Share

Liana

Penulis: Alvida_123
last update Terakhir Diperbarui: 2020-09-27 19:50:04

Liana tercenung memandang bungkusan yang diberikan Pandu, satu persatu ia mengeluarkan isinya dengan tangan gemetar. Sebuah ikat pinggang, dua buah dompet, dan sebuah bandana yang berlumuran darah.

Gadis yang menggunakan kaca mata tebal itu tertawa frustrasi, kenapa polisi tidak memeriksa bandana yang berlumuran darah dan tidak memeriksa ikat pinggang yang banyak menggoreskan luka lebam di tubuhnya. kenapa polisi hanya melihat orang tuanya sebagai korban pembunuhan. Orang tuanya bukan korban, Liana, adalah korban yang sesungguhnya. 

Liana masih ingat, bagaimana awal ikat pinggang yang ia pegang memberikan tanda pada seluruh tubuh mungilnya, bagaimana bandana yang tergelatak penuh darah itu mengunci raungan memohon ampun Liana, yang tidak dihiraukan oleh kedua orang tuanya yang sangat kejam.

Hari minggu yang cerah, setelah mengerjakan tugas kuliah di rumah Mahia sahabatnya, Liana bertemu dengan Aqsad dan Janna, kedua temannya mengajak gadis bertubuh mungil itu untuk ikut dengan mereka menikmati makan siang di sebuah cafe. Selama ini Liana dikenal sebagai gadis pemurung oleh teman-temannya, tidak pernah mau bergabung jika diajak berkumpul bersama.

Melihat Aqsad, pemuda pindahan dari kota sebelah, membuat Liana yang merasakan getar-getar di hati, enggan menolak ajakan Janna. Mereka bertiga berjalan seiring menuju cafe yang tidak jauh dari tempat kos Mahia, di mana mereka bertemu tadi.

Belum sepertiga jalan, Ahkam yang kebetulan melintas, melihat Liana dan mengajak putrinya untuk pulang ke rumah, meski enggan tetapi 

Liana adalah anak yang terkenal penurut, tidak pernah membantah sekali pun ia tidak menyukainya. Dengan berat hati gadis itu mengikuti perintah Ahkam untuk masuk ke mobil, ayah Liana memberikan senyum yang teramat manis pada kedua sahabat putrinya, sebelum berlalu melajukan mobil menuju ke rumah mereka.

“Kau perempuan licik, pintar sekali berbohong! Apa kau sudah merasa cukup dewasa untuk menjadi jalang murahan?” umpat ayah Liana.

Begitu berbeda perlakuan ayah Liana ketika mereka hanya berdua di dalam mobil. Sepanjang perjalanan Ahkam mengeluarkan caci maki dan hinaan kepada putrinya yang hanya diam tanpa berani membantah.

“Sejak kapan kau mulai berani menjadi pembohong seperti seorang pelacur hina? Aku membiayakan sekolahmu untuk menjadi manusia berbudi dan pintar tidak untuk menjadi perempuan sundal mencari laki-laki di pinggir jalan!”

Tiada ampun untuk Liana, begitu mereka tiba, Ahkam langsung menarik putrinya masuk ke dalam rumah, menyeret gadis bertubuh mungil itu ke dalam sebuah gudang yang dirancang kedap suara. 

Namla yang baru saja turun dari lantai atas bertanya pada Ahkam kenapa memperlakukan Liana seperti itu, apa kesalahan yang telah putri mereka lakukan. Sementara Liana hanya mampu menangis ketakutan tanpa suara, sudah terbayang seperti apa siksaan yang akan ia terima.

“Kau lihat putrimu, liar seperti perempuan sundal yang mencari laki-laki.” Geram Ahkam.

 “ Apa kau pikir selama ini hidup kami mudah, melahirkan putri yang tidak tau diuntung sepertimu?” teriak Ahkam pada putrinya, ia melepas ikat pinggang yang akan digunakan untuk memukul tubuh mungil Liana. 

Namla berjalan mendekati Liana yang terlihat gemetar menahan sakit dan rasa takut.

‘Liana ... kau melanggar perintah Mama lagi? Mama sudah bilang padamu untuk segera pulang jika tugas kuliahmu sudah selesai!” seru wanita setengah baya itu.

Tangannya mengelus pipi Liana dengan lembut, tetapi detik berikutnya sebuah tamparan keras ia layangkan pada wajah gadis itu.

“Ampun, ma. A-aku ti-tidak melanggar perintah, Mama. A-ku baru selesai dan arah pulang bertemu Pa-pa,” jawab gadis itu terbata. Kedua tangannya menahan rambut yang dijambak oleh Ahkam dengan keras. 

Namun, Namla jauh lebih buruk dari suaminya, wanita paruh baya itu tidak mendengarkan penjelasan Liana. Ia melepas bandana yang dipakai dan mengikatnya pada mulut gadis yang sudah tak berdaya itu. Dengan kasar kedua orang tua Liana melepas paksa pakaian putrinya yang semakin gemetar ketakutan, menelanjangi gadis itu tanpa rasa belas kasihan. 

Namla menarik rambut pendek Liana, dan menyeret tubuh telanjangnya mengitari seluruh gudang yang lantainya kotor dipenuhi dengan serpihan duri kayu berserakan, menyebabkan tubuh gadis itu bagaikan landak, penuh dengan tancapan duri. Liana menjerit merasakan puluhan duri kayu menancap di tubuh telanjangnya.

Sementara Ahkam seperti orang yang dirasuk setan, ia menghantamkan kepala Liana berulang kali ke dinding hingga mata gadis itu terasa pendar, menginjak perutnya, membuat Liana mengeluarkan jeritan tertahan. Pria paruh baya itu tidak henti memberikan pukulan dan tendangan bertubi-tubi. 

Setelah puas menyiksa dengan memberikan pukulan demi pukulan, dan berakhir dengan menghantamkan sebuah kayu panjang di tubuh Liana. Namla dan Ahkam meninggalkan gadis itu sendirian, mengunci putri mereka yang tak sadarkan diri, di gudang tanpa rasa iba.

Entah sudah berapa jam Liana meringkuk dalam gudang yang pengap dan gelap, tubuh polosnya mulai merasakan dingin menusuk kulit. Ia meraba-raba di seluruh ruangan mencari kacamata dan pakaiannya yang berserakan. setelah beberapa menit, mata minus Liana mulai terbiasa dengan gelap, melihat samar kulit tubuhnya yang dipenuhi lebam dan bercak darah.

Beberapa serpihan kayu sebesar jari kelingking, menancap di pinggang dan dada Liana. Gadis itu mencabut satu demi satu serpihan kayu yang menancap cukup dalam di tubuhnya, jerit tertahan terdengar saat ia mencabut paksa sebuah duri yang tertancap sangat dalam di bagian depan dada. Darah segar mengalir dari luka bekas tusukan duri kayu, tetapi tidak dihiraukan oleh Liana. 

Masih banyak yang tersisa, tetapi ia sudah terlalu lelah, tak bisa lagi melepas duri kayu itu karena sudah terlalu banyak dan dalam masuk ke daging tubuhnya.

Haus dan lapar menyatu dalam diri Liana, berteriak meminta belas kasihan orang tuanya, percuma saja. Gudang ini kedap suara, jika kedua orang tuanya ingat sedang mengurung putri mereka satu-satunya, maka liana beruntung, tetapi jika lupa, bisa saja ia akan mati kelaparan atau dehidrasi.

Seekor tikus mengintip Liana dari celah tumpukan kayu, seolah mengejek gadis itu dan mengatakan cepatlah kau mati, agar aku dan tikus lain bisa menikmati daging busukmu. Gadis remaja yang baru saja mendapatkan siksaan tiada henti itu tersenyum sinis, tubuh lemahnya bergerak bangun, menggapai sebuah kayu panjang yang sebelumnya dipergunakan Namla untuk memukulnya.

Liana mengayunkan kayu panjang pada tikus yang mengintip, pukulan yang meleset membuat tikus itu kabur sekejap dan kembali lagi beberapa menit kemudian seolah mengejek Liana yang lemah tak berdaya. Kembali senyum sinis Liana berikan pada tikus busuk itu, dengan gerakan kilat ia menghantamkan kayu, hingga tikus tersebut tak bisa menghindar, terkapar dengan tubuh penuh darah.

Liana memegang ujung ekor tikus, menyentuh tubuh berbulunya dengan ujung jari dan memberikan pandangan dingin pada tikus yang sedang sekarat. sesekali ia mengguncang tubuh hewan itu, memastikan jika tikus yang ia pegang belum menjadi bangkai.

“Kau mengejekku tikus, menertawakan diriku yang lemah. Apa kau ingin melihatku menjadi Liana yang kuat?” ucap Liana. Mata nanar gadis remaja itu, memperhatikan tikus yang sudah tak berdaya di ujung jarinya.

“Bagaimana kalau kau, kujadikan korban pertama dari kekuatanku. Kau tikus kecil yang jelek, telah berani mengejekku!” Liana kembali berbicara pada tikus yang sudah mulai kehilangan lembar nyawa tersebut. 

Tawa pelannya terasa menusuk, dingin dan seakan tidak memiliki rasa hangat lagi.

Liana menggapai sebuah serpihan duri kayu yang baru saja dicabut dari tubuhnya. ia menancapkan duri itu pada leher tikus yang hampir menjemput ajal. Hewan itu mencicit kesakitan, menggeliat merasakan perih. 

Liana mengulum senyum, kemudian ia meletakkan hewan itu di lantai dan seolah berperan sebagai dokter bedah, ia menusuk mata tikus itu tanpa ampun, mengorek kedua mata hewan malang itu, hingga suara tikus yang sudah lemah, kembali terdengar nyaring. 

Jerit kesakitan tikus itu, seolah menjadi hiburan untuk Liana, kembali ia menancapkan duri kayu pada perut hewan tak bersalah itu hingga darah segar menyembur dan mengenai wajahnya. 

Geliat nyawa hewan yang menjadi korban kebuasan Liana berakhir, dan tanpa rasa jijik, ia menghirup darah kental hewan itu untuk menghilangkan rasa haus. Namun, rasa dahaga itu tetap pekat seiring bau anyir darah yang menyumbat penciuman.

Liana mematahkan bagian kepala tikus, memasukkannya ke dalam mulut dan mengunyah perlahan. Rasa lapar yang menyambangi gadis itu membuatnya kehilangan rasa jijik. 

Liana kembali membelah tubuh bangkai tikus yang sudah tidak berkepala, menarik perlahan usus hewan itu dan mengeluarkan isi perutnya. kemudian tanpa rasa mual ia mulai memakan daging hewan berbulu tersebut. mengunyah perlahan seakan menikmati tiap gigitan pada daging tikus yang telah ia bunuh.

Senyum mengembang di bibir remaja yang penuh dengan darah tikus, matanya yang semula memancarkan ketakutan, kini memperlihatkan kebekuan hatinya.

Bab terkait

  • Psycho Pathos   Hipotesa Raksi

    Pandu mempelajari hasil autopsi yang baru saja tiba di meja kerjanya. Beberapa kali, mata tajam pemuda itu mengerenyit tanpa ia sadari. Ada beberapa hal yang membuat dirinya berada dalam zona merah menentukan arah perkembangan kasus mutilasi ini.Sahabat dan kerabat mengetahui korban sebagai pribadi yang baik, t

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-27
  • Psycho Pathos   Curiga

    Sekelompok remaja terlihat berkumpul di cafedengan latar pinggiran sungai yang indah. Kelap kelip lampu yang berasal dari rumah penduduk di seberang sungai terlihat seperti kerlip bintang yang hampir menjejak bumi.Kelompok remaja yang berjumlah tak kurang dari enam orang itu, tampak asyik berbicara

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-27
  • Psycho Pathos   Jejak Tertinggal

    Langkah Liana terhenti, melihat Pandu dan Gama sepagi ini sudah berada di depan pintu rumahnya, gadis itu membetulkan letak kaca matanya yang retak, tersenyum dan memberi salam kepada kedua polisi muda tersebut.“Apakah tidak terlalu pagi untuk datang bertamu, Inspektur!” sapa Liana, ia membuka pintu rumah yang

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-27
  • Psycho Pathos   Penangkapan

    Suara sirine mobil Polisi terdengar saling bersahutan di tambah dengan kehadiran dua mobil yangterparkir di pinggir jalan tepat di depan rumah mendiang Ahkam, memancing rasa keingintahuan warga. Hampir sebagian besar warga keluar untuk melihat ada kejadian apa yang bisa menggemparkan komplek pemukiman mereka yang selama ini sangat tenang.

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-27
  • Psycho Pathos   Cerita Liana

    “Bagian mana yang paling ingin Kau ketahui? Bagaimana aku membunuh mereka, atau bagaimana aku bisa berubah menjadi seorang pembunuh?”Senyum Liana terkembang, kedua matanya tetap terpejam saat

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-27
  • Psycho Pathos   Sebuah Cerita yang Cacat

    Rekaman penganiayaan yang mempertontonkan kengerian berulang kali di putar oleh Raksi dan Pandu. Mereka berdua seperti sedang mencari jawaban dari sebuah teka-teki yang belum terpecahkan. Sering kali mata jernih gadis itu harus terpejam ketika melihat adegan yang membuat dirinya bisa muntah seketika.Kopi dan ca

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-27
  • Psycho Pathos   Ingatan Kecil Liana

    Buku tulis yang diberikan Raksi pada Liana, hanya dijadikan gadis remaja itu sebagai tempat menggambar. Banyak coretan gadis remaja itu merupakan gambar yang menyerupai kegelapan. Beberapa gambar yang terlihat, tampak lebih jelas dengan adanya bentuk rumah dan sebuah keluarga, sebuah gambar lain menceritakan anak kecil yang terpenjara dalam gelap, sementara gambar lain hanya beberapa benda yang dibuat semenyeramkan mungkin oleh gadis itu.

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-27
  • Psycho Pathos   Aku Pembunuh yang Kau Ciptakan

    Siapa yang peduli pendapat seorang anak kecil. Sebagian orang dewasa, menganggap anak-anak seperti robot, harus bertingkah laku sesuai perintah! Kau akan terjebak dalam sebuah kotak yang mengatas namakan kasih sayang, tetapi membentukmu menjadi manusia kerdil, atau mungkin menjadi badut pembunuh!

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-27

Bab terbaru

  • Psycho Pathos   Akhir dari Kisah Suram

    Tubuh ringkih Liana bersandar pada dinding, tatap matanya datar, tersembunyi di balik rambut pendek lusuh yang hampir menutup sebagian wajah. Sudah lebih dari satu jam ia duduk tanpa mempedulikan tegur sapa dari penghuni sel sebelah, sengaja memekakkan kedua telinga. Sesekali bibirnya mengukir senyum dan sering kali juga berubah desis kekesalan.Pernyataan Raksi dan Pandu pada media tentang kejiwaan Liana, imbas dari buruknya kehidupan keluarga, telah menarik awak media berlomba-lomba menyusuri benang hitam kisah kelam sang nenek, bahkan Lusiana yang telah sepuh tak luput dari incaran wartawan.

  • Psycho Pathos   Permintaan Terakhir Liana

    Ruang tahanan berukuran dua kali tiga meter yang dihuni Liana, di penuhi kertas berserakan, bekas coretan gadis itu. Entah apa tujuannya menyobek semua gambar yang ia buat walaupun ada beberapa yang masih utuh dan sengaja di tempelkan pada dinding ruang tahanan.Rambut pendeknya menutupi sebagian wajah yang tampak kusam, meski pun ia terlihat lebih cantik tanpa kacamata. Gadis remaja itu berbaring telentang dengan mengangkat kedua kakinya ke dinding, menatap tiap gambar yang ia lekatkan.Sipir penjara memanggil namanya, menyampaikan bahwa ada seseorang yang ingin bertemu. Dengan sedik

  • Psycho Pathos   Kisah Lama yang Terungkap

    Pandu dan Raksi menyusuri lorong rumah sakit jiwa yang tampak suram, mereka berdua telah mendapatkan izin untuk mengunjungi seseorang yang telah lama berada di sana. Keduanya masuk ke dalam sebuah kamar yang kecil, di huni oleh seorang wanita sepuh berambut putih, sedang duduk di kursi roda menghadap jendela, memandangi tanaman bunga dalam vas kecil.“Aku sudah menduga, akan ada orang lain yang mengunjungiku selain Ahkam dan Namla,” ucap wanita sepuh itu tanpa memutar kursi rodanya untuk melihat siapa yang telah datang berkunjung.Pandu dan Raksi hanya saling pandang sesaat, menutup pintu kamar perlahan sebelum mendekati wanita tua tersebut. Raksi meletakkan bungkusan kecil yang i

  • Psycho Pathos   Penemuan Mayat Korban Ahkam dan Namla

    Rumah Ahkam kembali menjadi sorotan, kerumunan warga yang ingin tahu, serta hadir para pencari berita halaman rumah tersebut, garis polisi di pasang sekeliling rumah, nyaris saja karena desak-desakkan warga yang ingin masuk.Warga sekitar tidak pernah menyangka jika Ahkam dan Namla yang terkenal introvert tetapi ramah, ternyata seorang pembunuh kejam. Lima kasus orang hilang yang tidak terpecahkan selama ini, ternyata korban pembunuhan yang dilakukan kedua orang tersebut.Liana diam terpaku, melihat polisi dibantu beberapa warga membongkar lantai gudang tepat di bawah tumpukan kayu yang ia tunjukkan. Mereka saling bahu membahu melakukan penggalian, hingga kedalaman lebih dari setengah m

  • Psycho Pathos   Kematian Bob

    Mata Bob membuka perlahan, bibirnya pucatnya terlihat kering, darah yang mengalir tak henti keluar membuat wajah Bob kian putih bagai mayat. Anak laki-laki itu menatap Liana sayu, bibirnya bergerak perlahan seolah ingin mengucapkan sesuatu. Namun, suaranya tak kunjung keluar, hanya tubuh kecilnya yang tersentak-sentak mengejang lalu tenang.Remaja laki-laki itu meninggal tepat di depan mata Liana, yang menangis memanggil namanya berulang kali. gadis remaja itu menangisi seorang anak laki-laki yang tanpa sadar telah mengorbankan nyawa, untuk melindungi tubuh Liana dari siksaan orang tua kandungnya sendiri.Kematian pertama anak laki-laki yang akhirnya memupuk rasa antipati, mencipt

  • Psycho Pathos   Kekejaman Ahkam dan Namla

    Liana menatap Bob dengan perasaan campur aduk. Marah, khawatir, dan kasihan, menjadi satu. Ia marah karena pemuda itu tidak mengindahkan peringatannya sejak awal, yang membuat mereka harus berakhir di dalam sebuah gudang pengap yang kedap udara.Jika terjadi sesuatu pada mereka berdua, tidak akan ada yang tahu. Sekali pun mereka menjerit hingga pengawasan suara, tidak akan ada yang bisa mendengar karena gudang itu merupakan tempat Ahkam dan Namla menyiksa Liana.“Seharusnya kau dengarkan kata-kataku. Aku sudah menghindarimu, tetapi kau mencari masalah, mendekatiku seperti orang yang tidak punya pek

  • Psycho Pathos   Masa Remaja yang Suram

    Hampir setiap hari Liana menjadi bulan-bulanan orang kedua orang tuanya, tumbuh menjadi sosok remaja pendiam dan kaku. Sahabat satu-satunya hanya Mahia, tidak pernah bertanya tentang apa pun yang berhubungan kehidupan tetapi sangat mengerti dengan keadaan Liana.Pernah satu ketika, Liana tidak bisa mengikutistudy toursekolah, dan kedua orangtuanya melarang, padahal itu di wajibkan, tetapi karena kejamnya orang tua Liana menolak, menolak memilih diam di rumah. Hanya Mahia yang memutuskan tidak ikut, menemani sahabatnya dari jauh, dengan berchatting melalui media sosial.Ketakutan

  • Psycho Pathos   Kembali ke Titik Awal

    Duapaper bagberukuran sedang, berisi buku tulis, buku gambar, bolpoint, dan pensil, serta beberapa makanan ringan juga minuman dingin, bertengger manis di atas meja menunggu kedatangan pemiliknya, yang sudah tidak sabar ingin Raksi temui. Liana, gadis remaja yang harus mendekam di balik jeruji besi, karena sifat buas dan kejam karena telah melakukan pembunuhan kepada orang kedua orang tuanya.Hari ini ia akan mendengarkan semua cerita Liana, kembali ke titik awal agar dapat memecahkan sebuah teka-teki, dari sejak pertama kali melihat gadis itu sudah menghantuinya. Cerita Liana adalah kunci yang harus diandingkan dengan sebuah gembok besar untuk membuka pintu besi yang menyimpan banyak rahasia.

  • Psycho Pathos   Cerita yang Hilang

    Tidak seperti biasa, siang ini ada begitu banyak wartawan yang mencari keberadaan Pandu. Ketenangan pemuda bermata elang tidak terganggu dengan berkali-kali harus menghindari kejaran wartawan yang gigih mencari jejaknya.Kasus Liana telah mengusik banyak pihak, menimbulkan spekulasi dan dugaan-dugaan yang menyudutkan gadis remaja itu, sementara Pandu sebagai penyidik ​​yang bertanggung jawab, belum juga memberikan informasi apa-apa tentang perkembangan kasus tersebut.“Masuklah, tampak tampak seperti itu,” ajak Raksi, menggeser tubuhnya ke samping, memberikan kesemp

DMCA.com Protection Status