dengan Marcus untuk memberitahu pria itu harus ke arah mana. Dan Marcus yang satu mobil dengan Seo Woo memacu mobilnya dengan kecepatan sangat gila. Sejujurnya, Seo Woo takut dengan kecepatan mobil Marcus, tapi kondisi saat ini sangat darurat. Memacu mobil dalam kecepatan pelan bukanlah pilihan terbaik. Marcus tidak mengerti kenapa selalu ada saja yang berhasil membawa Rachel menjauh darinya saat segala usaha sudah ia lakukan agar Rachel baik-baik saja. Sudah ada empat pengawal, mana mungkin Rachel bisa dibawa pergi oleh seorang pria tua? Lagipula, apa masalah pria itu dengan Rachel? Marcus sudah mengetahui ke arah mana mobil yang membawa Rachel pergi, jadi ia tahu bagaimana cara agar bisa cepat
3 bulan kemudian .... Hari pernikahan itu akhirnya tiba. Hari di mana Marcus akan menjadikan Rachel sebagai satu-satunya wanita yang akan ia cintai seumur hidupnya. Ini adalah keajaiban bagi Marcus, karena tidak pernah sekalipun ia ingin menikah setelah mendapatkan trauma itu, tapi Rachel telah mengubah segalanya. Tidak ada banyak orang yang hadir, hanya teman Marcus, psikiater yang menangani pria itu, Seo Woo serta anggota timnya, keluarga Rachel dan tentunya keluarga Marcus. Dibanding mengundang banyak orang, Marcus lebih memilih memperbanyak pengamanan yang dibantu oleh pihak kepolisian. Marcus tidak ingin Seung Jo mendapat kesempatan untuk melakukan kejahatan karena yakin pria itu pasti selalu mengawasi semua yang ia lakukan. Benar, Seung Jo memang selalu mengawasi semua yang dilakukan oleh Marcus dan selalu mencari celah agar pernikahan ini tidak terjadi. Seperti ucapan Seung Jo sebelumnya bahwa Rachel akan tewas sebelum pernikahan terjadi. Wanita itu ti
Waktu terus berlalu dan tidak ada yang berubah, yaitu pencarian William tidak menemukan titik terang. Min Ji mulai kehilangan harapan bahwa William akan datang menyelamatkannya, sedangkan di sisi lain hukuman telah berada di depan matanya. Tidak ada pilihan lain bagi Min Ji, selain mengatakan yang sebenarnya. Setelah keluar dari rumah sakit, Min Ji langsung dibawa ke kantor polisi bahkan langsung masuk ruang interogasi. Sudah tidak ada lagi jalan keluar, karena William telah membuangnya, Min Ji sadar akan hal itu. Tapi, kenapa William seperti tidak memiliki rasa takut jika semuanya akan terbongkar? Baiklah, jika William memang ingin semua ini terbongkar, maka Min Ji akan membongkar semuanya. Min Ji mulai dari siapa William sebenarnya. “William bukanlah identitas aslinya. Dia adalah Hong Seung Jo, anak haram Hong Min Jeong, ibu dari Rachel dan Yuna.” Min Ji menceritakan bahwa kedua orang tuanya mengangkat Seung Jo sebagai anak saat dia berusia 12 tahun, lalu 6
Saat ini, Rachel sedang menatap Byeol yang masih mendapat perawatan intensif dan Marcus berdiri di belakang kursi roda wanita cantik karena ikut menatap putri kecilnya. Sebenarnya, keadaan Rachel belum begitu baik, tapi dia sangat ingin melihat Byeol, dan Marcus tidak bisa menolaknya. “Dia sangat cantik, kan?” ucap Marcus yang kini berjongkok di sebelah kursi roda Rachel. “Ya, dia sangat cantik. Kita harus memikirkan nama yang bagus untuknya. Dia lahir lebih cepat dari yang diperkirakan. Byeol sungguh akan baik-baik saja, kan?” Rachel menoleh pada Marcus dengan wajah khawatirnya. Ibu mana yang tidak khawatir jika anaknya terlahir prematur. Semua ibu pasti akan sangat khawatir. “Byeol akan baik-baik saja. Dia masih butuh perawatan intensif karena lahir sebelum waktunya dan setelah beberapa waktu kita bisa membawanya pulang. Jangan khawatir.” Marcus percaya bahwa anaknya adalah anak yang kuat, walau lahir prematur. Byeol memiliki harapan hidup sangat tinggi.
Sudah 48 jam berlalu dan tidak ada tanda kalau Rachel akan sadarkan diri. Sedangkan Byeol keadaannya membaik walau lahir dalam kondisi prematur. Saat ini, Rachel dan Byeol sedang berjuang untuk bertahan hidup, sedangkan Marcus bolak balik ke tempat perawatan Byeol juga Rachel. Itu adalah rutinitas Marcus selama dua hari ini. Tidak pernah sekalipun pria ini pergi dari rumah sakit karena sang ibu selalu membawakan semua keperluannya. Sementara William, pria itu terakhir terlihat di sebuah apotek setelah terlibat kecelakaan. Itu diketahui dari rekaman kamera pengawas yang ada di sana. Sampai detik ini, belum diketahui lagi keberadaannya. Lalu, Min Ji, wanita itu masih belum mengatakan apa-apa, jadi belum ada kepastian apa yang sebenarnya terjadi dua hari yang lalu, juga tentang kenapa video pemerkosaan dari beberapa wanita yang menjadi menjadi korban pembunuhan ada dalam laptop Min Ji. “Aku ingin bertemu dengan Min Ji.” Marcus bicara pada Seo Woo yang datang menemuinya.
Mobil yang dikendarai oleh Min Ji melaju dengan kecepatan tinggi, sedangkan di kursi belakang, William sedang berusaha mengikat kedua tangan Rachel, lalu menutup mulutnya dengan lakban. Dari tempat pertama ke tempat kedua setidaknya butuh waktu 25 menit. Sebentar lagi, kira-kira 10 menit lagi mereka akan sampai, tapi vertigo Min Ji kambuh di saat yang tidak tepat. “Kau kenapa? Vertigo?” tanya William khawatir. “Aku rasa ...” Min Ji belum selesai menjawab pertanyaan William dan mobil sudah tidak bisa lagi ia kendalikan, hingga akhirnya terguling di jalan raya. Rachel adalah orang yang mengalami luka paling parah, sebab sebelumnya sudah terluka. Dengan kedua tangan yang terikat Rachel menyentuh perutnya. “Byeol ...” Rachel berucap dalam hati dan akhirnya tidak sadarkan diri. William melirik ke arah Min Ji yang masih sadarkan diri, tapi tidak bisa bergerak karena sepertinya meng
Mobil Marcus berhenti di depan sebuah rumah dan pria ini tidak langsung turun dari mobilnya, ia tampak diam selama beberapa saat karena belum punya cukup keyakinan untuk melakukan ini. Namun, ia tidak ingin menyesal karena tidak memperhatikan ibunya. Setelah hampir 10 menit Marcus hanya diam di dalam mobil, kini ia keluar dari dan berjalan menuju ke rumah ibunya. Rasa marah itu belum hilang dari hatinya, tapi Marcus tidak ingin terus terjebak dalam rasa marah. Ia juga perlu meminta restu atau Rachel tidak akan mau menikah dengannya. Baru saja Marcus akan menekan bel, pintu sudah lebih dulu terbuka. Memperlihatkan Seo Yi yang terkejut melihat kehadiran Marcus. Seo Yi baru saja akan mememui putranya itu untuk menanyakan hasil autopsi Alex, tapi dia sudah muncul di sini. “Ibu baru akan menemuimu dan kau ....” “Tinggallah denganku.” Marcus menyela ucapan ibunya, hingga membuatnya sangat terkejut. “Apa?” tanya Seo Yi yang takut salah dengar.